SANG PAHLAWAN
(Translater : Zerard ; Editor : Hamdi)

Heyo! Aku sudah membasmi beberapa goblin! Aku datang untuk membuat laporan.
Huh? Kenapa kamu kaget? Aku tau aku sendiri. Apa satu orang biasanya nggak sanggup menghadapi goblin?
Hmmm...? Siapa itu? Mereka terdengar seperti orang penting.
Seorang sorcerer dari ibu kota? Tapi mereka pendek sekali!
Whoa, maaf, maaf! Jangan marah. Aku hanya berpikir bahwa itu keren.
Laporanku? Oh yeah... coba ku liat dulu. Aku rasa harus ku mulai dari awal.
Aku di bawa ke sebuah kuil. Namun aku sudah beranjak lima belas tahun, karena itu aku harus pergi. Aku memutuskan untuk menjadi petualang....
Dan ada satu quest untuk membasmi beberapa goblin di gua tua dekat sebuah desa. Maksudku, semua orang harus mulai dari goblin kan?
Lagipula, itu lebih terlihat seperti gua di banding reruntuhan. Mereka persis dengan semua dongeng yang di ceritakan. Di dalamnnya, terlihat.... terlihat seperti sebuah kuil di kota.
Huh? Goblin? Oh yeah mereka ada beberapa, banyak sebenarnya. Dan mereka terus mendatangiku, jadi aku melibas mereka semua. Badanku berlumuran darah, dan mereka bau. Benar-benar menyebalkan.
Racun? Itulah gunanya anti racun kan? Sebuah helm? Benda itu terlalu panas, dan lagi rambutku terlalu panjang.
Dan kemudian, um... sampai mana tadi? Oh benar. Aku bilang bagian dalamnya terlihat seperti kuil. Semakin kamu masuk kedalam, kamu akan menemukan sebuah anak tangga. Dan ketika aku menaikinya, ada seekor boss tua yang besar. Dia seperti “Aku salah satu dari enam belas jendral neraka!” atau apapun itu. Dia benar-benar percaya diri. Walaupun dia hanya seekor goblin. Dia goblin kan?
Aku rasa ada beberapa goblin yang kuat. Dan dia menggunakan mantra ke arahku! Tapi aku juga memiliki beberapa mantra juga. Aku menggunakan firebolt. Mungkin.... lima atau enam kali? Aku nggak menghitungnya. Itu membuatku lelah. Jadi aku kayak “Waktunya menyelesaikan ini!” tapi ketika aku berusaha menusuknya, pedangku patah!
Kemudian dia mendatangiku. “Aku akan memakan jantungmu!” dia berkata. Aku benci mengakuinya, tapi.... Yah, anggap saja aku menggunakan celana dalam yang bersih ketika aku masuk kesana.
Ngo-ngomong-ngomong, aku cukup panik karena aku nggak punya pedang, tapi aku pergi menuju anak tangga. Kenapa? Karena terdapat sebuah pedang yang terkubur di bawahnya. Seperti pedang pada simbol dewa tertinggi. Aku tidak peduli kalau itu sudah tua, aku hanya butuh senjata. Pedang itu tertarik keluar, dan kamu tau apa? Pedang itu masih bersinar, layaknya baru!
Setelah itu mudah saja. Boss itu mengeluarkan teriakan yang mengerikan ketika aku memotongnya menjadi dua. “Kamu boleh membunuhku.” Katanya. “Tapi lima belas yang lainnya akan memburumu! Kamu nggak akan punya waktu untuk beristirahat, mereka akan mengejarmu hingga ujung bumi!” Maksudku, terserah aja kan? Lima belas goblin, lima puluh goblin, siapa yang peduli?
Apa maksudmu aku berencana melawan mereka?
...Huh? Roh kuno jahat telah kembali? Monster yang aku bunuh adalah salah satu jendral mereka? Dan ini adalah pedang cahaya?
Pfft. Mana mungkin. Nggak mungkin aku pahlawan legendaris kan?
Maksudku, aku ini cewek!