17 AGUSTUS 2092 / OKINAWA – BANDARA NAHA
(Translater : Fulcrum)

Selagi mendengarkan jadwal keberangkatan dan kedatangan pesawat, aku sedang mengingat-ngingat kejadian selama enam hari terakhir.
Setelah Sakurai-san pergi untuk melindungi Onii-sama, orang yang yang mengoperasikan layar untuk kami pergi ke medan perang; jadi aku hanya bisa melihat apa yang terjadi melalui gambar-gambar dari siaran berita saja.
Tiba-tiba, di permukaan air muncul sebuah cahaya yang bahkan lebih terang daripada matahari.
Ditengah cahaya itu, kapal-kapal musuh satu per satu menghilang.
Semua bekas-bekas perang di pantai pun ikut tersapu oleh ombak laut.
Itu adalah lagu kemenangan bagi Jepang.
Setidaknya itulah yang diberitakan kepada kami dan dunia setelahnya.
Tapi apa yang tidak dikatakan kepada dunia dan hanya diketahui oleh kami, adalah cahaya yang menghancurkan kapal-kapal musuh itu dalam sekejap adalah sihir Onii-sama.
Transformasi energi itu membakar semua benda yang dihadapannya menjadi debu. Sihir itu adalah sihir Kelas Strategis ‘Material Burst’ yang hanya bisa digunakan oleh penyihir kelas Strategis. Itulah kekuatan sejati Onii-sama.
Yang menjadi pahlawan dan yang mengusir musuh pada perang ini adalah Onii-sama.
Dan juga sebuah kesedihan mendalam yang terjadi.
Setelah kejadian itu, Sakurai-san tidak pernah kembali.
Di upacara pemakamannya bersama para korban lain, abu kremasi Sakurai-san dilarungkan ke laut seperti permintaannya.
Orang yang melarungkan abunya adalah Onii-sama.
Onii-sama tidak menunjukkan adanya kesedihan sedikit pun di wajahnya.
Dia dengan lembut menenangkanku yang menangis tersedu-sedu.
Onii-sama mungkin tidak merasa sedih. Atau mungkin dia bahkan tidak bisa merasa sedih.
Tidak, tidak peduli yang mana.
Karena aku sudah memutuskan.
Selagi melihat Sakurai-san dikremasi, aku sudah memutuskan pilihanku.
Aku, saat itu, pernah mati sekali.
Aku kehilangan hidup yang telah diberikan Okaa-sama; lalu aku menerima hidup baru yang diberikan Onii-sama.
Karena itu, semuanya milikku berasal dari Onii-sama.
“Miyuki, sudah waktunya untuk masuk kedalam.”
“Ya, Onii-sama.”
Saat Onii-sama memanggilku, aku berdiri dari sofa di lounge.
Okaa-sama sudah tidak menunjukkan kejengkelannya saat aku memanggil orang itu ‘Onii-sama’. Kurasa kejadian kali ini masih meninggalkan luka di hatinya. Namun, aku sudah tidak khawatir tentang perasaan Okaa-sama tentang ini.
Seperti biasa, Onii-sama membawakan semua barang bawaan kami dan hanya dialah yang naik di kelas ekonomi, tapi hal itu sudah tidak menggangguku.
Lagipula Onii-sama sudah mengatakan kalau dia menyukainya.
Karena keinginan Onii-sama adalah absolut.
Aku menggandeng tangan Okaa-sama yang sedang tidak enak badan dan mengikuti Onii-sama dari belakang.
Untuk sekarang, masih ada kata-kata yang belum bisa dikatakan. Kata-kata yang tidak bisa dikatakan.
Walau begitu, aku sudah memutuskan.
……..Onii-sama, kemanapun kau pergi, tidak peduli seberapa jauh; aku, Miyuki, akan selalu mengikutimu……