BAB 7
(Translater : Fulcrum)

Ini adalah pagi yang lain, dan hari sekolah yang lain. Tatsuya keluar dari stasiun bersama dengan Miyuki dan menemui teman-teman mereka, lalu berangkat ke sekolah bersama-sama. Seseorang telah pergi tahun lalu, dan minggu lalu satu orang lagi juga pergi, tapi walau begitu tidak ada yang berubah sejak musim semi.
Namun, pagi ini, sesuatu yang berbeda sedang menunggu Tatsuya. Sebelum mereka dapat menemukan teman-teman mereka, suara dari seorang kakak kelas terdengar dari loket tiket. Berdua Tatsuya dan Miyuki sudah sadar akan kehadirannya sebelum dia memanggil mereka.
Saat ini, kebanyakan orang yang menggunakan stasiun adalah siswa SMA 1 dan orang-orang yang terkait. Tidak seperti kereta massal kuno, sekarang jarang terlihat adanya kerumunan besar penumpang di stasiun di saat yang sama. Walau begitu, untuk keluar dari kerumunan siswa yang terus-menerus berdatangan, mereka berdua berjalan ke arah tembok yang disandari Mayumi.
Banyak siswa yang melirik ke arah mereka, tapi tidak ada yang benar-benar penasaran. Tidak ada rasa penasaran yang tinggi ketika melihat Ketua OSIS sebelumnya dan Wakil Ketua OSIS saat ini berbincang-bincang, apalagi mengingat kalau sang Wakil Ketua OSIS adalah orang favorit Ketua OSIS sebelumnya, bagaimanapun dari sudut pandang gosip, hal itu sudah merupakan fakta yang terkenal di SMA 1.
Sebenarnya, tidak ada percakapan sama sekali. Tanpa bergabung dan berjalan bersama ke sekolah, Tatsuya dan Miyuki melewati loket tiket itu. Mayumi hanya mengatakan satu kalimat saja: “Sepulang sekolah, datanglah ke ruang klub cross-field kedua.”
Klub Cross-field (klub permainan bertahan hidup pertarungan sihir) adalah klub yang pernah diikuti Katsuto. Ruang klub kedua mereka digunakan sebagai ruang pertemuan informal, dan diantara mereka yang mengetahui hal itu, sudah menjadi rahasia umum kalau Katsuto tetap terus menggunakan ruangan itu untuk kepentingan pribadinya setelah dia keluar dari klub tersebut. Cukup masuk akal, saat Tatsuya sampai, berdua Mayumi dan Katsuto telah menunggu.
“Kau sendirian?”
Bukan hanya Katsuto yang menanyakan hal tersebut, tapi Mayumi yang terkejut juga menanyakan hal yang sama.
“Ya, lagipula senpai hanya memanggilku saja.”
Aslinya Miyuki bersikeras untuk menemaninya, tapi dia entah bagaimana berhasil membujuk kerja sama dari adiknya. Harga yang harus dibayarnya semurah dengan berjanji untuk menemaninya dan mentraktirnya buffet kue.
Bagaimanapun juga, itu adalah bukti kalau Tatsuya datang sendirian. Walaupun memang benar kalau Mayumi hanya memanggil Tatsuya saja, dia tidak menduga kalau Miyuki tidak ikut dengannya. Meski begitu, dia segera masuk ke dalam topik pembicaraan mereka.
“Tatsuya-kun, kemarin malam, apa kau keluar rumah?”
Pertanyaan Mayumi sesuai perkiraan Tatsuya.
“Ya.”
Dia tidak menambahkan ‘Memangnya ada apa?’.
“Dengan sepeda?”
“Ya.”
Orang-orang biasanya akan lebih banyak bicara saat ingin menipu orang lain. Namun Tatsuya saat ini tidak menjawab pertanyaan yang ditujukan kepadanya dengan bertele-tele.
“……..Apa boleh tahu kemana kau pergi?”
Sebaliknya, ganti Mayumi lah yang bingung untuk melanjutkan percakapan mereka. Dia tidak memiliki kemampuan atau pengalaman untuk melakukan penyelidikan. Katsuto, menunggu disampingnya, bahkan tidak terlihat terganggu sama sekali akan hal itu.
“Aku dipanggil oleh Yoshida yang sedang bertarung dengan Vampire, dan saat itu aku juga melihat sang Vampire dan seorang penyihir tak dikenal yang mengejarnya.”
Ini bisa memakan waktu lama, pikir Tatsuya, saat dia secara sukarela memutuskan untuk melanjutkan diskusi ini. Di saat Mayumi berkedip dengan terkagum-kagum, dia mempertahankan ekspresi datarnya. Bahkan orang yang lebih dewasa pun, contohnya saja ayahnya Mayumi, pasti akan kesulitan untuk membaca ekspresinya.
Dia tidak tahu sama sekali apa yang dipikirkan Tatsuya.
Hal itu dengan mudah menaikkan rasa gelisah Mayumi, dan pertahanan psikologisnya mulai menurun.
“Sejak kapan?”
Mungkin datang membantu Mayumi, mungkin juga tidak, Katsuto datang dengan pertanyaan saat Mayumi sedang terdiam.
“Aku hanya pergi kemarin karena aku dipanggil. Aku tidak terlibat dengan percarian Vampire.”
Karena pertanyaannya tidak mengatakan ‘oleh siapa’, atau ‘untuk apa’, Tatsuya mengatakan hal seperti itu untuk menjawabnya. Dia juga tidak tertarik untuk mencari tahu apa yang dipikirkan Katsuto atau Mayumi.
“Senpai tahu kalau Saijou dari Kelas 1-E diserang, bukan?”
Tidak mungkin mereka tidak tahu. Dia terasa seperti mengatakan pernyataan daripada bertanya pertanyaan. Jawaban mereka berdua tentu saja membenarkan perkataan Tatsuya.
“Bukan hanya diriku yang ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. Sampai siapa yang bertanggung jawab ditemukan dan ditangkap, tidak akan ada yang namanya kedamaian. Baik dilakukan seorang diri atau kelompok, baik serangan tunggal atau berantai, setidaknya kita harus memastikannya.”
Dilihati oleh mereka berdua saat dia berbicara, Tatsuya sekarang mengalihkan tatapannya pada Mayumi seorang.
“Senpai, kalau kau tidak mau memberitahuku sedikit saja apa yang kau ketahui dari situasi ini, atau apa rencanamu, aku tidak bisa membantumu.”
Sikapnya yang mengambil kendali pembicaraan ini mungkin tidak mereka duga. Mengambil nafas, ekspresi Mayumi berubah serius.
“Kalau Tatsuya-kun berjanji untuk membantu, kami akan dengan senang hati memberi informasi yang telah kami dapatkan. Saat kau sudah mengetahuinya, berjanjilah kau tidak membocorkannya sedikit pun.”
“Aku mengerti. Ayo kita bekerja sama.”
Tatsuya segera menyetujui tawaran Mayumi. Itu adalah jawaban yang ingin didengarnya, tapi dia tidak dapat mengetahui tujuan asli Tatsuya, dia terus mencoba untuk mengorek informasi darinya untuk sementara.
“….Apa itu berarti kau akan bergabung dengan pihak pencari kami?”
“Itulah maksudku.”
“Kenapa sekarang, tiba-tiba? Kau pasti sudah membaca pemberitahuan konferensi.”
Katsuto lah yang mengatakannya. Keluarga Saegusa dan Juumonji telah membentuk tim ‘Berburu Vampire’ gabungan, dan pemberitahuannya telah dikirim ke semua Kepala Keluarga Sepuluh Master Clan, 18 Keluarga Pembantu, dan Seratus Keluarga untuk meminta kerja sama. Jika orang tersebut tidak memiliki hubungan dengan ‘Angka’ maka hal ini tentunya bukanlah sesuatu yang akan diketahui oleh seorang anak SMA biasa, tapi Katsuto mengatakannya seolah-olah itu adalah sebuah fakta.
“Mengingat aku bukan berasal dari Seratus Keluarga, aku pikir kalau itu bukan urusanku.”
Untuk bagian ini, Tatsuya tidak repot-repot untuk menyebunyikan fakta kalau dia memang sudah membacanya. Lagipula, tidaklah sulit untuk mendapatkan sebuah pemberitahuan tak terklarifikasi.
“Bagaimanapun juga, kalau diminta langsung, ceritanya  berbeda.”
Itu adalah jawaban yang agak samar, tapi karena itu tidak jelas, tidak ada yang aneh darinya. Karena itu, berdua Mayumi dan Katsuto terdorong untuk menerimanya.
Dibanding sebelumnya, pengalaman Mayumi menghadapi sifat buruk Tatsuya berbeda dari Katsuto.
“….Tapi tetap saja, apa ini tidak apa-apa? Sebelum itu, aku yakin kalau seseorang harus mendapatkan informasi dahulu sebelum memutuskan bekerja sama.”
“Kalau kita berdua tidak membuat kelonggaran maka diskusi ini tidak akan membuahkan hasil. Selain itu, bahkan jika kau mundur aku dapat melakukan pekerjaan ini dengan mudah.”
Mayumi tertawa kecut, mendengar perkataannya, yang walaupun terlihat blak-blakan, tampaknya ada maksud tersembunyi dibaliknya.  Ada perasaan tersembunyi yang keluar dari Mayumi, tapi sebagian besar itu karena dia hanya ingin untuk menyelesaikan diskusi ini.
“Dimengerti~ii. Kalau begitu, akan kukatakan kepadamu semua yang kami ketahui. Tapi sebelum itu, bisa aku katakan satu hal?”
“Apa?”
“Tatsuya-kun, sikapmu buruk sekali.”
“….”
Setelah mendengar informasi yang dikatakan Mayumi, Tatsuya mengetahui tiga hal.
Yang pertama adalah skala kerusakannya. Skala kerusakan kejadian ini benar-benar melebihi dugaannya, tapi sepertinya masih belum sampai pada tingkat kritis.
Yang kedua adalah kemungkinan kalau kejadian ini tidak dilakukan hanya oleh satu orang saja makin meningkat. Tatsuya telah mempertimbangkan kemungkinan itu sebelumnya, tapi tidak pernah terbesit sedikit pun di pikirannya kemungkinan kalau sebenarnya Vampire itu lebih dari satu.
Dan yang terakhir adalah adanya pihak ketiga yang mengganggu pekerjaan Mayumi dan yang lain. Awalnya Tatsuya menduga kalau itu adalah kelompok Erika, tapi setelah mendengar rinciannya dia segera sadar kalau itu adalah kelompok lain.
Yang kedua dan ketiga benar-benar mengganggu Tatsuya. Si penyihir bertopeng sepertinya merupakan bagian dari mereka yang menganggu pencarian ini. Tatsuya juga dapat menebak dengan jitu identitas mereka.
Namun, dia tidak mengerti motif yang membuat mereka melakukan hal seperti ini. Dia merasa kalau hanya saja dia bisa mengerti, semuanya akan jauh lebih mudah, tapi memikirkan hal itu hanya makin membuatnya kesal saja.
“Apa yang akan kau lakukan setelah menangkap satu?”
Untuk keluar dari masalah berkepanjangan ini, Tatsuya mengganti topik pembicaraan mereka. Walaupun dia telah berjanji untuk bekerja sama, dia tidak bisa hanya diam saja mengabaikan apa yang akan terjadi setelahnya.
“Kami akan menginterogasi mereka, mencari tahu indentitas asli dan tujuan mereka. Setelah itu….”
“Akan dimusnahkan.”
Katsuto menyelesaikan kalimat Mayumi. Yah… Tatsuya juga tidak terlalu senang mendengar seoarang gadis SMA mengatakan kata-kata seperti ‘dimusnahkan’, jadi dia tidak menganggapnya lunak ataupun naif.
Selain itu, keahlian Tatsuya bukanlah dalam memahami sesamanya. Baik secara praktik maupun emosional.
“…..Aku mengerti. Jadi, apa yang harus kulakukan?”
“Aku rasa, kalau begitu ikutlah dengan kami. Kalau bisa mulai mala…”
“Jangan Shiba, bergeraklah sendiri. Laporkan jika kau menemukan apapun.”
Mayumi hanya menatapnya dengan diam, mendengar perkataan Katsuto yang merubah instruksinya. Tidak ada tanda-tanda ketidaknyamanan di matanya, melainkan sebuah rasa curiga yang dramatis.
“Aku mengerti.”
Jujur saja, akan lebih mudah bagi Tatsuya untuk mengikuti instruksi Mayumi. Kali ini dia tidak benar-benar serius akan janji ‘kerja sama’nya, jadi dia hanya mengangguk tanpa ragu kepada Katsuto.
Tanpa mengatakan pendapatnya sama sekali, dan mendengar apa yang diinginkannya, Tatsuya meninggalkan mereka berdua dan pergi.
Saat langkah kaki Tatsuya sudah tidak dapat terdengar (terdapat mikrofon tersembunyi untuk mengetahui keberadaan mata-mata di ruangan itu ), Mayumi berbicara.
“Juumonji-kun, mengapa kau menyuruh Tatsuya-kun untuk bergerak sendirian?”
Tidak ada tanda-tanda ketidaksetujuan dalam nadanya, tapi sebuah rasa ketidakpahaman.
“Aku pikir akan lebih efisien jika seperti itu.”
Suara Katsuto benar-benar penuh keyakinan saat menjawab pertanyaan itu.
“Tapi melihat keadaan ini, bukankah dia akan melakukannya dengan kelompok Chiba?”
Mayumi tahu kalau kelompok Erika juga melakukan hal yang sama dengan cara yang bertentangan dengan pemberitahuan. Walaupun Sepuluh Master Clan merupakan pemimpin operasi ini, mereka bukanlah penguasanya, maka dari itu mereka tidak bisa seenaknya sendiri memaksakan keputusan mereka atau menjatuhi hukuman. Tapi dalam situasi dimana bayang-bayang kekuatan asing dapat terlihat, keras kepala dan bertindak seenaknya sendiri hanya akan menjadi masalah merepotkan. Walaupun kombo Chiba Erika dan Yoshida Mikihiko sudah tidak bisa dikendalikan, niat asli Mayumi adalah setidaknya, Tatsuya dan Miyuki, berada dalam pengawasan.
“Jujur saja, kemungkinan memang akan seperti itu.”
Namun Katsuto menghilangkan kekhawatiran Mayumi.
“Selama kita tetap percaya kepadanya, Shiba tidak akan mengkhianati kita. Dia adalah tipe orang yang seperti itu.”
“…..Jadi ini benar-benar kompromi? Bisa diandalkan sekali.”
“Bahkan bushido datang dari ‘keinginan’ dan ‘kewajiban’, atau kompromi. Aku rasa ini jauh lebih bisa dipercaya dibandingkan pengajuan buta.”
Mayumi mengangguk membalas, anggukan Katsuto, yang terlihat puas.
◊ ◊ ◊
Walaupun dia masih belum mengetahui beberapa hal krusial, yang berarti dia telah mengumpulkan informasi yang cukup untuk membuatnya sadar kalau dia kekurangan sesuatu, apa yang telah dikumpulkannya sampai saat ini masih sesuai dugaannya. Meninjau ulang informasi yang didapatnya, Tatsuya bergegas ke ruang OSIS dimana Miyuki sedang menunggunya.
Langit masih cerah. Hal itu benar-benar normal, mengingat itu adalah hari Sabtu. Sekolah telah selesai, tapi saat itu masih siang hari. Tatsuya bukan terburu-buru karena dia akan terlambat pulang, tapi karena dia terlambat makan siang.
Tidak mungkin Miyuki akan makan terlebih dahulu tanpa menunggu Tatsuya. Masalahnya akan berbeda kalau Tatsuya memang memintanya untuk makan siang terlebih dahulu tanpa menunggunya, tapi hari ini dia tidak melakukannya karena dia tidak mengira kalau dia akan terlambat. Tapi kenyataannya Miyuki pasti belum menunggu selama itu, tapi perasaan itu sudah cukup untuk memacu kakinya berjalan lebih cepat.
Begitulah mereka berdua.
Kemampuan fisik Tatsuya terlihat dengan jelas saat dia menaiki tangga, sampai berhenti di depan ruang OSIS. Pada saat dia melakukannya, hampir seolah-olah melihat dan menunggunya, pintu itu terbuka.
Sebuah kilauan emas muncul dihadapannya.
Tatsuya meminggir sementara Lina berjalan melewati pintu hampir di saat yang sama. Mereka mencoba untuk tidak saling menghalangi, tapi situasi mereka saat ini terlihat lucu, mulut Tatsuya berdecak saat dia berjalan melalui jalur yang sebelumnya sedang dilewati seseorang.
Biasanya dia akan mengabaikan cara berpikir seperti ‘ladies first’, tapi dia bukanlah orang yang akan mengabaikan orang lain.
“Yo, Lina. Apa kabar?”
Menoleh padanya saat berpapasan, dia sedikit menepuk bahunya.
“Halo, Tatsuya. Aku baik-baik saja. Terima kasih.”
Tiba-tiba disentuh, Lina tidak berteriak seperti ‘Pelecehan!’ atau semacamnya. Sebaliknya, tanpa mengerutkan alisnya, dia hanya tersenyum sebagai balasan atas tepukan Tatsuya.
Berdua Miyuki dan Honoka dengan bersemangat berdiri sembari melihat Tatsuya, saat dia duduk di tempat yang dianggapnya sebagai meja pertemuan. Dia bahkan tidak ingin berpikir kalau tempat itu sengaja dijadikan sebagai tempat makan siang bagi anggota OSIS.
Tidak ada Azusa maupun Isori. Bukan berarti akan menjadi masalah kalau ada mereka, tapi dia merasa lebih nyaman seperti ini. Bukan karena dia tegang saat berada bersama kakak kelasnya, tapi lebih seperti karena dia perlu berhati-hati. Terutama saat bersama Azusa, yang hanya dengan sedikit saja (atau mungkin menurut Tatsuya) akan segera terlihat ketakutan.
Panggilan Mayumi benar-benar tak diduganya. Jadi, dia belum menyiapkan apa-apa untuk makan siang. Selain itu, jika dia tiba-tiba menceritakan apa yang telah terjadi, dia hanya akan menimbulkan kepanikan. Jika pergi ke kantin maka yang akan dilihatnya hanyalah tulisan ‘Habis’ dimana-mana, jadi dia memutuskan untuk menggunakan layanan makan OSIS.
Honoka sedang mengoperasikan panel memasak, sementara Miyuki menyiapkan minuman. Peran Tatsuya hanyalah duduk diam dan menunggu makan siang itu siap disajikan. ….Jika dilihat secara objektif maka dia seperti ‘bajingan beruntung’, tapi dia segera menghentikan pemikiran itu sebelum mereka sadar akan hal itu.
“Ngomong-ngomong, apa yang dilakukan Lina disini?”
Sebaliknya, dia merubah pikirannya pada masalah lain.
“Sekolah menyarankan untuk menjadikan Lina sebagai anggota OSIS khusus selama masa pertukaran pelajar.”
Menaruh cangkir kopi didepan Tatsuya, Miyuki berpaling dan menjawab pertanyaannya.
Rambut hitam berkilaunya bersibak didepan mata Tatsuya seperti sebuah air mancur. Terpaku melihat Miyuki yang sedang menyisir kebelakang rambutnya, walau begitu pikirannya tetap dengan tajam memproses informasi yang masuk ke dalam telinganya
“Ah…. Itu mengingatkanku, tadi, dia bilang dia tidak bisa memutuskan untuk masuk ke klub apa dan dia sedang bingung.”
“Ya. Keinginan dari balik layar makin meningkat….. Tampaknya Ketua Hattori lah yang mengusulkan ide ini.”
Orang yang menjawab kali ini adalah Honoka, membawa kejutan padanya. Selagi mengatakannya, Honoka, berbalik, dan Miyuki, berjalan mengitari meja, membawa nampan mereka masing-masing ke meja dan memulai makan siang mereka.
“Dia hanya belajar disini untuk satu semester, jadi dia tidak akan bisa mengikuti festival atletik.”
“Aku cukup yakin kalau ada alasan yang lebih dalam dibalik hal ini.”
Sebuah senyuman jahat muncul di wajah Miyuki,
“Bahkan ada orang idiot yang mencoba untuk membuat album foto Lina untuk dijual.”
Saat Honoka mendesah dan mengerutkan dahinya.
“Sekolah ini punya klub fotografi?”
Tatsuya tidak akan terkejut jika memang ada, tapi dia tidak pernah tahu sebelumnya.
“Tim fotografi departemen seni. Mereka ingin melakukan hal-hal bodoh seperti membuat Lina bergabung dengan klub gimnastik ringan dan menjadikannya objek foto.”
Gimnastik ringan adalah semacam gimnastik bagi para penyihir dengan batasan gravitasi dan inersia yang direndahkan, melakukan senam lantai seolah-olah sedang berada di trampolin tanpa menggunakan trampolin. Kompetisi Mirage Bat yang diikuti Miyuki dan Honoka merupakan pengembangan dari gimnastik ringan.
“Aku mengerti…. Tentu saja, mereka pasti dapat mendapatkan banyak foto.”
“O-nii-sa-ma?”
“Walaupun aku tidak yakin kalau untuk menjualnya.”
“……”
Tatsuya segera mengalihkan tatapannya, saat Miyuki menunjukkan tatapan curiga padanya.
Namun, sebuah tatapan yang sejenis muncul dari arah itu juga.
“…..Tunggu, itu memang agak tidak enak didengar. Maaf.”
Kembali menghadap adiknya, dia mengibarkan bendera putih. Kalau dia harus menghadapi tatapan kejam itu dalam sebuah ‘kontes menatap’ mungkin Miyuki dan Honoka akan menyerah lebih dulu, tapi memanfaatkan perasaan mereka hanya untuk masalah seperti ini rasanya adalah ide yang buruk.
Miyuki, menyadari kalau Tatsuya tidak bermaksud apa-apa saat mengatakan hal tersebut tapi langsung meminta maaf, membuatnya merasa malu dan menundukkan kepalanya.
“Ap-apapun yang terjadi. Hal yang sama juga terjadi, dan situasinya telah berubah sampai pada titik perekrutan ini tidak hanya mengganggu Lina saja tapi juga yang lain, dan um…..”
Honoka, yang sering terlihat seperti orang yang serius sebenarnya adalah orang yang halus (atau pemalu), mulai khawatir dengan situasi aneh ini.
“Jadi sudah diputuskan untuk menjadikannya sebagai aggota OSIS.”
Segera memahami kekhawatiran Honoka, Tatsuya memberi tanggapannya,
“Ya. Jika dia menggunakan tugas OSIS sebagai alasan, itu pasti sudah cukup untuk membuat klub lain mundur.”
Dan diikuti Miyuki.
Melihat suasana sensitif itu telah berubah berkat Tatsuya dan Miyuki, Honoka menghela nafas lega. Orang yang tidak sengaja membuat mereka akan bertengkar, sayangnya, adalah gadis yang berbeda.
“Jadi, apa keputusan Lina?”
“Dia tidak terlihat terlalu antusias.”
“Tampaknya dia tidak terlalu senang untuk pulang telat. Aku rasa ini juga merupakan alasan mengapa dia masih belum memutuskan klub yang ingin diikutinya, meski sudah berpikir keras.”
Tatsuya mengangguk dengan tatapan ‘mungkin seperti itu’, saat mendengar jawaban Miyuki dan Honoka.
◊ ◊ ◊
Setelah makan malam, Tatsuya duduk di sofa di ruang keluarga melihat pada layar besar yang terpasang di dinding.
Miyuki bersandar disebelahnya.
Layar itu dibagi menjadi tiga. Layar utama menampilkan video real time penampakan kota Tokyo dilihat melalui kamera pengawas stratosfer dengan tiga titik menyala yang bergerak padanya. Bagian atasnya menampilkan jalan dan peta dengan ketiga titik tersebut, sementara  bagian bawahnya, terdapat tulisan berjalan yang muncul dalam interval 30 detik.
Alasan mengapa dia mendapat akses kamera pengawas stratosfer adalah berkat Sanada.
Alasan mengapa dia memiliki akses dan dapat memantau sinyal pelacak dari tim pencari Saegusa/Juumonji bukan karena Mayumi yang memberikan kode otentikasinya, tapi berkat sang peretas tak tertandingi Fujibayashi Kyouko.
Fujibayashi juga melacak sinyal dari tim pencari Chiba di saat yang sama.
Titik cahaya itu menunjukkan intensitas kekuatan pengganggu, gelombang itu dideteksi oleh penangkap yang terpasang pada kamera pengawas startosfer dan diproses olehsupercomputer [1]milik Batalion Sihir Independen.
Dia teringat lagi oleh kemampuan batalion ini, sejauh yang diketahui Tatsuya, menjadi bagian dari sebuah pasukan sihir eksperimental, membuat mereka dilengkapi dengan teknologi yang masih dalam tingkat penyempurnaan (kalau tidak mereka tidak akan mempunyai Mobile Suit).
Dan ngomong-ngomong masalah teknologi.
“Tampaknya Stars memiliki teknologi yang lebih baik dalam mendeteksi Parasite ketimbang kita.”
Melihat pergerakan Stars saat mereka memerhatikan titik kekuatan pengganggu itu di layar, Tatsuya bergumam dengan suara terkesan.
Walaupun mustahil untuk melacak pergerakan Parasite secara langsung, dengan menganalisa aliran energi ketiga Parasite tersebut yang mereka lacak, memungkinkan mereka untuk melacak posisi Parasite. Dan meskipun sensor kamera jalan dan alat pengawas stratosfer tidak terlalu membuahkan hasil, satu-satunya yang dapat diprediksi Tatsuya adalah kalau Stars dapat melacak pergerakan Parasite lebih cepat. Tatsuya tidak tahu apa itu karena mereka memiliki kemampuan tertentu ataukah teknologi yang maju. Dia juga tidak tahu apa itu hanya bisa untuk melacak Parasite, atau juga bisa melacak sinyal penyihir lain. Apa yang diketahuinya adalah kalau USNA sudah berada diatas Jepang dalam hal ini.
Tatsuya tidak pernah menganggap teknologi sihir Jepang merupakan yang terdepan di dunia. Dia juga tidak menganggap dirinya sendiri memiliki pengetahuan yang luas tentang teknologi. Tapi walau begitu, dia hanya bisa merasa kesal dan penasaran setelah mengetahui hal ini.
“Tapi sekarang bukan waktunya untuk itu.”
Tatsuya kembali serius, saat mengatakan itu dan menghilangkan semua pemikiran tidak pentingnya.
“Onii-sama, apa kau akan pergi?”
Saat Tatsuya bangkit berdiri, Miyuki berbicara selagi melihatnya dari sofa.
“Kau gadis yang baik, jadi tunggu saja disini, ya?”
Tatsuya mengelus pipinya.
Miyuki mengangkat tangannya dan menekan telapak Tatsuya di pipinya. Seolah-olah dia ingin merasakan kehangatan Tatsuya.
“Aku akan menunggu.”
“Ya. Tanpa diragukan lagi, sebentar lagi, kekuatanmu akan dibutuhkan. Saat waktu itu tiba…..”
“Ya. Lalu, bersama-sama, janji, Onii-sama.”
“…….Baik, aku tidak merasa kalau situasi ini akan berubah berbahaya seperti Yokohama.”
Selagi Tatsuya bercanda, Miyuki, juga tersenyum, melepaskan tangan Tatsuya.
Miyuki melihat Tatsuya yang keluar dari pintu, membawa CAD favoritnya dan peralatan lain selagi melangkah dalam pertarungan.
Miyuki terus menatap pada pintu yang tertutup sampai kehadiran kakakknya menghilang.
Lalu saat dia sudah tidak bisa lagi merasakan keberadaannya, dia kembali masuk lagi.
Miyuki kembali ke ruang keluarga, dan menekan tombol pada layar itu. Walaupun dia tidak memiliki kemampuan yang tinggi dalam mekanik, kalau masalah kelebihan dan kekurangan, apa yang diketahuinya saat ini tentunya bukan keahliannya.
Namun dia memiliki kemampuan mengingat yang luar biasa. Walaupun tidak sehebat Tatsuya, yang memiliki kapasitas ingatan yang luas sebagai efek samping dari eksperimen mental yang dijalaninya, mengoperasikan perangkat itu seperti yang baru saja dilihatnya bukanlah hal yang sulit.
Dia mengembalikan kembali tampilan yang sebelumnya dilihatnya bersama kakaknya. Kecepatan teks yang terlintas pada layar itu terlalu cepat baginya, tapi dia tidak tahu bagaimana cara untuk merubahnya jadi dia merasa bosan melihatnya.
Dia dengan putus asa mencoba untuk mengkalkulasikan posisi kakaknya dari titik-titik cahaya yang bergerak. Dia telah disuruh untuk ‘menunggu’, tapi kali ini dia tidak ingin ‘hanya menunggu’. Bahkan jika itu berarti melawan perintah kakaknya, bahkan jika itu berarti dia akan dimarahi setelahnya, itu masih lebih baik daripada tidak melakukan apa-apa selagi kakaknya kesusahan.
Tentunya, masih ada sedikit kemungkinan akan pecahnya konflik besar. Menurut perkiraannya, bahaya dari kejadian ini memang dibawah Yokohama.
Tapi walau skalanya kecil.
Walaupun situasi akan sangat membatasi penggunaan kekuatan.
Musuh Tatsuya, kemungkinan besar, adalah anggota Stars.
Walau begitu, tidak ada yang bisa dilakukan Miyuki.
Sebagai orang biasa, pada usia 15 tahun, dia memiliki salah satu kekuatan tingkat tertinggi di negara ini. Bisa dengan mudah menjadi salah satu kekuatan tingkat tertinggi di dunia.
Tapi kekuatannya bukan pada penglihatan yang jauh atau tajam.
Maupun memiliki kekuasaan untuk menggerakkan Keluarga Yotsuba.
Tidak seperti kakaknya, dia tidak punya jaringan pribadi yang luas.
Ataupun kemampuan meretas Fujibayashi.
Tanpa sihir khusus yang dapat digunakan untuk menemukan Tatsuya, ataupun kontak maupun keahlian, Miyuki hanya bisa memeluk dadanya selagi melihat layar itu.
Itu dilakukannya tanpa sadar.
Dibalik dadanya adalah hatinya. Walaupun bajunya menghalanginya dan membuatnya tidak bisa merasakan debarannya, dia dapat merasakan sesuatu yang lain.
Didalam dadanya, didalam hatinya,
Dia dapat merasakan ikatannya dengan Tatsuya.
Hal menjijikkan, menempel pada diri kakaknya.
Limiter-nya telah dipasang ulang.
Gembok dan rantainya tidak lain adalah dirinya sendiri.
Dia sendiri jugalah kuncinya.
Memaksa dirinya untuk mengikat kakaknya, jelas merupakan kutukan.
Tapi walau begitu, itu tetap saja merupakan ikatan yang menghubungkannya dengan kakaknya.
……Kalau saja aku juga bisa melihatnya……
Pikir Miyuki.
Namun seberapa pun jauhnya Tatsuya dari Miyuki, Tatsuya tetap masih akan mengetahui situasi adiknya. Miyuki telah mendengar kalau ‘penglihatan’nya dapat menganalisa informasi eksistensial, dan sesuatu seperti lokasi dan kondisinya selalu diketahui Tatsuya dalam bentuk data.
Dalam hal ini berarti Miyuki benar-benar tidak memiliki privasi, tapi hal itu tidak sedikit pun menganggu Miyuki.
Dia tidak memiliki satu rahasia pun yang disembunyikannya dari kakaknya. Jika ada sesuatu yang tidak bisa dikatakan tersembunyi di hatinya, dia berharap kalau kakaknya dapat mengetahuinya dengan kekuatannya. Dia berpikir seperti itu walaupun dia tahu kalau ‘penglihatan’nya tidak bisa sampai alam mental.
Di sisi lain, Miyuki tidak bisa ‘melihat’ kakaknya dari jauh.
Sebaliknya, bagi Miyuki yang terlahir dengan Sihir Penganggu Mental, dia dapat ‘merasakan’ ‘lokasi’ dari suatu ‘pikiran’. Dengan melepas Limiter pada Tatsuya dan sekaligus membebaskan kemampuannya sendiri, Miyuki dapat ‘menyentuh’ pikiran seseorang. Dia bahkan mungkin dapat menyentuh roh yang berkeliaran di dunia ini.
Namun, dia tidak akan dapat merasakan ‘mahluk hidup’ dari kejauhan. Dia tidak dapat masuk ke dalam dimensi informasi seperti kakaknya, dimana jarak fisik tidak ada artinya.
Itulah perbedaan dari penglihatan dan sentuhan. Bahkan jika dia dapat menyentuh sesuatu yang ‘ada’, dia tidak dapat menggunakannya untuk menemukan lokasi orang tersebut.
Merasakan kakaknya di dadanya, Miyuki berpikir keras, yang hanya meningkatkan rasa frustasinya.
Dikendalikan oleh firasat buruk yang dirasakannya, dia berharap kalau dia dapat berlari ke sebelahnya.
Dia tidak tahu berapa lama lagi dia dapat bertahan merasakan perasaan seperti itu, saat dia melihat layar itu.
Suara bel menyadarkannya dari lamunannya, menunjukkan kehadiran seorang pengunjung tak terduga.
Pertama-tama, dia melihat ke arah jam.
Baik, biarkan mereka pergi, pikir Miyuki. Tidak ada salahnya berpura-pura sedang tidak ada di rumah, lagipula itu sudah lewat jam berkunjung.
Dia lalu mencoba melihat ke monitor intercom. Mengenali sosok pengunjung itu, Miyuki segera merubah rencananya. Selagi mempertimbangkan untuk memakai baju apa, dia juga memprediksi berapa lama waktu yang akan dibutuhkannya.
“Tunggu sebentar, sensei.”
Yang berdiri di tempat itu adalah Yakumo.
◊ ◊ ◊
Tatsuya melihat pertarungan antara Parasite dan si penyihir bertopeng dari bayang-bayang pohon.
Saat mereka telah sampai pada titik penangkapan yang diprediksinya dia masih mengeluarkan suara, tapi sekarang dia menyembunyikan nafasnya dan menyembunyikan kehadirannya, menunggu kesempatan untuk menyerang.
Menurut informasi yang didapatnya dari Mayumi, ada beberapa Vampire dan beberapa pemburu yang mengejar mereka, tapi setelah melihat mereka berdua didepannya dia menjadi yakin kalau apa yang dilihatnya saat ini sama dengan yang dilihatnya kemarin. Dia hanya melihat pergerakan dari kelompok itu dan memprediksi dimana kontak pertama akan terjadi, tapi dia tidak mengetahui siapa orangnya.
(……..Ini kebetulan, bukan?)
Sebuah rasa dingin menjalar turun melalui tulang belakang Tatsuya dan karena itu dia hampir saja menunjukkan posisinya. Entah bagaimana dia berhasil menahannya, dia mengeluh dalam pikirannya. Sesuatu seperti ‘kalau ini memang takdir, ini tidak terlalu menyenangkan’.
Dia melihat kembali keadaan pertarungan itu. Penyihir bertopeng itu jelas lebih unggul. Jika dibandingkan lawannya, Vampire bertopeng putih itu berusaha untuk melarikan diri. Dan jaring untuk menggagalkan pelarian diri itu masih belum selesai.
(Empat orang. Seperti dugaanku, itu masih belum cukup.)
Dengan adanya tiga pihak, jika kau ikut menghitung polisi yang tidak bekerja bersama dengan Keluarga Saegusa, maka akan ada empat pihak yang melakukan pencarian yang sama dan saling mengganggu satu sama lain, empat penyihir sedang mendekat ke arah sini dari empat arah yang berbeda. Mereka adalah tim musuh, tanpa peralatan pengawasan jalan, tapi berhasil memanggil empat yang lain dengan baik tanpa disadari orang lan, itulah yang sedang dipikirkannya, tapi lebih aman untuk mengatakan kalau jumlah seperti itu tidak cukup untuk menggagalkan pelarian itu dalam kota tiga dimensi ini.
Yang mana mengapa situasi ini akan segera berubah dari ‘petak umpet’ menjadi ‘pengejaran’.
(Pada akhirnya, musuh dari musuhmu hanyalah orang asing. Hal itu sendiri saja secara tidak langsung membuat mereka menjadi sekutu, huh.)
Kalau semua pihak yang mengejar Parasite bekerja sama, maka setiap tim hanya perlu mengirimkan orang sebanyak ini dan hanya tinggal menunggu saja sampai masalah selesai. Tapi karena adanya tujuan yang berbeda, hal itu tidak akan berhasil. Bahkan tujuan Tatsuya sendiri tidak benar-benar cocok dengan tujuan Mayumi ataupun Erika.
Tapi untuk sesaat, para Vampire itu lebih dari seorang musuh.
(Kalau begitu sekarang, bagaimana caranya aku masuk.)
Selagi memprediksi reaksi seperti apa yang akan dibuat oleh si penyihir bertopeng, Tatsuya mengeluarkan sebuah pistol dan bukan CAD dari pinggangnya. Tentu saja itu ilegal, tapi itu satu-satunya hal yang terlintas di pikirannya. Dia mengarahkan pistol itu ke arah Vampire yang baru saja melompat tinggi untuk menghindari pisau yang menyerangnya dengan benar-benar tenang, diarahkan ke sekitar perutnya, dan dengan mudah menarik pelatuknya.
Jarak efektif rata-rata dari sebuah pistol adalah 50 meter, walaupun dalam pertarungan sesungguhnya jarak efektifnya kurang lebih hanya sampai 20 meter. Hal ini telah sedikit berubah dari seabad yang lalu, dan alasannya adalah karena pistol memang dibuat dengan kemampuan seperti itu.
Jarak antara pohon yang digunakan Tatsuya untuk bersembunyi hingga Vampire yang mengenakan mantel itu sekitar 10 meter. Walaupun Tatsuya telah meningkatkan waktu latihan minimum yang dibutuhkannya, itu bukan berarti dia berlatih menembak setiap hari sehingga jarak seperti ini cukup sulit baginya.
Pistol yang sedang ada di tangannya adalah pistol tembakan tunggal yang memiliki peluru yang didesain spesial. Tidak ada kesempatan kedua baginya. Dia mungkin akan lebih baik kalau membidik area kulit yang terbuka, tapi dia menyerah untuk melakukan apa yang tidak bisa dilakukannya.
Selain itu, karena target mengenakan topi diatas matanya dan juga mantel panjang yang memanjang sampai pergelangan kaki dan ditambah lagi topeng putih yang benar-benar menutupi wajahnya, sudah jelas kalau tidak ada bagian kulitnya yang terbuka. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.
Peluru berat berkecepatan rendah menyerap beban lebih banyak daripada sebuah peredam, namun saat dibidikkan, peluru akan mengenai bagian perut dari mantel tersebut. Walaupun massa peluru itu dua kali dari massa peluru 9 mm biasa, kurangnya kecepatan ditutupi oleh fakta kalau Vampire itu telah terjatuh akibat terkena peluru itu.
Penyihir bertopeng itu menoleh ke arah Tatsuya. Pupil emasnya dipenuhi amarah saat melihat ke arahnya.
Bisa dilihat kalau tatapan itu berisi kemarahan, dan bukan kebingungan.
Dia meninggalkan pisaunya di saat yang sama Tatsuya melepas pistolnya.
Tangannya segera menyambar pinggangnya, saat Tatsuya memasukkan tangannya ke balik dadanya.
Tangan Tatsuya sampai pada tujuannya terlebih dahulu.
Tapi jarinya berhenti di tengah jalan saat akan menarik pelatuk CAD-nya.
Di tangan musuhnya ada sebuah pistol otomatis ukurang sedang. Penglihatan Tatsuya melihat adanya formula sihir yang terbentuk pada larasnya.
Kecepatan aktivasinya setara dengan Decomposition milik Tatsuya. Itu adalah sebuah alat khusus yang memulai rangkaian aktivasi saat alat itu digenggam, mengurangi waktu dan usaha yang dibutuhkan untuk mengoperasikan alat itu.
Sihir yang digunakannya adalah Data Fortification. Sebuah sihir yang memperkuat peluru apapun yang keluar dari larasnya.
Tatsuya merubah pilihan sihir pada CAD-nya, berubah dari sihir untuk mendekomposisi Eidos menjadi sihir untuk mendekomposisi benda dan mulai mengaktifkan sihir itu.
Targetnya adalah silinder pistol sang penyihir bertopeng. Lebih tepatnya, peluru yang akan ditembakkan dari dalamnya.
Waktu terasa melambat saat pemrosesan sihir tingkat tinggi diaktifkan, saat Tatsuya melihat penyihir bertopeng itu menarik pelatuk pistol otomatisnya sementara Tatsuya melakukan hal yang sama pada CAD-nya.
Jarak penyihir bertopeng itu dengan Tatsuya sekitar 15 meter. Peluru subsonik yang ditembakkan oleh pistol berperedam, yang mengutamakan keheningan, akan butuh waktu 0.05 sekon untuk sampai padanya.
Itu hampir setara dengan kedipan mata.
Namun, waktunya akan berkurang saat digunakan bersama Data Fortification.
Saat peluru itu melesat di udara, peluru itu berubah menjadi debu.
Sebuah kekagetan dibalik topeng adalah buktinya.
Dia pastinya punya alasan atas keyakinannya, pikir Tatsuya.
‘Suspension’ atau ‘Vector Modification’ biasa tidak akan mampu untuk menghentikan peluru itu. Jika orang itu memiliki kemampuan sehebat Katsuto maka sudah beda cerita, tapi kebanyakan penyihir tidak ada yang memiliki kemampuan sehebat itu. Bahkan penyihir petarung dari Sepuluh Master Clan akan kesulitan.
Dalam kasus Tatsuya, ‘Decomposition’ adalah kebalikan yang tepat untuk ‘Data Fortification’ maka dari itu dia berhasil, tapi jika bukan karena itu dia pasti sudah dalam masalah besar yang tidak dapat diselesaikan.
Bagaimanapun juga, semuanya, hanyalah dugaan. Dan sekarang, penyihir bertopeng itu telah menunjukkan celah didepan Tatsuya.
Tatsuya menembakkan sihir saat dia sadar akan celah itu.
Sihir yang gagal ditembakkannya sebelumnya, sekarang mengenai topeng sang penyihir.
Terlihat pada penglihatan Tatsuya, hal-hal seperti ‘warna’, ‘bentuk’, ‘suara’, ‘panas’, dan ‘posisi’ semuanya ditulis dalam bentuk informasi. Dia tidak mentarget penyihir itu sendiri, tapi dia menggunakan anti-sihir, Gram Dispersion, pada sihir penyamaran lawannya.
Mendekomposisi formula sihir itu sendiri, melepaskan semua pelindung luarnya dan hilang begitu saja.
Saat itu juga,
Sang iblis terlahir kembali menjadi seorang malaikat.
◊ ◊ ◊
Langit malam dipenuhi bintang. Didalam sebuah sedan yang sedang mengebut di jalan tol di jantung kota, pemandangan luar terlihat seperti gambar 3D yang tidak memiliki suara maupun getaran.
“………Sensei.”
Duduk di kursi belakang dengan diam, Miyuki ragu-ragu untuk membuka mulutnya.
Orang yang dipandangnya sebagai pengguna Ninjutsu sedang duduk disampingnya, Kokonoe Yakumo.
“Nn, ada apa?”
Yakumo membuka matanya, dan menoleh pada Miyuki.
“Mengapa kau membantuku…… disaat seperti ini? Seingatku, peraturan anda adalah selalu tidak ikut campur dalam masalah duniawi.”
Itu adalah sebuah pantangan, atau lebih seperti implementasi dari prinsip Buddhisme. Makna kalimat itu berbeda, tapi hasil akhirnya tetap sama. Dan titah-titah itulah yang diberlakukan Yakumo pada dirinya sendiri.
“Yah, tentunya pasti ada beberapa pengecualian.”
Nada Yakumo terdengar bermain-main seperti biasa, dan itu selalu menyulitkan Miyuki untuk membaca maksud asli Yakumo.
“Walaupun aku mengatakan untuk memutuskan ikatanku dengan hal duniawi saat aku menjadi seorang pendeta, aku masih belum menghentikan pekerjaanku sebagai seorang shinobi. Lagipula itu bukan satu-satunya panggilanku.”
Bukan karena dia tidak bisa, tapi karena dia memang tidak melakukannya. Tidak ada rasa penyesalan, tapi lebih seperti perasaan yang dianggap Yakumo sebagai hal yang benar-benar normal…… itulah yang dibaca oleh Miyuki.
“Itulah yang mereka sebuah sebagai kewajiban atau tanggung jawab bagi mereka yang memiliki kemampuan…. Ini memang terasa sangat duniawi, tapi bahkan didalam Buddhisme, seseorang tidak akan dapat terbebas dari tradisinya jadi ini adalah hal yang dapat diterima aku rasa?”
Walaupun dia secara teknis bertanya, Miyuki tidak menjawabnya. Jangankan Miyuki, itu bukanlah sesuatu yang kau tanyakan kepada seorang gadis 15 tahun.
“Haah…..”
Yang bisa dilakukannya hanyalah mengatakan kalimat ambigu untuk menjawabnya. Sepertinya murid Yakumo di kursi pengemudi menunjukkan tanda kalau dia sedang mengingat sesuatu saat dia mengerutkan alisnya, tapi itu mungkin hanya imajinasinya.
“Masalahnya adalah, aku mendengar dari Kazama-kun kalau musuh yang dihadapi Tatsuya-kun mungkin menggunakan ‘Parade’ milik Keluarga Kudou. Kalau memang seperti itu, kita harus memberi mereka peringatan. Lagipula orang yang mengajari Kudou teknik ‘Matoi’, yang dikembangkannya menjadi Parade, adalah pendahuluku.”
Merepotkan sekali, keluh Yakumo.
Namun sebuah komentar tidak sopan keluar dari mulut Miyuki.
“Pemegang teknik rahasia ‘Parade’ Keluarga Kudou, diajari oleh gurunya Sensei.”
Kalau Tatsuya ada disitu, dia mungkin akan mengatakan hal seperti ‘ah, jadi memang seperti itu’ dan hanya menerimanya begitu saja. Tapi kalau bagi Miyuki, itu bukanlah hal yang mudah untuk diterima.
‘Oh? Kau tidak tahu? Tujuan dari Ninth Institute adalah mengembangkan penyihir yang dapat menggunakan Sihir Kuno dengan efisien dan mensistematisasi Sihir Kuno menjadi Sihir Modern. Karena itu, Ninth Institute mengumpulkan banyak pengguna Sihir Kuno. Pendahuluku juga salah satu dari mereka.”
Tentu saja, Miyuki tidak mengetahui hal itu.
Sebaliknya, akan aneh sekali, jika seorang gadis SMA mengetahui tentang sisi gelap Sihir Modern, penderitaan yang tersegel, Lembaga Pengembangan Kemampuan Sihir. Bahkan Miyuki, yang merupakan pewaris hasil penelitian dari Fourth Institute yang paling terkenal, tidak akan mengerti apa yang dilakukan institute lain.
“…..Kalau begitu apa mungkin, nama keluarga Sensei?”
Miyuki membelalakkan matanya saat dia mengetahuinya, dan dia bertanya dengan wajah pucat.
“Tidak, kau hanya melebih-lebihkannya saja.”
Dia segera mengetahui apa yang dipikirkan Miyuki. Tertawa kecut, Yakumo menggelengkan kepalanya menyangkal pemikiran Miyuki.
“Nama Kokonoe hanyalah nama yang kuwarisi dari pendahuluku.”
Suasana di dalam mobil itu menyantai sedikit. Tapi kehangatan itu segera hilang kembali.
“Bagaimanapun, dalam situasi itu pendahuluku mengajari Keluarga Kudo ‘Matoi’ dan mereka mengembangkannya menjadi ‘Parade’. Pengembangan itu menggunakan teknik rahasia kami sendiri. Jadi jika penyihir yang berhadapan dengan Tatsuya-kun benar-benar menggunakan ‘Parade’, mereka harus diperingati untuk tidak menggunakannya lagi. Dan jika mereka tidak mengindahkan peringatan itu, yah, itu akan sangat disayangkan.”
Nada dan ekspresi Yakumo tetap santai seperti biasa. Namun, Miyuki merasa merinding di sepanjang tulang belakangnya. Bukan hanya dirinya saja. Selagi mengemudikan mobil itu, bahu murid Yakumo itu berubah kaku seperti batu.
◊ ◊ ◊
Seorang iblis berubah menjadi seorang malaikat. Itulah kesan yang dirasakan Tatsuya, perubahan itu sangat drastis.
Rambut merah, yang mengingatkan tentang kegelapan sebuah jurang berubah menjadi emas yang berkilau dalam cahaya.
Pupil emas menakutkan itu berubah menjadi warna biru langit.
Bentuk wajahnya berubah, dan tubuhnya mengecil.
Bahkan tingginya sedikit menyusut.
Kecantikan seperti ini tidak akan bisa disembunyikan oleh topeng kecil seperti itu.
Tentu saja, jika ada orang yang bahkan dapat merubah fisiknya, tidak kaget jika orang tersebut dapat menipu dunia.
Jika tidak ada bukti-bukti yang ditinggalkannya sampai sekarang, bahkan Tatsuya pun tidak akan mengetahui identitasnya.
Tangan Tatsuya bergerak tanpa sadar. Lima peluru ditembakkan oleh gadis berambut emas bermata biru itu, dan semuanya hancur sebelum mengenainya.
Lalu tepat sebelum dia dapat menembak lagi, pegangan pistolnya teratuh dan silindernya terlepas.
Dipaksa untuk berhenti menembak, belum lagi pistolnya dihancurkan oleh sihir, gadis itu hanya bisa diam membeku.
“Cukup sudah, Lina! Aku tidak ingin bertarung denganmu!”
Memanfaatkan kesempatan itu, Tatsuya mencoba untuk merubah situasi. Tujuannya hari ini adalah menangkap Parasite. Untuk menahannya, dan mencari tahu identitasnya. Itulah mengapa dia memilih cara dengan menembakkan peluru bius.
Bagi Tatsuya, bertarung dengan penyihir betopeng/Lina hanya buang-buang waktu saja. Perkataannya seharusnya menandakan kalau pertarungan itu berakhir, tapi…
Itu adalah langkah yang buruk, apa yang dilakukannya hanya akan menghasilkan efek yang sebaliknya. Dari balik topengnya, pupil biru itu terbakar semangat.
Memasukkan kembali CAD khususnya ke dalam sarungnya dengan tangan kanannya, dia menggantinya dengan sebuah belati.
Penyihir USNA terbiasa menggunakan senjata yang terintegrasi dengan CAD. Ada kemungkinan kalau belati itu bukanlah pisau biasa, tapi sebuah perangkat persenjataan.
Sepatu bot pendek itu mendorong aspal taman itu dengan cepat. Itu adalah kecepatan yang tidak terduga dari seorang gadis, tapi itu masih belum melebihi batas rata-rata manusia biasa.
Tatsuya mengeluarkan bola timah dari sakunya dan menjentikkan jarinya.
Menyebar melalui udara, itu tertuju langsung pada tangan kanan Lina, dan tepat menembusnya.
Tidak ada percikan darah. Itu tidak mengenai tubuhnya, tapi lebih seperti sebuah ilusi.
Di saat Lina menarik kembali lengannya. Belati itu dilemparkan ke arah Tatsuya dari jarak semeter dari mata Tatsuya.
Melompat ke samping untuk menghindari serangan itu, mata Tatsuya melacak arah lintasannya. Dia melihat sebuah ilusi melempar belati lainnya ke arahnya, pada arah yang dilihatnya.
Mata telanjangnya melihat sesosok gadis bertopeng, tapi ‘mata’nya tahu kalau itu hanyalah ilusi belaka.
(Merepotkan sekali!)
Tatsuya mengeluh. Memikirkan cara untuk mengatasinya adalah dua hal yang berbeda.
Teknik Parade menciptakan sebuah Badan Informasi yang berisi elemen ‘warna’, ‘bentuk’, ‘suara’, ‘panas’, dan ‘posisi’. Itu sama seperti ‘Matoi’ milik Yakumo.
Tidak seperti ‘Matoi’, yang menampilkan sebuah ‘tubuh’ yang memiliki warna, bentuk, suara, dan panas yang sama seperti penggunanya tapi dengan posisi yang berbeda, Parade milik Lina lebih terpusat pada perubahan warna dan bentuk. Namun, itu bukan berarti Parade tidak bisa merubah posisi penggunanya. Teknik yang disempurnakan Keluarga Kudou, dan diwarisi Lina, benar-benar dapat melakukan hal itu juga.
Saat ini Lina sedang fokus menggunakan kemampuannya untuk merubah semua warna dan bentuk menuju posisi yang berbeda, mencegah Tatsuya mengetahui posisi sebenarnya. Dan tanpa koordinat target, Tatsuya tidak bisa melancarkan sihirnya. Sihir yang membutuhkan koordinat berdasarkan informasi visual tidak akan berguna jika target telah tidak ada di hadapannya. Dan perbedaan ‘Parade’ dengan sebuah ilusi adalah posisi palsu yang diciptakan Parade tetap terbawa hingga ke dalam dimensi informasi.
Untuk sihirnya agar dapat bekerja, rangkaian sihir harus dilancarkan pada Eidos sang target. Contohnya, untuk memindahkan file di komputer, direktori file tersebut harus dipilih dengan jelas dan baru setelah itu file-nya dapat dipindahkan, tapi karena membuka file pada direktorinya setiap saat akan sangat melelahkan maka dari itu shortcut sering digunakan. Jika shortcut-nya dirubah pada sebuah direktori file palsu, maka walaupun kita melakukan cara yang sama seperti sebelumnya, maka yang akan muncul adalah sebuah file yang error.
Mengaplikasikan prinsip itu pada proses penggunaan sihir, dalam banyak kasus informasi visual adalah ikon shortcut, dan didalam informasi visual itu berisi juga informasi suara dan panas. Jika informasi visualnya dirubah akibat sihir ilusi maka sihirnya tidak akan bisa bekerja, tapi jika ilusi dan tubuh aslinya serupa maka rangkaian sihirnya masih dapat mencapai Eidos melalui informasi koordinat. Kali ini, meskipun sihir yang digunakannya sedikit tidak bekerja dengan baik, namun sihir itu masih berfungsi dengan normal.
Bahkan jika ilusinya berada di tempat yang berbeda, masih memungkinkan untuk menghubungkan ilusi dan tubuh aslinya sebagai kunci untuk menemukan lokasi aslinya. Tapi jika koordinatnya palsu dan koordinat palsu tersebut ada di dimensi infomasi, maka informasi yang diterima oleh kelima indera pengguna hanya akan menuntunnya pada sebuah tubuh palsu, yang tidak ada gunanya.
Itulah sistem dari anti-sihir ‘Parade’.
Lalu untuk menghentikan ‘Parade’,

Perlu menemukan lokasi tubuh disaat ilusi sebelumnya dihentikan dan ilusinya yang baru diaktifkan,
Atau tidak menggunakan kelima indera untuk menemukan koordinat tubuhnya secara langsung melalui dimensi informasi.
Sebelumnya tidak berjalan dengan lancar. Aktivasi sihir Lina berjalan dengan sangat cepat, makin memperburuk situasi pertarungan itu. Kecepatan aktivasinya bahkan melebihi Miyuki. Tidak lupa, kalau dia mempelajari sihir ini mati-matian. Kecepatan yang digunakannya untuk mengaktifkan sihirnya benar-benar gila.
Bagi Tatsuya, metode yang sebelumnya masih memungkinkan. Terus-menerus menerima serangan fisik, namun, sebagian besar persepsinya berada di alam materi, dan akan menjadi pertaruhan besar jika di berpindah ke alam non-materi.
(…….Tidak ada pilihan lain.)
Saat dia mengeluarkan belati kelimanya, Tatsuya memutuskan keputusannya. Tidak dapat menemukan tubuh aslinya sebelum ilusi barunya muncul, ataupun dpaat menemukan lokasi Eidos targetnya dalam dimensi informasi, Tatsuya hanya dapat menggunakan opsi ketiga.
Dia mengeluarkan sebuah kaleng silinder kecil dari kantung jaketnya.

Dan melemparnya ke atas.
Untuk sesaat, wajah Lina terlihat bingung, tapi mengenali ‘kaleng’ itu, matanya terbelalak.
Itu adalah granat kecil.
“Ye…”
Yesus, yang mungkin coba dikatakannya. Tapi Lina tidak dapat menyelesaikannya. Tidak membuang-buang waktu untuk mengatakan kata pendek itu, dia mengaktifkan sebuah pelindung.
(Fixed Deceleration.)
Di sisi lain, Tatsuya mem-Flash Cast sebuah sihir yang memperlambat kecepatan suatu objek. Jika dia mencoba untuk menciptakan sebuah pelindung dengan area pemrosesan sihirnya, akan mustahil bagi Tatsuya untuk berlindung dari ledakan granatnya (granat yang khusus digunakan untuk melemparkan pecahan peluru). Dan jika dia menggunakan Sihir Penghenti Kecepatan, ada kemungkinan kalau sihir itu tetap akan gagal untuk menghentikan gerakan peluru itu.
Yang menjadi alasan mengapa dia menggunakan Fixed Deceleration. Bahkan sekarang, dia pun tidak dapat memperlambat kecepatannya sampai ratusan atau ribuan kali.
Dengan menggabungkan fakta kalau itu adalah senjata yang disiapkannya dan tahu semuanya tentang kekuatan penganggu area pemrosesan sihirnya, Tatsuya masih dapat menghasilkan sihir dalam tingkat minimum.
Namun, Fixed Deceleration sendiri, tidak dapat menghentikan pecahan-pecahan peluru tersebut. Itu bukanlah sihir yang didesain untuk melakukan hal seperti itu. Saat dia menoleh ke sampingnya dan berlutut, pecahan-pecahan kecil menusuk panggul, paha, dan lengan yang digunakannya untuk menutupi kepalanya.
Sangatlah sedikit pecahan yang dapat menembus jaket anti peluru miliknya, tapi tetap saja ada beberapa yang masih dapat menembusnya.
[Pemulihan Diri / Auto-start]
(Pemulihan dibatalkan)
Sengaja membatalkan pemulihan dirinya yang aktif secara otomatis, Tatsuya melompat ke arah Lina yang tak tergores sedikit pun dibalik pelindungnya. Dia segera mulai untuk mendekomposisi pelindung yang baru saja Lina aktifkan. Ditangkap lengah, bahkan Lina tidak dapat menanggapinya.
“…….Ceroboh sekali, Tatsuya.”
Lina terjatuh ke tanah, dan Tatsuya menekannya dari atasnya. Terbaring di tanah, Lina berbicara dengan nada kagum. Bibirnya, yang tidak berada dibalik topengnya, berubah menjadi sebuah senyuman, tapi tidaklah sulit untuk mengetahui kalau dia hanya menunjukkan keberaniannya.
“Dasar saat menghadapi lawan yang tidak dapat kau ketahui lokasinya adalah dengan menggunakan serangan tanpa arah, bukan?”
“Itu namanya serangan segala arah.”
“Terserah dirimu. Sayangnya, aku tidak punya kemampuan untuk menggunakan sihir. Yah, kalau ini Lina aku yakin kau akan dapat bertahan dari serangan itu, jadi dengan itu maafkan aku.”
“Kalau kau memang tidak dapat mengatasi serangan itu, ini menggagalkan semua tujuanmu.”
“Jika tidak melakukan ini, maka tidak mungkin aku bisa menangkapmu.”
“Kau ingin menangkapku? Kalau kau ingin menyatakan cintamu, aku lebih senang kalau kau melakukannya dengan cara yang lebih romantis.”
Melihat ke arah mata biru tersebut, Tatsuya menyeringai. Dia menekan kedua tangan Lina diatas kepalanya dengan satu tangan.
Saat tangannya yang lain berusaha untuk melepas topeng itu, bahu Lina tersentak. Jari tangan kiri Lina yang dibungkus sarung tangan tebal berusaha untuk lepas, tapi Tatsuya memaksa telapaknya untuk tetap terbuka.
“…..Itu sakit, Tatsuya.”
“Sayangnya, aku tahu trik CAD itu. Kalau begitu sekarang…..”
Tangan Tatsuya memegang topeng itu.
Lina menutup matanya, dan menghadap ke samping. Walaupun identitasnya telah lama diketahui Tatsuya, tampaknya dia masih enggan untuk menunjukkan wajah sesungguhnya. Tatsuya tidak mengerti alasannya, tapi bukan berarti dia sedang menelanjanginya, jadi dia tidak ada alasan untuk berhenti.
“Aktifkan, [Dancing Blades]!”
Pada saat tangan Tatsuya menyentuh topengnya, Lina berteriak keras.
Lima belati yang telah dilemparnya merespon pada suaranya, dan meluncur ke arah Tatsuya.
(Perangkat berbasis suara….. perangkat yang diaktifkan bukan dengan rangkaian aktivasi tapi dengan suara, cukup menarik.)
Selagi merasakan belati itu meluncur ke arahnya, Tatsuya bergumam dalam hati.
Dua belati diarahkan pada tangan kanannya yang sedang memegang topeng Lina, satunya lagi pada bahu kanannya, satunya lagi pada lengan kirinya dan yang terakhir pada salah satu kakinya.
Tidak ada satupun yang mengarah pada organ vitalnya.
Jika dipikir-pikir lagi, serangan Lina dimaksudkan untuk melumpuhkannya, tanpa membunuhnya…. Saat dia memikirkan hal itu, belati itu sudah mencapai tubuhnya.
Dan saat kelima belati bersentuhan dengan tubuhnya, kelimanya hancur menjadi debu.
“Korosi…. tidak, Dekomposisi?”
Mata Lina menghadap kembali pada wajah Tatsuya, saat keduanya terbelalak terkejut melihat apa yang terjadi.
Mengabaikan Lina, Tatsuya mulai mencopot topeng itu.
Lina mencoba untuk melawan, dengan cara menggeleng-gelengkan kepalanya, tapi tangan Tatsuya sudah tidak dapat dihentikan.
“Kau akan menyesalinya, Tatsuya!”
“Aku akan menyesal, jika target yang seharusnya berhasil kutangkap melarikan diri.”
Selama bertarung dengan Lina, Parasite itu telah pergi jauh. Walaupun Tatsuya dapat mengejarnya, dia tetap saja masih merasa kesal atas semuanya. Lina juga seharusnya mengejar Vampire itu, jadi Tatsuya menduga kalau dia sengaja membantu Vampire itu melarikan diri.
Meskipun dihadapkan dengan mata penuh air mata, suara putus atas, Tatsuya tidak merasa ragu sama sekali. Dia melepaskan pengikat topeng itu yang dipasangkan di telinganya. Sesuai dugaan, topeng itu berfungsi sebagai terminal informasi.
Dia dengan lembut melepas topeng itu yang secara mengejutkan terbuat dari bahan yang kuat. Bahkan Tatsuya, yang telah terbiasa melihat gadis cantik, tidak dapat menahan dirinya untuk menghela nafas melihat kecantikan yang ada dibalik topeng itu.
Lina menutup mulutnya dan menatap Tatsuya.
Sesaat setelahnya, sebuah teriakan kejam keluar dari mulut itu.
Tatsuya terkejut, melihat perkembangan drastis itu.
Namun lengannya yang menahan tangan Lina tidak melonggar sedikit pun, berkat didikan tanpa ampun yang didapatnya dari Kazama.
“Siapapun, tolong aku!”
Itu seolah-olah dia sedang meminta tolong saat sedang akan diperkosa.
Walaupun dia bukan pemerkosa, mata dingin Tatsuya membuatnya terlihat seperti itu.
Seolah-olah menunggu teriakan Lina sebagai sinyal, suara langkah-langkah kaki mulai muncul setelahnya. Mengenakan seragam biru laut dibalik rompi anti peluru yang dilapisi cat putih, mereka berempat segera berlari ke arahnya. Lencana yang ada di topi mereka adalah Lencana Sakura.
Menggenggam lengan kiri Lina, Tatsuya dengan paksa melepas sarung tangan dari tangan kirinya.
Dengan sensasi pencabutan kejam itu, tangan putih Lina terungkap.
“Angkat tangan dan berbalik!”
Seorang polisi, atau setidaknya orang yang berdandan seperti itu, berteriak selagi berlari sambil membidikkan pistolnya.
Tatsuya menarik Lina, dan melemparkannya ke arah orang itu.
Lina didorong ke dada orang itu saat orang itu berteriak.
Orang itu menangkapnya.
Dan Tatsuya, melompat diatasnya, mendarat di bahu orang itu.
Seolah-olah menendang bola sepak, dia menendang tepat di wajah orang itu.
Melompat dari bahu orang itu yang terjatuh tanpa suara, Tatsuya segera meninggalkan polisi gadungan itu.
“….Apa yang kau pikirkan kalau dia memang polisi asli?”
Suara Lina dipenuhi ketidakpercayaan.
Namun,
“Sudah waktunya kau menghentikan sandiwara itu, Angie Sirius.”
Suasana tempat itu menegang, setelah Tatsuya mengatakan hal itu.
“Kalau mereka membantumu, tidak peduli mereka asli atau gadungan. Walaupun sudah digunakan sejak 100 tahun lalu, hukum pidana modern mengatakan kalau seseorang dapat dijatuhi hukuman akibat bersekongkol dengan pihak asik baik secara sengaja maupun tidak disengaja. Kalau kau pikir menyamar sebagai polisi sudah cukup untuk menakuti orang, kau salah besar. Jangan meremehkan penyihir Jepang.”
Tiga polisi gadungan yang lain, menunggu perintah dari Lina, dari komandan mereka Angie Sirius.
Sambil menghela nafas Lina menghadap Tatsuya dan, sedikit menekuk lututnya, memberikan tundukan sopan.
“Kami minta maaf atas kekasaran kami. Jujur saja, kami telah meremehkanmu. Kehebatanmu benar-benar diluar apa yang telah kudengar. Sebagai sesama penyihir, aku meminta maaf.”
Lalu dia meluruskan kakinya, berdiri tegak dan menaruh tangan kanannya disebelah dahinya. Bahkan tanpa topi militer, tidak salah lagi itu adalah hormat.
Sebelumnya dia hanyalah seorang penyihir biasa, tapi sekarang dia berlagak seperti kapten korps militer USNA. Itulah yang dirasakan Tatsuya setelah melihat gesturnya.
“Aku adalah kapten dari tentara sihir USNA Stars, dibawah perintah Kepala Staf Gabungan, Mayor Angelina Sirius. Angie Sirius adalah nama yang kugunakan dalam menjalankan tugas, jadi tolong panggil saja aku Lina untuk seterusnya seperti yang sudah kau lakukan. Kalau begitu sekarang.”
Niat membunuh yang telah disembunyikan dibalik kesopanannya, sekarang menyelimuti Tatsuya.
“Sekarang karena kau telah tahu wajahku dan identitas asliku, Tatsuya, Stars tidak punya pilihan lain selain untuk memusnahkanmu. Kalau saja kau tidak melepas topengku kita tidak perlu seperti ini, namun tidak ada cara lain; sayang sekali.”
“Apa kau mengatakan kepadaku kalau kau menyesali hal ini?”
Ditengah-tengah ketegangan itu, Tatsuya tertawa tanpa takut.
“Kalau saja kau diam dan membiarkan dirimu kutangkap, kita tidak akan perlu berakhir saling membunuh satu sama lain.”
“Maaf. Aku membiarkan kebaikanmu terbuang sia-sia.”
“Tidak, apa yang akan menjatuhkan diri kita adalah kesombongan kita sendiri, jadi tidak ada yang salah. Kau bahkan bebas untuk menolaknya.”
Salah satu polisi gadungan itu memberikan sebuah pisau tempur kepada Lina, dan memberikan sebuah pistol ukuran medium di tangan lainnya. Sebuah perangkat persenjataan berbentuk pisau, dan CAD khusus berbentuk pistol.
Tatsuya juga menarik keluar CAD-nya.
“Ini benar-benar sayang sekali, Tatsuya. Aku mulai sedikit suka denganmu.”
Merentangkan tangan kirinya, Lina membidikkan CAD-nya pada Tatsuya.
Merentangkan tangan kanannya, Tatsuya membidikkan CAD-nya pada Lina.
Bawahan-bawahan Lina berdiri dibelakangnya. Dia saat ini sedang terkepung.
“….Selamat tinggal, Tatsuya.”
“Aku tidak akan membiarkanmu, Lina!”
Tiba-tiba, sebuah perintah dingin yang seperti angin musim dingin terdengar.
Mata Lina terkejut, dia berbalik ke arah suara itu.
Seolah-olah menutupi celah atasan mereka, bawahan-bawahan Lina segera menyerang Tatsuya dari tiga sisi secara bersamaan.
Sebuah pisau tempur besar diayunkan ke arah Tatsuya. Pada mata pisaunya terpasang ‘Molecular Divider’.
Tatsuya menarik pelatuk CAD-nya. Virtual area itu, yang didesain untuk melepas ikatan molekul suatu benda, menghilang berlawanan dengan maksud penggunanya.
Sekarang pisau itu hanyalah pisau biasa, Tatsuya memulai perlawanannya. Salah satu bawahan Lina, berlari melewati Tatsuya, mendadak menekan perutnya sendiri dan terjatuh. Darah mengalir keluar dari sela-sela jarinya.
Tangan kirinya yang bermandikan darah dicabutnya. Darah terpercik ke arah polisi gadungan lainnya.
Salah satu dari mereka menghentikan langkahnya, dan yang satunya lagi lari ke arahnya.
Tangan kanan Tatsuya kembali mengarah pada Lina.
Tangan kiri Lina sedang dibidikkan pada orang yang sebelumnya telah mengganggunya, Miyuki.
Rangkaian aktivasi yang digunakannya dihancurkan oleh ‘Gram Dispersion’ milik Tatsuya.
Sebelum salah satu dari mereka dapat menyerang Tatsuya, mereka terdiam akibat rasa dingin yang membekukan darah mereka.
Langkah kaki orang itu mendadak berhenti.
Dibelakangnya berdiri sesosok bayangan.
Tanpa banyak bicara, orang itu jatuh tak sadarkan diri.
Satu-satunya orang yang tersisa sudah terbaring di tanah.
“Yah, Tatsuya-kun, itu cukup berbahaya.”
Mengatasi dua anggota Stars dalam sekejap, Yakumo berjalan ke arahnya dengan ekspresi tidak peduli seperti biasa.
Tatsuya mengakui dirinya tidak berpengalaman, setelah melihat orang itu dapat bersikap ‘seperti biasa’ bahkan dalam situasi seperti ini.
“Memalukan sekali, master. Walaupun faktanya kau hanya menunggu untuk membuat jalan masuk yang sempurna.”
Dia merasa terkesan walaupun sedang jengkel, maka dari itu dia melontarkan sebuah sarkasme.
Mata Lina terbelalak, mendengar perkataan Tatsuya.
Didepannya adalah Miyuki, yang siap dengan CAD-nya dan siap bertarung.
Mata Yakumo ditujukan ke arah Tatsuya, tapi Lina juga dapat dilihatnya dengan jelas.
Orang yang terkepung saat ini adalah Lina.
“Yah, aku rasa ini tidak apa-apa. Lagipula ada beberapa hal yang ingin kutanyakan padamu.”
“Eh, apa begitu Onii-sama?”
Miyuki menoleh dengan tidak percaya. Melepaskan Lina dari pandangannya yang membuat dirinya terbuka lebar, tapi karena meningkatnya tekanan dari berdua Tatsuya dan Yakumo, Lina tidak bisa melakukan apa-apa.
Segera setelah sadar akan kesalahannya, Miyuki juga segera kembali fokus pada Lina.
“Kau membiarkan dirimu sendiri dikepung hanya untuk mengumpulkan informasi bukan…… dan tanpa menyadari hal itu, aku masuk begitu saja. Tolong maafkan aku, Onii-sama.”
Masih menghadap Lina, Miyuki berbicara dengan nada menyesal saat dia meminta maaf kepada Tatsuya.
“Tidak, itu benar-benar berbahaya, jadi keputusanmu tidak salah. Karena itu kau tidak perlu meminta maaf. Daripada begitu, akulah yang seharusnya berterima kasih. Miyuki, terima kasih.”
“Onii-sama…. tidak perlu seperti itu…..”
Miyuki bergumam dengan ekspresi bingung. Yah, Miyuki meminta maaf kepada Tatsuya dan ini terjadi cukup sering. Atau sudah seperti semacam ritual. Meskipun tidak pernah melepaskan pandangannya dai Lina, Miyuki tetap sedikit memerhatikan kakaknya.
“Selain itu, sekarang aku dapat menanyainya.”
Kalimat itu ditujukan kepada Miyuki, tapi itu juga ditujukan kepada Lina. Dari cara bicaranya semua kata-kata yang digunakannya jelas, Lina menyadari maksudnya.
“……Apa kau akan memaksa diriku untuk buka mulut?”
“Interogasi biasanya membutuhkan kekerasan.”
Lina menggertakkan giginya untuk merespon pada jawaban tidak langsung Tatsuya.
“Tiga lawan satu itu curang! Tidak adil!”
“Tidak adil….. memangnya kalian ada berapa saat menyerang Onii-sama tadi?”
Miyuki segera membalas teriakan Lina.
“Ayolah, jangan seperti itu.”
Sebelum dia marah, Tatsuya menenangkan adiknya.
“Keadilan hanyalah tampilan luar yang dilakukan saat kita berada dalam situasi yang menguntungkan, dan ketidakadilan adalah tipuan yang dilakukan pada saat kita sedang dirugikan oleh situasi. Dari perspektif taktik, menggunakan perkataan untuk menghentikan konflik saat orang tersebut tidak dapat menang tidaklah salah. Saat kau terbawa oleh arus pembicaraan ini adalah saat dimana kau kalah, Miyuki.”
“Aku mengerti, jadi begitu.”
Itu agak tidak jelas, tapi setidaknya itu sudah cukup untuk menenangkan Miyuki.
“Tampilan luar? Tipuan?”
Di saat yang sama, hal itu mengejutkan Lina.
Yakumo tertawa secara tidak sengaja saat mendengarnya.
“Aku tidak ingin diceramahi oleh orang Jepang yang tidak malu menyembunyikan tujuannya dibalik penampilan luarnya!”
“Bukankah kau sendiri seperempat keturunan Jepang?”
“….”
“’Parade’ yang kau gunakan dikembangkan di Jepang, dan alasan mengapa kau bisa menggunakannya adalah karena Keluarga Kudou, dengan kata lain ada darah Jepang yang mengalir didalam tubuhmu, bukan? Disamping itu, jika tidak, tanda-tanda orang kulit putih adalah dengan adanya standar ganda. ​​Aku juga belum pernah mendengar ada orang yang bisa menyembunyikan perasaan asli mereka dari tampilan luar mereka. "
Lina diam menatap Tatsuya, kulit putihnya memerah. Dia hanya diam saja, tidak mengeluarkan sekecil apapun.
Melihat mata Lina dengan seringaian jahatnya lagi, Tatsuya menyadari haus darah Lina telah benar-benar menghilang lalu dia tersenyum kecut.
“…….Apa ada yang aneh?”
“Tidak, aku hanya merasa kalau menginterogasi Lina sekarang hanya akan membuat Lina makin keras kepala.”
“Setidaknya sebut itu harga diri!”
Mengetahui perbedaan keras kepala dan harga diri, bahasa Jepangnya tidak terlalu buruk, pikir Tatsuya, terkesan. Tidak, itu sangat cocok.
“Pihak yang lain akan segera sampai….”
“Tunggu! Apa kau mendengarkanku??”
Lebih baik untuk mengabaikan hal-hal tidak penting.
“Lina, ayo kita membuat kesepakatan yang adil. Kalau kau merasa tiga lawan satu tidak adil, bagaimana kalau satu lawan satu. Kalau kau menang, kami akan melepaskanmu untuk hari ini. Kalau aku menang, kau harus menjawab pertanyaanku dengan jujur. Bagaimana?”
Bahkan jika Lina menang, Tatsuya masih akan tetap mengetahui identitasnya, dan jika Tatsuya menang, dia juga harus buka mulut. Walaupun ini satu lawan satu, kondisinya masih belum seimbang.
“…..Baiklah.” “Tunggu sebentar!”
Saat Lina menerimanya dengan enggan, Miyuki angkat bicara disaat yang sama.
Berdua Tatsuya dan Lina melihat ke arah Miyuki.
Dengan berani, Miyuki berbicara dengan jelas.
“Onii-sama, biarkan aku yang melawan Lina.”
“Miyuki, apa yang kau…….”
“Lina, ingat ini. Aku tidak akan membiarkan siapapun yang bermaksud untuk mencelakakan Onii-sama. Aku menganggapmu sebagai rival dan temanku, tapi saat kau bertujuan untuk membunuh Onii-sama, bahkan walaupun itu hanya kata-kata, aku tidak akan mengampuninya. Dengan tanganku sendiri, aku harus membuatmu menyadari dosamu.”
Mata Miyuki dipenuhi dengan keseriusan. Melihat obsesi yang begitu dalam pada Miyuki, itu terlihat seperti hal yang akan ditertawakan Lina sebagai gertakan belaka, tapi dia hanya tertawa mendengarnya.
“Jangan khawatir. Aku tidak akan membunuhmu.”
Perkataan Miyuki menyatakan kalau dia sudah menang.
“Hmph…. Miyuki, kau pikir kau bisa menang melawanku? Aku, adalah orang yang mengemban nama Sirius, itulah diriku!”
Mendengar itu, kobaran api didalam dada Lina makin membesar.
Dua ratu saling menatap satu sama lain.
“Baiklah. Miyuki, aku serahkan itu padamu. Apa kau setuju dengan itu, Lina?”
“Terima kasih banyak, Onii-sama.”
“Terserah dirimu saja. Kalau aku kalah, akan kujawab apapun yang kau inginkan. Tidak, tidak mungkin itu terjadi!”
Kesepakatan itu telah terbentuk. Dan hasilnya adalah kedua ratu cantik itu bersiap untuk melakukan duel.
◊ ◊ ◊
Kemampuan Miyuki dengan sihir pembekuan dan pendinginan tak ada tandingannya.
Namun sifat asli sihirnya adalah mematikan pergerakan molekul musuhnya, dan bukan karena memiliki kekuatan setan es atau semacamnya. Tentu saja, itu bukan seperti yang diceritakan kepada anak-anak, dimana roh memiliki kemampuan untuk membekukan. Kuncinya adalah itu.
Dingin itu dingin.
Mengendarai sepeda berboncengan di tengah malam musim dingin, tidak mungkin dia tidak merasa kedinginan.
Jadi…
(Tidak ada anehnya seperti ini, ‘kan…….. lagipula ini memang dingin.)
Selagi memeluk Tatsuya dengan erat, menekankan pipi dan dadanya, Miyuki mengulangi hal itu dalam kepalanya.
Apa ada gunanya mencari alasan seperti itu saat ini? adalah sesuatu yang lebih baik tidak dikatakan.
Sedikit melirik ke arah lampu sepeda motor yang tepat didepannya, jika ada orang yang melihat ekspresi itu, itu bisa disalahartikan sebagai ekspresi ‘nakal’.
Dari posisi Tatsuya dia tidak dapat melihat Miyuki sama sekali, tapi dia dapat memprediksi dengan sempurna apa yang dilakukannya, kondisinya, dan ekspresinya. Baginya, perasaan diantara mereka adalah sesuatu yang cukup menarik.
Saat ujung bibirnya berkedut, dia merasakan adanya ketegangan yang meningkat dari sebelahnya. Tampaknya senyuman Tatsuya telah disalahartikan.
“Tidak perlu kau pedulikan. Selama kau mengikuti kesepakatan, aku tidak punya alasan untuk membahayakanmu.”
“….Mengingat posisiku sekarang, apa kau memintaku untuk percaya akan hal itu?”
Matanya tertuju pada Tatsuya, Lina menjawab dengan nada yang kasar. Tidak, akan lebih cocok kalau itu dibilang ‘kaku’.
“Yah, aku bisa mengerti alasannya.”
Diapit oleh Yakumo dan muridnya di kursi belakang sedan, jika ada orang yang melihat posisinya mereka mungkin akan menduga kalau dia sedang dikawal. Kesan itu akan semakin kuat saat melihat orang yang duduk disampingnya.
Yakumo telah mengalahkan dua anggota Stars dalam sekejap mata.
Tanpa ada salah satu dari mereka yang menyadarinya, si baju hitam itu…. ninja itu mendadak muncul tepat dibelakang mereka. Punggung orang yang memegang kemudi itu juga tidak bercelah sama sekali.
Bahkan jika Lina harus melawan mereka bertiga, dia merasa kalau mereka bukanlah lawan yang tidak dapat dikalahkannya, tapi dia tahu kalau kemungkinan besar dia tidak akan bisa melarikan diri tanpa luka sedikit pun.
“Tapi kau tenang saja.”
Menyadari ketegangannya, dan memperkirakan seberapa besar kewaspadaan dan kemarahannya, Yakumo berbicara dengannya dengan santai.
Bagi Lina, itu makin membuatnya kebingungan.
“Aku tidak tertarik dengan apa yang terjadi antara dirimu dan Tatsuya-kun. Urusanku cuma untuk memperingatkanmu tentang teknik rahasia kami. Apa yang kuinginkan, seperti yang kukatakan sebelumnya, jangan pernah menggunakan apa yang telah kami ajarkan kepada Keluarga Kudou pada yang lain. Jadi mereka yang tidak berhak tidak mengetahuinya.”
“….Kau tidak peduli dengan kepentingan negaramu?”
“Tidak.”
“Perdamaian dunia? Masa depan umat manusia?”
“Tidak sedikit pun. Aku seorang pertapa.”
“Kau juga penyihir, bukan!”
Perkataan Yakumo benar-benar tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dipegang Lina. Dan setelah mendengar itu, maka dia merasa tidak perlu meragukannya.
“Aku seorang Shinobi. Bukan penyihir.”
Yakumo menjawab dengan nada tenang. Sebuah jawaban yang tegas.
“…..Bukankah pengguna Ninjutsu juga salah satu jenis penyihir?”
“Hanya karena kami dapat menggunakan sihir, bukan berarti kami harus menjadi penyihir.”
Lina tahu apa yang dimaksudnya.
Lina dapat mengerti maksudnya.
Tapi walau begitu, Lina tidak dapat setuju dengan apa yang dikatakan Yakumo.
“Dengan seperti itu, hanya karena seseorang menjadi penyihir bukan berarti dia memiliki kewajiban untuk melayani negara mereka.”
Lina tidak setuju dengan perkataannya, tapi untuk alasan tertentu, dia juga tidak bisa membantahnya.
◊ ◊ ◊
Mobil yang ditumpangi Lina berhenti di suatu tempat di tepi sungai.
‘Di suatu tempat’ maksudnya adalah tempat yang tidak diketahui Lina, tapi dilihat dari waktu perjalanan mereka seharusnya mereka masih berada di dalam kota atau pinggiran kota. Lina terkejut kalau sebuah kota metropolitan seperti Tokyo masih memiliki tempat seperti ini.
Tempat itu gelap sekali.
Dengan lampu sedan yang menyala, dan juga lampu sepeda motor dibelakangnya, tempat itu menjadi sedikit terang.
Hanya bintang di langit lah yang menuntun mereka didalam kegelapan, Tatsuya dan Miyuki berjalan.
Tiba-tiba, Lina merasa gelisah.
CAD-nya tidak diambil oleh Tatsuya, tapi dia sudah tidak memiliki transmitter atau terminal komunikasinya. Dia memang tidak diperiksa secara keseluruhan, tapi semua perlengkapannya telah diketahui dan dia tidak punya pilihan lain selain menyerahkannya.
Dia yakin kalau mereka pasti akan mengembalikannya setelah semuanya selesai, tapi untuk sekarang, dia tidak punya satu cara pun untuk menghubungi rekannya tentang keberadaannya. Satelit seharusnya dapat memantau pergerakannya, tapi orang yang membawanya memiliki kemampuan ‘Ninjutsu’, yang terkenal dengan sihir ilusi bayangannya. Dengan kemampuan itu mereka sudah mampu menipu kamera resolusi tinggi sebuah satelit.
Ada kemungkinan kalau dia dibawa ke tempat terisolasi seperti ini untuk ditangkap, atau kemungkinan terburuknya, dia bahkan mungkin akan dibunuh.
Lina memegang CAD-nya dengan erat di dadanya dari balik bajunya.
Kemungkinan terburuknya, dia harus menggunakan kartu andalannya.
“Aku bisa menduga apa yang kau pikirkan, tapi kami benar-benar akan menepati perkataan kami jadi tenanglah saja.”
Lina berusaha keras untuk tidak berteriak. Diajak bicara mendadak, dia tidak dapat menutupi kegelisahannya. Saat dia menoleh, dia melihat Tatsuya, yang ekspresinya sudah cukup jelas terlihat dibawah cahaya bintang, tertawa diam-diam.
“Aku hanya mengingatkanmu tentang kesepakatan kita. Kalau kau menjawab pertanyaanku, kami akan mengantarkanmu sampai di stasiun.”
Tawa itu agak berlebihan, mengingat dia tidak berkepentingan dalam hal ini.
“Itu hanya kalau kau menang.”
Tentu saja, suara Lina kesal.
“Tentu saja. Dalam kasus ini, kami pasti akan menepati kesepakatan ini.”
Rasa tak tahu malunya, tidak berkurang sedikit pun, hal itu membuat Lina makin kesal, tapi dia tahu kalau dia hanya akan memperburuk posisinya jika dia meladeni perkataan Tatsuya.
Menggertakkan giginya dengan keras, dia memusatkan tatapannya ke belakang Tatsuya, ke arah Miyuki.
Mata penuh semangat membalas tatapan Lina. Miyuki juga sudah terbakar api semangat.
“Kalau begitu sekarang…… Lina mungkin akan merasa tidak senang, tapi yang jadi wasitnya adalah Master. Dia akan menjadi wasit tapi apa yang dilakukannya hanya menentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah, jadi dia tidak akan menghentikan pertarungan kalian atau menghentikannya di tengah jalan.”
“Aku tahu kalau orang yang bersamaku dari tadi adalah musuhku, jadi tidak ada yang perlu kupermasalahkan.”
“Jawaban yang bagus sekali.”
Tatsuya membalas komentar pedas Lina dengan keren.
Rasa frustasinya sudah mendidih, tapi sekarang dia kembali tenang.
“Kalau begitu, biarkan pelayan yang rendah hati ini, Kokonoe Yakumo, untuk menjadi wasit pertarungan kalian. Syarat untuk menang adalah membuat pihak lawan menyerah, atau membuatnya tidak mampu melanjutkan pertarungan. Tolong jangan saling bunuh. Hal itu hanya membuat situasi makin buruk.”
“Aku mengerti. Tentu saja bukan masalah bagiku.”
“Akan kuselesaikan dengan cepat.”
Miyuki diam mengangguk, sementara Lina memberikan jawaban dengan bersemangat.
Walaupun sikap mereka berbeda drastis, keyakinan mereka untuk menang sama kuatnya.
Semuanya sudah siap.
“Kalau begitu, mari kita mulai?”
“Master, tunggu sebentar.”
Sayangnya, ada orang yang tidak bisa membaca situasi di tempat itu. Mengabaikan tatapan Yakumo dan Lina yang tertuju padanya, Tatsuya berjalan ke arah adiknya.
Dia mendekati adiknya sampai jarak dua kaki didepannya, tapi dia masih belum berhenti. ( 2 kaki = 0,6 meter)
“Um, Onii-sama?”
Tanpa menjawab Miyuki, yang sedang kebingungan untuk mengetahui niat kakaknya.
Satu kaki. (satu kaki = 0,3 meter)
Dia masih melanjutkannya.
Dia akhirnya berhenti pada jarak cukup dekat yang membuatnya dapat memeluk Miyuki jika dia merentangkan tangannya.
Dan memeluknya.

“Ummmmmumumum.”

Dipegang dengan erat di pinggangnya, Miyuki tersipu bukan main hingga mulai panik. Pihak ketiga mungkin merasa kalau hal itu aneh, mengingat bagaimana Miyuki memeluk Tatsuya saat sedang berkendara, tapi memeluk dan dipeluk adalah dua hal berbeda.
Tangan Tatsuya yang satunya membelai kepala Miyuki.
Miyuki sudah tidak dapat bersuara lagi.
Jari Tatsuya membelai rambut adiknya,
Mendekatkan wajah adiknya yang tak melakukan perlawanan menuju bibirnya,
Tatsuya memberi Miyuki ciuman di keningnya.
Baru akhirnya dia melepaskannya, wajah kaget Miyuki terungkap.
Tidak ada tanda-tanda rasa malu, hanya terdiam kaget.
“Ini….. kenapa……”
“Sebelumnya kau memberitahuku caranya, dan walaupun ini masih belum sempurna, aku masih ingat bagian utamanya. Walaupun ini hanya sementara, aku mengembalikan kekuatanmu pada dirimu. Bertarunglah dengan sepenuh hatimu.”
“…..Baik!”
Miyuki mengangguk dengan senyuman gigih, pada perkataan kakaknya, dengan sungguh-sungguh.
“Maaf membuatmu menunggu, Master.”
Lina, berdiri disamping Yakumo, menunjukkan wajah seperti orang yang kekenyangan dan hangus terbakar matahari.
“Lina juga….. aku tahu ini tidak sopan, tapi hanya sebentar saja tidak apa-apa bukan?”
“Terserah dirimu…. Tidak, tidak apa-apa.”
Menjawab Tatsuya yang tidak peka, Lina menjawabnya dengan nada yang paling pedas.
Miyuki tidak berada dibelakangnya. Sepertinya dia tidak bermaksud untuk melakukan pertarungan jarak dekat.
Dari pengamatan Lina sejauh ini, Lina menduga kalau Miyuki adalah tipe penyihir yang memiliki kemampuan fisik yang rendah. Bagi ‘Sirius’ si pembunuh penyihir, tipe penyihir seperti Miyuki adalah  mangsa yang paling mudah.
(Akan kuselesaikan ini dalam satu serangan!)
Belum ada aba-aba, tapi Lina sudah tidak punya niat untuk menunggu hal seperti itu. Lagipula mereka tidak mengatakan kalau akan ada aba-aba.
Mengurangi jarak diantara mereka dengan Sihir Akselerasi Diri, menghilangkan sihir lawan dengan Data Fortification, lalu mengalahkannya dalam pertarungan jarak dekat.
Lalu selagi perhatian Tatsuya dan yang lain teralihkan pada kekalahan Miyuki, menggunakan sihir kecepatan tinggi untuk melarikan diri.
Itulah rencananya.
Namun, dia hanya bisa mengatakannya dalam hati.
Selangkah lebih cepat daripada sihirnya, sebuah badai datang menerpanya.
Di saat Lina melompat ke samping, sekumpulan angin dingin bertiup melewatinya. Saat dia menengadah, kali ini dia melihat sebuah badai salju bertiup dari sampingnya. Dengan mengendalikan kelembapan udara dan membentuk dinding hampa udara, Lina entah bagaimana berhasil melewati badai itu.
“Aku rasa ini masih belum cukup.”
Selagi Miyuki bergumam sendiri, udara malam mulai berputar-putar disekitarnya.
Lina menggertakkan giginya.
Dari segi kecepatan aktivasi, Lina menang diatas Miyuki.
Agar sihir Miyuki dapat jalan lebih dulu, dia harus menyiapkan sihirnya sebelum Lina.
Belum lagi dua serangan sebelumnya didesain untuk mengutamakan kecepatan daripada kekuatannya.
Lina merasa malu atas keduanya.
Dia malu atas niatnya untuk memanfaatkan kepolosan lawannya, dan dirinya yang kedapatan tanpa penjagaan.
Dia menduga kalau dirinya dapat menang bahkan dengan mengurangi kekuatan serangannya dan, faktanya, karena melakukan itu dia baru saja berada dalam bahaya.
(Tapi sekarang ini giliranku!)
Celah seperti ini biasanya digunakan untuk mengaktifkan sihir terkuat sebagai serangan penentu. Tapi itu akan berakibat fatal, pikir Lina. Saat dia melakukannya, dia secara bersamaan mengaktifkan Sihir Akselerasi Diri dan Data Fortification.
Dengan menyelubungi dirinya sendiri dengan Sihir Akselerasi Diri yang mengurangi baik gravitasi maupun inersianya, Lina langsung menuju ke arah Miyuki. Tangan kanannya menggenggam sesuatu yang terlihat seperti kancing jaketnya.
Dia tidak mengeluarkan pistolnya, tapi ini seharusnya sudah lebih dari cukup untuk mengalahkan seorang gadis SMA.
Lalu disaat Lina berada lima meter dari Miyuki, intuisinya mengatakan kepadanya untuk berhenti.
Dia menekan kakinya dengan sekuat tenaga untuk menahan dirinya dari badai yang tiba-tiba menarik tubuhnya.
Dia menggunakan sihir statis pada dirinya sendiri untuk menahan dirinya dari tarikan itu.
Dalam posisi itu, dia mengaktifkan Sihir Gerakan pada kancing yang dipegangnya. Kancing itu, diperkuat untuk bergerak dalam kecepatan 300 km per jam tanpa akselerasi, melambat, dan terjatuh ke tanah bahkan sebelum benda itu melunjur sejauh satu meter.
Indera Miyuki telah merasakan gerakan Lina lebih cepat daripada matanya.
Walaupun Miyuki tidak dapat membaca data langsung dari dimensi informasi seperti Tatsuya, penyihir bisa melacak jejak perubahan yang ditinggalkan sihir. Ini adalah sesuatu yang dapat dilakukan oleh para penyihir dari berbagai tingkatan, dan semua yang bisa dilakukan oleh seorang penyihir dapat dilakukan Miyuki dalam tingkat tertinggi.  
Sihir Akselerasi Diri adalah sihir yang menciptakan perubahan pada sang penggunanya sendiri. Karena itu dengan melacak jejak perubahan secara langsung, membuatnya dapat menentukan posisi dari sang pengguna. Miyuki telah belajar bagaimana cara untuk memanfaatkan kelemahan dari Sihir Akselerasi Diri dari Tatsuya.
Semuanya sejauh ini telah berjalan sesuai rencananya. Perkataannya ‘aku rasa ini masih belum cukup’ sengaja disampaikannya, sebuah taktik untuk memprovokasi lawannya.
Serangan penentunya adalah sihir ini.
([Deceleration Zone])
Teknik ini sendiri sebenarnya cukup populer. Ini adalah sihir yang digunakan secara luas baik di Jepang maupun luar negeri untuk memperlambat gerakan dari target.
Tapi ketika Miyuki menggunakan sihir ini, targetnya bahkan sampai pada tingkat molekul.
Kecepatan gerakan dari molekul gas sejajar dengan tekanannya. Untuk lebih jelasnya (walaupun ini masih dalam perkiraan) didalam ruang hampa, tekanan dari suatu gas sejajar dengan kuadrat kecepatan gerakannya. Dengan paksa memperlambat gerakan molekul udara di tempat yang tekanannya menurun, dan perubahan itu membuat udara dari ruang di sekitarnya tertarik ke dalamnya.
Dengan cepat dan kuat.
Tidak hanya udara, tapi manusia dan objek di sekitarnya juga ikut tertarik ke dalamnya.
Jika orang yang tertarik ke dalamnya tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk melawan sihir ini, mereka tidak akan dapat bergerak dan terperangkap.
Dan jika orang tersebut memiliki kemampuan yang cukup untuk menghentikan sihir ini, molekul gas yang diperlambat sebelumnya akan mendadak kembali pada kecepatan dan tekanan aslinya; dengan kata lain, sebuah ledakan.
Sihir yang aslinya hanya digunakan di pertarungan sebagai pilihan kedua untuk mengurangi dampak proyektil saat tidak punya kekuatan yang cukup untuk menghetikannya, telah dirubah menjadi sihir multifungsi oleh kekuatan sihir Miyuki yang luar biasa.
Namun, Lina bertahan melawan tarikan itu.
Apa yang dilemparnya terlihat seperti sebuah kancing hiasan.
Tidak mungkin benda dengan kecepatan selambat itu dapat menghentikan Deceleration Zone milik Miyuki, tapi yang lebih penting lagi, itu berarti Lina tahu persis sihir yang digunakan Miyuki.
(Kalau memang seperti itu!)
Selalu menyiapkan rencana cadangan, tiga langkah didepan musuhmu, adalah sesuatu yang berulangkali diajarkan Tatsuya kepada adiknya setiap hari. Kalau rencana untuk menarik musuhnya ke dalam Deceleration Zone dan menghabisinya gagal, Miyuki juga sudah menyiapkan strategi untuk mengalahkan musuhnya diluar area sihirnya.
Selagi meningkatkan kekuatan sihir lapisan dalamnya hingga dua kali lipat, Miyuki menghentikan lapisan luar sihirnya.
Molekul udara disekitarnya terpaksa kembali pada kecepatan aslinya.
Udara, yang sebelumnya berada dalam area yang kecil dibebaskan dengan tekanan yang kuat, dan menarik Lina ke dalam ledakannya.
Jejak dari fenomena itu sudah menghilang.
Menurut instingnya, Lina bersembunyi dibawah tanah dan mengaktifkan pelindung diatasnya.
Sebuah gelombang ledakan menyapu segalanya yang diatas pelindung itu. Aliran udara berkecepatan tinggi itu mengangkat pelindungnya dan semuanya dari tanah, dan setelah menggunakan sihir peningkat inersia beberapa kali selagi dalam persembunyian, Lina menaikkan kepalanya dan mencoba mencari kesempatan untuk membalas serangan, atau lebih tepatnya menilai situasi.
Lina tidak punya niat untuk bermalas-malasan menunggu kesempatan muncul di depannya.
Sampai sekarang, dia sadar kalau situasinya tidak menguntungkan.
Musuhnya adalah seorang siswa SMA biasa, sementara dirinya adalah kapten dari pasukan terkuat di dunia.
Tentu saja dia menyadarinya, tapi semakin dia memikirkannya, semakin tertekan dirinya.
Kalau dia tidak menahan diri sedikit saja, dia pasti sudah menang.
Dalam pertarungan sihir, serangan lebih kuat daripada pertahanan, kecuali musuhnya memiliki sihir perlindungan yang benar-benar kuat. Begitulah teorinya.
Lina merasa kalau tekanan angin di tempat itu telah melemah. Itu bukan karena sihir itu berhenti akibat ledakakan barusan, jadi dia sedikit terkejut saat tekanan angin itu tiba-tiba melemah.
Tangan kanan Lina memegang pisau tempur.
Pistolnya telah diambil, tapi pisaunya yang dapat mengoperasikan ‘Molecular Divider’ tidak diambil.
Perlengkapan persenjataan sihir yang sekarang dijadikan andalan dari Stars, dikembangkan oleh Sirius sebelumnya.
Ketika diperhatikan lebih dalam lagi, sihir ini, sama dengan virtual area yang diperpanjang, sihir ini pasti memiliki kekuatan gangguan yang lebih hebat daripada musuhnya.
Terlebih lagi, karena dia tidak bisa menang kalau melakukannya setengah-setengah, dia memang benar-benar harus menggunakan sihir yang tingkatnya lebih tinggi.
Setidaknya begitulah pikirnya namun,
(Ini seharusnya sudah cukup untuk menarik perhatian Miyuki!)
Dengan tangan kirinya yang masih didalam tanah, dia menyebar belati di tempat yang tidak terlihat oleh Miyuki.
Dia menghentikan sihir peningkat inersianya, lalu segera keluar dengan cepat.
(Molecular Divider)
Dia mengayunkan pisaunya, saat masih berlutut.
Dia hampir mengaktifkan virtual area disaat bersamaan. Pada saat itu, Lina merasakan adanya kekuatan gangguan yang begitu besar, melebihi apa yang pernah dilihatnya meledak diantara dirinya dan Miyuki.
Virtual area itu, saat ditengah pembentukannya, digagalkan oleh berbagai kekuatan gangguan.
Dia tahu kalau sihirnya gagal. Bisa dikatakan kalau dia sudah memperhitungkannya.
“Dancing Blades!”
Bahkan sebelum memastikan apakah Molecular Divider-nya telah berhenti, Lina mengaktifkan sihir selanjutnya.
Belati-belati yang disebarnya bangkit dan terbang dalam sekejap mata.
Saat belati-belati itu terbang dekat tanah, mereka menghidari ruang yang dikendalikan Miyuki.
(Silakan coba saja kalau kau dapat menghentikan empat belati yang menyerang dari depan dan belakang dalam kegelapan!)
Menyadari adanya belati yang mendekatinya dengan kecepatan tinggi, Miyuki menghentikan rangkaian sihir serangannya ditengah jalan, dan berganti ke sihir pertahanan.
Belati yang mendekati Miyuki kehilangan energinya dan jatuh ke tanah.
Sihirnya dapat melindunginya dari segala arah, tapi akan sulit untuk menggunakannya dalam area yang luas dan akan lebih susah lagi kalau serangan yang akan diblokirnya lebih dari satu, tapi sekarang Miyuki sudah tidak perlu mengkhawatirkan hal itu.
Sihir itu bahkan dapat menghentikan serangan yang dipenuhi sihir seorang Sirius, Lina.
Jika kemampuannya terikat oleh segel Tatsuya seperti biasa, akan sulit baginya untuk bertahan dari serangan tadi.
Dia kemungkinan besar tidak akan mampu mengendalikan sihir sehebat itu.
Kalau dia menantang Lina untuk bertarung sendirian, dia pasti akan kalah…. mengingat hal itu, Miyuki berdoa dengan penuh rasa syukur di dalam hatinya.
(Onii-sama sedang melihatku…… aku tidak akan kalah. Aku tidak boleh kalah!)
Melihat serangan kejutan dan rumitnya dihancurkan begitu saja, perasaan Lina bercampur aduk.
Pikirannya mendadak merasakan sesuatu yang manis, setelah melihat pemandangan barusan.
Saat itu, dia pikir Tatsuya sedang mencoba mengendalikan pertarungan ini.
Tapi pada saat itu, Tatsuya pasti membisikkan sesuatu pada Miyuki.
Jika dipikir-pikir lagi, Tatsuya mungkin telah memberitahunya tentang ‘Dancing Blades’.
Dia telah melihat Tatsuya mendekomposisi lima belati sekaligus.
Itu bukanlah rangkaian sihir penetral kuasa intermolekul yang diketahuinya, tapi dilihat dari hasilnya, dia menduga kalau sihir itu entah bagaimana dapat memutus ikatan antar molekul.
Tapi bukan itu inti permasalahannya.
Inti permasalahannya adalah sihirnya dapat mentarget lima proyektil dalam waktu yang sama, dan menggunakannya dalam waktu yang sama juga. Apa yang baru saja menghentikan serangannya, bukanlah kekuatan Miyuki sendiri.
(Aku mengerti……… jadi dia tidak akan mengganggu, tapi dia memberitahunya lebih dulu sebelum pertarungan ini dimulai. Lumayan!)
Pikir Miyuki. Aku tidak boleh kalah.
Pikir Lina. Aku harus mengerahkan seluruh kekuatanku.
Mereka berdua berteriak di saat yang sama.
“Miyuki!” “Lina!”
“Ini saatnya!”
Dunia membeku.
Dunia terbakar.
Sihir mereka berdua menggambar sebuah realita, ketika dua dunia bertabrakan.
Bersinar seperti kristal, sebuah es dan salju tiada henti.
Bergemuruh seperti petir, sebuah badai bara api dan petir.
Neraka yang dibekukan oleh angin musim dingin abadi, ‘Niflheim’.
Neraka yang dipenuhi api penyucian dan kehangusan, ‘Muspelheim’.
Di satu sisi, sebuah area sihir yang melambatkan getaran molekul gas membekukan bukan hanya uap air dan karbon dioksida saja, tapi nitrogen pula.
Di sisi lain, sebuah area sihir yang mendekomposisi molekul gas menjadi plasma, dan terlebih lagi, dengan memaksa ion untuk terpisah dari elektron, menghasilkan sebuah medan energi elektromagnetik yang tinggi.
Dingin yang menusuk itu membekukan plasma hingga kembali menjadi gas, dan plasma cair itu kembali menjadi udara beku.
Tabrakan kedua sihir itu membentuk aurora diatas tanah.
Itu benar-benar pemandangan yang indah.
Hampir membuat semua orang lupa kalau hidupnya sedang diambang hidup dan mati.
Tatsuya, jarinya di pelatuk CAD-nya, dengan hati-hati memerhatikan pemandangan ini. Jika salah satu sisi kehilangan kontrol, dia akan segera menghapus sihir itu.
Dia menduga kalau akan sulit sekali untuk menghentikan sihir mereka disaat yang sama, tapi dia adalah seorang penyihir yang ahli dalam pemulihan dan pendekomposisian. Dia berniat untuk melampaui kemustahilan itu.
Ditengah-tengah aurora itu, saat api dan es bertemu dalam keadaan yang terlihat seperti kehancuran abadi, dalam kurang dari semenit pemandangan itu berakhir.
Udara dingin itu meluas, dan plasma itu menyusut.
Sejak awal, Miyuki adalah penyihir yang dapat mengeluarkan sihir skala besar pada jangkauan area yang luas.
Di sisi lain kekuatan Lina terpusat pada suatu objek, menghasilkan sihir mematikan pada objek tersebut.
Sejak awal, inilah yang diinginkan Miyuki.
Jika dihitung sejak Lina melawan Vampire lalu dilanjutkan melawan Tatsuya, ini adalah pertarungan ketiganya berturut-turut.
Walaupun dia tidak merasakan apapun, dia sebenarnya sudah mulai kelelahan.
Dengan lawannya yang sudah lebih unggul dan dirinya dirugikan, hasilnya sudah jelas.
Pertarungan antara Miyuki dan Lina bukanlah pertarungan kekuatan sihir sejak awal, pemenang pertarungan ini ditentukan dari siapa yang dapat tenang dan membuat keputusan yang paling rasional.
“Kuh……..”
Dia sendiri kemungkinan sudah menyadarinya. Lina mengerang kesakitan.
Dan menggerakkan tangannya ke belakangnya. Dia menarik perangkat persenjataan lain. Menggunakan sihir ganda di situasi seperti ini, tidak peduli seberapa hebat penyihir itu, itu adalah bunuh diri.
“Sudah cukup, kalian berdua!”
Berteriak keras, Tatsuya menarik pelatuk CAD-nya.
‘Gram Dispersion’ miliknya menghentikan ‘Niflheim’ milik Miyuki dan ‘Muspelheim’ milik Lina di saat yang bersamaan.
Udara dingin dan panas bercampur dengan cepat, menciptakan badai yang akan menyebabkan radang digin dan luka bakar. Mempersiapkan dirinya untuk menerima rasa sakit luar biasa yang akan datang, badai panas dan dingin itu terblokir tepat didepannya oleh dinding tak terlihat.
“Onii-sama! Itu terlalu ceroboh!”
Wajahnya pucat, Miyuki berlari ke arahnya.
Terkejut, Lina hanya bisa melihatnya.
Bagi mereka berdua, melindungi diri mereka sendiri dari badai itu adalah hal yang mudah walaupun mereka kelelahan. Namun, hal itu mustahil bagi Tatsuya. Disaat seperti ini Tatsuya, yang terlihat tidak peduli dengan kemampuannya sendiri, entah bagaimana iri dengan kemampuan seorang penyihir biasa.
“Astaga…. Tatsuya-kun, apa yang akan kau lakukan sekarang?”
Tanpa mencoba untuk melindungi dirinya sendiri, tapi tetap terlihat baik-baik saja, Yakumo pura-pura terkejut. Tidak, melihat muridnya yang kotor akibat lumpur, dia pasti telah bersembunyi didalam tanah. Itu adalah Earth Release jutsu. (Jurus Elemen Tanah)
“Master…. Apa maksudmu?”
Dia tahu kalau Yakumo juga menghindari badai itu, tapi dia tidak mengerti maksud pertanyaannya. Melihat Tatsuya yang menjawab blak-blakan, atau lebih tepatnya secara refleks, Yakumo benar-benar terkejut.
“Yah, kau tahu….. syarat menangnya adalah salah satu pihak menyerah, atau tidak dapat melanjutkan. Pertandingan ini berawal dari idemu, dan sekarang kau sendirilah yang merusaknya, apa yang akan kau lakukan?”
Tatsuya tidak bisa menjawab pertanyaan ini.
Dalam kasus ini, jika dia tidak menghentikannya maka pertarungan ini akan melawan syarat ‘jangan saling bunuh’ dan karena itulah dia tidak menyesal sama sekali telah menghentikan pertarungan ini.
Lagipula seluruh pertarungan ini adalah alasan untuk menghindari hukum.
Faktanya, perlakuan mereka kepada Lina sudah cukup kacau.
Sebagai seorang tentara asli, Lina memiliki hak terjamin sebagai tahanan perang. Jika dia tidak diketahui identitasnya maka tidak akan ada masalah, tapi Tatsuya sudah mendengar dari mulutnya sendiri kalau dirinya adalah ‘kapten Stars’, dan juga mengakui dirinya sebagai seorang ‘Mayor tentara USNA’. Haknya sebagai tahanan perang tidak bisa diabaikan.
Bahkan tanpa keadaan perang resmi, sebenarnya siapapun yang ditangkap dalam operasi militer memiliki hak sebagai tahanan perang. Berdasarkan hal itu, maka kelompok Tatsuya sebagai warga sipil secara teknis tidak memiliki hak untuk menahan Lina.
Jika dia dapat menunjukkan hubungannya dengan Batalion Sihir Independen maka dia dapat menahannya, tapi sayangnya tidak mungkin status rahasianya dapat membuat masalah ini selesai.
Jika mereka menginterogasi atau menahan Lina tanpa hak yang sah, mereka hanya akan membuat USNA mengintervensi masalah ini dengan alasan politis. Itu bahkan tidak terhitung sebagai hukuman.
Tentu saja di sisi lain, mereka dapat mengatakan kalau Lina menyerang warga sipil, tapi sayangnya hak penyihir untuk dilindungi sebagai warga sipil masih sangat kurang. Dalam hukum peradilan internasional, Tatsuya dan yang lain akan benar-benar dirugikan.
Tapi walau begitu, mempertimbangkan apa yang terjadi di masa yang akan datang, tidak mungkin mereka dapat melepasnya tanpa melakukan apa-apa. Bagaimana cara kita untuk menyelesaikan situasi ini…. pikir Tatsuya saat dia merasa sakit kepala.
“Anggap saja aku kalah.”
Namun, tidak perlu khawatir akan hal itu. Sebuah bantuan datang kepadanya dari tempat yang paling tak terduga.
“Disaat itu, aku sudah jelas kalah. Jika aku waktu itu aku mengaktifkan dua sihir sekaligus, aku kemungkinan besar akan terkena sihir Miyuki dan kehilangan nyawaku. Setidaknya, aku tidak akan bisa melanjutkan pertarungan lagi jika itu terjadi.”
Menghadap ke arah Tatsuya dan Miyuki, Lina dengan anggun menerima kekalahannya.
“Jadi aku kalah, Miyuki. Tatsuya, aku tidak punya niat lagi untuk melawan.”
Namun, rasa lega itu masih terlalu dini.
“Itu memang janji. Akan kujawab apapun yang kau tanyakan. Tetapi……..”
“Tetapi apa?”
“Tetapi, jawabanku hanya akan ‘ya’ atau ‘tidak’. Apapun yang tidak bisa kujawab dengan itu, tidak bisa kubeberkan. Kau mengganggu dan merubah kesepakatan yang telah disepakati oleh diriku dan Miyuki, jadi biarkan aku mengubah kesepakatan kita seperti ini, Tatsuya.”
Ternyata dia lebih keras kepala dari yang dikira.
Tatsuya hanya bisa mengangguk, pada Lina yang tersenyum berseri-seri, yang membuat orang lain tidak akan mengira kalau dia kalah.
(Bersambung)



[1] Komputer yang terbaik dalam hal kapasitas proses, terutama kecepatan penghitungan, pada awal perkenalannya