BAB 16
(Translater : Fulcrum)

Fasilitas Departemen Intelijen diserang, dan Parasite yang ditahan di tempat itu terbunuh.
Tatsuya menahan dirinya tidak menghubungi Mayumi untuk laporan yang lebih rinci. Sebaliknya dia pergi ke kamar mandi. Membasuh keringat dari latihan hariannya di kamar mandi, dia memikirkan langkahnya selanjutnya.
Miyuki masih belum tahu akan ini.
Dia baru saja kembali dari kuil Yakumo. Itu adalah rutinitas hariannya, dan hanya karena dia membaca pesan itu sebelum mandi bukan berarti dia seharusnya sudah memberitahu Miyuki.
(Tidak……. Tidak ada gunanya untuk menyembunyikan hal ini.)
Apa seharusnya dia diam saja, pikir Tatsuya, lalu ia segera menolak ide itu.
Dia tidak akan dapat menyembunyikan apapun lama-lama dari intuisi tajam adiknya. Dan tidak akan jadi masalah kalau dia tidak ikut terseret ke dalamnya, tapi Miyuki juga terlibat dalam masalah ini sama seperti Tatsuya.
Memutuskan untuk tidak menyebunyikanny dan apa terus terang dengan adiknya, Tatsuya keluar dari kamar mandi.
Jari-jari Tatsuya berputar-putar diatas konsol di meja kerja ruang bawah tanahnya. Kalau dijelaskan dalam kata-kata, itu tidak ‘indah’, tapi ‘akurat’, dan ‘cepat’, bertolakbelakang dengan sikapnya.
Hari ini adalah hari Sabtu, jadi mereka hanya ada kelas pagi hari saja. Tapi Tatsuya berpikir untuk bolos kalau investigasi ini menyeretnya keluar.
Untuk berjaga-jaga, sudah biasa baginya (dia sendiri berpikir kalau itu ‘biasa’).
Dalam kasus Miyuki, sudah biasa baginya, sekaligus (baginya, namun, itu lebih karena ‘kewajiban’), dan karena membolos apa tidak hari ini sepenuhnya di tangannya, dia sempat ragu untuk sesaat.
Untungnya, dia segera menemukan data yang mereka cari.
Walaupun dia mengakses server Pasukan Pertahanan tanpa ketahuan, perlawanan sistem lokal (lokal disini maksudnya, tidak berdiri sendiri, tapi hanya terlokasi) melawan program peretas yang diciptakan oleh ‘Electron Sorceress’ Fujibayashi Kyouko jelas tidaklah cukuo. Penyaringan informasi dengan cara ini sebagai penanggulangan risiko berarti, walaupun bagian-bagian tertentu mungkin rentan, kebocoran tidak akan berdampak menyeluruh. Itu ada keuntungan maupun kerugian.
Bagaimanapun, karena semua ini berakhir seperti apa yang diinginkan Tatsuya, dia hanya bisa bersyukur melihatnya.
Video yang merekam apa yang terjadi menunjukkan sesuatu yang mengejutkan.
Maksudnya bukan berisi kekerasan ataupun hal kejam yang dapat berdampak fisiologis, melainkan identitas orang yang telah pergi dan meninggalkan dampak besar kepada dua bersaudara itu.
Dibalik kegelapan, sebuah figur mungil muncul.
Diterangi cahaya lampu alarm, muncul sesosok gadis rambut merah menyala dengan topeng.
Hanya dengan sekali tatapan dari mata emasnya, para tentara itu terkalahkan, selanjutnya ia membuat pola-pola rumit empat kali pada pintu itu. Saat dia minggir, pintu itu terjatuh.
Dibaliknya ada ruangan kecil. Ruangan itu cukup untuk dua ranjang single, dan langit-langit pendek yang tingginya 2 meter. Di ujung ruangan itu terdapat tiga ranjang susun.
Tidak bisa bergerak, didalam baju pengekang, kaki yang terikat erat, dan seorang pria yang terbaring diatas ranjang ketiga. Meskipun dia terlihat berbeda karena wajahnya yang benar-benar pucat, wajah orang itu tak salah lagi, itu adalah Parasite yang menamai dirinya sebagai Marte.
Kabut keluar dari mulut gadis itu. Sepertinya ruangan itu agak dingin.
Di tangannya, pisau telah menggantikan pistol otomatinya sebelumnya.
Satu tembakan tepat di dada Marte.
Tiba-tiba, tubuh pria itu meledak.
Sumber api itu sepertinya berasal dari peluru yang ditembakkan. Itu mungkin sihir yang akan menghasilkan api saat peluru itu berhenti didalam tubuh sang target.
Gadis berambut menyala itu, Angie Sirius, menembakkan beberapa tembakan pada ranjang diatas dan dibawahnya. Jelas-jelas misi pembunuhan ini jelas tidak memintanya untuk menangkap ‘isi’nya. Tujuannya tidak hanya untuk memusnahkan ‘wadah’nya; tapi meng’eksekusi’nya.
Selagi menonton gadis itu dengan tenang berjalan menjauhi kamera, Tatsuya tak sadar menghela nafas.
Dia tahu kalau tugas Sirius termasuk membunuh penyihir pengkhianat. Dia juga paham betul kalau perlakuan manusiawi kepada penyihir hanyalah omong kosong belaka, tapi dia tidak bisa mencegah dirinya dari menghela nafas.
Semua kejadian ini sangat disayangkan.
Memberi peran pembunuh keji ini kepada seorang gadis 16 tahun, memangnya apa yang dipikirkan oleh petinggi-petinggi USNA.
Bahkan Mafia lebih pengertian dalam memilih personil mereka. Ini tidak ada bedanya dari orang bodoh religius dan fundamentalis yang menghasut para anak muda untuk melakukan aksi terorisme atas nama perang suci.
“Onii-sama, bukankah itu……….. Lina?”
Miyuki sudah tahu tentang rahasia Sirius, ‘Parade’.
Dia bisa mengetahui dari gambar kasar itu kalau sang pembunuh itu adalah Sirius, Lina.
“Mungkin.”
Miyuki sepertinya sedang syok, tapi Tatsuya tidak bisa menemukan kata-kata apapun yang dapat digunakannya untuk menenangkannya.
Tidak ada yang bisa dikatakannya tentang pembunuhan ini sendiri. Dia tidak yakin kalau dirinya pantas melakukan hal seperti itu. Dia sendiri pernah menjalani misi yang tidak bisa dikatakannya, dan diantara pekerjaan-pekerjaan terkotornya, pembunuhan bisa dibilang salah satu yang lumayan bersih.
Namun disaat yang sama, itu adalah pekerjaan yang suram.
Kecuali mentalnya kuat, jika tidak ini semua akan jauh terlalu berat bagi seorang gadis. Tidak mampu memikul beban itu, hatinya akan hancur sedikit demi sedikit.
Dan berdasarkan apa yang dilihat Tatsuya, Lina bukanlah seroang pembunuh.
Dari suara dan tatapan Miyuki, dia juga memiliki perndapat yang sama.
Pada situasi seperti ini, mungkin akan ada waktu dimana ia jatuh ke dalam kegelapan.
Untungnya, apa yang terjadi selanjutnya jauh lebih mengejutkan sampai-sampai dapat menghilangkan semua perasaan-perasaan itu. Tiba-tiba, ada sosok baru yang memasuki layar monitor server video Divisi Ketiga Antiintelijen yang diretas Tatsuya.
Dengan rambut pirang dan mata bru, pria muda itu sepertinya seorang Anglo-Saxon. Dia terlihat kekanak-kanakan, tapi usianya mungkin seumuran Tatsuya.
Menaruh tangan dan mulutnya, Miyuki mengeluarkan suara terkejut, tapi Tatsuya tetap tenang.
Meja kerjanya memang didesain untuk melakukan peretasan, dan benar-benar terisolasi dari sistem lain sekaligus dengan beberapa jaringan tertentu. Tidak ada mikrofon ataupun kamera di tempat itu. Suara dan gambar hanya bisa disalurkan searah saja, jadi tidak ada cara untuk mengamati tempat ini dari manapun.
“Halo, apa kau bisa mendengarku? Aku anggap kau bisa.”
Tentu saja, pria muda yang tampil di layar monitor itu mulai berbicara tanpa mencoba untuk memulai komunikasi.
“Mari kita mulai dengan perkenalan. Namaku adalah Raymond Sage Clark. Salah satu dari ‘Seven Sages’.”
Tangan Miyuki, yang mana entah bagaimana ada di bahu Tatsuya, menjadi tegangan.
Tatsuya menyadari sensasi itu sekaligus ketegangannya sendiri.
“Aku sudah mendengarmu dari Tear …….Ah bukan, maksudku Shizuku. Senang bertemu denganmu, Tatsuya.”
Sepertinya dia adalah temannya Shizuku selama masa pertukaran pelajarnya sekarang.
Terlebih lagi, orang yang memberi informasi kepadanya.
Kalau sumber informasi Shizuku adalah ‘Sage’ yang dibicarakan Lina, sedikit mengejutkan kalau dia juga bisa mengases informasi informal.
Tapi, apa tujuannya?
Sampai menunjukkan dirinya dihadapan Tatsuya.
Tidaklah mustahil kalau yang ada di video bukanlah yang asli, tapi intuisi Tatsuya berkata kepadanya kalau itu memanglah Raymond Sage Clark.
“Ayo kita bicara blak-blakan saja. ……..Ah, perkataanku cukup bagus.”
Raymond berbicara bahasa Jepang. Kata ‘Bicara blak-blakan’ sendiri menunjukkan dirinya cukup fasih, meski agak tidak tepat. Perkataannya tidak ‘blak-blakan’ sedikit pun.
“Orang yang memberi tahu Angie Sirius tentang tempat ini adalah aku.”
Secara refleks Tatsuya ingin untuk mengatakan ‘Kata-katamu kurang tepat’, tapi sayangnya dia tidak menemukan cara untuk mengatakannya.
Tidak diragukan lagi kalau ‘tempat ini’ maksudnya adalah Divisi Ketiga Antiintelijen.
“Lagipula, sebelum aku mengatakannya, dia sudah tahu tentang tampat ini.”
Apa maksudnya itu, pikir Tatsuya. Kau tidak perlu memberitahu orang tersebut kalau dia sudah tahu.
Sekali lagi, tidak ada kesempatan untuk mengatakannya. Tatsuya memutuskan untuk melihat video itu sampai selesai.
“Dan sekarang, aku punya sesuatu yang spesial untukmu.”
Kata ‘berita ekslusif’ cukup tidak formal di Jepang. Itu seolah-olah dia belajar Bahasa Jepang dari ruang berita.
“Aku rasa ini akan membuatmu cukup tertarik. Harganya adalah responku di video ini yang harus kau tonton, ini tentang apa yang ingin kukatakan, tapi karena aku harus segera pergi aku akan memberikannya gratis.”
Walaupun Tatsuya tahu kalau dia tidak bisa mendengarnya, dia masih saja bergumam ‘ini bukan seperti aku memintamu’.
Waktunya sudah habis, namun.
“Gerakan anti-penyihir yang saat ini sedang muncul di Amerika, yang mana akan berpindah ke Jepang, dipimpin oleh salah satu Seven Sage: Jiedo Sage Heigu.”
Dikenai dengan berita ini tiba-tiba, bahkan Tatsuya tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.
“Jiedo Heigu, alias Gu Jie. Seorang Cina tak berkewarnegaraan, dan pemimpin dari sebuah organisasi teroris internasional, ‘Blanche’. Bos dari pemimpin Blanche Cabang Jepang yang kau tangkap, Tsukasa.”
Saat nama-nama itu tersusun,
“Dia sebelumnya juga merupakan pemimpin dari sindikat kriminal internasional ‘No Head Dragon’, dan cucunya Richard juga merupakan anggota senior di grup itu. Didalam organisasi dia disebut sebagai ‘Black Sage’, atau ‘Tuan Heigu’.”
Perhatian Tatsuya sangat terpaku ke layar.
“Ah, asal kau tahu, hanya karena kita berdua Sage bukan berarti kami punya hubungan. Seven Sages bukanlah nama sebuah kelompok, sebaliknya lebih untuk menyebut tujuh operator yang punya akses pada Hlioskjalf.”
Ini tidak seperti percakapan, dimana ia bisa bertanya, tapi dia ingin untuk segera menyelesaikan hal ini.
Hlioskjalf…….. Dia hanya pernah mendengarnya rumor ini sekali. Ini adalah rumor, tidak lebih nyata daripada legenda urban, tapi nampaknya memang benar ada. Apa yang dikatakannya sama dengan rumor yang pernah didengarnya?
“Hlioskjalf adalah…”
Dengan waktu yang pas seolah-olah membaca pikiran Tatsuya, Raymond lanjut menjelaskannya.
“Sebuah eksistensi tambahan dari sistem obervasi global ‘Echelon III’. Ini adalah backdoor menuju Echelon III, jadi aku rasa kau bisa menganggapnya sebagai alat peretas yang membuatmu bisa masuk ke dalam sistem? Bagaimana menurutmu Tatsuya?”
‘Bagaimana menurutmu’ katanya, meskipun tidak ada ada jawaban untuk pertanyaan itu.
Tentu saja Raymond sadar betul akan itu, jadi dia melanjutkannya tanpa menunggu.
“Masalah dimana letak Hlioskjalf, bahkan kami para operator sendiri tidak tahu. Itu mungkin hanya sebuah program, tanpa fisik untuk ditemukan.”
Raymond mengangkat bahunya di layar. Gestur itu terlihat seperti sesuatu yang dari anime.
“Bagaimanapun, Hlioskjalf mengumpulkan informasi dari seluruh dunia dengan tingkat efisiensi melebihi sistem utama Echelon III dan memberikannya kepada operator. Para operator itu sendiri sepertinya dipilih oleh sistem itu sendiri, dan sepertinya juga tidak ada kriteria khusus untuk operator-operator itu. Kelihatannya pemilihan itu dilakukan secara acak.”
Raymond meniru gerakan memutar rokok. Dia mungkin agak kecewa karena dia lupa membawa yang asli.
“Kalau kupikir kesamaannya, aku rasa itu seharusnya keamanan finansian untuk mengakses sistem informasi canggih sendiri? Ini bukan berarti kau perlu jadi miliuner atau semacamnya, baik di Jepang maupun Amerika hidup pas-pasan saja sudah cukup.”
Ini benar-benar tak bisa dipercaya.
Itulah kesan Tatsuya setelah mendengar penjelasan Raymond sejauh ini.
Memangnya apa yang dipikirkan pencipta Hlioskjalf. Tak bisa dibayangkan kalau mereka hanyalah peretas yang melakukan ini hanya untuk kesenangan.
“Yah sejujurnya, ini tidak terlalu seperti sistem. Dalam masalah hardware, Hlioskjalf benar-benar berganting pada Echelon III, dan hanya pemrosesan datanya sajalah yang lebih efisien; Hlioskjalf sendiri tidak dapat mengakses data yang ada dalam penyimpanan karena sejak awal Hlioskjalf adalah sebuah sistem pencegat. Ngomong-ngomong, ada sistem pengaman yang mana dapat mencegah adanya penyimpanan informasi ke dalam sebuah penyimpanan eksternal. Informasi yang mana dapat didapat semua terbatas hanya pada otak sang operator. Setidaknya, Hlioskjalf memiliki kemampuan untuk mengumpulkan informasi, dan memperbolehkan operatornya untuk memperoleh nama ‘Sage’.”
Bahkan hanya dengan itu, itu sudah menjadi sebuah masalah besar.
Bisa dibilang kalau saat ini semua data dipindahkan melalui semacam jaringan yang sama.
Bukan hanya itu saja, semua data itu bisa diakses lebih dari sekali.
“Tidak lupa, menggunakan Hlioskjalf membawa risiko pada penggunanya. Untuk dapat melakukan pencarian, Hlioskjalf menggunakan dua agen: Huginn dan Muninn. Riwayat pencarian operator tercatat di Muninn. Apapun yang dicari oleh satu operator akan dapat diketahui oleh operator yang lain. Alasan aku tahu Jiedo Heigu adalah karena Muninn.”
Di titik ini, ‘Astaga’ pikir Tatsuya. Secara teori, itu berarti Jiedo Heigu juga bisa mengetahui identitas Raymond Clark.
“Akibat kekalahan Blanche Cabang Jepang sekaligus No Head Dragon, Heigu kehilangan tujuan untuk di Jepang. Alasan Heigu mengirimkan Parasite ke Jepang ialah untuk menimbulkan kekacauan, yang mana akan jadi kesempatan baginya untuk membangun ulang basis operasinya.”
Di video, Raymond tampak putus asa. Sepertinya ini adalah masalah serius baginya.
“Aku sudah menyimpulkan kalau tujuannya adalah untuk menghapuskan sihir dari dunia. Kalau dia berhasil memusnahkan semua teknologi sihir, bahkan negara sihir berkembang seperti Great Asian Alliance pun dapat menyeimbangkan kekuatan militernya. Mereka akan mendominasi dunia non-sihir, dan aku yakin itulah yang direncakan Heigu dan mereka yang bersamanya.”

Walaupun itu terlihat terlalu dramatis, Tatsuya menyimpulkan kalau itu semua masuk akal. Tatsuya sendiri sudah merasakan kalau Great Asian Alliance sepertinya ingin untuk menghapuskan teknologi sihir.
“Itu bukanlah dunia yang kuinginkan. ……..Tidak apa-apa kalau kau ingin menertawakanku dan menyebutku romantis, tapi aku benar-benar percaya kalai sihir adalah sesuatu yang dapat menuntun manusia menuju perkembangan.”
Meskipun dia tahu tidak mungkin Raymond dapat mendengarnya, Tatsuya tidak bisa menahannya. Entah bagaimana, bagian dasar dari pria itu tidak terlihat setuju dengan opini itu.
“Dan kalau begitu, mulai sekarang, aku akan mencoba dan terus memberi informasi yang kau perlukan. Shiba Tatsuya, Penyihir Kelas Strategis, Dewa Penghancur ‘The Destroyer’.
Mendengar sebutan berlebihan untuknya dari Raymond, Tatsuya mengerutkan keningnya dengan sekuat tenaganya.
Jangan beri aku nama yang terdengar seperti bos dari suatu video gim. Apa mungkin dia adalah ‘otaku’.
“Ini mungkin sudah sedikit kelamaan. Singkatnya, aku akan membantumu dalam penghancuran Parasite.”
Ini tidak sedikit, pikir Tatsuya, tapi monitor itu tidak mati.
“Tentang informasi Jiedo Heigu. Itu terserah padamu untuk percaya atau tidak. Apakah kau akan percaya atau tidak tentang apa yang baru saja kuberitahu itu juga terserah padama. Tapi kalau kau percaya, aku ingin kau untuk membalasnya dengan melakukan beberapa hal.”
Untuk sesaat, Raymond diam. Bukan agar semua ini dramatis, tapi lebih karena ketegangan yang dirasakannya, jika dilihat dari layar.
“Besok, tanggal 19 Februari malam waktu Jepang, semua Parasite aktif akan berkumpul di lapangan latihan outdoor SMA 1. Aku ingin kau untuk menghancurkan mereka semua disana.”
Tidak ada bukti yang ditunjukkannya, tapi saat ini Tatsuya sudah siap untuk menerima tawaran Raymond.
“Kau harus tahu kalau aku juga sudah menyampaikan pesan ini kepada Angie Sirius. Apakah kau akan bekerja sama atau tidak, sekali lagi itu semua terserah padamu.”
Dia tidak senang dengan perkembangan ini, tapi sayangnya tidak ada cara baginya untuk menolaknya.
Raymond tidak berbicaa lagi, lalu monitor itu mendadak mati.
Sebuah helaan nafas terdengar setelahnya.
Miyuki tampaknya menahan nafasnya tadi.
Tatsuya juga menahan nafasnya.
“Sepertinya lebih baik kita segera berangkat kalau tidak mau terlambat.”
Bangkit berdiri dan melihat ke belakang, Tatsuya memanggil Miyuki.
◊ ◊ ◊
Jam 2 siang bagi Kelas 1 E adalah pelajaran praktik.
Walaupun disebut pelajaran, seperti biasa tidak ada guru yang menjaga. Para murid mengoperasikan CAD mereka sendiri mengikuti petunjuk yang ada di monitor di dinding. Para murid sendiri sudah terbiasa dengan ini, dan sekarang mereka lebih santai tanpa pengawasan para guru. Tentu saja ada yang hanya diam-diam saja; latihan tidak latihan tergantung pada diri mereka sendiri.
Kebanyakan anak laki-laki akan latihan.
Agar tidak menarik perhatian, Leo yang terlambat datang ke ruang latihan, melihat sekeliling dan, dia baru masuk ke dalam seketika melihat sosok Mikihiko, Erika, dan Mizuki.
“……… Kau terlambang, Leo.”
“Diamlah.”
Meski suara Mikihiko sudah tidak sekasar kemarin, tegurannya masih tajam; Leo merespon dengan seringaian menakutkan.
Seringaian itu segera berubah menjadi ekspresi ‘oh?’.
“Mana Tatsuya?”
Mendengar pertanyaannya, Mizuki menjawab ‘Seperti dia ada tamu?’.
Nada bicaranya lebih seperti bertanya karena Mizuki sendiri juga tidak yakin akan itu.
“Tamu? Di sekolah?”
Saat Leo bereaksi dengan mengangkat alisnya, Mizuki hanya bisa membalasnya dengan senyuman ragu.
“Yang lebih penting, kita selesaikan dulu semua ini.”
Erika berbicara dari sampingnya dengan santai. Tersembunyi dibalik nada bicaranya terdapat peringatan bagi mereka untuk tidak campur urusan pribadi orang lain.
“Kau benar. Tugas hari ini sepertinya akan sedikit menantang.”
Berkata seperti itu, Mikihiko mulai menyiapkan CADnya. Erika menganggapnya urusan orang lain, Mizuki sedikit gelisah, dan Leo merasa sedikit kesal; senyuman-senyuman mereka berisi perasaan mereka masing-masing.
Sementara itu Tatsuya, dengan wajah murung, duduk di sofa ruang menggambar.
Diseberangnya duduk seorang pria paruh baya dengan setelah mewahnya. Ekspresinya juga murung.
Karena mereka berdua tidak senang melihat wajah satu sama lain, rasanya tidak mungkin mereka akan terlibat pembicaraan.
Orang pertama yang habis kesabarannya, terpaksa dipanggil di jam pelajaran, Tatsuya.
“Aoki-san, apa bisa kau katakan urusanmu?”
Nada bicaranya bisa dibilang tidak sopan, lupakan kata-katanya; ekspresi wajah Aoki terlihat seperti sedang mengatur taktik.
Aoki juga, karena ini Tatsuya, tidak bisa mencegah perasaannya terlihat. Sebagai salah satu orang yang berhubungan dengan ekonomi bawah tanah dan melindungi harta Yotsuba selama lebih dari sepuluh tahun, topeng Aoki seharusnya tidak ada kecacatan sedikit pun, tidak sampai mempengaruhi bicaranya.
Aoki seharusnya paham lebih dari siapapun kalau membiarkan emosinya seperti ini akan menggagalkan misinya. Tapi hirarki dalam Yotsuba sudah terlalu mengakar didalam dirinya,
Pemikiran seperti itu membuat tidak sedikit orang menjadi idiot.
“…… Aku sedang ditengah-tengah pelajaran saat ini, jadi kalau tidak penting persilahkan aku pergi.”
“Tunggu.”
Mendengar ultimatum Tatsuya, Aoki akhirnya membuka mulutnya. Dengan sangat enggan juga.
“Beberapa hari yang lalu, kau membeli 3H-P94, bukan?”
Cara bicara bisnis yang digunakan Aoki bisa diterima. Tatsuya merasa kalau itu lucu, tapi ia tidak tertawa. Cara bicaranya yang seperti itu, kemungkinan besar, adalah hasil tiruannya.
“Lebih tepatnya, kemarin lusa.”
Dengan cara yang sama, Tatsuya merespon dengan cara bicara bisnis. Sayangnya, sikapnya ini akan segera hilang.
“Nyonya menginginkannya. Kami akan mengganti dua kali harganya, jadi tolong berikan benda itu segera.”
Tatsuya berdiri, dan memastikan dengan tatapan tajamnya kalau tidak ada penguping di tempat itu.
Karena sejak awal ada peralatan pengamat kekuatan sihir di seluruh bangunan membuatnya tidak dapat menggunakan ‘Mata’nya dengan bebas, tapi mata telanjangnya juga dilatih untuk hal seperti itu. Bagaimanapun, saat ini tidak ada yang menguping pembicaraan mereka.
Tatsuya mengeluarkan terminalnya dari sakunya, dan menghubungkan kabel pada terminal itu, da memberikan ujung yang lainnya kepada Aoki.
Jika dipikir-pikir, tidak, meskipun kau merasa ini terlihat arogan, tapi  jik amengingat Tatsuya belum mengatakan apa-apa, Aoki yang mengerutkan dahinya mengambil kabel itu dan menghubungkannya pada terminalnya sendiri.
“Aoki-san, apa kau sakit?”
Pesan pertama yang dikirimkannya adalah sesuatu yang tak terduga.
Reaksi refleks Aoki ialah marah, tapi merasakan tekanan tak wajar yang datang dari Tatsuya, ia dengan terpaksa menahan emosinya.
“Hari ini hari Sabtu. Kalau saja kau menunggu empat jam lagi kau bisa memanggilku di suatu tempat yang tidak ada orangnya. Kenapa kau terburu-buru membicarakan masalah rumah di ruang menggambar sekolah? Aku yakin kau sudah tahu perintah dari Oba-ue kalau hubunganku dengan keluarga harus selalu menjadi rahasia.”
Retakan besat mulai muncul di topeng Aoki. Ujung bibirnya gemetaran. Kulitnya juga pucat.
Tatsuya tahu kalau pasti ada alasan dibalik kecerobohannya. Pasti menghindari Miyuki, mengingat hirarki, semua orang bisa melakukan hal seperti ini.
Aoki seharusnya sadar kalau Tatsuya pasti akan mengetahuinya. Dan meski begitu, satu-satunya jawaban terletak pada gerakan penanya saat menulis balasannya.
“Aku hanya ingin untuk melaksanakan perintah Nyonya secepat mungkin. Yang lebih penting, tolong segera serahkan 3H sekarang. Lalu aku bisa segera pergi.”
“Tidak mungkin aku bisa melakukan itu. Bahkan jika kupindahkan kepemilikannya padamu, perjanjian pinjamannya akan berdampak juga pada SMA 1. Alasan aku membeli 3H-P94 adalah untuk mencegahnya diambil oleh pihak ketiga. Aku lah yang akan bertanggung jawab. Jadi tolong sampaikan itu pada Oba-ue.”
Wajah Aoki berubah dari merah jadi biru. Ini biasanya tanda kalau seseorang sedang kesal.
“Apa kau mencoba untuk tidak menaati perintah?”
Aoki membalas jawaban tajam Tatsuya.
Melihat perubahan pada dirinya, Tatsuya berdiri. Dia merasa kalau sudah tidak alasan baginya untuk melanjutkan pembicaraan itu.
“Tunggu. Jangan pergi, tunggu sebentar.”
Sepertinya Aoki belum berencana untuk pergi.
Jika dilihat baik-baik, sikap arogannya, yang sebelumnya memenuhi wajahnya, tidak, seluruh tubuhnya menghilang. Tatsuya tidak menduga kalau dirinya akan masuk ke dalam masalah seperti ini. Namun dari matanya, sikapnya sudah benar-benar berubah.
“Aku benar-benar minta maaf atas sikapku barusan.”
Selagi mengatakannya, Aoki menunguk kepada Tatsuya. Dia masih duduk di sofa, tapi tidak salah lagi kalau dia saat ini sedang meminta maaf.
“Tolong angkat kepalamu, Aoki-san.”
Saat dia berbicara, Tatsuya kembali duduk di sofa. Itu bukan berarti ia menerima permintaan maaf Aoki. Yang terutama, Tatsuya tidak merasakan ketulusannya sama sekali. Namun, dia penasaran apa yang ingin dikatakan Aoki sampai-sampai membuatnya seserius ini.
“Tatsuya-kun, bukan, Tatsuya-dono, memang benar seperti yang anda katakan. Karena perjanjian pinjamannya menjadi prasyarat pembelian, maka anda tidak bisa mengambilnya begitu saja. Saya minta maaf sudah meminta sesuatu yang tidak masuk akal.”
“Tidak apa-apa.”
Saat Aoki menunduk sekali lagi, Tatsuya menyamakan sikapnya. Dia menjawab hanya karena apa yang dikatakan Aoki memang masuk akal, apapun yang dikatakannya akan berakhir menjadi sarkasme. Apapun yang terjadi, sepertinya fakta kalau dia sudah tidak mempermasalahkan hal ini telah tersampaikan pada Aoki, yang mengangkat kepalanya.
“Saya hanya ingin anda mengatahui ini. Nyonya tidak meminta 3H karena dia tertarik pada benda itu. Sepertinya Nyonya merasa kalau benda itu perlu menjalani semacam proses penelitian.”
“Aku mengerti.”
“Saya tidak akan memaksa lagi. Sekali lagi, saya paham kalau anda merasa perlu mengatasi masalah ini sendiri. Kalau sewaktu-waktu anda merasa ingin melepaskannya, tolong ingatlah untuk menyerahkannya kepada Nyonya. Kalau seperti itu, saya tentunya akan memberikan kompensasi yang pantas.
Tidaklah sulit untuk membaca maksud tersembunyi dibali tawaran Aoki. Sepertinya apapun yang terjadi, Maya tidak ingin Pixie jatuh ke tangan orang lain.
“Kalau anda ingin menerimanya, kami akan dengan senang hati memberikan jumlah sesuai perjanjian, ditambah tambahan 10% uang tahunan anda setiap tahun.”
“Setiap tahun?”
Dia tidak menduga kalau Aoki akan sampai sejauh ini. Itu tentu saja hanyalah hal kecil untuk Yotsuba, tapi tetap saja itu uang yang banyak.
“Ya, setiap tahun. Lebih jelasnya, kami akan membuat sebuah kontrak yang terbarui setiap tahun.”
Tidak hanya janji belaka, bahkan sampai kontrak. Berdua bagi Tatsuya, dan Yotsuba, 10% uang itu bukanlah inti permasalahannya. Tujuan utama kontrak ini lebih agar Tatsuya segera menyetujui persetujuan ini.
Dengan kata lain, mengambil kepemilikannya. Itulah harga dibalik keseriusan Yotsuba, atau keseriusan Maya.
“Aku yakin kau pasti tahu, kalau aku masih dibawah umur.”
“Saya akan menyelesaikan semuanya dengan ayah anda.”
Itu berarti kalau Aoki akan mengurus semua urusan ini sendiri.
“Baiklah, kuterima.”
Tidak ada kerugian dibalik tawaran Aoki kepada Tatsuya. Daripada merusak kesannya dimata Maya, akan lebih baik kalau dia menyetujuinya, pikir Tatsuya.
◊ ◊ ◊
Mengantarkan Aoki sampai ke pintu masuk, Tatsuya kembali ke ruang latihan. Walaupun separuh jam pelajaran sudah berlalu, dia merasa kalau dia masih perlu hadir.
Namun kakinya berhenti sebelum memasuki ruangan itu.
“Lina.”
Wajah murid pindahan, yang sudah lama tidak dilihatnya, terlihat buruk. Tidak ada tanda-tanda fisik seperti pipinya yang kurus ataupun kantung mata. Tidak ada cara baginya untuk menemukan tanda-tanda kalau dirinya tidak sehat.
Tapi kecermelangannya hilang. Dia bersikap seperti biasa, dan orang yang tidak terlalu kenal dekat dengannya pasti tidak akan sadar akibat penampilan cantiknya. Tapi orang yang sudah kenal dekat dengannya, bahkan jika hanya seperti Tatsuya, pasti akan menyadari adanya sesuatu yang hilang yang selama ini membuatnya bersinar, dan hal itu terlihat jelas.
Sepertinya dia kelelahan mental.
Dia pasti sedang berada dalam tekanan yang berat.
Namun sekarang bayangan-bayangan itu menambah kecantikannya, dan menambah pesonanya dengan cara yang berbeda dari biasanya. Bahkan Tatsuya yang biasanya tidak terlalu tertarik dengan penampilan wanita, atau sebaliknya, sudah terbiasa melihatnya, hanya bisa kagum.
“Tatsuya.”
Meski begitu, itu tidak sampai membuat reaksinya tertunda.
Mendengar namanya dipanggil, dia mengatur tataoannya memandang mata safir itu.
“Apa kau sudah dengar?”
“Ya.”
Mereka membicarakan informasi yang didapat dari Sage. Orang yang bilang kalau besok malam, para Parasite akan berkumpul di lapangan latihan outdoor. Perkataan mereka singkat, tapi maksud dibaliknya benar-benar dimengerti mereka berdua.
“Apa kau tahu siapa itu?”
“Tidak.”
Jadi kelihatannya dia belum pernah menampakkan wajahnya pada Lina, terka Tatsuya dari jawabannya. Itu masuk akal. Kalau Tentara USNA tahu akan identitas Sage, mereka pasti tidak akan berhenti untuk memanfaatkannya agar mendapat makin banyak pengetahuan.
“Jadi begitu, sayang sekali.”
“Ya begitulah. Itu juga tidak penting.”
Berhenti basa-basi, Lina melihat Tatsuya dengan mata menantang.
“Tatsuya.”
Tegas dan jelas.
Sebuah tatapan yang sekuat tekad mereka saat malam mereka mencoba saling membunuh.
“Aku tidak akan menahan diri.”
Dia sudah tahu, tapi Tatsuya mendapati dirinya menyadarinya lagi. Terlepas dari dirinya, sejak awal mereka memang tidak mungkin bisa membentuk aliansi.
“Aku tahu. Lagipula dunia kita memang sudah berbeda sejak awal.
Jawaban Tatsuya adalah sebuah kalimat klasik (kuno) yang biasa ada di novel roman (atau film), yang mana berarti perpisahan.
Alasannya memilih kalimat yang dapat dengan mudah disalahpahami adalah karena mereka yang mendengarkan pembicaraan ini sembunyi-sembunyi.
Lina terlihat menarik kembali balasannya. Hanya dengan sedikit jeda, dia kelihatannya paham maksud Tatsuya.
Meski begitu wajah Lina yang pucat sempat memerah. Entah bagaimana, Tatsuya merasa kalau pipinya yang merah sekarang punya arti yang berbeda dari sebelumnya.
“Bodoh sekali!”
Melontarkan perkataan tersebut, dia berputar,
Dan mustahil untuk tahu apa dia hanya mengikuti permainan Tatsuya,
Atau memang itulah perasaan sejati Lina.
Sekarang Tatsuya sudah tahu jelas akan satu hal.
Dengan lega, dia menuju ke ruang detensi sepulang sekolah.
◊ ◊ ◊
Rumah utama Yotsuba.
Saat Hayama menyajikan teh siang, terdengar sebuah suara elektronik yang menandakan panggilan masuk. Melihat anggukan Maya, Hayama mengangkat terminal komunikasi klasik itu dan mendekatkannya ke telinganya.
“Aoki. ………Jadi, kau gagal. ………Faktanya kau tidak dapat menjalankan perintah Nyonya, Baiklah, situasi seperti memang mau bagaimana lagi. …….Aku tidak yakin kalau kita perlu terburu-buru. Tatsuya-dono sepertinya tindan ingin untuk merubah kesepakatannya sampai sekarang. …….Baikalh kalau begitu, akan kusampaikan pada Nyonya. …….Kerja bagus.”
“……Apa berita dari Aoki-san?”
Setelah Hayama menaruh terminal itu, Maya bertanya. Dengan wajah tak ingin menyampaikan berita buruk, Hayama menunduk kepada Maya.
“Saya minta maaf, Nyonya. Kami gagal untuk memperoeh 3H.”
Itu adalah kegagalan Aoki. Tapi sebagai kepala pelayan, Hayama bisa dibilang atasan Aoki. Kegagalan Aoki harus ditanggungnya.
Jawaban Maya juga tidak berisi pengampuan ataupun teguran.
“Tadi ada nama Tatsuya-san.”
Apa yang menarik perhatiannya adalah itu.
“Tatsuya-dono telah membeli 3H.”
Saat Hayama menjawab, sebuah senyuman kecut muncul di wajahnya.
“Tampaknya Tatsuya-dono tidak ingin benda itu jatuh ke tangan orang lain. Dia sudah membuat kesepakatan hak milik dengan SMA 1.”
Tapi tetap saja, itu menjadi alternatif terbaik kalau Maya tidak berhasil mendapatkan Pixie.
“….Aku penasaran apa dia tahu tentang itu. Atau ini hanya kebetulan?”
“Saya tidak tahu.”
Ekspresi Maya sedikit bingung. Tapi ia segera membersihkan pikirannya.
“……Baiklah, kalau Tatsuya-san bisa menjaganya aku tidak masalah.”
“Aoki bilang kalau Tatsuya sempat memutuskan untuk memberikannya, kalau kita membuat kontrak pemebelian.”
“Ya, itu akan bagus.”
Hayama menghadap Maya dan menunduk. Walaupun Maya belum menyalahkan Aoki, terutama Hayama, yang menunjukkan terima kasihnya atas keringanan hukuman yang diterima atas kegagalannya.
“Tapi bagaimanapun juga, akan lebih enak kalau benda itu ada di tangan kita……”
Mendengar gumaman Maya, Hayama terlihat menyarankan ‘kita seharusnya biarkan saja seperti ini’.
“Nyonya, saya yakin kalau tidak ada pentingnya saya mengatakannya, tapi semakin kita tidak berhubungan dengan mahluk-mahluk itu maka semakin baik.”
Senyuman ironis Maya menjadi pengingat kalau dia masih cantik.
“Karena mereka merepotkan?”
“Seperti yang anda katakan.”
“Lagipula mereka adalah sponsor yang sangat penting.”
Hayam mengerutkan dahinya, melihat senyuman licik Maya.
“Aku tahu apa yang ingin kau katakan, Hayama-san. Aku tidak puya niat untuk menimbulkan perselisihan. Aku hanya melakukan ini karena aku yakin Yotsuba perlu memiliki Parasite.”
“Apa Nyonya yakin dengan mempelajari Parasite akan membuat kita makin dekat dengan misteri Sihir Pengganggu Mental?”
“Ya. ‘Apa isi pikiran sebenarnya’ adalah pertanyan yang selalu dicari jawbannya oleh Tatsuya. Dikatakan Parasite adalah individu badan informasi. Informasi yang ada pada zat, struktur, lokasi….. bahkan sedikit pun, seharusnya bisa memberi kita pentujuk akan pikiran.
Paham akan alasan Maya, Hayama menunduk.
Maya kembali ke topik aslinya.
“Ngomong-ngomong, bagaimana pergerakan roh yang lain?”
“Menurut laopran dari Kuroba-dono tadi, para roh yang dimusnahkan kemarin malam telah bangkit kembali.”
“Sudah bangkit? Itu cukup cepat.”
“Pasti ada alasan dibalik waktu yang cepat itu. Kuroba-dono melaporkan kalau roh-roh itu sepertinya sedang bersiap untuk bertarung.
“Aku mengerti……. Apa kita tahu siapa yang akan dihadapi mereka?”
Wajah Maya menampakkan senyum tertekannya saat dirinya bertanya kepada Hayama.
“Dilihat dari modus operandinya, mereka akan mentarget rekan mereka yang terjebak di boneka itu.”
“Saat ini sepertinya tidak ada masalah yang mencarinya, tapi sebaliknya dia yang mencari masalah.”
Tidak perlu dikata lagi, perkataan Maya merujuk pada keponakannya. Orang yang dibicarakan ini pasti akan menyangkalnya, tapi disini tidak ada yang tidak setuju dengan itu.
“Apa kau tahu kapan itu akan terjadi?”
“Kuroba-dono memperkirakan kalau itu akan terjadi besok malam, di sekitar SMA 1.”
“Lebih baik kita memerhatikan sekitar lalu,….. kalau begitu, tolong bentuk sebuah kelompok. Pemimpinnya……. Ayako-chan seharusnya bisa. Lagipula tujuannya bukan untuk bertarung.”
“Tentu saja.”
Hayama menepuk tangannya, memanggil pelayan-pelayan untuk melayani Maya, sebelum berjalan menuju ke ruang komunikasi untuk meneruskan perintah Maya.
◊ ◊ ◊
Walaupun ini masih belum larut malam, Saegusa Mayumi adalah seorang peserta ujian.
Hari ini tanggil 18 Februari. Seminggu sebelum ujian masuk Universitas Sihir. Peluangnya tidak diterima nol, tapi meski begitu kenyataannya dia tidak punya waktu banyak untuk hal lain.
‘Insiden Vampire’ yang telah mereda saat ini adalah hal baik untuk keadaan mentalnya.
Belajar pelajaran yang kurang dikuasainya di perpustakaan sekolah, saat ia kembali ke rumah hari sudah hampir berganti.
Disambut oleh seorang pelayan yang agak pemalu, Mayumi segera teringat sesuatu.
“Apa Otou-sama sudah pulang?”
“Sudah, Nona.”
Terlatih dengan baik, pelayan itu menjawab dengan tegas, tapi Mayumi bisa melihat alasan dibalik ketakutannya adalah ayahnya.
(Sampai membuat gadis muda seperti ini ketakutan…… Otou-sama, memangnya apa kau lakukan?)
Walaupun didalam hatinya ia merasa tidak nyaman, menunjukkannya hanya akan mengganggu pelayan itu.
“Baiklah.”
Mayumi tersenyum kepada pelayan itu, lalu masuk ke kamarnya sendiri.
Pada waktu itu di ruang belajar, sang kepala keluarga, Saegusa Kouichi memasang wajah frustasi kepada ajudannya, Nakura.
“……..Jadi kau bilang orang yang menyerang dan membunh Parasite yang telah ditangkap Divisi Ketiga Antiintelijen adalah Sirius dari Stars?”
“Tidak diragukan lagi.”
Dihadapan amarah tuannya, tidak ada tanda-tanda ketakutan di wajah Nakura. Walaupun dia bersikap sopan, tidak seperti interaksi antara Hayama dan Maya, ada semacam aspek bisnis diantara mereka. Nakura bukanlah anggota Keluarga Saegusa, dan akan lebih tepat disebut sebagai sewaan. Dia tidak terikat selamanya di sisi Kouichi.
Terkadang dia ditugaskan sebagai pengawal anak-anaknya, seperti Mayumi, atau terkadang ditugaskan untuk menjalankan misi yang berada diluar hukum seperti pengumpulan intel. Begitulah bagaimana Kouichi memerlakukannya, sebagai seorang Extra[1].
“Tapi bahkan bagi Sirius, melakukan penyusupan dan membunuh tawanan termasuk berlebihan. Divisi Ketiga juga bukanlah musuh yang mudah. Apa kau yakin sumbernya tidak salah?”
Saat Kouichi berbicara dengan kesal, Nakura menjawabnya dengan tenang.
“Divisi Ketiga dari Departemen Pertahanan Nasional sangatlah kompeten. Saat kita yang menjadi penyusup ke dalam bangunan Divisi Ketiga, kami tidak menemukan adanya masalah dalam keamanan. Sebaliknya, yang jadi masalah adalah Stars yang terlalu bagus. Itulah alasan mengapa mereka dikenal sebagai pasukan penyihir terkenal di dunia sampai sekarang.”
Ditegur seperti anak kecil, ekspresi Kouichi berubah makin kecut. Namun tidak sampai kehilangan kesabaran dan meneriaki Nakura.
“Tuan, kalau saya boleh bilang, saya yakin ini waktunya kita untuk melepaskannya. Keuntungan Keluarga Saegusa semakin menurun hari demi hari.”
“……Kau benar.”
Kouichi dengan tenang memikirkan saran Nakura.
“Sepertinya Keluarga Kudou juga ikut turun tangan. Aku sudah berpikir untuk meminta mereka menyediakan pasukan untuk kita, tapi mundur mungkin adalah pilihan terbaik.”
“Seperti yang anda katakan.”
“Sampaikan para anggota kita untuk kembali ke tugas biasa. Nakura, bubar.”
“Saya permisi.”
Ketika Kouichi mulai mengoperasikan terminal komunikasi terenkripsinya, Nakura sudah meninggalkan ruang belajarnya.
◊ ◊ ◊
Minggu, 19 Februari 2096.
Delapan Parasite nantinya akan bergerak. Tatsuya tidak dengan mudah percaya informasi yang didapatnya dari seberang sana.
Dia sudah tanpa henti mencari orang bernama Raymond Clark diantara murid-murid di sekolah Shizuku.
Wajah di foto yang tersimpan di server sekolah sama dengan apa yang ada di video itu.
Tapi hal itu tidak menjamin kalau Raymond Clark mengatakan yang sebenarnya. Sama seperti tidak semua informasi anonim itu salah, kau tidak akan bisa memercayai sebuah informasi hanya karena orang yang mengatakannya telah memberikan identitas aslinya.
Meski begitu Tatsuya sudah pergi ke tempat yang dikatakannya, lapangan latihan outdoor SMA 1. Ini karena dia tidak punya petunjuk lain.
Dia menunggu, menyerahkan segalanya pada nasib. Bahkan jika ini semua salah dan dia membuang-buang waktunya, itu tidak akan jadi masalah.
Terdapat sebuah hutan buatan di lapangan luas dibelakang sekolahnya. Secara teknis tempat itu juga menjadi bagian dari SMA 1, tapi susah untuk menjelaskan dimana letak perbatasan hutan buatas dan alami di tempat itu. Terutama saat malam hari.
Saat ini jam 7 malam. Mungkin ini masih belum bisa dibilang malam.
Tidak seperti pusat kosat yang bermandi cahaya didalam kegelapan, didalam hutan yang tak ada lampu jalan sama sekali tidaklah aneh kalau mengira ini sudah malam.
Untuk mencegah adanya orang yang masuk ke dalam, sebuah pagar tinggi dibangun mengelilingi lapangan latihan itu. Kalau seorang warga sipil masuk dan terkena sihir saat latihan, itu akan jadi masalah.
Namun, bahkan tanpa adanya pagar, rasanya tidak mungkin warga sekitar akan masuk. Tempat itu sudah terkenal di sekeliling sebagai lapangan latihan SMA 1.
Selain itu, tidak ada bangunan di sekitar situ yang tidak berhubungan dengan SMA sihir. Saat SMA 1 pertama kali dibangun, pemerintah sudah menawarkan kompensasi untuk pemindahan tempat tinggal bagi mereka yang tidak berhubungan dengan sihir, tidak dapat menggunakan sihir, ataupun tidak ingin melakukan sesuatu dengan sihir. Mereka semua paham betul apa risikonya saat menginjakkan kaki ke dalam lapangan itu.
Itu juga kenapa tidak ada sistem pengaman khusus di tempat itu. Tidak ada yang bisa dicuri dari tempat itu mengingat itu hanya sebuah hutan buatan, jadi tidak ada perlunya melarang penyusup.
“Apa kau bisa menaikinya?”
Melihat pagar setinggi tiga meter itu, Tatsuya menanyai teman-temannya. Satu-satunya pintu masuk terletak di gerbang belakang SMA 1, jadi ketika diluar sekolah satu-satunya jalan masuk hanyalah memanjatnya. Masuk dari luar sekolah tidaklah sulit, tapi masuk dari dalam akan membuatnya perlu berurusan dengan sistem pengawasan sekolah. Walaupun sistem itu tentu saja ditempatkan untuk mendeteksi pencuri yang masuk ke lapangan latihan, kalau ada orang mecurigakan yang masuk tidak hanya dari luar tapi juga dari dalam maka itu akan menimbulkan masalah besar.
“Tentu saja, Onii-sama.”
“Bukan masalah.”
“Sesuatu seperti ini akan mudah sekali!”
Menanggapi pertanyaan Tatsuya Miyuki, Erika, dan Leo mengiyakan.
“Itu tidaklah mustahil.”
Yang paling terakhir, yang menjadi sasaran utama pertanyaan itu, Pixie, menjawab.
Teman-temannya malam ini ada tiga orang, dan satu boneka. Sebenarnya, Tatsuya tidka berencana untuk membawa serta Miyuki. Erika juga, karena dia sudah terlibat sejauh ini, seharusnya hanya tahu akan kejadian ini.
Tapi Tatsuya tahu kalau setelah mengetahui kejadian seperti ini, tidak mungkin bagi mereka untuk duduk diam di rumah. Saat berangkat, Miyuki mengikutinya seperti biasa, dan di saat yang sama Erika tiba-tiba bersemangat; Tatsuya tidak melarangnya. Dia tahu kalau melarang mereka hanya akan buang-buang tenaga. Sebaliknya dia hanya menyerah begitu saja, dan segera masukkan teman-temannya ke dalam strategi miliknya.
Mengalihkan fokusnya ke lapangan latihan sekali algi, dia meraskan udara di hutan itu berputar. Pihak yang lain sepertinya sudah masuk ke panggung.
Selagi berpura-pura mengatur CADnya, dia tidak lupa untuk menjaga gerak-geriknya saat ini, dia mengaktifkan rangkaian sihir ‘Leap’ dari ingatannya dan melompati pagar itu.
Diantara bayang-bayang hutan itu, mereka berlima bergerak dalam satu kesatuan. Mereka tidak berpencar untuk mencari target. Di area seluas ini, di kegelapan ini, berpencar hanya akan menimbulkan risiko untuk dapat dikalahkan dengan mudah.
Bahkan meski begitu, sudah terbukti saat di Aoyama kalau berkelompok di keadaan seperti itu akan sulit dipertahankan. Tidaklah mustahil bagi musuh mereka untuk tidak menyadarinya, meski begitu mereka tidak mengambil risiko itu. Kalau mereka tidak bisa menemukan Parasite seperti ini, mereka hanya akan kembali lagi besok dan mencari lagi.
Tidak lupa, Tatsuya punya perasaan kalau mereka akan muncul.
Itu bukan sebuah prediksi.
Ataupun tebakan.
Walaupun dia tidak punya dasa, Tatsuya meyakininya saat dia melewati pohon-pohon itu. Cahaya senter mereka hanya menerangi sebagian kecil tanah, tapi tidak ada seorang pun yang tersandung dahan mati ataupun akar pohon. Itu mungkin karena jalan mereka tidak berubah, selagi meluruskan matanya mereka hanya berlari melewati jalan yang sama seperti yang mereka lewati saat siang, selama 15 menit.
“Tatsuya-san, tolong berhenti.”
Dari alat komunikasi yang dipasang di telinganya, suara Mizuki terdengar. Dalam mode konferensi, perkataannya tersampaikan ke semua headset.
“38 derajat ke kanan dari posisimu sekarang, aku bisa melihat aura Parasite.”
Daripada menemani Tatsuya dan yang lain, Mizuki berada di atap mengamati lapangan latihan dengan menggunakan ‘mata’nya sebagai navigator.
“Aku juga melihat mereka! Dua pria dan satu wanita, tiga totalnya,”
Menggunakan aura yang telah dirasakan Mizuki, sihir Honoka bekerja pada kamera-kamera yang terpasang. Gambar yang didapatnya melalui Sihir Optik terlihat jelas seperti diambil dari jarak dekat saat siang hari, dan dikirmkan ke terminal kelompok mereka via nirkabel.
Kalau saja tidak ada kemamuan unik Mizuki dan Honoka , pencarian mereka malam ini akan mustahil. Memutuskan kalau mereka sangat diperlukan dalam misi malam ini, Mikihiko segera ditugaskan untuk menjaga mereka berdua. Mikihiko sendiri cukup senang dengan tugasnya. Dia paham betul betapa pentingnya tugasnya itu, dan tahu kalau dirinya lah yang paling cocok untuk tugas itu.
“Ah! Dari arah berlawanan, seorang gadis bertopeng sedang mendekati Parasite!”
Laporan Honoka terdengar. Dengan aura Parasite yang terlihat, sepertinya Lina telah melancarkan serangan.
Tatsuya memberi tanda dengan tangannya. Miyuki, Erika, Leo, dan Pixie mengangguk.
Sesaat setelahnya, Tatsuya menjadi angin bertiup di hutan.
Erika mengikuti tepat di belakangnya sementara Leo, memeriksa samping-sampingnya, mulai berlari bersama Miyuki dan Pixie.
◊ ◊ ◊
Kelompok Tatsuya, sekumpulan Parasite, sekaligus Lina dan pendukungnya.
Ketiga pihak ini sekarang berkumpul di hutan ini, pikir berdua Tatsuya dan Lina.
Tatsuya tahu kalau ada faksi Departemen Pertahanan yang ingin menangkap Parasite, tapi dia sadar kalau mereka berada dibawah kendali Keluarga Saegusa. Diperingati Mayumi, dengan Yotsuba yang tak diragukan terus maju menyudutkan mereka dan adanya pukulan telak dari ‘Angie Sirius’, Tatsuya menyimpulkan kalau mereka seharusnya sedang dalam kondisi buruk saat ini. Setidaknya, mereka tidak akan mengganggunya malam ini.
Namun, kenyataannya, dibawah bayang-bayang pohon, sebuah kelompok lain mendekati berdua Tatsuya dan Lina.
Mereka adalah pasukan gerilnya dari Divisi Pertama Departemen Pertahanan, ahli dalam pertempuran jarak dekat, dikenal dengan nama ‘Korps Pedang’. Dari namanya mereka tidak menggunakan senjata api, tapi apa mungkin sebuah kelompok gerilyawan akan menggunakan pedang.
Pengerahan mereka hanya karena masalah jarak, karena Tokyo berada dibawah yurisdiksi Divisi Pertama, sifat misi ini membutuhkan aksi sembunyi-sembunyi, dan juga karena mereka berada dibawah pengaruh Keluarga Kudou. Tidak, alasan terakhir itu mungkin yang paling berpengaruh.
Tatsuya tidak yakin. Sesuatu yang tidak diketahuinya tidak dapat diperhitungkannya, dan biasanya itu hanya akan menimbulkan perhitungan yang salah. Dia tidak mungkin tahu kalau Tetua Kudou tertarik untuk menjadikan Parasite sebagai senjata, dan ia dapat membentuk sebuah pasukan hanya dalam tiga hari.
Dan terlebih lagi, ada hal lain. Daripada begitu, satu orang lagi.
Satu bayangan, melacak Korps Pedang itu.
Sekarang, didalam lapangan latihan SMA 1, ada lima pihak yang berlomba menuju perselisihan tak terhindarkan ini.
◊ ◊ ◊
Sebagai kapten Stars ‘Sirius’, misi harus dilaksanakan.
Satu-satunya pendorong Lina hanyalah harga diri itu.
Ini bukan berarti dia tidak mengalami kemunduran sejak sebelum datang ke Jepang. Dalam program pendidikan remaja yang diberikan Pentagon, dia hanya mendapat nilai C di Aljabar dan Biologi. Dalam pelajaran bertarung, didalam kelompok yang sama, ada tentara-tentara perempuan seumuran dengannya yang berkembang pesat dan tidak dapat dikalahkannya. Dia juga tidak terlalu hebat selama latihan.
Tapi dia tidak pernah sekalipun kalah dalam sihir.
Kapten Star, Angie Sirius.
Salah satu penyihir terkuat di dunia.
Semua orang memujanya, dan dia sangat percaya dengan kemampuannya sendiri.
Tapi di jepang.
Dia telah kalah dari Shiba bersaudara.
Pertarungan pertama dipilihnya sendiri.
Terpaksa mundur dalam pertarungan yang dipilihnya sendiri, itu menjadi sebuah ‘kesuksesan’.
Dalam pertarungan keduanya, dia kalah dihadapan serangan ‘kamikaze’ Tatsuya, dan meski dia sudah kalah dari sergapan itu, meskipun dia kalah secara strategi, tapi dia tidak dikalahkan menggunakan sihir.
Di pertarungannya dengan Miyuki yang terjadi setelahnya, dia juga kalah.
Walaupun dalam kondisi merugikan, Lina tidak menenggapnya sebagai alasan.
Dalam pertarungan langsung, dia kalah dari Miyuki.
Kekalahan itu nantinya meningkatkan semangat bertarungnya.
Tidak terpengaruh oleh itu semua, dia bersumpah untuk memulihkan harga dirinya.
Namun,
Dalam pertarungan balas dendam itu,
Lina telah dikalahkan Tatsuya.
Menggiringnya agar dapat satu lawan satu, bahkan sampai membuatnya menggunakan ‘Brionac’, dia pun masih kalah.
Bahkan saat ia merasa kecewa, ia tdiak benci ataupun sentimen terhadap Tatsuya. Walaupun Tatsuya sudah mempermalukan Lina .
Pertarungan itu sendiri sudah sangat adil. Sebaliknya, malah dia diuntungkan.
Dia kalah dari Tatsuya tidak hanya dalam segi sihir, tapi juga dalam tekad….. Lina menerimanya.
Tapi tak diragukan lagi, kekalahannya sempat menggoyahkannya. Dia adalah salah satu penyihir petarung terbaik di dunia, Sirius.
Karena alasan tersebut dia ditunjuk sebagai kapten Stars, posisi yang mana tidak memerdulikan usia maupun gender dan hanya diberikan kepada penyihir dengan kekuatan terkuat di USNA. Kalaupun penyihir itu bukan anggota militer, pada saat keadaan darurat, maka ia akan diangkat menjadi Kapten Stars dan ‘Sirius’.
Kemungkinan berita-berita kekalahannya tersebar ke dunia cukup kecil. Apalagi berdua Tatsuya dan Miyuki, sekaligus teman-teman mereka, juga tutup mulut. Menghancurkan nama Sirius bukanlah tujuan mereka.
Tapi walaupun tidak ada orang lain yang tahu, dia perlu menerima fakta kalau dia kehilangan harga diri. Untuk memperolehnya kembali, Lina perlu menggunakan kemampuannya dan melaksanakan tugasnya sebagai ‘Sirius’.
Kalau dia dapat terus menjadi ‘Sirius’.
Demi gadis yang ada didalam dirinya yang telah hilang semenjak dia memakai nama Sirius, Angelina Shields.
◊ ◊ ◊
Saat Tatsuya sudah cukup dekat untuk dapat melihatnya dengan mata kepalanya sendiri, ia melihat Lina; bertopeng, berambut merah dan mata emas sedang melawan tiga Parasite sendirian.
Walaupun Parasite dalam menggunakan sihir tanpa membentuk Rangkaian Aktivasi, hanya dengan memikirkannya, sihir itu bisa terbentuk, namun Lina tidak akan membiarkannya. Dari segi rasio serangan, Lina melancarkan tujuh pukulan kepada setiap Parasite yang melawannya. Kalau saja salah satu Parasite itu tidak memiliki kemampuan berbahaya, pertarungan itu pasti akan lebih condong ke Lina.
Kemampuan Parasite itu adalah teleportasi semu.
Dari segi sihir, kemampuannya menggabungkan hantaman inersia kompleks dan teknik gerakan kecepatan tinggi.
Dengan menggunakan pohon-pohon yang ada, memungkinkannya untuk bergerak di dimensi tiga, muncul dan melancarkan sihir.
Sihir yang dilancarkannya punya kekuatan gangguan yang kecil, dan tidak ada apa-apanya dibanding sihir Lina, tapi dia tidak bisa diam begitu saja, dan setiap kali Lina menggunakan sihir pertahanan, beberapa serangan dari Parasite yang lain akan menghancurkan pelindungnya. Tatsuay menilai situasi ini dalam sekilas.
Dia tidak punya niatan untuk membantu Lina, tapi Tatsuya menghentikan langkahnya, dan menggunakan ‘Decomposition’ pada Parasite yang menggunakan teleportasi.
Banyak penyihir menggunakan sihir dengan kelima inderanya. Bahkan saat menggunakan persepsi diluar kelima inderanya, yang dibidik pasti lokasi target mereka.
Begitulah yang biasanya terjadi.
Namun Tatsuya dapat membidik informasi mereka. Bahkan jika lokasi targetnya terus berubah-ubah, asalkan informasi itu telah dikenalinya maka ia bisa membidiknya.
Kemampuan teleportasi semu itu tidak berdampak pada Tatsuya.
“Serahkan itu padaku!”
Namun bukan itu masalahnya bagi Tatsuya. Mengejar posisi Tatsuya saat ini, lalu melewatinya, Erika mengaktifkan Inertia Control.
Teknik teleportasi semua itu hanya berbahaya kalau tangan, kaki, dan semua diatas mata musuh mereka tidak dapat mengikuti pergerakannya. Di sisi lain, kalau kecepatan musuhnya melebihi pengguna teknik tersebut, gerakan tiga dimensi itu akan terlihat tidak lebih dari sekadar akrobat.
Erika menggenggam ‘Orochimaru’ versi pendek yang dibuat oelh Keluarga Isori dan disesuaikan Tatsuya (sebenarnya dia tidak memintanya), senjata yang terintergrasi CAD ‘Mizuchimaru’, dan langsung berakselerasi lurus ke depan.

Tujuannya adalah lokasi Parasite itu, yang baru saja menendang batang pohon itu, mendarat.
Dengan penglihatan dinamis yang luar biasa, kontrol tubuhnya tetap terjaga bahkan saat sedang terkena efek dari Inertia Cancel, pinjakan kakinya memungkikan dirinya untuk maju ke depan tanpa melakukan gerakan yang sia-sia, dia mampu memperhitungkan saat yang tepat kapan musuhnya akan terjatuh ke tanah.
Dalam segi kekuatan sihir, Parasite itu mungkin lebih hebat daripadanya.
Tapi kekuatan Erika dalam bela diri menutupi semua kesenjangan yang ada.
Erika mengayunkan Mizuchimaru.
Tanpa keraguan sedikit pun, pedang itu membelah Parasite itu.
Tatsuya merubah bidikan ‘Decomposition’nya, menembaki Parasite-Parasite lain yang saat ini mencoba untuk menyerang Erika dengan telekinesis, dan saat Erika mendaratkan pukulan terakhir ia mengulurkan tangan kirinya ke sebuah mayat.
Mikihiko akan menciptakan pelindung yang mencegah Parasite keluar dari inangnya. Dia sudah mempersiapkan sebuah altar sederhana di atap sekolah. Alasan Mikihiko ditempatkan di atap bukan hanya untuk menjaga Mizuki dan Honoka, tapi juga karena dia dapat membentuk pelindung dari jarak jauh.
Meski begitu efek pelindungnya tidak sempurna. Itu bukan karena kemampuan Mikihiko, pada dasarnya memang karena sihir itu sendiri memiliki kecacatan. Sebenarnya, pelindung tidak bisa diciptakan seperti ini.
Selama inangnya tidak mati, Parasite tidak akan bisa meninggalkan wadahnya. Dengan kata lain, sekali inangnya mati maka Parasite dapat dengan bebas pergi. Bahkan jika merea dapat mengamankan tubuhnya, mereka tidak akan dapat menahan Parasite itu sendiri. Sebelum Erika benar-benar membunuh Parasite itu, pelindung itu perlu dibentuk.
Sebuah tembakan Psion berjumlah besar melesat dari telapak tangan Tatsuya, dan membelah Psion yang ada di tubuh Parasite itu. Tidak, jika diperhatikan dari dekat bukan ‘membelah’ tapi ‘memisahkan’.
Tatsuya, Miyuki, dan Mikihiko telah memeriksa hasil pertemuan terakhir mereka, dan menduga kalau Parasite adalah inti dari badan informasi Pushion yang memiliki sebuah lapisan tipis diluarnya; sesungguhnya sama seperti lapisan berserat yang menyelubungi inti Pushion; ini menuju pada hipotesis kalau mereka mengonsumsi Psion ketika mereka menggunakan sihir.
Menghancurkan badan Pushion itu sendiri tidaklah mudah bagi Tatsuya. Itu sudah dibuktikan dua kali.
Dan walaupun Mikihiko mengalami kesulitan dalam menyegel Parasite seorang diri, tapi sudah beda cerita kalau Parasite itu sudah dilemahkan dan ketahanan sihirnya telah dihilangkan.
“Mikihiko!”
Tatsuya memanggi namaya dari headset. Itu sebenarnya tidak perlu. Berkat Sihir Optik Honoka dana ‘mata’ Mizuki, Mikihiko sudah benar-benar tahu akan apa yang terjadi di lapangan itu.
Mikihiko ‘melihat’ apa yang terjadi, dan memanggil kilatan petir dari surga, hampir di saat yang sama dengan panggilan Tatsuya. Petir itu menyambar mayat inang itu, dan membakar kulitnya. Meninggalkan karakter-karakter tulisan dan pola-pola geometri di kulitnya.
“Tembakan bagus!”
Erika berteriak dengan bersemangat. Dari apa yang dilihat Tatsuya, tidak ada informasi yang keluar dari tubuh inang itu.
Namun, dia tidak merasakan kesenangan yang dirasakan Erika.
Dia menembakkan lebih banyak tembakan pada Parasite yang telah dilumpuhkannya.
Kilatan-kilatan petir yang lain menyambar turun. Tubuh merea, terkena tembakan Psion Tatsuya, berhenti bergerak. Dengan ini sudah dua Parasite yang tersegel.
Di sudut matanya, terdapat petir lain yang menyambar. Daripada sebuah petir Sihir Kuno, itu adalah petir Sihir Modern.
Ia melihat satu Parasite hangus terkena sihir Lina. Parasite itu mungkin sudah pergi.
“Satu melarikan diri. Mizuki, apa kau melihatnya?”
“Maafkan aku, mencari semuanya dari sini……”
Saat Tatsuya secara refleks bertanya melalui headsetnya, jawaban yang didapatnya terdengar meminta maaf. Memikirkannya, itu masuk akal; karena penglihatan Mizuki tidak bisa melihat apa yang ia tidak bisa lihat secara fisik, dia tidak bisa melihat objek yang jauh.
“Aku mengerti. Maaf, aku meminta sesuatu yang tak masuk akal. Lupakan saja.”
Mengikuti Mizuki, Tatsuya menghadap Lina dan Erika dengan wajah pahit.
“Angie Sirius.”
Wajah Lina yang kesal dibalik topeng itu bukanlah ilusi.
“Apa.”
Tapi kali ini, dia sepertinya berkenan untuk berbicara. Suaranya juga berubah, apa ini juga efek lain dari ‘Parade’?
“Jangan coba membunuh mereka sampai mereka sudah tersegel. Pembersihannya nanti akan merepotkan.”
Dia kehabisan kata-kata untuk sesaat. Intuisinya berkata kalau Tatsuya tidak mengatakan ‘merepotkan’ karena mereka harus mengurusi mayat-mayat itu; dia hanya memandang hidup dan mati seseorang sebagai sesuatu yang ‘merepotkan’. Itu tidak merubah jawaban Lina.
“Itu bukan urusanku. Aku disini hanya untuk pengkhianat-pengkhianat itu.”
Walaupun dia sengaja merubah nada bicaranya, masih bisa diketahui dari intonasinya, pikir Tatsuya.
Tentu saja, apa yang Tatsuya maksud jelas berbeda.
“Tugas Sirius ya…. Baiklah, itulah kenapa kami ingin menyegel tubuh-tubuh iyu. Satu melarikan diri.”
“Itu tidak termasuk dalam misiku.”
Keras kepala seperti biasa. Dan Tatsuya tidak pernah berniat bernegosiasi dengan orang yang tidak mau mendengar. Sikapnya selalu ‘terserah padamu kalau kau tidak mau dengar, dan aku juga akan seperti itu’. Namun, Tatsuya perlu membuat Lina mau mendengarnya. Tatsuya terus melakukannya selagi menahan desahannya.
“Misi katamu, tapi orang yang baru saja kau bunuh sepertinya adalah orang Asia. Apa dia benar-benar pengkhianat?”
Tatsuya tidak terlalu yakin kalau itu masalahnya. Itu hanya gertakan. Tapi Lina benar-benar kesal. Tebakannya sepertinya benar.
“……..Meskipun ia bukan pengkhianat, dia bersalah karena sudah membantu mereka.”
Tapi sampai sekarang, sikap keras kepalanya menolak untuk mengalah.
“Akan kukatakan sekali lagi, Parasite tidak ada hubungannya denganku. Aku disini hanya untuk memenuhi tugasku sebagai Sirius.”
Berkata seperti itu, Lina menghilang dalam hutan.
Menahan dirinya untuk mengangkat bahunya, Tatsuya menghadap ke Erika.
“Jadi dia keluar juga, si Sirius.”
Erika melompat. Melihat Erika menunjukkan senyuman yang tak berisi dendam kejadian tiga hari yang lalu, Tatsuya hanya bisa tersenyum kecut.
Setelah seringaiannya menghilang, senyuman itu juga hilang.
“Itu……. Lina, ‘kan? Walaupun dia terlihat benar-benar berbeda.”
Dan Erika bertanya dengan wajah tanpa ekspresi.
“Kalau benar-benar berbeda, kenapa kau berpikir seperti itu?”
“Aksinya, aku rasa. Caranya bergerak dan membawa dirinya, semuanya terasa familiar.”
“Benar juga……”
Tatsuya harus mengakui kemampuan observasi Erika. Sihir ilusi ‘Parade’ yang merubah semuanya mulai dari wajah sampai bentuk tubuhnya telah terbongkar oleh sesuatu yang sepele.
Tapi tetap saja, dia tidak bisa mengagumi hal ini selamanya.
“Aku rasa kau sudah tahu semua itu, tapi kau merahasiakannya. Meski begitu, aku ingin mengatakan apa yang kukatakan pada Lina kepadamu.”
“Jangan membunuh mereka?”
“Ya. Kau sudah dengar penjelasannya. Selama inangnya belum mati, Parasite tidak bisa pergi. Kita memasang pelindung itu untuk mencegahnya pergi, tapi melumpuhkan mereka tanpa membunuh tetaplah jadi cara yang paling baik.”
Permintaan Tatsuya masuk akal. Erika mengerti.
“Maafkan aku. Ini tidak adil untukmu Tatsuya-kun, tapi aku tidak bisa melakukannya.”
Namun, Erika, Erika menggelengkan kepalanya.
“Orang yang sudah siap membunuh dengan pedang, harus siap untuk dibunuh. Memikirkan hal itu……. Aku tidak bisa sengaja memperpanjang penderitaan mereka tanpa membunuh mereka.”
Namun alasannya benar-benar berbeda dari Lina. Itu perasaan sejati dan pribadinya.
“Akan beda lagi kalau mereka bisa diselamatkan tanpa dibunuh, tapi menyegel mereka sama saja membunuh mereka bukan? Jadi meski mereka sudah bukan manusia, aku ingin mengakhiri mereka tanpa membuat mereka menderita.”
Tidak ada rasa gugup sama sekali dari ekspresi ataupun mata Erika. Namun tekadnya sudah teguh.
“Aku rasa mau bagaimana lagi.”
Membunuh sudah pasti bagi Tatsuya. Baik orang itu dibunuh setelah mengalami penderitaan atau tidak, pada akhinya mereka tetap dibunuh; itulah alasan Tatsuya.
Walau begitu dia tidak mencoba menghalangi Erika. Prinsip itu masalah pribadi.
Beberapa diantaranya tidak perlu dicampuri orang lain.
“Yah, aku hanya perlu kerja ektra keras.”
Membunuh Parasite akan membutuhkan komitmen yang bertentangan yang tidak terbesit di pikiran Tatsuya.
◊ ◊ ◊
Leo, mengejar Tatsuya, melihat kilatan petir dan cahaya Psion dari pertarungan dan mendadak terdiam. Hampir tidak ada jeda, Miyuki segera berhenti juga. Pixie, dengan tubuh mesinnya, mengambil beberapa langkah untuk berhenti.
“Saijou-kun, berhati-hatilah.”
“Itu kalimatku.”
Leo berbicara dengan nada bercanda, tapi matanya sudah melihat kanan kiri.
“Kita terkepung…. Atau semacamnya. Sepertinya memang begitu. Sekarang aku tidak punya senjata apapun, tapi apa yang harus kita lakukan Miyuki-san?”
Dia tidak memiliki persepsi jarah jauh ataupun inframerah. Dia juga tidak pernah latihan, tapi hanya dengan mengamati sekitarannya dia dapat membaca gerakan musuhnya.
“Ayo kita hadapi.”
Jawaban Miyuki singkat dan jelas.
“…..Itu cukup agresif.”
Reaksi Leo tidak terlalu antusias.
“Apa begitu? Tapi tidak ada yang perlu ditakutkan kau tahu? Bahkan jika semuanya diluar kendali, Onii-sama akan datang dan membantu kita.”
“Ah~, tentu saja, ya.”
Namun alasannya cukup manis.
Mata Leo menyipit saat dia secara tidak sadar bergumam.
“Meski begitu, aku juga tidak ingin menganggu Onii-sama……”
Saat Miyuki berdebat dengan dirinya sendiri, dia memanggil Pixie.
“Pixie, berdiri dibelakangku.”
“Baik.”
Menolah ke arah semak-semak di sebelah kirinya, Miyuki memberikan perintah. Diperintah oleh Tatsuya untuk menuruti Miyuki, Pixie merespon dengan kalimat yang pendek dan bergerak ke posisinya.
Terminal CAD di tangan kiri Miyuki sudah siap. Saat Leo penasaran sejak kapan dia mengambilnya, dia menyadari kalau dirinya memandangi Miyuki dengan mata terpana sekali lagi.
Untuk itu, sekarang tatapannya sudah tidak terpaku lagi.
Dia adalah tipe orang yang ‘cuek’, tapi jika bukan karena Miyuki dia pasti sudah mengabaikan semua ini.
Kesadarannya sudah fokus di musuh.
Jari-jari Miyuki bergerak dengan halus. Ibu jari tangan kirinya menari-nari di panel kendali CADnya.
Tidak ada peringatan sama sekali.
Udara di hutan itu berkilau. Pecahan-pecahan es terbentuk di batang dan cabang-cabang pohon dan jatuh ke tanah. Fenomena itu dikenal dengan es tipis, atau debu berlian. Bulan Februari, di tengah kota, di sebuah hutan saat malam hari; tak perlu dikata lagi sudah pasti mustahil hal itu bisa terjadi.
Namun tidak ada seorang pun yang salah mengiranya sebagai fenomena alam.
Itu adalah sihir yang membentuk sebuah area debu berlian dalam radius 100 meter dengan seketika. Namun ini bukanlah sihir ofensif ataupun defensif. Tidak yakin dengan niat pihak lain, Miyuki hanya menandai teritorinya saja.
Dengan membentuk sebuah lapisan tipis, cuaca tempat itu sudah berubah. Di Insiden Yokohama pada bulan Oktober, Mari menyebut sihir Miyuki ‘setara Sihir Kelas Taktis’.
Sebenarnya, itu tidak tepat. Sihir Miyuki bukan ‘setara Sihir Kelas Taktis’. Itu memang Sihir Kelas Taktis.
Kemampuan sihir Miyuki, daripada memberikan dampak pada musuh, lebih terpusat pada lingkungan sekitarnya.
Kekuatannya cukup untuk, bahkan tanpa disengaja, membuat dunia berwarna putih sejauh mata memandang.
Itulah sihir Miyuki.
Di situasi seperti ini, Leo benar-benar tidak sabaran.
Baginya, sebuah pertarungan menandakan kalau ‘bicara’nya sudah selesai.
Seperti di Yokohama, di situasi dimana musuh mereka jelas tidak punya niatan untuk berdiskusi, kekuatan menjadi satu-satunya mediator.
Kalau musuh yang telah meremehkan mereka menampakkan diri, dia tidak akan ragu-ragu untuk ‘mengoreksi’ mereka dengan tinjunya.
Kalau temannya dalam masalah, dia akan memberikan bantuan dengan cara yang kasar.
Itu mungkin bisa dibilang ‘biadab’, tapi bertarung sudah menjadi bagian dari negosiasi.
Namun, dihadapan kekuatan Miyuki, tidak peduli apapun klaim mereka; keberadaan musuh mereka akan hilang.
Daripada menyebutnya kucing mengejar tikus, akan lebih cocok jika disebut gajah menginjak semut.
Mereka sangat menyedihkan untuk dianggap sebagai lawan.
Itu bertentangan dengan gaya Leo.
“Miyuki-san, aku akan melawan cecunguk-cecunguk. Bantu saja aku sampai Tatsuya tiba!”
Di dunia beku nan gelap ini, berkobar sebuah semangat bertarung.
Tidak ada kekerasan sama sekali, hanya tekad saja. Tidak ada sentimen sama sekali, hanya tujuan saja.
Lawannya saat ini adalah pertarung profesiona dibandingkan dengan penjahat-penjahat kota, tapi meski begitu dia sudah mengambil tantangan ini dihadapan Miyuki. Pikirannya mungkin sudah teguh.
“Oh? Kalau begitu, kuserahkan semuanya padamu.”
Miyuki mundur perlahan mendengar perkataan Leo.
Udara dingin yang bertiup di hutan itu tidak bertahan lama.
Mana mungkin aku kalah melawan orang-orang itu, kata Leo dalam hati.
Dari bayang-bayang pohon dan semak-semak, pria-pria berseragam memegang pisau besar muncul satu per satu.
Setelah sekitar sepuluh orang, tidak ada orang yang muncul lagi.
Tidak ada lagi kilatan cahaya yang terlihat dari arah yang sedang mereka tuju, dan tidak ada suara-suara keras pertarungan yang terdengar. Sepertinya masalah sudah terslesaikan.
“Panzer.”
Berkata ‘cepatlah, Tatsuya’ di pikirannya, Leo mengucapkan perintah suara untuk mengeluarkan Rangkaian Aktivasinya.
Ironisnya, itu menjadi sinyal.
Tanpa berkata-kata, tanpa suara, salah satu tentaa yang tergeletak itu melompat ke depan.
Cepat! Leo hampir tidak memiliki waktu untuk berpikir sebelum pisau itu tertusuk padanya.
Dia menghadangnya dengan lengan kirinya.
Berdua Leo dan tentara itu mulai berkelahi.
Tapi tidak ada satupun dari mereka yang kalah.
Tangan kiri tentara itu yang bebas memukul wajah Leo.
Walaupun dia hanya punya sedikit waktu, Leo mengikuti instingnya dan segera melempar tubuhnya ke kanan.
Gelombang kejut menghantam sisi wajahnya.
Gendang telinga – stabil. Sistem vestibular – kerusakan kecil.
Selagi memeriksa kerusakan yang didapatnya, Leo berguling dan melompat. Dia pasti benar-benar ingin untuk memperjauh jaraknya, tapi musuhnya tidak membiarkannya.
Disaat kakinya berpijak, pisau itu sudah muncul. Kalau dia masih di terbaring tanah, pisau itu akan mendekatinya dari atas dan skakmat.
Pisau itu diarahka ke bahunya, sepertinya musuhnya tidak bermaksud untuk membunuh seorang anak SMA Jepang, dan Leo menangkisnya dengan lengannya.
Sihir ‘Penetration’ pada pisau itu berhantaman dengan sihir ‘Fortification’ lengan jaketnya.
Pisau itu gagal menembus kulit Leo, dia lalu memukulkan tinjunya ke dagu tentara itu. Itu adalah pukulan samping yang luar biasa.
Kekuatan pukulannya, diperkuat dengan manipulasi genetik dan dengan latihan yang panjang sudah cukup untuk membuat seorang tentara pingsan dalam satu pukulan. Walau begitu, pergerakan sembilan tentara yang lain tidak terpengaruh.
Tanpa jeda, lebih banyak pisau yang datang dari sekitarnya. Satu pisau saja sudah sulit diatasi, dan sekarang ada dua. Terlebih lagi, panjang pisaunya berbeda.
Bahkan seorang ahli berpedang akan kesulitan untuk menghadapi kombinasi serangan seperti ini. Dan meski dia memiliki refleks manusia super dan reaksi yang cepat, Leo bukanlah seorang ahli berpedang. Untuk dapat menggunakan Usuba Kagerou, ia menghabiskan waktunya sebentar di dojo Chiba, dia telah mendapat kemampuan berpedang sabuk hitam. Tapi itu semua ada batasnya. Kemampauannya hanya bisa bertahan sampai setingkat ini saat dikenakan serangan.
Percaya dalam sihirnya, Leo fokus pada musuh di kirinya.
Dia mengabaikan pisau yang mendekatinya dari sisi kanan.
Meluncur dibawah pisau tipis yang diarahkan pada tulang selangkanya, dia melompat dan mengayunkan lengan kirinya memutar.
Benturan pukulan Leo di hidung musuhnya hampir bersamaan dengan suara pisau yang berdenting.
“Terima kasih bantuannya.”
Pukulan miring Leo mengenai wajah musuhnya, dan tidak parah.
Dua tentara yang menyerang itu melompat ke belakang.
Salah satu dari mereka bertangan kosong.
Pisau yang dipegangnya melekat dengan kuat dibawah kaki Leo.
“Kau sepertinya dalam masalah.”
Apa yang memukul benda itu dari tangannya adalah pedang Erika.
“Yah, bahkan jika aku tidak melompat masuk Miyuki sudah siap untuk membantumu.”
Melihat ke belakang, Leo melihat Miyuki membalasnya dengan senyuman lembut. Kalau Erika tidak sampai tepat waktu, kemungkinan tentara musuh itu sudah membeka.
Leo secara tak sengaja merasa ngeri.
“Dimana Tatsuya?”
Mencoba untuk menahan perasaannya, dia mengganti topik pembicaraannya.
“Dia sedang asyik dengan mereka yang mengelilinginya di belakang.”
Erika sengaja menjawab dengan suara keras.
Sepertinya yang diharapkannya, tentara-tentara itu terlihat kesal.
“Miyuki, Tatsuya-kun bilang dia perlu terhubung denganmu.”
“Bagaimana dengan Pixie?”
Masih disampingnya, Miyuki menjawab pesan Erika dengan suara sedikit tersipu.
Walaupun ini bukanlah waktu yang tepat untuk tertawa, Erika tidak bisa menahan tawanya.
“Pixie akan membantu kami. Pixie, Tatsuya-kun pasti sudah memberitahumu bukan?”
“Sesuai dengan perintah Master, izin menggunakan kekuatan cenayang, terkonfirmasi.”
“Dan itu dia. Miyuki, serahkan saja ini kepada kami.”
Meski situasinya seperti ini, Erika berhasil berpura-pura.
“Kalau begitu, berhati-hatilah.”
Jawaban Miyuki tidaklah panjang, lalu dia pergi tanpa melihat ke belakang.
“Ahh~h…… memangnya kau tahu dimana ia sekarang? Yah, itu tidak sesensitif itu.”
“Kalian berdua disana.”
Wajah Leo juga berbeda dari sebelumnya, sebuah ekspresi tak kenal takut mengalir di wajahnya.
Meski dirinya sendiri sedang berusaha keras untuk menahannya.
“Kalau begitu sekarang……… ini semua terserah kita, kalau begitu apa kita bereskan sekarang?”
Menyadari perubahan pada Leo, dan sengaja tidak mengatakannya, Erika menggenggam Mizuchimaru. Pada saat itu juga.
“Tidak, itu cukup. Erika, sarungkan pedangmu.”
Seorang karakter baru muncul ke panggung.
Erika menarik nafasnya dalam-dalam.
Bayangan tinggi yang keluar dari balik kegelapan hutan buatan itu adalah,
“Jikei-ue[2]………”
Kakak kedua Erika, Chiba Naotsugu.
◊ ◊ ◊
Alasan Tatsuya memanggil Miyuki tidak murni karena dia khawatir tentangnya. Tentu saja dia khawatir, tapi setidaknya alasannya bukan itu. Dia merasakan apa yang terjadi telah melebihan kemapuan Leo dan Erika. Untuk mengatasinya, kekuatan Miyuki perlu digunakan.
Dan situasi yang telah diperkirakannya terjadi.
Tepat dibelakangnya, Miyuki terengah-engah. Kehancuran terpampang didepan matanya.
Didepan Tatsuya, terdapat dua dan tiga, tubuh anggota Pertahanan Nasional yang tergeletak. Meski mereka tidak tahu, petarung-petarung itu dikirim oleh Keluarga Kudou.
Ini bukanlah pekerjaan Tatsuya.
Sebaliknya ini adalah pekerjaan Parasite, yang sekarang sedang bertarung dengan Lina.
“Lina, mundurlah!”
“Omong kosong!”
Tatsuya tidak hanya mengamatinya saja. Dia sendiri juga sedang ditengah-tengah pertarungan.
Lina menyerang sekelompok Parasite. Jumlahnya enam. Mengingat jumlah mereka yang sudah dikalahkan, ini sudah lebih dari yang diperkirakan Pixie.
Kalau mereka hanya ada enam, pertarungan ini pasti sudah selesai. Nama Sirius bukan hanya untuk pamer, dan sebagai orang yang misinya ialah untuk memburu penyihir perngkhianat, keahlian ‘Sirius’ bisa dibilang dalam sihir tarung. Biasanya, jumlah sebanyak ini tidak akan jadi masalah untuk ‘Sirius’.
Tapi Lina kesulitan saat ini. Kalau Tatsuya tidak terus menerus mendekomposisi sihir yang menghujaninya, dia mungkin sudah selesai.
Senjata terkuat Lina adalah kecepatan aktivasinya.
Dihadapkan dengan kecepatan yang luar biasa, kebanyakan lawan akan dikalahkan dalam seketika. Itulah keahlian khusus Lina. Bahkan kebiasaannya mempersenjatai dirinya dengan pistol adalah untuk memanfaatkan keahliannya ini.
Para Parasite itu nampaknya dapat menggunakan sihir hanya dengan memikirkannya.
Sihir lahir dari penggambaran.
Tanpa perlu Rangkaian Aktivasi atau media apapun, itu terasa seperti ‘kekuatan cenayang’.
Meski ini menjadi kekuatan mereka, disaat yang sama ini menjadi kelemahan mereka. Variasi serangan mereka terbatas. Sepertinya juga ada batasan gambaran yang dapat digambarkannya, meski untuk alasan yang berbeda dari manusia.
Salah satu keuntungan Sihir Modern adalah jumlah variasi yang lebih banyak. Sebagai gantinya kecepatan, kestabilan dan variasinya bertambah banyak. Banyak eksperimen dan situasi praktis yang membuktikan kalau ini memberikan keuntungan. Itulah mengapa perkembangan sudah maju sampai di titik ini.
Namun begitu ini berguna untuk orang-orang yang bertarung sendirian atau sebuah kelompok kecil dengan membiarkan sihir dalam jumlah tertentu untuk mengatasi situasi dan memusatkan energi mereka, pada kasus-kasus tertentu kecepatan jadi faktor yang lebih penting.
CAD adalah alat yang dikembangkan untuk memberikan variasi sekaligus kecepatan. Bahkan diantara CAD-CAD yang ada, keberadaan CAD khusus, yang mengorbankan variasi untuk kecepatan, menunjukkan seberapa pentingnya faktor itu.
Berdua tiga Parasite sebelumnya, dan enam Parasite sekarang.
Kentungannya tidak begitu saja terlipat ganda.
Menurut Hukum Perkalian Lanchester, potensi sebuah kelompok penyerang dalam segi kekuatan setara dengan jumlah personilnya (atau senjata, atau jumlah kelompok yang ada) dikuadrat. Menghubungkan teori ini dengan sihir tarung, jumlah serangan sihir dalam satuan waktu saat tiga lawan satu adalah 9:1, atau 8; dalam kasus ini, perbedaan potensi sihir antara enam melawan dua adalah 36:4, atau 32.
Perbedaan itu hanya menandakan masalah.
Alasan Tatsuya dan Lina bisa menghadapi keuntungan-keuntungan sebanyak itu adalah karena mereka dapat membalik perbedaan dalam potensi sihir per satuan waktu. Namun, walau begitu, mereka tidak bisa menyerang, dan berdua Tatsuya dan Lina terpaksa untuk fokus bertahan. Saat ini tangan Tatsuya baru saja mendekomposisi semua sihir yang tertuju pada mereka.
Dia memanggil Miyuki karena dia sudah memprediksi situasi ini sebelumnya.
“Miyuki!”
“Ya, Onii-sama!”
Dua kalimat itu saja lah yang dibutuhkan mereka berdua.
Hanya dengan memanggil namanya, Miyuki tahu apa yang diinginkan kakaknya untuk dilakukannya.
Dari tubuh Miyuki, atau lebih tepatnya dari koordinat tubuh Miyuki muncul sebuah aliran kekuatan gangguan yang terlepas.
Zone Interference.
Dengan tujuan yang tidak jelas, itu adalah teknik anti-sihir yang hanya berguna untuk menghentikan sihir lain.
Sebuah sihir yang mencegah orang lain untuk menggunakan sihir. Sebuah teknik untuk mematikan semua sihir yang ada kecuali sihir itu sendiri.
Hukum Perkalian Lanchester digunakan untuk kasus dimana serangan-serangannya tersebar. Hukum itu tidak bisa digunakan pada serangan yang intens.
Zona Interference milik Miyuki menciptakan sebua area non sihir.
Dihadapkan dengan Tatsuya dan Lina yang menggunakan sihir dengan intensitas yang tinggi.
Kekuatan gangguan mereka cukup untuk melawan sihir Miyuki.
Menggunakan serangan langsung terhadap sihir Miyuki didalam zona gangguannya tetaplah sulit bahkan bagi mereka berdua sekalipun, tapi sebaliknya meskipun jumlah sihir dan kecepatan mereka berkurang, mereka masih mampu menggunakan sihir.
Namun kekuatan gangguan Parasite tidak ada apa-apa dibanding mereka berdua, atau mungkin mereka bertiga, Miyuki, Tatsuya, dan Lina.
Tatsuya dan Lina terus menggunakan sihir.
Sihir Lina mengenai enam target. Sihir Tatsuya mengenai 12 target.  Separuh tembakan Tatsuya ditujukan untuk menghancurkan sihir Lina, yang berusaha untuk membunuh inang Parasite, tapi Gram Dispersion miliknya hanya dapat menghancurkan separuh dari Rangkaian Aktivasi sihir Lina disaat yang sama.
Akibatnya.
Tiga Parasite yang terkena sihir Lina terbunuh,
Sementara tiga Parasite yang lain terkena sihir Tatsuya dan menghancurkan diri,
◊ ◊ ◊
Penyihir pedang.
Itu adalah nama kedua yang diberikan kepada Keluarga Chiba, kepada teknik bertarung jarak dekat mereka yang mengkombinasikan seni berpedang dengan sihir.
Menggunakan sihir dalam pertarungan jarak dekat bukanlah sesuatu yang unik bagi Keluarga Chiba.
Seni Bela Diri Sihir yang dikembangkan oleh Stars mungkin sudah ada sebelum pemisahan mereka dari Korps Marinir. Untuk menyaingi USNA, Uni Soviet Baru mengembangkan sebuah teknik sihir hand to hand­ yang dinamai Commando Sambo (meskipun sekarang teknik itu sudah tidak digunakan)
Selama pembentukan Uni Indo-Persia yang kacau, di negara-negara bagian utara utara yang berpusat di sekitar Delhi, menggunakan belati tradisional Katar yang didesain ulang sebagai senjata.
Tapi sejauh ini, teknik bertarung jarak dekat dengan sihir yang dikembangkan diluar Jepang semuanya dibuat untuk menduku penggunaan senjata api dan sihir jarak jauh. Ide utamanya ialah, selagi mengembangkannya, untuk menghasilkan serangan yang sekuat senjata api selagi bertahan dari tembakan dari musuh.
Di sisi lain ‘seni berpedang’ yang digunakan Keluarga Chiba terletak pada penggunaan teknik bertarung jarak dekat. Dengan menggunakan sihir pada diri sendiri untuk memperpendek jarak dengan musuh, saat menyerang dengan pedang yang lebih unggul di jarak itu daripada pisau ataupun tangan kosong, musuh akan dapat dilumpuhkan dengan mudah. Teknik ini, sempurna sebagai serangan kejutan sekaligus diam-diam, memberikan keuntungan besar dalam perang gerilnya dan operasi antiteroris  bagi tentara Jepang dan polisi.
Teknik pedang ini sendiri tidak diciptakan oleh Keluarga Chiba. Di saat yang sama ketika aplikasi sihir dalam militer sedang dipelajari di Jepang, berbagai penyihir mulai bereksperimen dengan ide mereka masing-masing untuk mengkombinasikan teknik berpedang dan sihir. Keluarga Chiba hanya membuat teknik ini mudah dipelajari saja.
Namun, dengan membuatnya mudah untuk diajarkan, ‘teknik’ ini sudah disebut ‘seni’.  Ini adalah dobrakan dalam perkembangannya. Kepala Keluarga Chiba yang sebelumnya disebut sebagai ‘(Kamiizumi) Nobutsuna modern’, dan Keluarga Chiba terkenal sebagai ‘penyihir pedang’ berkat pencapain mereka.
Dalam masa latihan, sampai 70-80% penyihir di tentara dan polisi yang mempelajari seni berpedang Keluarga Chiba.
Diantara mereka semua ada di pasukan gerilya Divisi Pertama Pertahanan Nasional, ‘Korps Pedang’. Mereka masuk ke dalam faksi Keluarga Kudou, tapi di saat yang sama mereka adalah petarung jarak dekat yang menggunakan sihir jarak pendek dan pedang, dan dibanding pasukan yang lain mereka mendapat latihan dari Keluarga Chiba lebih lama.
Bagi mereka, Keluarga Chiba sudah seperti tuan mereka. Meski mereka tidak tahu tentang Erika sama sekali, yang memang tidak diketahui secara publik, mereka tahu Naotsugu yang terkenal dengan sebutan ‘Chiba Kirin’. Bukan hanya tahu; komandan pasukan ini juga mengenal seni berpedang dari Naotsugu.
Lalu,
“Asisten instruktur…….”
Alasan mereka terdiam saat Naotsugu datang ke tempat kejadian adalah karena alasan itu.
Dalam kedudukan militer, komandan pasukan sebagai seorang tentara memiliki pangkat yang lebih tinggi ketimbang Naotsugu.
Meski begitu, sekarang, kedudukan itu sudah tidak penting.
Naotsugu datang melangkahi kedudukan itu, dan berdiri didepan Erika.
Erika terlihat takut.
Namun, dia segera menguatkan dirinya dan menatap kembali dengan berani.
Meski itu hanya gertakan saja, bagi berdua Erika dan Naotsugu, ini hanya peringatan saja.
Erika mengarahkan pedangnya pada Naotsugu.
Ini bukan berarti mereka saat ini menodong pedang pada satu sama lain.
Pedang mereka berdua masih menghadap ke bawah.
Tapi semua orang dapat merasaka kalau mereka berdua saling mengancam.
Naotsugu tahu kalau adiknya ini, yang lahir dari ibu yang berbeda, selalu bergantung kepadanya.
Dia menilai ini masih bisa diterima.
Anak kecil belum mampu untuk hidup sendiri tanpa bergantung pada orang lain, dia selalu berpikir seperti itu. Baginya, tidak ada orang yang cukup kuat untuk ‘menjadi dewasa tanpa membutuhkan orang lain’.
Biasanya, ini akan jadi peran orang tua. Ibunya lemah, dan ayahnya sejak awal tidak pernah menjalankan perannya.
Sebenarnya, Naotsugu juga membenci ayahnya. Alasan dia cocok dengan apa yang Erika sebut ‘aksi sembrono’ sebagian karena bagaimana perasaannya kepada ayahnya. Kenapa saudara-saudaranya, melihat ke arahnya yang mengabaikan tugasnya sebagai orang tua, tidak merasa aneh padanya. Sebaliknya, sebagai salah satu kepala keluarga dari Seratus Keluarga, itu dianggap sebagai hal yang biasa.
Mungkin itulah alasan mereka merasa simpati pada saudara tirinya. Dalam keluarga hanya dia saja yang baik kepadanya, memanjakannya, mendorongnya, dan mendukungnya agar ia bisa bertahan dalam keluarga ini.
Mungkin ini adalah waktu dimana akhirnya adinya menjadi dewasa, pikir Naotsugu.
Dia melepaskan sebuah ledakan energi dari tekanan pedangnya. Meskipun itu hanyalah teknik spiritual, saat digunakan oleh orang yang profesional, ledakan itu dapat melukai kulit sampai berdarah dengan ilusi kulit yang tergores.
Erika menangkis tekanan pedang Naotsugu dengan tekanan pedangnya sendiri. Dengan menangkisnya, daripada menghindarinya, dia memutuskan kalau dia memang harus melawannya.
Secara tak sadar, sebuah senyuman muncul di wajah Naotsugu.
Naotsugu mengangkat tangan kanannya.
Saat tangannya terlihat seolah mengangkat senjata, pedangnya sudah terayun ke arah Erika.
Gerakannya tidak secepat itu sampai tidak bisa dilihat mata.
Dengan meminimalkan gerakannya yang sebelumnya dan membuat bingung antara apa yang akan dilakukannya dan apa yang hanya pura-puranya saja, dia jadi lebih cepat. Itu adalah teknik pedang hantu, yang memanfaatkan titik buta lawan. Sebuah teknik yang dapat dilakukan hanya dengan sedikit bergerak, teknik pedang yang jenius.
Pedang Erika menghadap tebasan Naotsugu.
Awalnya Naotsugu bermaksud untuk menghentikan pedangnya, tapi sekarang dia meneruskannya. Menghadang serangan Naotsugu, dengan indera dan reaksinya yang menakjubkan, itulah ‘kecepatan’ Erika.
Sebuah senyuman jernih terlihat di wajah Naotsugu.
Ketegangan mewarnai mata Erika yang gelap.
Dia menggenggam pedangnya dengan kedua tangannya menghadang tebasan pedang Naotsugu, dan mendorong mundur dengan keras.
Mendadak, tekanan itu berhenti.
Tanpa jeda sedikit pun, Erika langsung menahan dirinya.
Tidak memperbaiki postur mereka sama sekali, dua saudara ini saling menatap lagi.
Lalu Naotsugu berbalik dan pergi.
Khawatir akan terkena serangan kejutan, Erika membiarkan sedikit ‘celah’ di pertahanan.
“Jikei-ue…….?”
Naotsugu tidak merespon adiknya, dan sebaliknya malah mengangkat pedangnya pada Korps Pedang.
Kebingungan memenuhi wajah mereka.
Mereka mengambil posisi, tapi reaksi mereka masih tidak ada apa-apanya ketimbang Erika.
Naotsugu tidak punya perasaan apapun kepada mereka.
Senyuman di wajah Naotsugu menghilang.
“Letnan Dua Cadangan Akademi Pertahanan Nasional Divisi Pengembangan Teknologi Perang Chiba Naotsugu.”
Membiarkan pedangnya tetap terangkat, Naotsugu menyatakan nama, pangkat, dan afiliasinya. (Ngomong-ngomong, untuk mendapat pangkat Letnan Dua selama masih sekolah, terlebih lagi masih tahun kedua, meskipun masih cadangan, bukanlah sesuatu yang bisa diraih semua orang bahkan bagi seorang penyihir sekalipun dan hanya bisa diraih melalui pencapaian yang mereka capai).
“Aku saat ini sedang mengemban misi menjaga warga sipil yang menjadi target teroris. Tolong katakan nama, pangkat, dan afiliasi anda!”
Erika dan Leo saling bertukar pandang, melihat apa yang Naotsugu lakukan.
“Kalau anda dikerahkan dengan tujuan membahayakan warga sipil, itu akan menjadi aksi yang melawan demokrasi. Aku tidak akan membiarkan itu terjadi dengan sekuat tenagaku.”
Jika mendata demokrasi antara Sepuluh Master Clan dan Seratus Keluarga pasti panjang sekali. Lagipula mereka pasti akan mendahulukan kepentingan penyihir daripada kepentingan umum.
Itulah pendapat Erika saat mendengar pidator Naotsugu, dan Naotsugu sendiri juga merasa seperti itu.
Namun tidak ada keraguan sedikit pun dari auranya.
Situasi ini sudah buruk sekali dengan adanya Naotsugu dan pedangnya.
Konfrontasi antara Naotsugu dan Korps Pedang terganggu oleh ledakan Psion dari tempat yang tidak jauh.
“Erika, Leo, berhati-hatilah!”
“Itu tubuh asli Parasite!”
Sedikit tidak jelas karena bicaranya yang cepat, sebuah suara tidak sabar terdengar dari alat komunikasinya.
Itu adalah suara Mikihiko dan Mizuki.
Untuk sebuah peringatan, penyampaiannya tidak lengkap.
“Jikei-ue! Sepertinya tubuh asli Parasite sedang menuju ke sini!”
Namun Erika menyimpulkan apa yang mereka berdua katakan.
Mungkin Korps Pedang lah yang paling waspada setelah mendengar perkataan Erika.
Jika dipikir-pikir lagi, kemungkinan Naotsugu tidak menerima pemberitahuan tentang Parasite cukup tinggi.
Erika merasa tidak sabar dan ragu apakah dia harus menjelaskannya atau tidak.
Meningkatkan kewaspadaannya ke seluruh arah sampai setinggi kakinya, Erika menoleh ke arah Naotsugu.
Pada saat itu, entah karena dia memahaminya dengan benar atau hanya kebetulan.
Tanah dibelakang Erika meledak. Ada satu orang yang melompat keluar dari hujan pasir dan debu itu.
“Elemen tanah!?”
Yang bertiak adalah Leo. Itu adalah teknik yang dikenal sebagai ‘Seni Lima Elemen’, salah satu ilmu kelas satu dari Sihir Kuno, Ninjutsu, yang biasanya menggunakan lima elemen ‘kayu’, ‘api’, ‘tanah’, ‘logam’, dan ‘air’ sebagai medium untuk pengintaian, pelarian, dan penyergapan. Teknik itu adalah gabungan dari Ninjutsu dan Jepang itu sendiri, tapi setelah Ninjutsu dan ‘Seni Lima Elemen’ terkenal, semua sihir yang menggunakan kelima elemen itu bisa disebut ‘Elemen Kayu’, ‘Elemen Api’, ‘Elemen Tanah’, ‘Elemen Logam’, dan ‘Elemen Air’.
Singkatnya, hanya karena serangan itu datang dari bawah tanah bukan berarti itu Ninjutsu. Itu hanya terlihat seperti Sihir Kuno saja. Tapi tidak ada waktu untuk memikirkan hal itu sekarang.
Target orang yang melompat keluar itu bukanlah Erika tapi yang ada diseberangnya, Pixie.
Sebuah belati yang terlihat seperti sebuah kapak tebas diayunkan ke arah Pixie oleh penyerang itu.
“Shield!”
Leo melompat didepannya. Kapak yang diayunkan orang itu mengenai lengan kiri Leo, dan mengenai pelindung CADnya.
“Leo, itu Parasite!”
Mendengar peringatan dari Mikihiko, Leo memutar tangannya dan melemparkan kapak dan Parasite itu mundur.
Setelah pengalaman pahitnya waktu itu, dia berusaha untuk tidak bersentuhan dengan Parasite. Tapi bahkan kekuatan Leo tidak cukup kuat untuk melucutinya. Parasite itu mengayunkan kapaknya lagi.
Namun kaki monster itu tidak pernah menyentuh tanah.
Sebuah pedang tertusuk di dadanya.
Erika, telah menusuk Parasite itu dengan Mizuchimaru, menunjukkan senyuman lembut seolah dirinya berkata ‘uuuups’. Mungkin dia teringat permintaan Tatsuya untuk tidak membunuh mereka. Dia melawan perkataan Tatsuya saat ini, tapi memangnya mau bagaimana lagi.
Serangan itu tidak hanya datang dari bawah tanah. Disaat perhatian Naotsugu teralihkan oleh apa yang terjadi dibelakang Erika, seorang tentara telah melompat dari belakang Korps Pedang dengan sebuah belati di tangannya.
Tentara itu sepertinya hanya sebuah ilusi. Berpakaian kostum berwarna biru di kegelapan, orang itu telah merampas senjata-senjata Korps Pedang dan melaju ke arah Pixie. Lompatan itu diikuti dengan Sihir Berat Sistematik. Tubuh orang itu tidak membentuk sebuah gerak parabola terhadap tanah, dan mendekati Pixie lebih cepat daripada percepatan gravitasi.
Belati yang dipegang diatas kepalanya tidak turun sama sekali. Ditengah-tengah lompatannya, orang itu terkena tendangan Naotsugu.
Tendangan terbang itu benar-benar luar biasa, sulit dipercaya kalau Naotsugu sebenarnya adalah seorang ahli pedang. Gerakan indah itu selalu ada di poster di dojo karate. Erika selalu menuduh Naotsugu membuang waktu dengan ‘sihir tidak penting’, tapi buktinya dia sudah berkembang di berbagai aspek seoerti bela diri.
Sebuah bisikan terdengar dari Korps Pedang. Tentara yang belatinya telah diambil pingsan. Dia sepertinya terkena serangan dari orang itu. Kekuatan tendangannya sudah disesuaikan, tapi Naotsugu dengan berhati-hati berjalan mendekati orang itu yang sekarang tergeletak di tanah. Dia pasti sudah bersembunyi dengan sangat hati-hati sampai bahkan Naotsugu tidak menyadarinya sebelum ia menyerang. Tidak ada yang namanya reaksi berlebihan.
Perhatian seperti itu terbayar dengan cepat.
Saat Naostugu berada sejauh tiga langkah dari orang itu, tubuh orang itu mendadak terbakar. Naotsugu melompat ke belakang, tapi dia tidak bisa terhindar dari semburan darah itu.
Melihat perkembangan tak terduga ini, Naotsugu tidak bisa berkata-kata. Dibelakangnya, Erika dan Leo juga mengerutkan dahi. Korps Pedang juga terkejut. Tidak ada orang di tempat itu yang menyadari adanya Pushion yang terbungkus Psion, yang membunuh dan membakar tubuh itu.
“Pixie, terhubunglah denganku!”
Suara Tatsuya memecah keheningan melalui alat komunikasi mereka.
“Baik.”
Pixie berbalik ke arah ledakan Psion itu, arah yang Miyuki tuju dan dimana Tatsuya berada sekarang, dan mulai berlari.
“Honoka, tolong ikuti Pixie.”
Dari komunikator yang disetel dalam mode konferensi, suara Tatsuya terdengar lagi.
“Aku mengerti!”
Suara Honoka keras.
“Erika dan Leo, jangan berpindah dari situ. Beritahu juga yang lain.”
“Eh…… ya.”
“O-Ok.”
Erika dan Leo menjawab dengan suara yang menandakan kalau mereka masih belum benar-benar sadar kembali.
Diatas mereka, gumpalan Psion dan Pushion mengejar Pixie seperti awan yang tertiup angin.
◊ ◊ ◊
“Honoka, tolong ikuti Pixie.”
“Aku mengerti!”
Menerima perintah dari Tatsuya, Honoka tidak membuang waktu. Namun, segera setelah menerimanya, dia sadar kalau dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya.
Momen itu sangat Honoka sekali, tapi aksi setelahnya benar-benar seperti dirinya. Diperintah untuk ‘mengikuti’, dia memutuskan untuk mengamati statusnya untuk sekarang dan melatih Sihir Optiknya pada Pixie.
Walaupun itu lebih mudah untuk dikatakan daripada dilakukan.
Dia tidak beruntung.
Meskipun banyak interpretasi untuk kata itu, Honoka memutuskan untuk membuka sirkuit Psion yang menghubungkannya dengan Pixie.
◊ ◊ ◊
Totalnya ada 12 Parasite yang tertarik ke dunia ini.
Saat ini satu diantaranya bersemayam di sebuah robot humanoid rumah tangga, Pixie sang Humanoid Home Helper ‘3H’.
Dua telah disegel di pertarungan hari ini.
Empat Parasite kehilangan inang akibat dibunuh Lina, dan satu dibunuh Erika, melepaskan mereka.
Empatnya lagi melakukan penghancuran diri, terlepas juga.
Sembilan dari mereka kehilangan inang mereka, dan itulah jumlah Parasite yang berkumpul saat ini. Kehilangan tubuh mereka, roh-roh itu saat ini tertarik ke Pixie.
Mereka semua adalah badan Pushion dari dimensi informasi yang sama.
Sebenarnya, 12 Parasite itu mempunyai satu ‘kesadaran’.
Dengan tubuh mereka yang sudah tidak ada, mereka saat ini mencoba untuk kembali ke satu kesadaran.
Sembilan Parasite itu sudah bersatu.
Selagi berbagi kesadaran yang sama, meski mempunyai sembilan kehendak, mereka adalah sebuah kumpulan Psion yang tak berbentuk.
Struktur satu batang bercabang sembilan, kalau ada orang yang punya ‘mata’ yang mampu ‘melihat’ Pushion, tidak diragukan lagi ia pasti akan teringat dengan salah satu mahluk mitologi terkenal negara ini[3], meski memiliki satu kepala ektra.
Dan mereka saat ini sedang berusaha menangkap satu lagi.
Menyebarkan sembilan leher mereka, mereka terlihat seperti ‘ular’ yang akan memangsa Pixie.
Pixie membentuk pelindung dari ‘tekad’, dan menahan badai itu.
Tekad itu, yang mendorongnya sekarang, adalah sesuatu yang diajarkan manusia yang bisa dibilang ‘ibu’nya. Bahkan sekarang perasaan dari ‘ibu’nya itu mengalir ke dalam matriks Pushion-nya, bercampur didalamnya.
Tekad kalau dirinya bukan salah satu dari ‘mereka’.
Tekad kalau dia bukanlah dirinya seorang.
Tekad kalau dia ada hanya untuk’nya’.
Tekad satu orang tidak akan bisa melawan ‘mereka’.
Tapi ‘ibu’ Pixie, Honoka, tidaklah bukanlah manusia biasa.
Dia adalah keturunan ‘Elements’. Darah Elements ‘Cahaya’ mengalir di tubuhnya.
Elements adalah penyihir yang merupakan pengguna sihir pertama di negara ini, sebelum pengembangan sistem Numbers[4].
Sebelum pengelompokan dan klasifikasi Empat Sistem Penting dan Delapan Tipe Utama Sihir, mereka menggunakan klasifikasi tradisional antara lain ‘tanah’, ‘api’, ‘air’, ‘cahaya’, dan ‘petir’. Elements dikembangkan menurut konsep itu.
Setelah penggunaan Empat Sistem Penting dan Delapan Tipe Utama Sihir, pengelompokan penyihir secara tradisional dipandang tidak efisien, dan pengembangan Elements dihentikan.
Ini bisa dibilang menjadi salah satu masa yang paling dipertanyakan dalam sejarah rahasia pengembangan sihir.
Namun, Elements juga bisa diwariskan ataupun diberikan berbeda dari sihir.
Ditengah penelitian sihir. Saat ketakutan dan rumor-rumor tentang mereka yang menentang sihir merajalela.
Pihak berwenang yang melakukan pengembangan Elements, dicap sebagai ‘penyihir’, melakukan pembelaan untuk menunjukkan kalau mereka bukanlah ancaman. Mereka meminta para peneliti membuat gen mereka patuh pada pemimpin mereka.
Apa kemampuan itu bisa diwariskan?
Itu adalah pertanyaan yang masih belum bisa dijawab hingga sekarang, baik secara psikologis dan genetik.
Bahkan sepasang kembar identik akan tumbuh dengan sifat yang berbeda. Dari hal tersebut, bisa disimpulkan kalau ‘sifat tidak dapat diwariskan’.
Di sisi lain kalau seseorang melihat mundur sampai ke kakek-nenek buyut mereka, pasti akan ada kesamaan yang tak dapat dijelaskan begitu saja dengan ‘faktor lingkungan’.
Dengan tantangan yang diberikan pihak berwenang kepada mereka, para ahli genetik mengambil langkah apapun yang mereka bisa.
Akibatnya, walaupun bisa dibilang itu untuk yang terbaik, keturunan para Elements punya kemungkinan tinggi untuk memiliki sifat yang sama.
Yaitu ketergantungan.
Sudah benar-benar biasa kalau mereka akan memiliki satu orang khusus, biasanya dari gender yang berbeda, yang sangat dekat dengan mereka dan biasa mereka andalkan.
Keturunan Elements ini meyakini kalau takdir mereka sudah tertulis di gen mereka.
Mungkin, menggunakannya sebagai alasan untuk menerima ketergantungan mereka pada orang lain.
‘Ketergantungan’ yang mereka rasakan tidak dilihat secara publik sebagai ‘kelemahan’ emosional.
Beberapa ahli mengklaim kalau ada kata yang lebih terpat untuk menggantikan kata ‘ketergantungan’.
Yaitu, kesetiaan.
Keyakinan teguh, bahwa ‘aku milik mereka’.
Itu cukup kuat untuk menangkis tekad sinergis roh-roh itu.
◊ ◊ ◊
Saat dimana Tatsuya sedang bertarung melawan Parasite, dan saat dimana Erika sedang berhadapan dengan Naotsugu.
Pixie sedang bertarung melawan ‘itu’, dan bertahan dari serangan ‘itu’, diantara Tatsuya dan Erika.
Sampai di tempat itu, Tatsuya melihat sesuatu berwujud naga berkepala sembila yang seolah-olah ingin memangsa Pixie.
Dia tidak bisa melihat struktur Pushion. Tapi dia tahu ada ‘sesuatu’ disana. Dia bisa ‘melihat’nya.
Sembilan badan informasi Pushion bergabung menjadi satu. Dan bercabang menjadi sembilan, mencoba menangkap Pixie. Itu sudah cukup terlihat seperti naga berkepala sembilan di pikirannya.
“Apa itu!?”
Lina, yang untuk alasan tertentu mengikuti Tatsuya, berteriak kaget.
“Kau bisa melihatnya?”
“Bukan……. Aku tidak bisa melihatnya, tapi aku bisa semacam mengetahuinya. Kumpulan ‘kekuatan’ besar sedang mengejar boneka itu. Tatsuya, apa itu?”
“Itu akibatnya kalau kau tidak mendengar Onii-sama.”
Miyuki lah yang menanggapi pertanyaan Lina. Suara dingin dan terus terang itu membuat Lina terdiam untuk sesaat.
“Walaupun Onii-sama sudah memintamu untuk tidak membunuhnya, kau masih saja membunuh inang Parasite-Parasite itu dan sekarang mereka terbebas dari tubuhnya. Lina, bagaimana caramu menyelesaikan masalah ini?”
Tahu kalau dia tidak akan tinggal diam melihat masalah ini.
“Masalah! Aku hanya melakukan tugasku!”
“Kalau begitu tolong bereskan semua itu . Bisa ‘kan? Walaupun kau tidak seperti Onii-sama, apa kau tidah tahu bagaimana cara menyelesaikannya tanpa kekerasan?”
Sejak pertarungan sebelumnya, sebuah hawa berbahaya muncul mengelilingi dua gadis cantik.
Ini hanya lanjutannya saja.
“Akan kulakukan! Lihat saja!”
Memberikan peringatan, Lina menerima tantangan itu.
“Hei, Lina.”
Namun seseorang melihat ini semua, Lina harus dihentikan. Ini sudah terlalu ceroboh untuk orang yang tidak tahu bagaimana mengatasi hal ini.
Memikirkan hal itu, Tatsuya memanggil namanya dengan nada bicara yang tenang.

“Diamlah! Tatsuya, kau diam!”
Untuk apa dia seperti itu.
“Aku harus benar-benar mensukseskan misi ini! Kalau tidak, lalu kenapa aku bahkan disini!”
Emosi Lina tidak hanya terhadap Tatsuya. Mendengar teriakannya, Tatsuya sendiri menyadarinya.
‘Disini’ maksudnya bukan hanya lokasi ini. Tapi dirinya saat ini, saat ini dia berdiri bukan sebagai ‘Angelina Shields’ tapi sebagai ‘Angie Sirius’, itulah maksudnya.
Pada saat tertentu rambut Lina kembali berwarna emas, dan matanya kembali biru. ‘Parade’ miliknya, yang tidak terpengaruh Zona Gangguan Miyuki, dihentikan.
Dia menjadi ‘Angelina Shields’ untuk menyelesaikan misinya sebagai ‘Angie Sirius’. Mencoba untuk jadi ‘Sirius’.
Melihat beban yang dipikulnya, Tatsuya ragu untuk mengikutinya.
Pada saat itu, Lina melancarkan sihir serangannya.
Menyerang terus menerus, serangan demi serangan memenuhi langit yang kosong.
Itu sudah biasa.
Sihir Lina bertujuan untuk merubah fenomena fisik. Dia tidak menggunakan sihir untuk melawan badan informasi.
Kesadaran ‘itu’ segera beralih ke Lina.
Dari apa yang dilihat Tatsuya, sembilan kepala itu sekarang menuju ke arah Lina.
Tidak lebih cepat dari itu, badai sihir itu terhenti.
Hanya itu saja yang bisa dilakukan Tatsuya untuk melumpuhkan mereka.
Saat mereka melawan badan informasi Parasite di SMA 1, hanya ada satu inang dan hanya ada satu roh.
Itu saja sudah sulit.
Sekarang ada sembilan.
Dia tidak pernah berharap untuk bisa mengalahkan badai itu.
Tidak, sebaliknya, tidak mungkin dia Tatsuya seroang mampu memusnahkan ‘mahluk itu’.
Dibelakangnya, Miyuki mempertahankan Zona Gangguannya di tempat ‘mahluk itu’ berada. Tapi meski Miyuki dapat ‘merasakan’ badan informasi Pushion, dia tidak dapat ‘melihat’nya. Karena itu Zona Gangguannya tidak terlalu kuat. Kalau dia menguatkan Zona Gangguannya agar semua kemungkinan dapat teratasi, itu juga akan mempengaruhi sihir Tatsuya.
Kalau situasi ini terus berlanjut, tapi ini jauh terlalu berisiko bagi pasukan pertahanan untuk mengalah.
Dia merasa sebuah remasan dibelakang jaketnya. Miyuki juga merasa tidak nyaman.
Walaupun mereka tahu kalau Parasite yang kehilangan inangnya akan ‘mengonsumsi’ sihir dan pada waktu tertentu kekuatannya akan habis, tidak tahu berasa lama mereka bisa bertahan dari itu.
Di keadaan seperti ini, Miyuki mungkin juga akan berakhir seperti Lina.
Karena kecerobohannya, Lina sekarang tidak bisa bergerak dibalik pelindung Data Fortification-nya.
Tidak bisa melancarkan serangan yang dapat mengenai mereka adalah hal yang buruk.
Tidak ada gunanya menggunakan sihir yang mempengaruhi fenomena fisik.
Tidak ada gunanya melancarkan serangan fisik.
Kalau bisa, Sihir Mental mungkin…
(Tidak ada pilihan lain.)
Menggertakkan giginya, Tatsuay memutuskan untuk mengambil risiko.
“Mikihiko, apa kau bisa melihat situasinya?”
“Ya. Aku sedang membentuk segel secepat yang kubisa, jadi tolong bertahanlah sebentar lagi.”
Suara yang menjawab komunikatornya bahkan lebih terdengar tergesa-gesa daripada Tatsuya.
“Berapa persentase segelmu berhasil?”
Jawaban pertanyaan itu datang setelah diam sejenak.
“…….Sejujurnya saja, tidak sampai lima puluh persen.”
Perkataannya menyedihkan.
Mendengar jawaban Mikihiko, Tatsuya kesal sedikit pun kepadanya. Dalam pertarungan, Tatsuya tahu kalau Mikihiko bukanlah orang yang bisa melakukan segalanya.
“Mikihiko, tidak lama pun tidak apa-apa. Apa kau bisa menahannya selama 10 detik?”
Mendapat perintah dari Tatsuay untuk pertama kalinya, bukan hanya Mikihiko saja tapi mereka semua yang mendengarnya juga terkejut.
Tanpa dasar ataupun bukti, ini hanya sebatas dugaan saja. Bisa dibilang, hanya keyakinan semata.
Tapi ini bukan sesuatu yang akan dilakukannya kalau dia tidak memercayai mereka.
“……Aku mengerti.”
Setidaknya, itulah yang Mikihiko rasakan.
“Untuk 10 detik, akan kutahan apapun yang terjadi. Akan kuberi aba-aba, jadi Tatsuya langsung lakukan bagianmu.”
Dia punya rencana, dan dia hanya butuh 10 detik untuk melakukannya.
Untuk dapat melakukannya dalam waktu sesingkat itu, dia butuh kekuatan Mikihiko.
Mikihiko tergugah oleh kepercayaan Tatsuya padanya.
“Tatsuya-san, aku juga akan membantu!”
Suara tegas Honoka mengikuti Mikihiko.
Mereka tidak bersaing. Ini hanya niat saja, niat kalau dia ingin membantu.
“Baikah. Mikihiko, kau mulai.”
“Ok……. 3, 2, 1, sekarang!”
Saat dia berteriak, Mikihiko melepaskan api Anti-iblis miliknya, Garuda.
‘Api’ itu menyebar mengenai ‘mahluk itu’, naga kepala sembilan Parasite itu, dan melingkupi badan informasinya. Pemandangan ini terlihat seperti dua ular yang bertarung.
Dibawah mereka, Pixie sedang mendorong mundur ‘mahluk itu’ secara mental. Ikatan Psion yang menahan Pixie berubah semakin besar. Honoka melihat kalau Psion itu hampir mengenai bagiann bawah tubuh Pixie.
Tentu saja, Tatsuya tidak akan membiarkannya begitu saja.
Dengan aba-aba dari Mikihiko, Tatsuya merentangkan lengannya yang tidak memegang CAD.
Lengan itu,
Menarik pinggang Miyuki,
Dan menariknya ke arahnya.
“…..!”
Sebuah teriakan kecil. Atau mungkin teriakan kegirangan.
Seketika Zona Gangguan Miyuki dan Gram Demolition Tatsuya menghilang, tapi Mikihiko dan Honoka,
Sesuai janji mereka akan tetap menahan ‘mahluk itu’.
Di pelukan lengan Tatsuya, dengan ekspresi terkejut di wajahnya, Miyuki melihat ke wajahnya.
Saat adiknya melihat ke wajahnya, Tatsuya mendekat.
Saat kedua dahi mereka bersentuhan, dan mata mereka saling bertatapan,

Saat kedua hidung mereka bersentuhan, dan bibir mereka makin dekat dan dekat,
“Miyuki, lihatlah!”
Tatsuya berbisik ke Miyuki.
Sebuah cahaya tak terlihat mengalir dari Tatsuya ke Miyuki.
Diantara mereka, aura mereka menguat.
“Aku melihatnya, Onii-sama!”
Itu mungkin tidak dikatakan mulutnya, tapi itu disampaikan dari hati.
Komunikasi mereka terjadi dalam sekejap.
Masih tersisi lebih dari separuh waktu yang dimilikinya.
Lengan kiri Tatsuya mendekatkan Miyuki ke dadanya.
Lengan kanan Tatsuya menujuk ‘mahluk itu’.
Didalam kesadaran Miyuki, wujud ‘mahluk itu’ sekarang jelas terlihat.
Kemampuan Tatsuya untuk ‘melihat’ badan informasi.
Miyuki menggunakan ‘penglihatan’ Tatsuya untuk melihat ‘mahluk itu’.
Melepas segel mereka, dan sihirnya.
Sihir Pengganggu Mental, ‘Cocytus’.
Sihir untuk membekukan roh.
Sihir Miyuki menyerang roh itu, melumpuhkan badan informasi Pushion itu…
Sekaligus menghancurkan inangnya, ‘mahluk itu’ hancur.



[1] Istilah dalam Mahouka untuk menyebut seseorang yang keluarganya telah kehilangan ‘angka’ dalam nama keluarga mereka. Hilangnya angka dari nama keluarga dapat diakibatkan pengkhianatan, kegagalan, tindak kriminal, dll. Pada kasus ini, Nakura sebelumnya bernama Nanakura yang dalam Bahasa Jepang Nana = tujuh. Alasan penghilangan angka dari nama keluarga Nakura diakibatkan oleh ketidakmampuan keluarganya untuk memenuhi ekspektasi dari Seventh Institute.
[2] Panggilan sopan untuk kakak tertua kedua
[3] Yamata no Orochi; mahluk mitologi Jepang yang memiliki delapan kepala dan delapan ekor.
[4] Sistem dalam Mahouka yang mengelompokkan keluarga dengan kekuatan sihir tertentu dengan angka (1-10) tertentu. Contohnya; Yotsuba (yotsu=empat), Ichijou (ichi=satu), Kudou (ku/kyu=sembilan), dll