BAB 2
(Translater : Fulcrum)

Seperti biasa, Tatsuya dan Miyuki melewati Tahun Baru 2096 bersama-sama.
Tahun ini, ayah mereka juga menghabiskan malam tahun baru di kediaman cinta pertamanya. Situasi ini sebenarnya tidak membuat Tatsuya dan Miyuki merasa canggung, jadi tidak ada yang perlu dipermasalahkan.
Baik Tatsuya maupun Miyuki bukanlah tipe orang yang bermalas-malasan saat liburan. Tatsuya bangun pagi seperti waktu dia sekolah dan menunggu Miyuki di depan pintu, mengangkat kepalanya saat dia mendengar Miyuki mengatakan ‘Maaf membuatmu menunggu’.
Mengenakan kimono lengan panjang berwarna merah dengan bunga-bunga putih, Miyuki dengan anggung turun dari tangga.
Kulit berkilau mutiara, tanpa riasan sedikit pun, seperti yang ditunjukkan bibir merah cemerlangnya.
Rambut halusnya dijepit dengan jepitan rambut yang mungkin akan memberikan kesan kekanak-kanakan, tapi itu hanya digunakannya untuk membuatnya terlihat tidak terlalu tua selagi mengenakan pakaian orang dewasa.
Ditambah, apa yang menarik perhatian mata bukan hanya parasnya saja.
Kimono zaman dulu dirancang untuk menutupi area dada, sementara desain modern menggunakan metode pemotongan 3-D. Namun, kimono tradisional yang dikenakan Miyuki dengan ajaib memperketat area dada dan pinggangnya sementara tetap menjaga tradisi dan penampilannya tetap sederhana.
Pemandangan luar biasa adik termanis di dunia, itulah perasaan sejati Tatsuya. Miyuki tampaknya mencari pujian kakaknya.
“Hmm, cantik.”
Berdiri didepan adiknya yang sedang memakai sepatunya, Tatsuya tidak menahan dirinya untuk memuji adiknya.
Wajah Miyuki segera memerah karenanya.
“Yang benar saja, Onii-sama…… Jangan menggodaku lagi.”
Meskipun malu, dia tidak memalingkan pandangannya dan berpura-pura cemberut kepada kakaknya. Jika ada seorang pria dengan mental yang lemah maka dia pasti akan pingsan melihat ini.
“Aku tidak bercanda sedikit pun….. Kalau begitu, ayo kita berangkat.”
Sampai bisa mengendalikan dirinya bahkan dalam kondisi seperti itu, tidak kaget kalau Tatsuya adalah Onii-sama yang telah tinggal bersama Miyuki selama 16 tahun (lebih tepatnya, 15 tahun dan 9 bulan).
Didepan pintu rumahnya sudah terparkir satu mobil otomatis. Walau begitu, kendaraan otomatis tidak membutuhkan pengemudi sama sekali. Mobil berkapasitas empat orang itu dinaiki oleh satu orang pria dan satu orang wanita yang duduk dibelakang.
“Selamat tahun baru, master.”
“Selamat tahun baru, Kokonoe-sensei. Mohon batuannya juga di tahun yang baru ini.”
Melihat sapaan sederhana Tatsuya dan sapaan sopan Miyuki, Yakumo menjawab dengan senyum ceria di wajahnya.
“Aya, kau bahkan lebih cantik daripada biasanya. Hampir seperti malaikat yang dikirim dari surga. Kalau mereka melihat Miyuki hari ini, bahkan para peri Sumeru[1] pun akan menyembunyikan wajah malu mereka.”
Pada tingkat tertentu, respon ini berisi selera unik Yakumo.
“Master….. aku rasa anda tidak seharusnya berkata seperti itu.”
Orang yang berkata seperti itu adalah wanita yang duduk disebelahnya.
Melihat seseorang memotong pembicaraan tersebut, Tatsuya sedikit menundukkan kepalanya kepada wanita itu sebelum Yakumo berbicara lagi.
“Ono-sensei, selamat tahun baru. Tapi tetap saja, apa tidak apa-apa kalau ada orang yang melihatmu dengan master?”
“Selamat tahun baru, Shiba-kun. Baru hari pertama di tahun yang baru dan sudah ada hal tak menyenangkan.”
Sebenarnya, Tatsuya benar-benar khawatir akan hal itu, tapi sepertinya Haruka sudah lelah dengannya. Kembali ke sikap biasanya dan pembicaraan sebelumnya, Tatsuya mengangkat bahunya saat menarik kesimpulan kalau ‘mau bagaimana lagi kalau sudah disalahpahami’.
“Bertemu dengan sensei murni hanya kebetulan. Hari ini, aku akan menjadi pemandumu.”
“Aku mengerti, jadi begitu ceritanya. Tapi tetap saja, kalau memanggil seorang siswa SMA sebagai pemandu rasanya agak…. Kalau begitu panggilan ‘sensei’ tadi akan sedikit bermasalah.”
Haruka mengerutkan alisnya di kursi belakang, mendengar perkataan Tatsuya.
Itu memang ada benarnya, seorang siswa SMA tidak perlu ditemani orang dewasa saat mengunjungi kuil.
Sederhananya, menyebut mereka sebagai ‘pemandu’ hanyalah sebagai alasan, tujuan sebenarnya adalah untuk ‘menemani’ mereka.
Terlebih lagi, bahkan bagi orang tidak dikenal, karena dia bukan guru, menggunakan panggilan ‘sensei’ mungkin akan menimbulkan gambaran menakutkan jika dikatakan di tempat yang salah.
“Mari kita bicarakan saja itu dalam perjalanan. Bukankah seharusnya kita berangkat sekarang?”
Miyuki menyampaikan saran ini setelah Tatsuya membuka pintu mobil tersebut. Tanpa memerdulikan kekhawatiran Haruka, Tatsuya menunggu sampai Miyuki masuk kedalam, menutup pintu, dan duduk di kursi pengemudi. Setelah Tatsuya menutup pintunya, mobil itu secara otomatis berjalan.
Setelah berganti naik kereta agar tidak menarik perhatian yang tidak diinginkan, mereka berempat sampai di tempat pertemuan dan berjalan dengan waspada selama lima menit.
“Hey, Miyuki, kau terlihat cantik!”
Itu adalah kalimat pertama yang disampaikan kepada Tatsuya dan Miyuki di tempat itu. Mengenakan jaket kulit diatas gaunnya, Mizuki yang sedang melihat Miyuki, tampak terpesona. Disampingnya, bahkan Tatsuya masih mengawasi area sekitarnya.
“Selamat tahun baru, Shiba-kun. Pakaianmu cocok sekali denganmu, sangat tak terduga.”
Mengenakan kimononya, sama seperti Miyuki, Honoka terlihat sedikit terintimidasi dengan kecantikan teman sekelasnya, tapi setelah melihat Tatsuya dengan penampilan yang berbeda, detak jantungnya meningkat dan dia segera tersenyum malu.
“Selamat tahun baru. Honoka juga terlihat cantik.”
Tatsuya bukan hanya memberi sanjungan kosong kepadanya. Dia benar-benar merasa kalau kimono Honoka sangat cantik.
Tatsuya tersenyum sedikit pada Honoka yang kegirangan dan menurunkan pandangannya pada bajunya sendiri.
“Karena kau mengatakan ini tak terduga, apa aku terlihat tidak cocok?”
“Apa yang kau bicarakan, Tatsuya, itu sangat cocok denganmu. Kau terlihat seperti yakuza.”
“Jadi sekarang aku yakuza.”
Orang yang menyela komentar dengan kementar ini, tidak tahu sungguh-sungguh atau bercanda, adalah Leo yang berjaket.
Mereka bertiga yang bergabung dengannya ke kuil adalah Mizuki, Honoka, dan Leo. Erika dan Mikihiko tidak bisa ikut karena jumlah murid keluarga mereka masing-masing yang banyak, dan Shizuku sedang bersiap-siap untuk belajar di luar negeri dan tidak bisa ikut karena di ikut karena urusan ayahnya.
“Walaupun kau tidak terlihat seperti yakuza, tetap saja rasanya jarang sekali melihat seorang anak SMA cocok mengenakan hakama.”
“Daripada menjadi yakuza, kau lebih terlihat seperti kepala polisi.”
Tidak terlau lama setelah Haruka dan Yakumo berbicara, Tatsuya hari ini mengenakan hakama tradisional Jepang dan bakiak bambu. Lebih seperti apa yang dikatakan Honoka dan Leo setelahnya, dia memang agar terlihat seperti itu. Satu-satunya yang kurang hanyalah pedang dan tongkat polisi.
“Ho, Haruka-chan. Selamat tahun baru.”
“Selamat tahun baru, Ono-sensei. ……Tatsuya-san, lalu orang ini?”
Segera setelah Leo menyampaikan salamnya. Honoka juga ikut memberi sapaan yang sopan kepada seorang guru selagi dia melihat kearah Yakumo dan mata yang satunya lagi melihat Tatsuya dengan hati-hati.
Mendengar perkenalan Tatsuya, berdua Honoka dan Mizuki membelalakkan matanya karena terkejut mendengarnya. Honoka tahu nama Yakumo, tapi Tatsuya terkesan melihat Mizuki juga pernah mendengar nama Yakumo.
“Aku mengerti, jadi begitu mengapa kita di kuil.”
Tatsuya terkesan lagi mendengar perkataan Leo yang sampai saat ini tidak diketahuinya kalau Leo juga mengetahuinya, tapi itu sama sekali tidak dimaksudkan untuk menghina Leo.
“Jadi?”
Mengingat bahwa Haruka tidak menyadari hal ini, ini pasti bukan pengetahuan umum.
“Hmm? Kalau berbicara tentang biksu Buddha, bukankah mereka menjadi biksu melalui sekolah agama Buddha Tiantai? Kepercayaan Sanno dan sekte dalam tidak bisa dipisahkan.”
Mendengar penjelasan sederhana Tatsuya yang juga berisi pertanyaan diwaktu yang sama, jumlah tanda tanya yang berputar-putar di kepala Haruka makin bertambah.
“Aku rasa, pengetahuanmu cukup luas untuk seumuran anak muda. Aku yakin kau adalah Saijou Leonhart-kun?”
Mengabaikan Haruka yang benar-benar kebigungan, Yakumo dengan ceria langsung berbincang dengan Leo.
“Eh? Anda tahu saya?”
Berhadapan dengan seseorang yang baru pertama kali ditemuinya, Leo merespon dengan nada yang agak serius.
“Itu karena aku menonton rekaman Kompetisi Sembilan Sekolah.”
Tapi, respon Yakumo juga benar-benar serius, tanpa hambatan sedikit pun, tapi itu hanya makin membuat Leo mengerutkan alisnya setelah mendengarnya. Itu mungkin karena gambaran dirinya mengenakan jubah dan kerudung yang berasal dari waktu dan lokasi yang berbeda kemungkinan tidak akan dilupakannya tak peduli betapa inginnya dia untuk melupakannya.
Setelah perkenalan itu selesai, lima siswa dan satu orang botak (dengan kimono pria normal dan bukan kasaya[2]) dan seorang wanita muda berjalan ke kuil bersama-sama. Untungnya, tidak ada yang bertanya mengapa Haruka juga ikut.
Pemandangan jalan itu tidak berubah selama 100 tahun terakhir. Namun, pemandangan ini hanya bisa terjadi setelah krisis pangan dunia telah berlalu. Ini adalah pemandangan yang menggerakan hati para lanjut usia yang melewati masa-masa itu, tapi Tatsuya dan yang lain tidak ada yang merasakan hal-hal seperti itu.
Tanpa jalan yang berliku, menaiki tangga yang panjang, dengan sabar, mereka akhirnya sampai di halaman kuil. Disitu, tiba-tiba Tatsuya menyadari ada sepasang mata yang melihat kearahnya.
Bukan tidak sopan untuk melihat mereka, tapi ada sepasang mata yang mengintip kearah mereka berkali-kali.
“Shiba-kun, apa ada sesuatu?”
“Tidak.”
“Aku menemukan orang asing yang penasaran dengan pakaian Tatsuya.”
Meskipun menyamar, tidak ada yang bisa lepas dari mata Yakumo. Bahkan Tatsuya dapat menemukan sumbernya tanpa menggunakan Elemental Sight dan, kecuali Haruka, Yakumo pasti juga sudah menyadarinya.
‘Orang asing’ yang dibicarakan Yakumo adalah seorang gadis dengan rambut pirang dan mata berwarna biru. Tapi tetap saja, di zaman seperti ini, tidak cukup untuk menentukan dia orang asing hanya dengan melihat itu saja. Namun, penampilan gadis itu sedikit menunjukkan kalau dirinya merupakan keturunan Jepang.
Umurnya kira-kira sama dengan Tatsuya. Setelah mengingat kembali perbedaan orang kulit putih dan orang Asia, perbedaannya kecil, pikir Tatsuya.
“Onii-sama, apa yang kau lihat?”
Walaupun Tatsuya hanya mengamati gadis itu tidak sampai sedetik, itu sudah cukup untuk memancing perhatian Miyuki.
Mengikuti tatapan kakaknya, matanya langsung berkilat dan kata ‘Oh’ keluar dari mulutnya.
“….Gadis yang cantik sekali.”
Miyuki mengungkapkan pemikirannya dengan lembut.
Di mata Miyuki, gadis itu adalah gadis yang indah yang benar-benar memenuhi makna kata ‘cantik’.
Rambutnya dan matanya benar-benar berwarna cerah. Pada tingkat tertentu, dia memiliki beberapa hal yang setara dengan Miyuki.
Mesi begitu, Tatsuya tidak mengamatinya karena hal itu.
Dia melihat kearah Yakumo meminta bantuan, tapi melihat Yakumo yang hanya tertawa, dia terpaksa harus menenangkan situasi ini sendirian.
Tatsuya melihat mata adiknya selagi menjawab komplainnya.
“Tidak mungkin dia bisa menyaingimu.”
“……Kau selalu berkata seperti itu. Jangan pikir kau bisa selalu merayuku seperti itu.”
Walaupun kalimat itu secara harfiah bermakna menyerang Tatsuya, wajah malu-malunya, yang tersipu berwarna merah, melemahkan makna kalimat itu sendiri.
“Aku tidak merayumu; aku benar-benar berpikir seperti itu. Selain itu, tidak alasan bagiku untuk melihatnya.”
“Yang benar saja, Onii-sama.”
Miyuki memalingkan wajahnya saat menyadari peringatan tersembunyi dari perkataan Tatsuya yang tidak bisa diabaikan.
“….Apa ada sesuatu yang mencurigakan padanya?”
“Kalau masalah mencurigakan….. aku rasa pakaiannya agak mencurigakan.”
Tatsuya menjawabnya dengan nada masam. Karena itu, Miyuki melihat lagi ke arah gadis  itu dan akhirnya menyadari maksud kakaknya.
Dia mengenakan mantel cokelat terang di atas rok lipitnya bersama dengan celana bergaris dan sepasang sepatu bot tinggi. Aslinya, jika hanya itu saja maka tidak perlu terlalu dipermasalahkan. Namun, panjang mantelnya kurang lebih setara dengan roknya, yang sekitar 10 cm di bawah pinggul, sehingga kau hanya bisa melihat pola terang dari ujung rok lipit itu. Selain itu, ia mengenakan sepatu bot tinggi dengan bantalan tebal yang sangat elastis dan praktis dibawah legging rendanya. Selain dari segi pakaian, ia membawa tas bulu dengan topi bermotif kulit hewan. Semua hal itu, membuatnya terlihat menonjol seperti orang fashion kuno yang masuk ke dunia fashion modern. Terasa seolah-olah dia mengenakan kombinasi fashion para gyaru[3] pada masa sebelum perang. Dengan itu, sampai membuat Tatsuya berpikir kalau dia bukan orang biasa.
Tapi tetap saja, Miyuki tahu kalau kakaknya tidak terlalu memperhatikan penampilan luar seseorang.
“Tapi, itu belum semuanya.”
Miyuki melihatnya sekali lagi, dan lebih intens, melihat kembali kearah gadis itu.
Mungkin karena dia sadar kalau dirinya sudah ketahuan, gadis itu mulai berjalan seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
Dia berjalan kearah kelompok Tatsuya.
Dia berjalan melewatinya dengan diam dan berjalan menuruni tangga kuil itu.
Namun, tatapan dalam yang ditujukan kepadanya saat bahu mereka bersentuhan tidak disalahpahami Tatsuya.
◊ ◊ ◊
Misi mata-mata yang diberikan kepada Mayor Angelina Sirus juga termasuk pengalih perhatian. Diantara semua langkah, kontak awal dengan target termasuk membiarkan target melihatnya adalah langkah pertama, jadi langkah pertama sudah sukses. Walaupun dia pada awalnya khawatir kalau menyembunyikan kehadirannya akan membuat target tidak dapat menyadarinya, tampaknya kekhawatiran itu tidak diperlukan, seperti yang telah dikatakan rekannya. Namun, dapat dilihat dengan mudah membuatnya merasa tidak tenang. Memikirkan hal itu, Mayor Sirius pulang dan membuka pintu kondominium kelas atas yang disiapkan sebagai markasnya selama misi ini berlangsung.
“Selamat datang kembali.”
Sebenarnya, Mayor Sirius yakin kalau teman serumahnya seharusnya belum sampai. Namun, berbanding terbalik dengan perkiraannya, sebuah respon terdengar dari dalam rumah.
“Silvie, kau sudah sampai.”
Mayor menggunakan nama panggilannya untuk menyapa teman serumahnya yang mendatanginya ke pintu.
Teman serumahnya bernama Silvia Mercury First. Selain nama depannya Silvia, sisanya adalah kode nama, menunjukkan kalau dia peringkat satu diantara semua penyihir kelas Planet ‘Mercury’ di Stars. Berpangkat Pembantu Letnan Dua. Berumur dua puluh lima tahun. Dia adalah personil perempuan yang mendapat gelar ‘First’ di umur yang masih muda. Pada awalnya, Silvia tidak ingin bekerja dalam militer dan ingin menjadi jurnalis setelah lulus kuliah. Kali ini, kemampuan luar biasanya dalam menganalisa data membuatnya terpilih untuk menjadi personil pendukung Mayor Sirius.
“Silvie?”
Wanita itu tidak memerdulikan perkataan Sirius dan hanya menatapnya dengan tatapan kosong. Merasa kalau ada sesuatu yang aneh, Mayor memanggil namanya lagi sebelum Silvia menjawab dengan matanya yang masih terpaki pada Mayor.
“Lina…….. Apa yang bisa kukatakan tentang penampilanmu?”
Lina adalah nama panggilan untuk Mayor Sirius. Diberi misi mata-mata, sangatlah penting untuk menyembunyikan identitasnya dan menghindari sebutan seperti ‘Komandan’ atau ‘Mayor’, karena itu dia menggunakan nama panggilannya. Terlebih lagi, Silvia memang memiliki karakter tidak terkendali, jadi dia sering lupa tentang perbedaan pangkat dan segera berbicara akrab dengan Lina.
Walaupun perkataannya tidak menggunakan honorifik sama sekali saat memanggil atasannya, Lina tidak mempermasalahkannya.
“Ah, maksudmu penampilanku? Untuk menghindari perhatian, aku melakukan penelitian majalah fashion Jepang sejak abad terakhir. Rasanya lelah sekali. Jadi, bagaimana penampilanku?”
“…..Sebelum aku menjawabnya, bolehkah aku bertanya sesuatu?”
“Tentu saja, katakan.”
Walaupun Silvia saat ini sedang mengusap-usap pelipisnya dengan tampang sakit kepala, Lina masih belum memahaminya.
“Apa kau tidak merasa kesulitan berjalan dengan sepatu bot seperti itu?”
“Tentu saja, aku hampir jatuh beberapa kali. Aku kagum dengan para gadis Jepang yang bisa berjalan menggunakan sepatu bot seperti ini tanpa melukai pergelangan kaki mereka.”
“Apa kau melihat satu gadis pun yang mengenakan sepatu bot seperti itu?”
Pertanyaan yang aslinya hanya satu sekarang berubah menjadi dua, tapi sekali lagi Lina masih tidak memahaminya.
“Hmm? Kalau dipikir-pikir lagi, aku tidak melihat seorangpun.”
Ekspresi Silvia berubah dari sakit kepala menjadi pasrah.
“Lina, biarkan aku mengatakannya dengan jelas. Sepatu bot yang kau kenakan itu sudah ketinggalan zaman!”
“Eh~!?”

Mata Lina terbelalak terkejut mendengar perkataan Silvia. Melihat reaksi itu, kemarahan Silvia akhirnya meledak.
“Apa maksudmu, eh! Tidak hanya bot saja. Legging dan topimu juga ketinggalan zaman. Itu tren fashion 100 tahun yang lalu! Dan juga, bajumu sangat tidak serasi dan benar-benar tidak seperti baju yang dipakai seorang gadis. Tidak mungkin kau tidak menarik perhatian saat kau mengenakannya diluar.”
Ekspresi wajah Lina berubah kaku mendengar teguran temannya, mungkin karena dia sendiri menyadarinya. Kenyataannya, dia memang menyadari kalau dirinya menarik banyak perhatian sejak dia pergi tadi pagi. Tapi tetap saja, saat itu terjadi, dia pikir itu hanya karena mereka tidak sering melihat orang asing.
“Tidak peduli seberapa inginnya kau menarik perhatian target…. Mengapa kau juga menarik perhatian orang-orang yang tidak berkepentingan?”
Seperti sudah tidak bisa menahannya lebih lama lagi, Silvia menghela nafas panjang kekalahannya.
“Hari ini, sisa jadwalmu dibatalkan. Biarkan aku, Mercury, untuk memberi penjelasan singkat dan mudah dimengerti tentang tren fashion terkini Jepang.”
Silvia mengatakannya itu dengan kedua tangan di pinggulnya. Sementara Lina yang mengunggulinya dalam masalah bertarung, untuk alasan tertentu tidak bisa mengatakan satu argumen pun.
◊ ◊ ◊
Setelah liburan musim dingin yang singkat namun padat, semester ketiga telah dimulai.
‘Padat’ termasuk mengantar Shizuku ke bandara, dimana sebuah ‘keberangkatan penuh air mata’ (dibintangi: Honoka dan Shizuku, didampingi: Miyuki dan Mizuki) memojokkan mereka (itu bukanlah sesuatu yang berhubungan dengan kekerasan), yang menjadi pengalaman hidup yang berharga, tapi Tatsuya dengan tegas yakin kalau semua akan berakhir tidak lebih dari sebuah ‘kenangan indah’. Setidaknya, akan sangat menyedihkan jika dia tidak mengatakan kepada dirinya seperti itu.
Seharusnya, siswa pindahan yang akan menggantikan posisi Shizuku di Kelas A masuk pada hari ini, tapi Tatsuya merasa kalau masalah ini tidak ada hubungannya dengannya. Orang tersebut akan menjadi teman sekelas baru Miyuki, jadi sebenarnya tidak sepenuhnya tidak berhubungan, tapi ada alasan tersendiri yang membuatnya tidak harus menyapanya.
Berbicara tentang kelas, mulai hari pertama semester ketiga, jadwal pelajaran mereka akan berlangsung sepanjang hari. Selagi rumor siswa pindahan misterius Kelas A bocor pada akhir jam pelajaran pertama, Tatsuya tidak secara proakftif mencari tahu atau memerhatikan rumor yang berpindah dari satu telinga ke telinga yang lain.
Namun, pikirannya tidak tertarik pada hal-hal kecil. Selama jam istirahat setelah jam pelajaran kedua, dia terseret kedalam rumor itu berkat teman-temannya yang penasaran.
“Aku dengar dia sangat cantik.”
Melihat Erika yang sangat kegirangan, atau mungkin antisipasinya saat berbicara dengannya membuat Tatsuya pada akhirnya menyerah.
“Rambut pirangnya berkilau; bahkan para kakak kelas akan melihatnya.”
“Erika tidak melihatnya?”
Bagaimanapun, percakapan ini hanya berdasarkan sebuah rumor, yang entah bagaimana mengganggu Tatsuya, mendorongnya untuk bertanya kepada Erika.
“Tempat itu dikerumuni banyak orang, jadi aku tidak bisa masuk.”
“Aku tahu pasti apa yang kau khawatirkan.”
Disaat Leo masuk ke dalam percakapan, dia sudah lebih dulu melindungi kepalanya dengan salah satu tangannya.
Sedetik kemudian, Leo sudah meracau seperti kodok yang kehabisan nafas saat dia berlutut di lantai sementara memegangi tenggorokannya.
(Kalau kau tahu apa yang akan terjadi, maka simpan hal yang tidak perlu dikatakan hanya pada dirimu.)
Tatsuya melihat Leo dengan kagum, yang telah dibuat tak sadarkan diri dengan tusukan buku tulis yang digulung, sementara itu pelakunya, Erika, melanjutkan pembicaraan seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
“Lagipula aku ini perempuan~. Tidak peduli seberapa cantiknya gadis itu, aku tidak akan mencoba menerobos kerumunan itu.”
Tatsuya juga mendukung ide untuk tidak mengecek siswa pindahan tersebut, tetapi cara berpikirnya yang menyamakan rasa ingin tahu dengan nafsu akan membuat orang lain yang mendengarnya akan merasa tersinggung.
“Itu karena ini adalah SMA sihir yang belum pernah melakukan pertukaran pelajar. Semuanya pasti akan penasaran dengan siswa pindahan asing. Lagipula, ini belum pernah terjadi dalam 10 tahun terakhir.”
“Aku tidak tahu dengan jelas apa yang terjadi di masa lalu, tapi bukan hanya kita saja yang menerima siswa pindahan.”
Orang yang memotong pembicaraan itu adalah Mikihiko, yang baru tiba dari Ruang Persiapan Geometri.
“SMA 2, SMA 3, dan SMA 4 juga menerima siswa pindahan jangka pendek. Universitas juga kedatangan orang yang datang dengan tujuan penelitian. Aku mendengarnya dari murid-murid keluargaku.”
“Ah, aku juga mendengar yang tentang universitas. Dengan sihir tipe terbang yang digunakan militer pada Insiden Yokohama, ada rumor yang mengatakan kalau mereka ingin mengambil lebih banyak informasi dari kita.”
Sihir kuno dan sihir modern berada dalam dimensi yang berbeda. Keluarga Yoshida dan Chiba memiliki jumlah murid yang banyak, jadi sudah biasa kalau informasi yang mereka miliki jauh lebih banyak daripada orang biasa. Tampaknya, USNA sudah mengerahkan personil dalam jumlah banyak. Saat dipasangkan dengan informasi mengenai gerakan independen Stars yang diterimanya pada bulan November, situasi tampaknya main suram, pikir Tatsuya.
“Jadi siswa pindahan di Kelas A adalah mata-mata?”
“Kau bodoh……..”
Mendengar pertanyaan Leo yang baru saja bangkit, tidak hanya Erika, tapi bahkan Mizuki dan Mikihiko menegurnya.
“Leo-kun, kau boleh memikirkan hal seperti itu, tapi jangan katakan keras-keras………”
“Sebagai sesama siswa, setidaknya kita harus menjaga hubungan kita tetap baik……”
Meskipun menerima teguran dari berdua Mizuki dan Mikihiko, Leo masih belum mengerti juga.
“Mengapa kita harus seperti itu, dia di Kelas A, ‘kan? Tidak ada hubungannya, ‘kan?”
“Kau idiot, Miyuki juga di Kelas A. Dia adalah siswa pindahan yang kau lihat sedang bersama dengan Wakil Ketua OSIS. Sampai siswa pindahan itu telah sepenuhnya menyesuaikan diri, Miyuki harus mengawasinya sesuai tugasnya. Selama itu berhubungan dengan Miyuki, tidak mungkin kita tidak ada hubungannya.”
Erika segera menjawab bantahan Leo.
Tidak ingin menarik perhatian lebih jauh lagi, Tatsuya dalam hati mengatakan ‘seperti yang dikatakannya’.
‘Hubungan’ mereka terbentuk lebih cepat dari yang diduga.
Tidak, lebih seperti diantara banyaknya kesempatan, kesempatan paling awal itu muncul.
Di kantin siswa, Miyuki, Honoka, dan gadis berambut pirang dengan mata berwarna biru itu datang terlambat. Melihat gadis itu, walaupun Tatsuya tidak terlau kagum, dia masih sedikit merasa terkejut.
Rambut dan warna matanya yang sudah didengarnya melalui rumor yang menyebar. Dan jika kecantikannya hanya begitu saja, maka Tatsuya sudah dibuat terbiasa setelah melihat kecantikan Miyuki. Sumber keterkejutannya bukan itu, tapi karena dia adalah gadis yang sama yang dilihatnya saat di kuil. Atau lebih tepatnya lagi, gadis yang diperhatikannya di kuil.
“Permisi, bolehkah aku duduk bersamamu?”
Gadis itu berbicara bahasa Jepang dengan lancar. Aksen aslinya memang tidak bisa hilang, seperti yang diduga dari siswa asing yang belajar di Jepang , atau mungkin mata-mata yang menyamar sebagai siswa pindahan.
“Tentu saja, silahkan.”
Pandangannya melintasi Tatsuya. Tetap saja, tidak ada yang perlu dipermasalahkan, jadi Tatsuya segera menyetujuinya.
“Lina, ayo kita ambli nampan terlebih dahulu.”
“Nampan……. Ah, maksudmu makanan. Baik.”
Kelompok Tatsuya sudah mengambil makanan mereka.
Dibawah ajakan Miyuki, mereka bertiga berjalan menuju konter.
Dan karena itu, keributan yang mengitari konter itu lebih hebat daripada biasanya.
Dikarenakan hal itu juga, siswa yang lain segera menyingkir lebih cepat daripada biasanya.
“Mereka berdua adalah kekuatan yang patut diperhitungkan…..”
Sebagai seorang gadis cantik dengan caranya sendiri, tapi tidak menghiraukan keributan itu, Erika tidak bisa melakukan apa-apa selain menghela nafas kagum.
“Mereka terlihat cukup akrab….”
Bukankah mereka baru pertama kali bertemu dengannya hari ini, itu mungkin apa yang dimaksud Mizuki.
“Hey, Tatsuya….. aku rasa aku pernah melihatnya entah dimana.”
“Wow, sekolah lama, benarkah?”
Segera setelah Leo membuka mulutnya berbicara, Erika segera memotongnya. Walaupun dia tahu kalau yang dimaksud Leo adalah penampilan gadis itu, Erika masih mengganggu Leo yang mengatakannya blak-blakan.
“………Kalau dipikir-pikir lagi, memang benar.”
“Eh, Shibata-san juga? Kecuali dia artis atau model…… tapi rasanya bukan, ‘kan?”
Dibandingkan dengan komentar Mizuki, komentar Mikihiko dipenuhi spekulasi.
Tentu saja, Tatsuya tahu dengan pasti apa masalah yang sebenarnya. Sebaliknya, ketidakmampuan mereka untuk mengingat seorang gadis yang berpakaian mencolok bahkan lebih mengejutkan baginya. Selagi Tatsuya ragu-ragu untuk menghilangkan kebingungan temannya, topik pembicaraan mereka sudah kembali pada Miyuki.
Tatsuya merasa ada banyak sekali mata yang menatap kearahnya. Selagi berpura-pura tidak menyadarinya, tatapan yang tertuju pada mereka datang dari semua arah. Walaupun Miyuki masih mengundang lebih banyak tatapan, jumlah tatapan ini bisa dikatakan hampir setara.
“Maaf membuatmu menunggu, Onii-sama.”
Seolah-olah mengabaikan semua hal itu, Miyuki duduk disamping Tatsuya seolah-olah itu adalah hal biasa di dunia.
“Tatsuya-kun, biarkan aku melakukan beberapa perkenalan.”
Saat ini, Honoka duduk tepat didepan Tatsuya dan berbicara kepada gadis disebelahnya.
“Angelina Kudou Shields. Kau mungkin sudah mendengarnya hari ini, tapi dia adalah siswa pindahan yang akan bergabung dengan Kelas A mulai hari ini.”
Mendengar perkenalan Honoka, tidak hanya Tatsuya, tapi tiga yang lain juga menunjukkan ekspresi kagum.
“Honoka, jangan menghadapku saja; bukankah kau seharusnya juga memperkenalkannya kepada yang lain?”
Sebagai orang yang dibicarakan, siswa pindahan itu mewakili perasaan semua orang.
“Eh, ah, ma-maaf!”
“…Yah, begitulah Honoka.”
“Memang benar, itu terasa Honoka sekali.”
Dihadapkan dengan komentar Erika dan Mizuki, yang menusuk tepat pada target, Honoka tersipu dan tidak bisa berkata satu kata pun.
“Kalau begitu, biarkan aku yang memperkenalkannya. Ini Angelina Kudou Shields dari Amerika.”
Setelah Miyuki mengulangi perkenalan itu, rambut siswa pindahan itu sedikit bergoyang saat ia sedikit menunduk di kursinya.
“Panggil saja aku Lina.”
Saat dia mengatakannya, matanya sedikit menyipit menunjukkan senyuman mempesonanya.
Pupil birunya, bukan warna air atau es, tapi mengingatkan orang dengan warna langit, azure.
Rambutnya diikat dengan pita dan, jika dilepas, akan memanjang sampai pinggang. Rambutnya bahkan mungkin lebih panjang daripada Miyuki.
Untuk siswa kelas satu SMA, tatapan dewasa seperti itu tidak terlalu cocok dengan rambut kekanak-kanakannya, tapi keduanya secara kebetulan membentuk kombinasi dari kejutan dan kecantikan, dengan keakraban yang cocok dengan itu.
Tampaknya sebagian tatapan itu disebakan olehnya. Mendengar perkenalan kedua dari Miyuki, Tatsuya langsung memperkenalkan dirinya mendahului temannya yang masih terpesona dengan senyuman itu (terutama kedua lelaki itu) dan menunjukkan ekspresi terkejut ‘Oh?’.
“Kelas E, Shiba Tatsuya. Agar berbeda dari Miyuki, panggil saja aku ‘Tatsuya’.”
“Terima kasih. Dan panggil saja aku Lina. Dan juga, aku akan lebih senang kau kau tidak menggunakan honorifik.”
“Baiklah aku mengerti, Lina.”
“Senang berkenalan denganmu, Tatsuya.”
Mungkin karena kebiasaan, Lina menjulurkan tangannya, yang membuat Tatsuya menggenggamnya dengan lembut.
Yang dimaksudnya hanyalah jabat tangan, dan bukan sesuatu seperti mencium tangan seorang gadis.
“Apa mungkin Tatsuya adalah kakak Miyuki?”
Mata birunya tidak menunjukkan keraguan, tapi Lina berpura-pura tidak terjadi apa-apa dan melanjutkan.
Dia tidak terlihat dapat menyembunyikan perasaannya, pikir Tatsuya selagi dia tidak sengaja tertawa dan tersenyum saat dia menganggukkan kepalanya. Sampai sekarang, Miyuki telah dengan jelas memanggil Tatsuya dengan sebutan ‘Onii-sama’, yang dengan jelas menunjukkan hubungan mereka.
“Aku Chiba Erika. Panggil saja aku Erika, Lina.”
Salah satu prinsip Erika adalah tidak mundur dalam situasi seperti ini.
“Namaku Shibata Mizuki. Panggil saja Mizuki.”
“Saijou Leonhart, tapi Leo saja tidak apa-apa. Aku kalau berbicara agak kasar seperti ini, jadi tolong jangan terlalu dipikirkan.”
Nada bicaranya lebih kasar daripada biasanya, tapi tidak sampai membuat orang menyadarinya.
“Yoshida Mikihiko, panggil saja aku Mikihiko.”
Didukung keberaniannya, Mizuki, Leo, dan Mikihiko memperkenalkan diri mereka.
“Erika, Mizuki, Leo, Mikihiko. Senang berkenalan dengan kalian.”
Tanpa meminta salah satu dari mereka untuk mengulangi perkataannya, Lina mengingat semua nama mereka hanya dalam percobaan pertama. Ini hanya awalnya saja, tapi sudah berhasil mendapatkan kesan pertama yang baik adalah langkah krusial.
Namun, mendengar nama Mikihiko diucapkannya seperti ‘Mikhiko’, nama Jepang murni itu tampaknya membingungkan dirinya sebagai orang Amerika.
“Itu agak sulit diucapkan, jadi kalau kau tidak bisa menyebut Mikihiko, panggil saja dia Miki.”
Kalau orang yang bersangkutan sudah diminta izin, maka tidak apa-apa. Tapi, datang dari mulut orang lain, terutama mulut Erika, tidak ada keramahan sama sekali. Setidaknya, itulah yang dirasakan Mikihiko saat dia bersiap-siap untuk menolak tawaran Erika.
“Ah, jadi begitu? Kalau begitu akan kulakukan. Miki, apa itu tidak apa-apa?”
Walau begitu, saat senyuman mempesona yang seolah-olah bertanya ‘apa itu tidak apa-apa’ mengalihkan perhatiannya, Mikihiko hanya bisa menerimanya.
Lina, yang memilih soba, sedang sibuk berhadapan dengan sumpitnya selagi mencoba untuk menahan kemarahannya dan menjawab pertanyaan sesekali. Tentu saja, semuanya bersikap sopan dan tidak bertanya hal-hal yang tidak sopan. Saat semua orang sudah selesai makan, Lina akhirnya baru bisa menggunakan sumpitnya. Melihat hal itu, pertanyaan yang berputar-putar dikepala anggota Kelas E akhirnya ditanyakan oleh perwakilan mereka, Tatsuya.
“Ngomong-ngomong, apa Lina memiliki hubungan darah dengan Tetua Kudou?”
Istilah khas dari penyihir Jepang adalah ‘sensei’, tapi Tatsuya secara pribadi tidak menggunakannya. Sebaliknya, dia menggunakan kata ‘tetua’ yang sudah akrab di telinga semua orang, yang merupakan sebuah gelar kehormatan untuk pensiunan tentara saat bertanya kepada Lina.
“Aku ingat kalau adik Tetua pergi ke Amerika dan mendirikan keluarga disana.”
Saat itu adalah masa dimana penyihir didorong untuk menikah dengan keturunan asing. Pada saat itu, berita adik Kudou Retsu, yang ‘paling cerdik’ diantara penyihir di seluruh dunia, pindah ke Amerika dan memulai keluarga dengan seorang penyihir Amerika menjadi sebuah topik perdebatan panas.
“Wah, aku terkesan kau tahu tentang itu, Tatsuya. Itu sudah berita lama.”
Dugaan Tatsuya tepat.
Selain itu, bagi penyihir Amerika, mengatakan kalau berpindahnya adik Kudou Retsu ke Amerika ‘sudah lama’ sangatlah masuk akal.
“Kakek dari ibuku adalah adik Shogun Kudou.”
Dia menggunakan kata ‘Shogun’ yang berarti Jendral. Tatsuya tidak salah mendengarnya.
Itu adalah panggilan dari para penyihir Eropa dan Amerika untuk menyebut Kudou Retsu, yang sudah menghabiskan bertahun-tahun memimpin para penyihir Jepang. Walaupun jika dia hanya memiliki seperempat keturunannya, tidak peduli seberapa lancarnya dia berbicara bahasa Jepang, dia masih saja seorang penyihir Amerika.
“Berkat itu, aku bisa belajar ke luar negeri.”
“Jadi Lina tidak datang kesini atas kemauan sendiri?”
Erika tidak sengaja bertanya.
Kegugupan dan kegelisahan yang Lina tunjukkan rasanya bukan kesalah pahaman Tatsuya.



[1] Gunung suci dalam kosmologi Hindu dan kosmologi Buddha, dianggap sebagai pusat alam semesta. Gunung ini merupakan tempat bersemayam para dewa, terutama dewa Brahma dan Dewata lainnya.
[2] Jubah dari biksu dan biksuni Buddha.
[3] Kata serapan dalam bahasa Jepang untuk gal, bahasa gaul untuk girl (gadis, anak perempuan) dalam bahasa Inggris. Istilah gyaru dipakai untuk gadis-gadis muda berusia 10 hingga 20 tahun yang fashionable, mengenakan busana model terkini, rambut dicat warna coklat keemasan, riasan wajah yang berlebihan, dan pemilihan busana mix and match yang kontroversial.