PAHLAWAN DAN KOTA PARA PENYIHIR 2
(Translater : Al Bathory)

Saat kujejakkan kakiku di luar hutan yang lebat, tiba-tiba aku bisa melihat langit biru yang luas seakan dunia ini telah berubah.
Karena cahaya mataharinya sangat terang, kututupi mataku dengan tanganku dan menyipitkan mata karena cahayanya. Mungkin karena tingkah yang terasa lucu, pria muda nan tampan yang mengambil permintaan bersamaku sedikit melemaskan pipinya.
Meski hanya begitu, senyumnya tiba-tiba terasa secerah matahari yang bersinar.
Jadi seperti inikah seseorang yang tampan terlihat? Aku mendesah dalam hati. Aku ingin tahu apakah ini yang namanya cemburu.
Tapi tetap saja, meski gender kami sama, aku tetap merasa dia terlihat cantik.
“Terima kasih sudah memanduku berkeliling hutan. Jika sesuatu terjadi, aku akan meminta bantuanmu lagi.”
“Aku hanya senang menemukan  seorang manusia yang juga memperlakukan hutan dengan sangat baik.”
Di rambut keemasannya yang berkibar terdapat sebuah aksesoris dengan batu giok ditengahnya.
Setiap kali angin berhembus, rambut emasnya berkibar-kibar dan aku merasa seakan seluruh penglihatanku tertutupi oleh emas.
Rambut pirang dan mata biru. Tubuh yang kelihatan bagus dan tinggi. Memakai baju warna hijau dari kepala hingga kaki, dia juga memakai mantel warna kayu gelap untuk membantunya menyusup di hutan.
Dan dari semua itu, yang paling mencolok adalah telinga runcingnya.
Elf. Sang pelindung hutan, begitulah dipanggil. Seorang elf, yang terkenal membenci manusia, berdiri di hadapanku dan tersenyum.
Meskipun dia ini lelaki, senyumnya tetap saja membuatku berdebar. Meskipun aku normal dan hanya menyukai wanita.
“Memperlakukan hutan dengan baik atau apapun itu, aku tak begitu mengerti. Aku hanya ingin menghindari kerusakan di tempat dengan caraku sendiri.”
“Itu saja sudah cukup. Manusia dan kurcaci menebangi pohon di hutan lebih dari yang diperlukan. Tapi kau berbeda.”
“Yah, mungkin. Aku tak memikirkan tentang perbedaanku dengan manusia normal lain.”
Mengatakan itu, kuangkat bahuku.
Elf membenci manusia. Itu sudah biasa di masyarakat. Meski kupikir begitu dan  faktanya, kami tak pernah punya percakapan apapun bahkan setelah kami mengambil permintaan sejak awal.
Ada banyak teori mengapa elf membenci manusia tapi kupikir karena manusia menebang pohon terlalu banyak.
Bahkan jika mereka tidak menebangi pohon ada banyak tanah lapang yang luas. Berdasarkan populasi di Imnesia, tak ada masalah dalam menemukan tempat tinggal.
Tapi tetap saja, manusia akan menebng hutan dan mengembangkan daerah mereka.
Hewan-hewan kehilangan rumah mereka, ekosistem hancur, dan kebencian menciptakan monster.
Lebih jauh, hutan berubah menjadi daerah bagi monster. Hutan yang lebih lebat menjadi tempat tinggal monster. Habitat-habitat monster itu mengundang monster lain dan monster yang lemah kemudian menjadi mangsa monster yang lebih kuat. Dan ini membuat monster yang lebih kuat lagi lahir.
Itulah keluhan yang diutarakan oleh para elf. Bahwa manusia dan kurcaci membuat monster lahir lebih banyak.
Alasan manusia adalah kayu merupakan bahan penting untuk membangun rumah, dipakai sebagai bahan bakar, dan juga penting untuk membuat alat sehari-hari seperti furnitur dan lainnya.
Meski pembuatan besi sudah sangat maju disini, tetap saja dibutuhkan api yang berasal dari kayu. Tidak ada bahan bakar alternatif di dunia lain ini.
Kayu adalah bahan yang paling dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari manusia.
Semua opini bisa dikatakan benar. Itulah mengapa, sampai sekarang manusia dan elf mempertahankan jarak diantara mereka.
Perbedaan itu bukanlah hal yang bisa aku isi, dan aku juga merasa aku juga sama saja. Manusia dan elf. Mengembalikan dan memperbaiki hubungn antara ras yang berbeda adalah pekerjaan bangsawan.
“Tapi mungkin memang lebih baik jika mereka bisa akur sewaktu-waktu.”
“Mungkin. Meski aku tak begitu ramah dengan manusia.”
“Tidak apa-apa.”
Ada skill yang diperlukan untuk bergaul dengan seseorang.
Apa yang harus kau lakukan untuk membuat orang yang kau benci bekerja sama denganmu? Ada banyak jawaban salah untuk itu, tapi kau tak bisa bilang setiap cara itu salah juga.
Dalam kasusku, sepertinya aku mencoba untuk membuat orang lain tertarik pada seseorang yang bernama Renji Yamada sebagai orang yang masih single. Alasan utama manusia dan elf membenci satu sama lain adalah mereka tak mau mencoba untuk saling memahami, menurutku.
Dan mungkin benar, aku cukup paham mengenai elf disampingku. Aku hanya tahu apa yang aku baca dari buku dan apa yang kudengar dari orang-orang.
Elf dipanggil sebagai orang-orang hutan dan penjelajah alam.
Kebenaran tak selalu sama dengan yang ada di buku. Tapi dipanggil dengan orang-orang hutan, jelas bahwa mereka lebih tertarik dan mencintai hutan daripada manusia.
Contohnya, cara berjalan di hutan. Aku tak tahu mana yang benar tapi aku mencoba untuk berhati-hati untuk tidak menginjak akar dan tumbuh-tumbuhan.
Aku mencoba fokus berjalan diatas tanah kosong atau gulma sebisaku.
Contoh, cara mengalahkan goblin. Jadi darah mereka tidak mengotori alam, pakai tangan kosong daripada pisau, gunakan serangan kejutan untuk mengakhirinya dengan sekali pukul dileher.
Mayatnya akan kembali menjadi tanah atau menjadi makanan hewan hutan. Tapi peralatan yang dibawa oleh goblin berbeda.
Jadi, kuambil dan kusimpan. Yah, aku berencana menjualnya setelah sampai di kota. Ini merupakan sumber penting pendapatanku.
Ermenhilde memanggilku [bandit] dan apapun itu hanya untuk uang.
Setelah semua itu kulakukan, si elf tampaknya tertarik padaku. Pada apa yang kulakukan. Yah, dari sudut pandnag elf aku mungkin terlihat begitu nyentrik... yah, semuanya bisa melihatku sebagai orang yang nyentrik, mungkin. Ermenhilde menghela napas , siapa yang tahu berapa lama ia melakukan itu.
Setelah mendapatkan ketertarikannya, aku menjelaskan aksiku kemudian menjelaskan bahwa aku juga tertarik pada apa yang elf sukai.
Ketika kukatakan itu, anggota party yang lain akan tertarik padaku juga.
“Aku akan sangat senang jika manusia sepertimu yang memperlakukan hutan dengan amat berharga akan bertambah.”
“Aku juga. Alam harus disayangi.”
Dan, tak pernah menghina sesuatu yang party lain sayangi.
Untuk seorang elf, itu adalah alam. Untuk seorang kurcaci, itu adalah bumi, dan peralatannya.
Siapapun akan tersakiti jika seseorang berbicara buruk tentang sesuatu yang kau sayangi. Selama kau mematuhi peraturan itu, otomatis kau akan mendapat perlakuan yang baik dari orang lain.
Begitulah bagaimana cara untuk bergaul dengan seseorang.
Bersiaplah untuk berkompromi akan sesuatu. Jadilah orang pertama yang memulai percakapan. Jadilah orang pertama yang melebarkan tangan. Itu hal yang sangat penting.
“Jadi, manusia. Jika memang takdir kita, ayo kita ambil pekerjaan bersama lagi.”
“Ya, aku akan mengandalkanmu jika waktu itu datang.”
Setelah itu, si pria tampan kembali ke dalam hutan.
Tugasnya adalah memburu goblin di dalam hutan.
Dan aku mengumpulkan bahan-bahan untuk alkemis dari dalam hutan.
Melakukan pekerjaan bersama, penghasilan hari ini akan sangat bagus.
Perasaanku menjadi lebih baik. Setelah aku mengonfirmasi bahwa elf itu telah menghilang di kedalaman hutan, aku mengambil nafas lega.
[Daripada menjadi berperasaan pada yang lain, bukankah tak apa-apa jika kau tetap tak beda?]
“Itu akan melelahkan. Berpetualang bersama tanpa sepatah katapun akan sangat membosankan.”
[Renji, kau punya aku kan?]
“Jika aku berbicara denganmu di depan yang lain, mereka akan menganggapku gila.”
[...muuu.]
Ketika aku berkata begitu, Ermenhilde tak bisa berkata apapun lagi.
“Menyenangkan berbicara denganmu. Tapi tidak keren jika mendapat tatapan dingin dari yang lain.”
[Tinggal buat saja yang lain bisa mendengarku--]
“Tidak mungkin. Aku akan berada dalam banyak masalah. Banyak sekali masalah.”
[Jadi itu alasan sebenarnya, eh...]
Kupukul sedikit tas yang berisi bahan-bahan permintaan dan perlengkapan dari goblin.
Di dalam sakuku terdapat banyak taring sebagai bukti dari perburuan.
Sekarang, berapa banyak yang akan kudapatkan hari ini? Armor besi memang berat tapi menyenangkan jika memikirkan uang.
.
.
.
“Seperti yang kuduga, kau menghasilkan lebih banyak di kota, eh?”
[...aku ingi tahu mengapa aku merasa ingin menangis.]
Kelihatannya Ermenhilde masih tidak senang akan fakta bahwa aku mengambil armor goblin. Sambil kuhiraukan suara ermenhilde, aku duduk di kursi yang di sediakan di guild dan melihat memo yang berisi request.
Pendapatan hari ini mencapai 35 tembaga. Jumlah yang tak biasa di desa terpencil. Kota benar-benar bagus, sungguh.
Yah, jika kau memburu monster, kau akan mendapat paling edikit 1 koin emas setiap hari. Tapi itu sangat melelahkan, jadi aku tidak mau.
“Aku ingin tetap seperti ii untuk beberapa waktu.”
[Aku ingin membunuh lebih banyak monster jika mungkin]
Kau terlalu kejam, partner. Sedikit kupukul Ermenhilde di kantongku, kubalik halaman dari memo.
Aku mencari pekerjaan mengumpulkan bahan-bahan dengan imbalan yang bagus.
Karena  ini adalah kota sihir, maka ada banyak permintaan pengumpulan bahan untuk eksperimen sihir yang berangsung tapi juga ada bahaya yang mengikuti. Jika saja ada yang mudah seperti mengumpulkan tanaman obat. Aku menghela napas.
Bahan-bahan yang digunakan dalam eksperimen sihir kebanyakan adalah benda yang memiliki energi sihir di dalamnya. Itu juga, jika hanya jumlah tidak begiu penting, kandungan energi sihir di dalamnya juga sangatlah penting. Meski aku tak begitu berpengalaman di aspek itu.
Awalnya, aku buruk dalam bidang seperti alkemi dan percobaan sains modern. Daripada berpikir terlalu banyak sambil duduk di depan meja dengan termos, aku memilih pergi dan menggerakkan badanku. Tapi, aku bukanlah orang berotot yang bodoh, mungkin. Aku tak mau memikirkan itu dulu.
Omong-omong, bahan yang kukumpulkan hari ini adalah rumput roh [Spirit Grass].
Itu bukanlah rumput biasa pada umumnya yang digunakan sebagai balsam dan sejenisnya tapi sebenarnya bisa menyimpan energi sihir jika direbus dan diminum, jadi itu diperlukan sebagai bahan untuk alkemi.
Benda aneh ini tumbuh di tempat rahasia—atau lebih tepatnya disebut area kekuatan [Power Spot].
Imbalannya sangat bagus tapi di tempat seperti itu monster yang kuat pun juga ada. Mungkin karena mereka memakan semacam tanaman obat atau mungkin karena mereka tinggal di area kekuatan itu, monster-monster itu sangat kuat. Kadang-kadang  ada beberapa yang tubuhnya sangat besar. Jika di analogikan dengan game, bahkan goblin pun levelnya bisa lebih tinggi.
Jadi jelas jika imbalannya tinggi. Jadi itulah mengapa aku mencari permintaan yang aman dan dapat uang banyak.
Mana yang sebaiknya kupilih ya?”
[Jika kau tak pilih-pilih tentang ini, tak masalah apapun yang kau pilih kan?]
Saat aku ragu, suara Ermenhilde terngiang di kepalaku.
Kalau saja semudah itu! Aku berteriak di kepalaku. Aku mungkin akan mendapat masalah dengan bertarung tapi hanya itu. Dengan pekerjaan yang berbahaya mendatangkan resiko dalam hidupku. Sayangnya, aku tak berminat mengambil resiko apapun.
Untuk  beberapa alasan, semua orang di sekitarku ingin agar aku bertingkah seperti pahlawan atau sesuatu. Itu benar-benar merepotkan.
Entah berapa kali aku hampir mati selama perjalanan memburu Dewa Iblis. Hanya mengingatnya sudah membuatku sakit.
Membunuh monster yang kuat adalah tugas dari si pemberani dan sang pahlawan protagonisnya. Dan sayangnya, aku bukanlah salah satu dari mereka. Itulah mengapa, tak peduli berapa banyak Ermenhilde memaksaku, aku hanya mengelakkan bahuku.
Oh, yang satu ini bagus juga.”
Yang kutemukan adalah permintaan yang sama dengan sebelumnya, mengumpulkan rumput roh.
Imbalannya tidak buruk juga. Sepertinya aku akan meminta tolong elf itu untuk menuntunku berkeliling.
[Sepertinya kau senang.]
Aku takut bahaya”
[Fuuun]
Kukeluarkan Ermenhilde yang mulai merajuk, dan kuelus tepian medali itu.
Aku ingin menemukan jalan hidup untukmu yang berbeda dari hanya menjadi sebuah senjata. Memikirkan itu, aku tersenyum masam tapi itu tidak mencapai partnerku jadi tak ada jawaban yang datang.
Meskipun kau punya kesadaran dan kemauan, kau tetap hidup seperti senjata. Apa aneh untukku berpikir seperti itu?
....Jika kukatakan pada Ermenhide, aku hanya akan diceramahi.
Tapi sungguh, aku ingin memperlakukan Ermenhilde bukan sebagai senjata tapi sebagai partner.
“Lebih baik jika mengumpulkan uang dengan cara yang aman, kan?”
Di dekat kota terdapat hutan tua yang disebut Hutan Energi Sihir. Tempatnya adalah dimana aku pergi bersama dengan elf tampan itu sebelumnya.
Pohonnya lebat seperti namanya, itu adalah tempat yang berisi energi sihir. Kau bisa mendapatkan banyak bahan-bahan sihir tapi di saat yang sama ada bahaya dari para monster yang tinggi.
Tumbuhan yang hidup sangat lama akan menjadi Treant dan Mandragora.
Mandragora—tipe yang sama dengan tumbuhan yang disebut Mandrake di dunia kita.
Di dunia ini, yang cocok disebut dunia fantasi, ada sebuah wortel yang seperti monster dengan 2 kaki dan daun di kepalanya. Jika dicabut dari tanah, dia akan berlari dengan kecepatan penuh.
Mereka bilang kau akan mati jika mendengar teriakannya tapi tak seperti itu. Hanya kebisingan yang menyakitkan dan akan memanggil teman-temannya.
Aku ingat saat pertama kali butuh banyak tenaga untuk mencabutnya dari tanah. Saat itu elf pemanduku menertawaiku. Tapi aku tak malu. Yang lainnya juga sama untuk pertama kali.
“Mandargora, Alraune...mereka bahan yang menyusahkan.”
[—Ini adalah kota sihir. Bukankah bahan-bahan itu digunakan untuk alkimia normalnya?]
Suaranya masih masam tapi akhirnya dia mulai bicara lagi padaku jadi sekali lagi kuelus medali itu. Tidak ada respon. Kelihatanya dia masih bad mood.
“Apa tidak ada yang lebih aman?”
Ada permintaan untuk mengumpulkan tanaman obat untuk menyembuhkan penyakit dan lainnya tapi mereka sangat murah. Aku akan mengumpulkannya selama perjalananku dan akan lebih baik selama tidak ada perang tiba-tiba atau sejenisnya.
Tapi, daun, biji, dan akar Mandragora. Tempat yang bisa untuk mendapatkan mereka sangatlah terbatas. Eksperimen bisa dilakukan jika tidak terjadi perang. Faktanya, ada eksperimen yang hanya bisa selesai di waktu yang aman.
.....Seperti yang kuduga, kota yang besar pekerjaannya lebih berbahaya juga.
Apa yang harus kulakukan? Kujentikkan Ermenhilde dengan jempolku. Ekor. Aku hanya mendesah.
“Sepertinya hari ini sudah cukup dulu.”
[Kau tidak mengambil pekerjaan baru?]
“Sendirian itu berbahaya.”
[Kau pikir ada pekerjaan petualang yang tidak berbahaya?]
Benar.
Tapi faktanya akan lebih berbahaya jika sendirian. Akan ada banyak masalah dengan musuh dan aku tak begitu familar dengan hutan itu. Aku akan menggaji elf atau penjaga atau aku akan tak punya kesempatan untuk kembali tanpa harus tersesat.
Aku sudah menghafal geografi hutan di kepalaku tapi tetap saja aku ingin menghindari  resiko apapun dari tersesat di hutan dan sekarat.
Kubalik memo itu lagi.
“Oh.”
[Hm?]
Mengumpulkan tanaman obat. Upahnya bagus juga.
Rinciannya adalah pergi ke pintu masuk hutan dan mengumpulkan beberapa tanaman obat.
Menyusahkan untuk mengumpulkan tanaman obat jadi orang ini mengirim permintaan ke guild untuk mencari seseorang untuk menemaninya. Klien yang bijak.
Yah, aku tak begitu keberatan jadi ku periksa klien itu.
“....”
[Apa yang terjadi? Kenapa kau tiba-tiba berhenti bicera?]
Klien : Aya Fuyou.
Nama yang sangat ku kenal. Kututup buku memo itu.
“...kliennya adalah Aya.”
[...pfft.]
Jangan tertawa sialan!!!
Untuk beberapa alasan sepertinya dia tahu aku di kota. Dia pasti tahu dari nona Francesca.
Karena aku tak pernah memberitahu dia untuk tidak berbicara apapun, dia pasti berbicara tentangku seakan aku adalah anggota kelompok [Pembunuh Dewa]
Yah, aku tak begitu kepikiran.
“Tapi sungguh, dia kehilangan hal yang penting.”
Bagaimana jika aku tak tahu permintaan ini?
Dia hanya perlu mencariku dengan nama. Yah, cara itu akan menyusahkanku. Aku tak mau ketahuan.
[Sungguh, dia mirip denganmu.]
“...Aku tidak seceroboh itu.”
Mungkin. Aku berbisik pelan.
Sepertinya aku mendengar Ermenhilde menghela napas tapi aku bertingkah seakan tak mendengarnya.
Aya. Fuyou Aya.
Salah satu pembunuh dewa yang berpetualang denganku.
Dipanggil dengan nama yang berlebihan seperti Penyihir Agung, dia hanya si penggali lubang nomor 1. Nomor 2 adalah Nona Francesca...menurutku.
Lubang jebakan itu penting jadi populerkan itu.
“Dia benar-benar memberi hadiah yang besar. Ini hampir dua kali lipat dari biasanya.”
[Itu berarti dia sangat ingin bekerja denganmu.]
Entah kenapa, Ermenhilde berbicara dengan nada takjub.
Apa aku melakukan kesalahan? Aku tak ingat melakukan atau mengucapkan hal begitu.
Tak puas, kurobek memo itu dan menyimpannya di sakuku.
Rinciannya adalah mengumpulkan tanaman obat. Imbalannya 10 tembaga. Itu lebih dari harga pasar.
Aku hanya mendesah.
“Seperti biasa, dia tak tahu tentang harga pasar...”
Dia membeli sesuatu yang mahal dari yang seharusnya dan tak mencoba untuk menawar. Yah, dari sudut pandang penjual itu adalah hal yang bgaus.
Permintaan pengumpulan tanaman obat normalnya akan diberi 5 tembaga. Paling tidak dia memberi 7 tembaga.
Orang lain bisa saja mengambilnya sebelum aku sempat melihatnya.
[Sesuatu seperti harga pasar, Renji juga tidak paham tentang itu.]
“Tidak juga.”
[Apakah kau pikir mereka akan menjual kembali Pedang Mithril dengan harga yang murah?...]
“Aku sedang punya masalah keuangan, jadi itu tak masalah.”
[...haah..]
Sejak awal aku memang tak butuh Pedang Mithril. Cuma menghabiskan tenaga saja.
Skill berpedangku tak jauh dari tentara biasa. Bisa saja lebih tinggi atau malah lebih rendah.
“Daripada itu, ini adalah permintaan Aya. Permintaannya.”
[Ya benar, ini permintaan Aya. Permintaannya.]
Suara yang bosan. Aku tetap mendengarnya dan kemudian malah hatiku yang terasa sakit.
“Apa yang harus kulakukan?”
[Kau tak mau menerimanya?]
“Tidak, akan kuterima.”
Kelihatannya dia telah muncul beberapa kali setelah kelas usai jadi disini mungkin ada banyak permintaan yang disediakan yang mungkin akan aku ambil. Imutnya. Aku akan mati jika aku salah.
Kupikir, akhirnya,
“Tapi, akankah imbalannya bertambah jika kutunggu sampai besok?”
[....Dibiarkan terjatuh ke lubang, tak akan ada orang yang akan komplain jika kau mati terbakar atau tersambar petir.]
Apa aku harus menghadapi itu?
Kelihatannya Ermenhilde sangat khawatir jadi aku merasa lebih takut.
Benar, Aya punya sifat yang cepat mendidih. Dia selalu memarahi Souichi, dan bahkan, memukulnya.
Itu hal yang wajar bagi sesama teman masa kecil tapi akan berbeda jika kau menambahkan sihir, sangat berbeda. Dia benar-benar bisa menyambarkan petir pada seseorang.
Ketika semua pria mencoba mengintip selama mandi, salah satu dari kami terjatuh. Sebuah keajaiban bahwa kami tidak mati terbakar. Aku sendiri diceramahi oleh Utano-san.
Benar itu sangat menyusahkan bagi orang dewasa. Menurutku. Jangan mengintip jika ada wanita yang mandi. Ini adalah dunia yang kejam yang berbeda dari yang kita tinggali, menurutku tak apa berperilaku tanpa kekangan beberapa kali. Itu membantu hati dan pikiranmu.
[Kau sedang memikirkan hal-hal aneh kan?]
“...Apa kau seorang esper?”
Aku mendesah.
“Yah, ayo kita tahan permintaan Aya dulu.”
Aku ingin tahu berapa banyak imbalannya bertambah. Yah, sejak awal aku hanya mencari imbalan darinya.
Akan tidak keren untuk orang dewasa menerima bayaran kecil dari anak-anak.
Itulah mengapa, kutahan permintaan Aya bukan karena penasaran. Untuk sementara akan kusimpan memonya jadi petualang lain tak akan mengambilnya.
[Jika itu Aya, dia mungkin akan menambahkannya hingga ke koin emas.]
“Jika itu terjadi aku akan dimarahi oleh Utano-san ketika kita bertemu nanti.”
[Berharaplah ini hanya akan berakhir dengan ceramah. Yakinlah untuk memberikanku ada orang lain ketika itu terjadi.]
“...Kita akan berbagi sakit satu sama lain, partner.”
Berkata begitu, aku keluar dari guild.
Kemudian, kurenggangkan tubuhku. Meski aku berbicara dengan berbisik, aku tahu bahwa aku berbicara pada Ermenhilde sedikit lebih banyak dari biasanya, jadi tatapan aneh dari orang lain itu menyakitiku. Jumlah orang di guild memang sedikit tapi bukan berarti sepi.
Aku melakukannya lagi, aku merasa depresi lagi.
“Setelah mengumpulkan uang lebih banyak lagi, ayo pergi ke kota selanjutnya.”
[Sebelum itu, pastikan bertemu dengan Aya dan yang lainnya, oke?]
“Aku tahu.”
Kujentikkan partnerku.
Atas. Yah.
“Tak apa-apa. Kita akan bertemu.”
Yah, sedikit aneh bertemu dengan mereka lagi setelah setahun.
Apa yang harus kubicarakan, bagaimana aku harus bertingkah, bagaimana aku menyapa mereka, dll.
Akan aneh jika aku tak melakukan apapun, makanya aku akan menundanya sedikit.