REVIVER (06:05)
Kesimpulannya.
—Alam semesta telah berjalan tidak
terkendali sejak awal.
Sebelum
kita bisa berdiri sendiri dalam dunia ini, kita menangis ketika kita terlahir
ke dunia ini.
Kita
terus berseru, berteriak, aku ada disini,merasa
takut akan ancaman serta hal asing di sekitar kita, menyeret tubuh lemah kita
saat kita berusaha keras, memutar otak kita seraya bertanya-tanya bagaimana
cara untuk bertahan hidup.
Darimana
kita datang—
—Dan
kemana kita akan pergi?
Selama
proses ini, kita menciptakan Dewa karena rasa takut dan kekecutan kita, Membuat
filosofi sebagai metode untuk memperoleh rasionalitas yang sudah disaring, dan
menemukan matematika sebagai alat deduksi.
Secara
tentatif, sedikit demi sedikit, kita menciptakan sejarah kita sendiri.
…Selama
proses ini, dunia telah berakhir beberapa kali.
Apa
yang dulunya dataran menjadi sebuah bola. Kita, yang pernah menjadi pusat alam
semesta, sekarang berevolusi mengelilingi matahari. Manusia menemukan hukum
gravitasi universal, mempelajari cara terbang di udara, memunculkan 5 gaya yang
membentuk dunia, dan akhirnya, mengandalkan logika, deduksi, dan singgasana
kebenaran yang kudus.
Kita
menggunakan kearifan, bahasa serta kekerasan, meneteskan air mata darah,
terus-terusan memanjakan diri dalam kebahagiaan, kemarahan, kesedihan serta
sekian banyak rasa jengkel, sakit dan trauma—
Lagi
dan lagi, kita membangun kembali dunia kita.
Lagi
dan lagi, kita menulis ulang sejarah kita.
Lagi
dan lagi, kita memperpanjang masa hidup kita.
Tetapi,
semuanya berakhir sia-sia.
Pada
hari itu, waktu itu, saat itu, semuanya lenyap seperti gelembung yang fana.
Pada
hari dimana Bumi hancur, dunia berakhir, dan alam semesta berakhir seperti itu.
Dan—ketika
umat manusia menyadari kebenarannya.
Jejak
langkah kita semuanya sia-sia. Proses berliku-liku yang menimbulkan rasa sakit
dan penderitaan hanyalah kesalahpahaman yang tolol. Pemahaman yang begitu keras
kita kumpulkan hanyalah satu titik yang tidak bernilai.
Umat
manusia, ketika berada di titik tertinggi untuk memperoleh kebenaran, dikirim
kembali ke zaman primitif.
Alam
semesta ini hanyalah kotak mainan bagi Dewa.
Dan
sudah terbukti kalau kita hanyalah bayi yang bodoh.
Namun—kita
masih harus merasa ragu.
Jika
dunia ini, yang dipenuhi dengan berbagai macam ambiguitas, ketidak pastian,
irasionalitas dan paradoks, hanyalah untuk menghibur Dewa.
Apakah
dunia ini, yang kita tinggali, benar-benar ada?
Dengan
demikian, 1000 tahun kemudian…
●
Di
langit di atas Grid Akihabara.
20
pesawat terbang meluncur di langit.
Mesin
turbin bergemuruh di atmosfir, pesawat jet tempur itu mengeluarkan lengkingan
dentuman sonik dari pegasnya, praktis, pesawat-pesawat itu adalah Pretodactyl
baja.
Mereka
adalah skuadron ke-7 yang berafiliasi terhadap ‘militer’ Tokyo, mereka
menerbangkan jet tempur generasi ke-7.
—Sering
disebut sebagai Tim Sakeshitsu.
Korps
tempur udara terkuat yang dimiliki ‘Militer’ Multi Grid Tokyo.
Keduapuluh
jet temput ini lepas landas dari Grid Yokohama, dan terbang menuju Akihabara.
Mereka
hanya punya satu misi,
“—Hancurkan
senjata raksasa tidak dikenal yang muncul di Grid Akihabara.”
“Makan
tahi dan mati sana.”
Di
dalam mesin yang sedang terbang di langit dengan kecepatan supersonik.
Orang
yang memimpin skuadron ini adalah Letnan Penerbang Sakeshitsu, dan dia
menggumamkan sesuatu ketika dia mendengar perintah yang datang dari transmisi
tadi.
Dia
tiba-tiba dibangunkan saat larut malam, dan diperintahkan untuk siap siaga. Dia
akhirnya mendapat izin meluncur ketika fajar menyingsing—hanya untuk mengetahui
kalau targetnya kurang lebih adalah senjata raksasa yang tidak dikenal.”
“AWACS[1].
Jika kau sangat mengantuk, bagaimana kalau kupukul bokongmu dengan beberapaAttacker?”
Pria
ini terkenal tidak sabaran.
Dia
mengancam melalui komunikatornya dengan setengah bercanda, hanya untuk dibalas
dengan kaku,
“Hati-hati
dengan bahasamu, Letnan, ini adalah perintah resmi.”
“Tahi
memang harusnya keluar dari bokong.”
“Untuk
mengulangi perkataanku, Letnan, ini adalah perintah resmi. Skuadron ke-7
diperintahkan untuk segera menghancurkan senjata raksasa tidak dikenal yang
muncul di Grid Akihabara, untuk sementara diberi nama kode ‘Laba-Laba Bumi’.”
Haa—Letnan Penerbang Sakeshitsu mendengus,
lalu tertawa terbahak-bahak.
“Apa
kaubodoh? Tidak, kau pasti bodoh. Kau mengira kalau aku ini bodoh.”
“Letnan.”
“Hei,
idiot, kau dengar? Aku tidak tahu apa itu Laba-Laba Bumi, tapi monster itu
tiba-tiba muncul di tengah-tengah Tokyo? Apa penjaga ibukota terlalu sibuk
bermasturbasi sampai ketiduran atau semacamnya?”
“Penjaga
ibukota telah disapu bersih semua.”
Ketika
mendengar jawaban AWACS, Letnan Sakeshitsu terdiam.
Selanjutnya,
data visual dari komunikator terkirim ke seluruh pilot.
Gambar
yang muncul di penglihatan mereka—mencakup sebuah laba-laba mekanis yang cukup
besar untuk menginjak-injak bangunan, serta api yang membara dimana-mana di
tengah-tengah Akihabara. Hal ini menyebabkan seluruh pilot mengerang.
“Semua
pilot, berhati-hatilah. Seperti yang kalian lihat, ancaman ini nyata. Jika Grid
Akihabara hancur, bisa dibilang kalau Tokyo—atau malah Jepang sendiri, akan
ikut hancur. Semua personil bersiagalah!”
“…”
“Selain
itu, Letnan Sakeshitsu, anda diharakan datang ke ruang pengadilan setelah
operasi ini berakhir. Apakah anda menantikannya?”
“—Ya
begitulah, aku menantikannya.”
Jika
mereka bisa pulang hidup-hidup, tentunya.
Komentar
sinis itu hampir keluar dari tenggorokannya, tapi Letnan Sakeshitsu nyaris
berhasil menelannya kembali.
Sebagai
pemimpin skuadron, dia tidak boleh berkata begitu ketika anak buahnya bisa
mendengarnya melalui komunikator.
Karena
merasa sangat jengkel, Letnan Sakeshitsu menghantamkan tangannya ke kanopi.
Sebuah
senjata raksasa tidak dikenal tiba-tiba muncul di tengah-tengah ibukota? Tentu
saja hal itu pantas ditertawakan.
Benda
raksasa seperti itu ternyata ada di bawah tanah tanpa ada yang tahu? Jika dia
benar-benar berpikir kalau perkataan itu begitu meyakinkan, dia harus
meledakkan kepala sendiri yang penuh kotoran terlebih dahulu.
Mereka
sudah tahu—atau
setidaknya, para ‘atasan’ sudah tahu. Tetapi, apa alasan mereka?
Kalau
tidak, kenapa mereka memberikan ‘nama kode’ pada musuh tidak dikenal itu, kenapa
mereka tidak menyebutnya dengan nama ‘target’, serta menjelaskan tujuan senjata
itu…!
—Sudah
jelasSiLetnanmenggertakkan
giginya, hampir sampai berkeping-keping.
Skuadron
ibukota menyerang senjata itu ketika Grid Akihabara diserang.
—Dan
mereka gagal. Apa itu bagian rencananya? Atau ada hal yang salah? Bagaimanapun…
(Bagaimanapun,
kita hanya membersihkan kotorannya bajingan saja…!)
Letnan
Sakeshitsu berseru tanpa suara.
Itu
hanyalah intuisi—namun sebuah analisis yang tidak bisa lebih dekat dari
kebenarannya.
Para
penjaga ibukota bukanlah tentara yang lemah, dan mereka bukanlah pasukan yang
bisa dikorbankan begitu saja.
Sudah
banyak anggaran serta pelatihan yang sangat intensif yang telah dihabiskan
untuk mereka demi melindungi Tokyo, dan mereka adalah angkatan tempur terkuat
diantara ‘militer’ negara ini.
Sekarang,
batalion ini disapu bersih—seperti yang ditunjukkan di gambar sebelumnya. Tidak
ada goresan sedikitpun pada musuhnya.
(Jadi
para politisi sialan itu begitu ketakutan dan menyerahkan pekerjaan kotor ini
pada angkatan udara.)
—Terlalu
konyol.
Jika
pihak itu gagal, datang ke kami—pemikiran
seperti itu bukan hanya dangkal, jika siapa saja benar-benar berpikir kalau
situasinya bisa ditangani seperti itu, mereka pasti adalah orang bodoh dan
putus asa.
Para
penjaga ibukota memiliki banyak senjata yang dipasangi Meriam Resonansi.
Senjata
anti daratan, senjata terkuat secara teoritis, tidak bisa membengkokkan senjata
raksasa itu sedikitpun. Hal ini menunjukkan kalau musuh memiliki kemampuan
pertahanan yang jauh melebihi hal tersebut, atau semacam mekanisme penghapusan.
Mereka
tidak tahu apa itu, tapi ada sesuatu yang bisa mereka simpulkan.
Bahwa
meskipun mereka menghabiskan seluruh peluru kendali Attacker dalam pesawat jet ini, peluang serangan efektifnya bisa
dibilang—
“Kita
mencapai target kita. Semua personil, bersiap untuk bertempur!”
“…Dimengerti.”
Letnan
Sakeshitsu menjawab AWACS, lalu menghela napasnya.
—Ikuti
saja perintahnya. Ini adalah tanggungjawab seorang tentara. Tapi—
Atasannyamengumumkan kalau musuh memiliki
jumlah senjata, meriam serta jarak serang yang tidak diketahui. Kalau begitu—dia
segera menyeringai.
Dia
menyambar mikrofon di mulutnya, dan memberitahu seluruh pasukannya.
“Badai
Satupada seluruh unit. Formasi Delta—’Burst and Run’.”
Formasi
ini digunakan untuk skenario terburuk yang mungkin terjadi, untuk mencegah
seluruh unit terkena dalam jarak serangan musuh.
—Untuk
menyerang dari jarak paling maksimum, menembakkan seluruh senjata, lalu kabur—merespons
perintah tersebut, AWACS berteriak.
“Letnan!?
Anda tidak diberikan perintah untuk beroperasi seperti itu!! Bertindak sesuai
keinginan anda sendiri itu—.”
“—Operasi?
Jika ‘Tembak jatuh Laba-Laba Bumi misterius’ itu bisa dibilangoperasi, aku
tinggal memberi perintah bagaimana kami akan melakukannya! Jika kau ingin
melihat pertunjukan, setidaknya sumpal mulut sialanmu itu!!”
Setidaknya
dia akan mengikuti perintah tersebut. Itulah tanggungjawabnya sebagai tentara.
Tetapi—
Dia
punya kewajiban yang melebihi hal itu—untuk menghindari hilangnya nyawa sia-sia
dengan cara menghindari pertempuran gesekan yang tidak berguna.
“Kalian
dengar? Seluruh unit, turuti perintahku. Aku yang bertanggungjawab.”
“Letnan!”
AWACS
berteriak, tapi anak buah Letnan mengabaikan hal itu, dan menjawab,
“BadaiDuadisini,
dimengerti. Seluruh unit, Formasi Delta.”
Dengan
komando ini, “dimengerti” seluruh unit menjawab, dan mulai masuk ke posisi
masing-masing.
“Skuadron
7…! Kalian semua…!”
Teriakan
kesar terdengar dari unit AWACS, tapi tiba-tiba—
Sinyalnya
terputus.
Di
saat yang sama, sebuah ledakan terdengar dari AWACS yang terbang di atas kepala
mereka.
“A-Apa
yang sedang terjadi!? Apa kau—”
“K-kau
pasti bercanda…mereka meledakkan AWACS!?”
Sebelum
ada lagi yang mengoceh, di suatu tempat jauh di depanLetnan Sakeshitsu—
Sonarnya
menangkap reaksi yang besar, lalu dia menjentikkan lidahnya dan meraung,
“Semua
pesonil, lakukan manuver menghindar dan berpencar, lalu meloloskan diri dengan
kecepatan maksimum menggunakan afterburner[2]
kalian—kita berada dalam jangkauan musuh!!”
“D-Dimengerti—”
Para
unit tersebut tidak bisa mendengar kekhawatiran mereka seraya mereka mengikuti
instruksi pemimpin mereka, mereka berputar balik.
Namun,
bahkan Letnan Sakeshitsu sendiri kebingungan.
(Mereka
meledakkan AWACS duluan—? Para bajingan sialan itu…)
—Musuh
menembak jatuh AWACS yang berada 20.000m lebih tinggi dari pesawat mereka,
ketinggian di luar jarak serang Attacker.
Niatnya
jelas.
Serangan
itu bertujuan sebagai provokasi jelas kepada seluruh unit yang telah memasuki
jarak serangnya…
Sangletnanmenahan
gaya gravitasi yang luar biasa, lalu terbang kembali bersama dengan unit
lainnya, dan angin yang disebabkan oleh turbun mereka—mulai terbakar.
“!!”
Guncangan
yang disebabkan oleh kecepatan maksimum, ledakan sekejap Mach 5, menciptakan
tekanan luar biasa yang praktis menghancurkan kesadarannya sebagai pilot. Dan
ketika dia menggertakkan giginya, tepat di depannya ada—
Sebuah
unit yang telah menyelesaikan putarannya dan menyalakan afterburnernya. Unit itu meledak.
Setelah
menyaksikan hal tersebut, para elit dari skuadron ke-7 membelalakkan mata
mereka.
“Badai
3 tertembak jatuh! Saya ulangi! Badai 3 tertembak jatuh!”
“A-apa
yang terjadi!? Apa yang menembaknya—”
Teriakan
menderita bersahut-sahutan dari komunikator—lalu teriakan itu terputus. Kilatan
cahaya muncul di depan mereka.
Skuadron
tersebut menghindar dan mundur dengan kecepatan maksimum, hanya untuk ditembak
jatuh, lalu Sakeshitsu menggertakkan giginya dan berseru,
—Bagaimana
mungkin aku tahu, sialan!
Serangan
itu datang dari luar jarak serang peluru kendali Attacker—lebih dari 18.000m—
Benda
itu berhasil menembak AWACS yang berada
20.000 m di atas kami dengan akurat? Dan benda terbang yang bermanuver dengan
kecepatan hipersonik? Sistem Pertahanan Udara yang tidak masuk akal seperti itu—Tidak, itu masihmustahilbagi
sebuah senjata dengan fungsi lebih dari satu.
Tetapi
kenyataannya tetap tidak berubah bahwa unit Sakeshitsu sedang ditembak jatuh
satu persatu.
Mereka
tidak bisa menghindar, apalagi balas menembak, lalu jatuh—kemudian…
Dia
memiliki insting yang tidak masuk akal.
“—Sial!”
Sakeshitsu
mengikuti insting nyalinya tanpa ragu sedikitpun, lalu melepaskan batasan di
bagian depan pesawat dengan paksa, kemudian mendorong tongkat kendali ke depan.
Hidung
pesawatnya menurun, dan pesawatnya terbanglurus ke bawah.
Dia
melakukan hal ini sambil melepaskan pembatas pesawat ini. Normalnya, gerakan
ini bukanlah hal yang perlu dilakukan—ini adalah manuver yang dilarang.
Tekanan
luar biasa dari ‘Minus G’ menyebabkan darah berkumpul di kepala, dan
penglihatannya diwarnai merah selama sekejap.
—Itu
adalah fenomena yang dikenal sebagai ‘Red out’, fenomena yang normalnya akan
membunuh pilot. Tetapi—
“—…!!!”
Sebuah
guncangan luarbiasa menggores bagian atas unitnya sesaat kemudian, membuktikan
kalau insting tidak masuk akalnya memang benar.
Letnan
Sakeshitsu berhasil menghindari ‘semacam serangan’ yang mendekat dari belakang.
Ketika
dia menyadari hal ini, dia mengatur mesinnya kembali ke posisi seimbang—mengabaikan
lengkingan sakit akibat migren yang kuat.
“Kau
pasti bercanda! Aku terbang dengan kecepatan 5 kali kecepatan suara! —Aku
tidak bisa melihat apa-apa!!”
—Dia
tadi diserang dari belakang saat terbang pada kecepatan Mach 5.
Sebuah
serangan yang mengabaikan jarak yang disebabkan oleh kelajuan relatif Mach 5?
—Tidak
diragukan lagi. Serangan itu adalah ‘Serangan Meriam’.
Kecepatan
serta presisinya tidak normal, tidak bisa dipercaya, dan benar-benar tidak
masuk akal— serangan itu adalahsebuah ‘peluru sihir’.
“Badai
Satu kepada seluruh unit! Tinggalkan mesin kalian dan ‘selamatkan diri’—sekarang
juga!!”
Letnan
Sakeshitsu berseru kepada komunikatornya.
Tembakan
meriam itu begitu cepat, tembakan itu tidak dapat membenakan manuver yang
mendekati 5—kecepatan 1650m per detik.
Melawan
hal seperti itu, seluruh unit mereka akan tertembak jatuh sebelum mereka keluar
dari jarak serangannya…
“D-dimengerti!”
Setelah
memastikan respons seluruh pasukan yang selamat yang mulai menyelamatkan diri—
Letnan
Sakeshitsu juga menarik tuas di dekat kakinya dengan pelan-pelan.
“…!”
Kursinya,
bersama dengan kanopi, terlempar keluar.
—Penyelamatan
diri ini terjadi dalam penerbangan dengan kecepatan hipersonik. Ketika dia
hampir pingsan karena guncangan luar biasa dari atas kanopi, sang Letnan
melotot bengis ke kejauhan.
Bukan
ke arah Grid Akihabara yang menjadi target,
—Tapi
ke arah Gedung DPR yang berada di—Grid Kasumigaseki.
“Dasar
politisi brengsek! Sebenarnya apa yang sedang kalian serang…!”
Tepat
ketikaLetnan Sakeshitsu meraung dengan marah.
—Sepertinya
mereka semua sedang menunggu kehancuran komplet skuadron ke-7.
Sekian
banyak cahaya meluncur di langit, menyerang Grid Akihabara. Pemandangan itu
menyebabkan sang Letnan tersenyum mengejek.
—Ahh,
karena sekarang penjaga ibukota dan angkatan udara telah gagal, sekarang kita—seperti biasanya, pemikiran yang
dangkal.
Apa
yang ditempatkan di puncak Gunung Fuji adalah meriam pertahanan ibukota—sebuah
meriam partikel massa tetap dengan jarak serang sangat amat jauhlah yang
melancarkan kilatan cahaya tadi.
‘Amano
Mihashira (Pilar Surga)’—kartu as anti udara yang merupakan alat untuk
melindungi inti dari Multi Grid Tokyo.
Melihat
hal tersebut, LetnanPenerbang Sakeshitsu merasa sangat murka, dan melebihi itu—dia
tersenyum mengejek.
“Kurasa
para politisi tak berguna itu…sudah memutuskan apa yang ingin mereka katakan
nanti.”
Sambil
turun dengan parasut terbuka, dia hampir yakin.
—Sekian
banyak kilatan cahaya mengoyak langit. Namun, mungkin itu—
…
●
—Ruang
yang remang-remang serta sempit ini terus bergetar lemah.
Ruangan
itu adalah sebuah ruangan dengan atap rendah yang melebar ke bagian sampingnya.
Dindingnya ditempeli sekian banyak monitor, dan lantai bercorak tangga itu
dikotori dengan tabung kaca yang tebal. Kilatan putih kebiruan kadang-kadang
muncul dari tabung-tabung tersebut.
Ada
sekitar 30 pria yang mengenakan seragam, tanpa sedikitpun kerutan di seragam
tersebut.
Semuanya
sedang menatap ke arah monitor serta instrumen di depan mereka.
“Musuh
menghilang. Seluruh unit hancur…menilai kondisi yang disebabkan oleh tembakan
dari ‘Meriam Pertahanan Ibukota’—”
Ketika
mendengar laporan tersebut, semua orang yang ada disana menelan ludahnya,
“Kita
menerima 8 tembakan—dan 0 kerusakan.”
Ketika
mendengar laporan ini, kerumunan itu merasa bersemangat, siap untuk bersorak
kapan saja. Sementara itu,
“—Hm.”
Satu-satunya
yang sedang duduk di kursi tersebut, seorang pria tua yang tegap, mengangguk,
“Radar
Bertahap, Kunci Reader, Penglihatan
Inframerah, Railgun, Perisai
Magnetis, semuanya stabil.”
“Daya
berada di tingkat 12%. Lebih dari 2% diperlukan untuk memulai kembali laju
pengisian ulang ke tingkat yang diharapkan. Tolong izinkan 30% daya dialihkan
dari Sistem Kendali Senjata Api (SKSA).”
“Izin
diberikan.”
Mengikuti
jawaban singkat terhadap laporan tersebut, si pria tua—Gennai Hirayama, menghela
napas dalam-dalam.
Seorang
pria muda yang berdiri di sampingnya angkat bicara, suaranya terdengar
melengking dan tidak tenang.
“Tadi
itu benar-benar hasil yang impresif, Tuan. Kita ternyata berhasil menyapu
bersih skuadron ke-7 yang terkenal itu dengan mudah…!”
“Hasil
ini sudah kuharapkan.”
Gennai
menjawab singkat sambil menyandarkan tubuh bagian atasnya ke kursi.
Ya.
Itu adalah hasil yang diharapkan, jelas dan tidak perlu dipikirkan.
—Umat
manusia di masa lalu menggunakan kekuatan yang paling mudah digunakan di alam
semesta ini, kekuatan yang memiliki jumlah kemungkinan yang tidak terhingga dan
tersembunyi.
Setelah
semua hal diubah menjadi gir untuk menciptakan ‘Clockwork Planet’ (dunia) ini, meneliti
‘teknologi’ itu sendiri adalah perbuatan kriminal.
Ruang
lingkup ‘elektromagnetisme’ medominasi 3 dari 5 kekuatan yang membentuk alam
semesta ini—daya listrik, gaya magnet, dan gaya Coulomb.
Senjata
gir hanyalah mainan belaka di hadapan apa yang dihasilkan oleh elektromagnet.
—Senjata
mobile kelas taktis elektromagnet yang kompleks,
‘Yatsukahagi’.
Ditilik
dari asalnya, senjata ini adalah sesuatu yang direncanakan dan dibuat atas
perintah pemerintah.
Alasan
kenapa mereka memutuskan untuk menggunakan nama yang lahir ketika pengembangannya
adalah pukulan sindiran yang dipenuhi oleh masa lalu menyedihkan Gennai…
“Ketika
negara lain melihat hasil yang kita dapatkan, mereka harus mengakui kalau
penelitian kita telah membuahkan hasil.”
“…Itu
mungkin sulit. Kita hanya menghancurkan sebuah skuadron.”
Gennai
bergumam tanpa emosi apapun, dan opsir muda lainnya kelihatan gelisah seraya
menyangkal hal tersebut,
“Itu
tidak benar! Tidak ada negara yang bisa mengabaikan kenyataan kalau kita telah
menghancurkan angkatan pertahanan Tokyo!”
“Dia
benar Tuan. Bahkan ‘Meriam Pertahanan Ibukota’ pun tidak bisa menghancurkan
kita!”
…Yah,
itu memang benar. Pikir Gennai.
Sudah
jelas kalau Meriam Resonansi dari Angkatan Pertahanan Ibukota itu tidak efektif.
Karena
meriam itu tidak bisa memicu fenomena penghancuran resonansi ketika berkontak
dengan armor magnetis.
Tetapi—‘Meriam
Pertahan Ibukota’ adalah meriam partikel.
Itu
adalah kartu truf terakhir Jepang—digunakan untuk menangani musuh kalau-kalau
mereka menyerang ibukota.
Meriam
itu adalah Meriam Rekoil Semi Otomatis yang teretak di Gunung Fuji dan mampu
membasmi armada musuh dari jarak yang sangat amat jauh.
Pertahanan
dari armor ini disebabkan oleh rangkaian elektromagnetis dari atom-atom logam,
tapi berdasarkan perhitungan simulasi, ada 50% peluang kalau mereka dapat
bertahan dari satu serangan ‘Meriam Pertahanan Ibukota’—Peluang ini saja telah
menandakan kemenangan mereka.
Selain
itu, mereka juga menang telak terhadap skuadron angkatan udara yang sangat
terlatih dan terkenal di luar negeri.
“‘Militer’
Tokyo tidak punya kekuatan untuk menghalangi jalan kita sekarang!”
“Ya…kau
benar.”
Setelah
mendengar kata-kata ajudan tersebut, Gennai melihat ke arah kerumunan yang
gaduh dan penuh energi di ruang komando ini, lalu mengangguk.
—Itu
tidak ada artinya disini.
Pada
akhirnya, itu cuma membalas mata untuk mata.
Pihak
mereka sendiri tidak berbeda dari pemerintah, hanya mengulangi tindakan yang
sudah dilakukan umat manusia dari era-era sebelumnya.
Umat
manusia tidak bisa berubah, dan tidak akan berubah.
Tapi—Gennai
bertanya-tanya.
Kalau
begitu, apa entitas yang disebut ‘Y’ itu, yang berhasil menciptakan ulang dunia
ini dengan sukses?
Dunia
ini terus berjalan dengan sebaik-baiknya, normal dan presisi namun juga
abnormal, inkonsisten dan paradoks.
Bagi
seorang manusia yang tidak bisa berubah, siapa sebenarnya makhluk itu, makhluk
yang menciptakan utopia terhebat yang disebut ‘Clockwork Planet’?
Dia
menjungkirbalikkan seluruh hukum yang dikumpulkan umat manusia selama sekian
tahun dan oleh sekian banyak bakat seperti mimpi, dan pada suatu hari,
tiba-tiba melemparkan kebenaran yang tidak bisa dipahami siapapun ke arah
mereka seolah-olah dia sedang main-main.
Orang
yang melakukan hal itu hanyalah seorang manusia biasa—seorang teknisi mesin jam
biasa.
Konyol
sekali—siapa yang bisa mempercayai hal seperti itu? Siapa yang akan menerima
hal itu? Dia adalah pria kurang ajar yang dengan sombong mendeklarasikan kalau
dia adalah kebenaran dari Tiga Ribu Alam, yang bahkan para Dewa di surga pun
tidak pahami, dan para iblis di neraka tidak akan bicarakan.
Apakah
itu—’umat manusia’ yang terus mendaki wilayah ini, meskipun tidak berubah
setelah ribuan tahun?
Pada
hari itu
Umat
manusia tidak pernah berubah. Hal itu sudah pasti.
Tapi
hanya ‘Y’ yang berhasil menjungkirbalikkan semua premis, dan dengan sombong
menyebabkan alam semesta ini terpisah dari tatanannya.
—Hal
itu tidak mungkin berasal dari tangan manusia. Jika seseorang berhasil memenuhi
‘keburukan’ yang begitu parah sampai-sampai kata ‘kejahatan’ bisa dianggap
lunak, mustahil jika hal itu tidak datang dari seseorang yang melampaui batasan
baik dan jahat.
—Tetapi,
Gennai bertanya-tanya.
Jika
itu kebenarannya, aku bisa menerimanya.
Tidak
masalah apakah makhluk itu adalah dewa atau iblis. Jika monster semacam itu
yang melampaui kepintaran manusia telah menciptakan ulang dunia ini, dan
membiarkan umat manusia tetap berada dalam delusi abadi sebelum hari kehancuran
mereka, maka umat manusia tentu saja tidak akan bisa apa-apa.
Dalam
kasus apapun, tidak ada alasan kenapa umat manusia bisa melampaui makhluk yang
mendapat pencerahan.
Dia
dibuat kecewa oleh sejarah, merasa putus asa terhadap dunia, dan tepat ketika
dia berpikir untuk mati setelah melihat semuanya.
Ada
seorang anak laki-laki yang muncul sambil membawa sebuah automata yang dibuat ‘Y’.
Semua
orang sedang heboh dan merasa tidak terkalahkan, mata mereka membara seraya
menetapkan target mereka selanjutnya.
Mata
berwarna logam Gennai kelihatan siap dan dingin, lalu dia mendesis seperti
seorang maniak,
“Sekarang…datang
dan hentikan ini jika kau bisa, ‘Y’…”
Dari
luar batasan baik dan jahat, dengan sombong dan tanpa rasa takut kau
menciptakan dunia ini.
Kau
menghancurkan takdir manusia biasa yang tidak berubah, takdir mereka untuk
menghancurkan diri mereka sendiri.
Apa
lagi yang bisa kau katakan di depan kebenaran ini—dasar monster?
Keberadaan
macam apa kau ini, yang merestrukturisasi dunia ini?
Apa
kau makhluk yang mendapat ‘pencerahan’ seperti dewa dan iblis, atau kau
hanyalah manusia yang angkuh dan sombong?
Datang
dan buktikan padaku, dengan dunia yang menjadi taruhannya…!
●
—Di
saat yang sama.
Di
dalam bengkel di Grid Akihabara, seorang gadis pirang—Marie, sedang duduk dan
bersandar dengan kaki terbuka. Mata hijaunya kehilangan cahayanya yang biasa ketika
dia diam saja disana dan berpikir.
Situasinya
saat ini adalah sesuatu yang mirip seperti sebuah delusi yang siapapun pasti
milikinya.
Adegan
dari film thriller kelas B, dimana
dunia berada di ambang kehancuran karena suatu alasan.
Tidak
ada makanan, tidak ada minuman, peradaban telah hancur, dan apa yang dia bisa
andalkan hanyalah pengetahuan, tubuh dan sekutunya.
…Begitu
ya, pikirnya.
Bisa
diperkirakan alasan kenapa film-film itu disebut kelas B—film-film itu
kelihatan tidak realistis sama sekali.
Tidak
ada penulis naskah yang benar-benar mengalami kehancuran dunia…oleh karena itu,
mereka tidak memahami realita.
Pada
kenyataannya, hal itu tidak sesederhana apa yang digambarkan film.
Pada
kenyataannya, hal itu begitu jauh melampaui imajinasi manusia.
Marie
tertawa kecil dengan lemas ketika dia melihat Halter tergeletak tak berdaya
dengan asap keluar dari tubuhnya—Halter tidak bergerak sama sekali. Marie
memegang lemah sebuah obeng, dan obeng lainnya menempel keras ke obeng yang
Marie pegang, kelihatan seperti obeng tersebut telah dilem disana.
Kehancuran
peradaban? Hanya bisa mengandalkan pengetahuan, tubuh fisik dan sekutunya?
Kau
pasti bercanda—ini kenyataan. Sebuah kenyataan bencana yang tidak bisa
dijelaskan, kasar dan merupakan kemungkinan terburuk.
Marie
mau tidak mau menghela napasnya dengan sepenuh hati, dan di momen tersebut,
“—woah—panas—!?”
Seorang
anak laki-laki yang kecil memekik sambil melompat.
“Rasanya
panas!!? —Apa yang terjadi—dan kenapa begitu berisik dalam headphoneku?”
Si
anak, Naoto Miura, telah terbangun, dan membuat keributan seraya melemparkan headphonenya dengan panik. Lalu dia
melihat Marie sedang menatapnya dengan kosong.
“Hei…apa
sesuatu…terjadi…?”
Kelihatannya
dia sedang merasakan sakit yang intens; napasnya tidak beraturan, wajahnya
berkerut saat dia menanyakan hal yang sudah jelas.
—Pertanyaan
yang bagus ya. Marie tersenyum.
“Tebakanku…aku
bisa bilang ini, mungkin. Kita terkena ‘ledakan elektromagnetik’.”
Jawaban
Marie sedikit lemas. Sebaliknya Naoto cemberut dengan skeptis.
“Ledakan—apa?”
…Marie
tidak bisa lagi merasa marah di titik ini.
Dengan
suara serak, dia mengangkat obeng di tangannya, dan menunjukkannya ke wajah
Naoto.
“—Segalanya
tanpa terkecuali telah hancur…apa kau bisa mengerti sekarang?”
Ledakan
elektromagnet yang kuat, radikal dan abnormal itumenyebabkan semua hal
lainnya dimagnetisasi.
Tidak—kalau
memang begitu, situasinya akan baik-baik saja. Pikir Marie.
Barangkali
karena induksi elektromagnetis, gir-gir partikel, pegas, dan segala jenis suku
cadang rumit meleleh. Apa yang tersisa hanyalah peralatan bodoh yang tidak bisa
digunakan karena mereka termagnetisasi.
Mereka
hanyalah instrumen mesin jam yang tidak bisa berfungsi sama sekali.
Kalkulator?
Mobil? Lampu dan kunci pintu ruangan ini, bahkan obeng pun rusak.
“Apa
aku perlu menjelaskannya lebih sederhana lagi?”
Marie
membuka tangannya.
Obengnya
jatuh ke lantai, mengeluarkan suara kering.
“Sekarang
semuanya termagnetisasi, dan kita tidak punya cara untuk keluar dari ruangan ini.”
—Sejak
zaman dulu, sudah dijelaskan kalau mesin-mesin yang dibuat dari teknologi gir
tidak tahan daya magnet.
Oleh
karena itu, umat manusia—tidak punya pilihan selain menyerah soal
elektromagnetisme.
Namun,
meskipun ‘planet governor’ yang
terletak di Kutub memang menghalangi gelombang elektromagnetik yang datang dari
luar angkasa, mereka tidak bisa sepenuhnya meniadakan pengaruh
elektromagnetisme pada planet ini. Sehingga, teknologi untuk melawan daya magnet—cara
untuk mencegah mesin gir termagnetisasi, selalu menjadi topik penelitian.
Orang
bisa sepenuhnya mengerti setelah melihat situasi ini.
Singkatnya—bagiMarie
sendiri, tidak, bagi seluruh manusia biasa yang hidup di planet ini.
—Seluruh
pengetahuan dan teknologi yang relevan telah sepenuhnya tersegel.
Dengan
gir jam ‘Clockwork Planet’ telah hancur, tidak ada satupun alat yang bisa
digunakan, apalagi untuk perbaikan.
Hal
itu sama seperti seekor burung yang tidak bisa terbang meski memiliki sayap—tidak,
contoh itu mungkin tidak terlalu tepat.
Karena
seekor burung yang sayapnya patah pun masih memiliki kaki.
…Tapi
tidak peduli seberapa kalipun Marie disanjung sebagai orang jenius, dia
memerlukan pengetahuan dasar untuk mengambil tindakan.
Dan
dengan planet yang dibuat sepenuhnya oleh gir, situasi saat ini adalah—
…Inilah
‘kenyataan’, bencana terburuk.
Apa
yang harus mereka lakukan—ini bukanlah situasi penuh harapan dimana mereka bisa
bilang begitu.
Pikiran
tentang apa yang bisa mereka lakukan pun telah dirampas.
Marie
mendadak teringat kembali. Dia pernah menonton film kuno yang tolol dan
benar-benar konyol, jauh melampaui ketidak masuk akalan dari skenario film
thriller kelas B ini.
Bibirnya
membentuk senyuman kering.
Dalam
cerita tersebut, dunia yang ditinggali si protaganis ternyata hanyalah sebuah
ilusi.
Dunia
telah lama hancur, dan manusia dihubungkan ke sebuah mesin, mereka hidup dalam
dunia mimpi yang mereka ciptakan. Tentu saja, dia tahu kalau cerita seperti itu
benar-benar tolol—tapi jika dia menganggap hal itu sebagai kebenaran.
Situasi
saat ini adalah, benar, realisme mulai mengetuk.
Sekarang,
apa yang bisa dia lakukan?
Apa
yang dia miliki hanyalah otak yang cuma bisa melamun.
Dalam
dunia ini dimana dia benar-benar tidak berdaya, dimana semuanya adalah mimpi.
Haruskan
dia memikirkan cara untuk keluar dari mimpi ini, meskipun dia hanya punya
sebuah kepala?
Bagaimanapun
juga, semua hal yang dia lihat itu cuma mimpi, kan?
Dan
halusinasi seperti itu adalah—atau tepatnya, jika itu benar-benar sebuah
halusinasi, ‘hal itu’ merupakan keputusasaan yang menyenangkan. Dia menoleh ke
arah jendela yang tebal, dan tempat dimana dia melihat sesuatu yang memicu
mimpi buruk ini.
Disana
ada sebuah senjata raksasa mobile,berdiri
tegak disana, menodai matahari.
Monster
itu menghancurkan segalanya tanpa terkecuali dengan mudah, jelas berada disana
sebagai tanda keputusasaan.
“—Hei—R-RyuZU!?”
Jeritan
Naoto menggema dalam ruangan ini, lalu Marie menoleh ke arahnya.
Apa
yang memasuki mata Marie adalah pemandangan dari seorang gadis berambut perak
yang tumbang.
Naoto
yang sedang panik buru-buru melompat ke sana, dia ingin membawa gadis
tercintanya—
“—Tubuhnya
panas—!!?”
Ketika
dia menyentuh gadis itu, tidak, dia benar-benar berteriak tepat ketika dia
hampir menyentuh gadis itu, lalu dia menarik kembali tangannya.
Lalu,
dia akhirnya menyadari alasan kenapa dia terbangun oleh rasa panas.
Wajahnya
memucat, bisa dibilang darahnya disedot dari wajahnya.
—RyuZu
sedang tergeletak dalam genangan darah.
Apa
yang mengesankan hal ini adalah panel logam di lantai, yang begitu terpanaskan
sampai-sampai panel itu sedikit meleleh
Dan
alasan hal itu terjadi adalah RyuZU.
Tubuhnya,
yang ambruk dan tidak bisa bergerak, mengeluarkan panas yang cukup untuk
melelehkan logam.
Naoto
kelihatan sangat dikuasai oleh rasa takut, dan dengan suara gemetar, dia
berseru,
“Hei,
bagaimana dengan AnchoR? Pak Halter! Kepala paman itu (Vermouth)—”
Ketika
ditanya hal itu, Marie, mengalihkan pandangannya tanpa bicara.
Yang
tergeletak disana adalah Halter, dia mengeluarlan uap dari tubuhnya.
Dan
tepat disampingnya adalah AnchoR, seperti sebuah boneka yang benangnya
terputus, atau seperti yang orang akan bilang, sebuah patung, dia tergeletak
disana tanpa suara. Dia tidak bergerak sama sekali, dan tampaknya dia—telah
mati.
Lalu,
Marie menatap ke arah Vermouth, yang kepalanya menggelinding ke arah kakinya,
dengan mata yang kelihatan sepenuhnya kosong, lalu Marie tertawa kecil,
“Kau
tidak dengar apa yang baru saja kukatakan?”
Dia
mulai bicara dengan nada seseorang yang sedang menarasikan sebuah mimpi buruk,
“Segalanya
sudah hancur…”
…
Kesunyian
ini terasa seperti laut yang dalam.
“—Jangan
bercanda denganku…”
Naoto
menggertakkan giginya begitu keras sampai terdengar suara giginya bergemeretuk,
lalu mengangkat Marie ketika Marie sedang bersandar lemah di dinding.
“Kalau
begitu, kita harus cepat-cepat memperbaiki situasi ini—kau bisa melakukannya
kan, iya kan!?”
Marie
membiarkan Naoto mengguncang-guncang tubuhnya tanpa perlawanan, lalu tergelak
dengan dingin,
“Ya,
aku bisa…tinggal singkirkan daya magnetnya—tentu saja kalau kita bisa
menyingkirkannya.”
“Kalau
begitu buat apa kau bengong!? Cepatlah—”
“Caranya?”
Setelah
mendengar suara kalem Marie, Naoto terperangah.
Dengan
mata hampa, Marie menatap ke arah mata yang sedang menatap balik ke arahnya,
lalu melanjutkan perkataannya,
“Rasanya
benar-benar enak ya jadi orang yang tidak tahu apa-apa, iya kan, Tuan Naoto? Aku
benar-benar iri.”
Menyingkirkan
daya magnet ini? Tentu saja dia tahu caranya.
Dia
bisa memagnetisasi sebuah instalasi mesin jam, dan jika dilihat dari arah lain,
tentu saja dia bisa menghilangkannya.
Sebagai
seorang mantan Meister, Marie bisa melakukan pekerjaan mudah seperti
menyelaraskan sebuah instalasi mesin jam yang termagnetisasi dengan mata
tertutup. Teorinya sederhana, tambahkan daya magnet atau aliran listrik dengan
tingkat yang sama, lalu balikkan medan magnetnya; kemudian, daya magnetnya akan
hilang, lenyap.
Itu
saja. Marie tahu betul metode, keterampilan
dan urutan yang diperlukan.
Namun,
hal yang pentingnya—
“Harus
ada daya listrik!Kau paham? Senjata sialan itu baru saja mengeluarkan tabu
sungguhan diantara semua hal yang dilarang traktat internasional! Gaya
elektromagnetik sialan itu dilarang menurut aturan…!”
Setelah
mendengar ratapan—bukan, pekikan ratapan Marie, Naoto merasa kewalahan, lalu
melepaskannya.
Marie
kembali bersandar di dinding, dan merenung,
—Ya,
tentu saja.
Tidak
ada negara atau organisasi yang bakal menuruti klausa ini.
Halter
danVermouthitu memiliki alat elektromagnetik ilegal yang diinstal dalam tubuh cyborg mereka.
Dan
untuk lebih jelasnya, untuk berjaga-jaga—meskipun mungkin saja ini mustahil di
planet ini—suku cadang tertentu itu sendiri sudah memancarkan medan
elektromagnetis, sehingga sebagian dari ‘Meister Guild’ dan ‘militer’ memiliki
alat penghilang elektormagnetisme legal yang diizinkan oleh Sistem Pengawasan
Internasional (SPI). Marie sendiri pernah mengalami hal tersebut sebelumnya.
Namun—
“Telingamu
yang hebat itu bisa mendengarnya, kan!? Ledakan elektromagnet tadi menghancurkan
segalanyadi Grid Akihabara! Terus? Bagaimana caranya aku bisa keluar dari
ruangan ini!? Dimana aku bisa mendapat alat untuk menghapus medan magnetnya?
Apa kau bisa menjelaskannya dalam beberapa kata…!?”
Marie
mengamuk—dan air mata mulai menggenang di matanya ketika kata-katanya sampai di
bagian akhir.
—Mustahil.
Marie
tahu betul metode untuk menghasilkan listrik dari gir.
Tapi
metode tersebut tidak mungkin menghasilkan aliran listrik yang bisa dikontrol dengan
presisi untuk penghapusan daya magnet.
Meneliti
pengetahuan seperti itu sendiri adalah tindakan kriminal, apalagi mengetahuinya.
Dan
juga, alat penghapus daya magnet legal memerlukan izin yang ketat mirip seperti
penularan tingkat 4.
Akan
sulit bagi Marie, yang pada titik ini tidak ada bedanya dari orang sipil biasa,
untuk memperoleh satu.
Lebih
jauh lagi, tidak ada alat penghapus daya magnet sebesar robot humanoid dimanapun di dunia ini, apalagi
di grid kota ini.
Jika
orang memilih mundur yang lama bicara—meskipun mereka bisa menyusup ke dalam
sebuah fasilitas pengendali lalu mencuri satu alat penghapus daya magnet,
mereka hanya bisa menghapus daya magnet itu saja.
Pelindung
dalam kepala Halter mungkin saja masih
bekerja di titik ini…tapi tetap saja waktunya tidak cukup.
Di
titik ini, semuanya sudah—
“…Sejak
awalnya…kita tidak bisa keluar dari ruangan ini…”
Marie
bergumam lalu menunduk.
—Tapi
gerakan itu saja,
Apakah
cukup untuk membuatnya begitu tidak berdaya?
Karena
satu gerakan saja, seluruh pengetahuan yang telah dia akumulasi sampai saat
ini, keahlian yang telah dia ukir dengan tubuhnya—
Itu
semua benar-benar…seperti ilusi—tepat ketika setetes air matanya keluar, di
momen itu—
—Tiba-tiba,
suara kaca retak terdengar dari kaca yang tebal itu.
Marie
mengangkat wajahnya dengan terkejut, lalu melihat Naoto menghantamkan kursi ke
jendela.
Dua
kali, tiga kali, empat kali—retakan pada kaca yang kuat itu mulai melebar
setelah beberapa kali dipukul.
“R-argh!”
Dan
setelah hantaman yang kesekian kalinya, jendela itu akhirnya pecah.
Kelihatannya
hantaman Naoto terlalu keras sampai-sampai kursinya lepas dari tangan Naoto,
lalu jatuh ke luar jendela.
“Okw.
RyuZU, AnchoR, pak Halter…kayaknya kita bisa membawa kepala itu di tangan. Kita
bisa menurunkan mereka satu persatu…lantai 8? Yah, kita cuma perlu mencari
kabel atau kain panjang untuk turun.”
“…”
Ketika
Marie terus tidak bergerak, Naoto menjentikkan lidahnya,
“—Argh,
sudah cukup! Menyingkirlah, kau begitu lamban sampai kau cuma menghalangi saja!”
Setelah
berkata begitu, Naoto kembali berjalan ke arah RyuZU.
Tanpa
ragu, dia mengulurkan tangannya ke arah tubuh yang begitu panas, sampai bisa
melelehkan lantai.
“T-Tunggu
sebentar!”
Naoto
mengabaikan Marie, yang sedang mencoba menghentikannya, lalu memegang tubuh
RyuZU.
“—(desis)”
Wajah
Naoto tiba-tiba meringis, dan bau daging manusia yang terbakar tercium oleh
hidung Marie.
Tapi
Naoto mengangkat RyuZU begitu saja, tanpa terlihat kesakitan sama sekali.
Marie
memekik ke arahnya,
“Apa
kau tahu apa yang sedang kau lakukan!?”
“Diam!
Jika kau tidak mau membantu, diam saja di sudut sana dan bungkam mulutmu!”
Naoto
menghela RyuZU sepanjang lantai yang membara, lalu berteriak,
“Aku
tidak tahu apa yang sedang kulakukan sama sekali!Tapi aku tahu kalau aku
tidak bisa membiarkan RyuZU tetap seperti ini!”
Ketika
dia berseru begitu, dia meletakkan kembali RyuZU di lantai yang dingin.
Pemandangan
dirinya yang terbaring, bisa dibilang, bahwa dia terlihat menyeramkan.
Suku
cadangnya, mulai dari bagian perut, mulai meleleh—bahkan struktur kerangkanya
mulai berubah, barangkali disebabkan oleh panas berlebih dalam waktu yang lama.
Jika
dia adalah automata biasa, kerusakan separah itu dijamin akan membuatnya
dibuang.
Bahkan
Marie tidak bisa membetulkan kerusakan setingkat ini dengan segera.
Bukan
hanya masalah peralatan saja; tapi ada terlalu banyak suku cadang mahal yang
perlu diganti.
Tapi
di saat yang sama—Marie merasakan sesuatu yang aneh.
Apakah
‘hanya kerusakan setingkat’ ini yang ditimbulkan oleh temperatur tinggi yang
bisa melelehkan logam.
Dia
memikirkan tentang suku cadang di bagian perut; pada suatu waktu, suhunya
mungkin mencapai beberapa ribu derajat Celsius.
Tapi
meskipun pengaruh panas tersebut, tidak ada kerusakan yang terlihat pada
pakaian, kulit artifisial, maupun rambut, tidak ada kerusakan selain di bagian
perut.
Tidak.
Marie sudah memiliki keraguan.
Apakahpanas
yang melelehkan suku cadangnyadisebabkan oleh hambatan listrik?
“—!”
Namun,
ketika Naoto melihat RyuZU dalam keadaan seperti itu, dia menggelengkan
kepalanya dengan keras, dan mendadak berdiri.
Dia
tidak memedulikan kulitnya yang terbakar serta barang lengket yang menempel di
pakaiannya saat dia pergi ke bengkel untuk mencari kawat, kabel atau benda yang
kelihatannya kuat, lalu menghubungkan semuanya.
Marie
menyaksikan punggungnya, lalu bicara dengan gagap,
“…Apa…yang
kau lakukan…”
“Kau
tidak tahu? Oh jenius yang agung!? Jika kau tidak bisa membuka pintu, keluarlah
dari jendela!”
Seperti
yang sudah Marie katakan, tempat ini adalah sebuah bengkel, sebuah lingkungan
tertutup dimana setitik debu pun tidak bisa masuk. Pintu otomatis yang dikunci
oleh mesin sekarang rusak, dan mereka tidak bisa membukanya—sekarang, apa yang
bisa mereka lakukan?
—Pecahkan
saja jendela yang digunakan untuk penerangan lalu keluar.
Hal
yang cukup sederhana. Namun…
“—Setelah
kau keluar, apa yang mau kau lakukan…?”
Ketika
Marie bertanya begitu, Naoto menolehkan kepalanya dengan frustasi.
Kedua
mata itu jelas—memandang rendah, lalu dia berseru tanpa keraguan sedikitpun.
“Keluar
dari tempat ini! Coba cari cara ke tempat orang-orang bodoh itu! Lalu bawa RyuZU, AnchoR, pak Halter dan Vermouthjuga!?
Lalu perbaiki mereka!”
Kemudian,
wajah Naoto tiba-tiba mengernyit.
Itulah
tatapan paling menyeramkan yang belum pernah Marie lihat sebelumnya.
Naoto
melotot ke luar jendela dengan tatapan dendam, dimana bisa dibilang sebagai
niat membunuh.
—Itulah
pelaku dibalik semuanya.
Dia
melotot ke arah senjata raksasa yang sedang menginjak-injak jalanan Akihabara, dan
berkata,
“Aku
akan merebus hidup-hidup orang-orang yang melibatkan istri dan anakku, kau
dengar!?”
—
“Kalau
kau tidak mau membantu, berhenti menghalangiku dan diam saja!”
—Orang
ini benar-benar tidak mengerti situasinya ya? Marie bertanya-tanya, tapi di
saat yang sama dia mengerti.
Jika
mereka tidak bisa keluar melalui pintu—mereka bisa keluar dari jendela—yang
benar saja, dia begitu bodoh di waktu sulit ini, sampai-sampai dia tidak bisa
memikirkan hal yang orang idiot pun bisa pikirkan.
“…Sudah
kubilang, kan? Medan magnet di Grid Akihabara pada dasarnya meyebabkan
segalanya ‘berhenti’…cara kita pergi ke Grid selanjutnya pun terbatas. Kau tahu…?”
“Itu
lebih baik daripada diam disini seperti orang bodoh!”
“Yaaa…—kurasa
kau memang benar!”
Ya,
dia harus mengakui hal ini.
Naoto,
yang sudah mengambil tindakan tanpa pikir panjang, memang lebih baik daripada
dirinya.
Setelah
mendengar jawaban yang diluar dugaan itu, Naoto terpana sejenak.
Di
saat yang sama, Marie menepuk wajahnya, lalu berdiri dan menatap mata Naoto.
Sepeti
biasanya—tidak, mata kelabu itu mengeluarkan cahaya yang lebih terang daripada
biasanya dalam suasana redup ini.
Dia
menatap mata seseorang yang tidak kalah meskipun situasinya seperti ini.
Di
titik ini—dia akan membiarkan mata itu menuntunnya.
“Pertama,
kita perlu memastikan kalau kita bisa pergi ke tempat yang sudah ditentukan
oleh Guru Conrad dan yang lainnya—Grid Ueno. Biasanya, pergi ke sana itu sulit
saat salah satu area dalam Multi Grid berhenti berfungsi—tapi tidak ada orang yang
tersisa di Grid Akihabara, jadi mungkin kita bisa menggunakan jembatan
terlarang…”
Marie
terus bicara, lalu tiba-tiba dia merasakan hal yang aneh.
Ketika
dia melihat Naoto menurunkan alisnya, kelihatan lega dengan wajah berseri-seri,
dia merasa jantungnya berhenti sejenak.
Di
momen ini.
“—Medan
magnet dikonfirmasi telah menghilang. Rangkaian Darurat dihentikan. Booting rangkaian normal.”
Ketika
mendengar suara halus itu, Naoto dan Marie segera menolehkan kepala mereka.
Tepat
di tempat yang sedang mereka lihat adalah—
“…Tadi
mengagetkan saya.”
AnchoR
mengedipkan mata bulatnya, membelalakkannya, lalu memiringkan kepalanya dengan
bingung.
Kamilah
yang harusnya kaget, oke? Pikir Marie. Apa yang lebih cepat darinya adalah—
“WAAAAHHHHH!!!!
ANCHOORRR BAIK-BAIK SAJAAAAAAAAAAAAAAKAMU BENAR-BENAR MEMBUATKU TAKUT SIALAN!!!”
Naoto,
yang tepat berada di sampingnya, langsung melompat ke arah AnchoR, sambil
berseru riang,
“—!?
Saya tidak mau papa mati!”
Sementara
AnchoR dengan lugu mempercayai kata-kata Naoto ketika dia memeluknya dengan erat,
Naoto melanjutkan kata-katanya,
“Oke,
jangan khawatir, aku tidak akan mati! Keadaan RyuZU juga tidak terlalu buruk,
kalau tidak aku pasti pingsan.”
“…Apa
itu salah AnchoR? …Apa AnchoR, anak yang nakal?”
“Tidak
sama sekali, kamu benar-benar anak yang baik! Berkatmu papa tidak mati disini! Papa
mungkin akan bunuh diri jika kamu tidak bergerak sama sekali, AnchoR!”
“…?
Papa hampir mati karena AnchoR, tapi berterimakasih sama AnchoR…?”
Setelah
mendengar percakapan antara si idiot dan si automata, Marie tidak bisa berkata
apapun.
—Bagaimana
bisa situasinya berakhir seperti ini?
Dia
ternyata bisa menahan ledakan elektromagnetis?
Medan
magnet yang benar-benar membakar pertahanan Halter!? Meskipun pihak belakangan
memiliki tubuh cyborg militer generasi selanjutnya yang dikembangkan oleh
keluarga Breguet.
Ini
bukan saatnya dikagetkan oleh hal itu, kan? T-tidak—kalau bukan begitu, kenapa
dia berhenti bergerak sampai tadi? Tidak
tidak tidak! Yang lebih penting, apa yang idiot itu katakan?”
“—Naoto,
apa kau bilang…kalau AnchoR tadi bergerak…”
“Eh,
ah, dari tadi dia selalu berfungsi. Karena itulah aku tidak jadi bunuh diri.”
Naoto
menyatakan hal ini seolah-olah itu adalah hal yang wajar.
“Karena
AnchoR bergerak, kupikir RyuZU panas karena suatu hal, tapi aku tidak punya
bukti apapun, jadi kupikir aku harus buru-buru melakukan sesuatu, meskipun cuma
sedetik lebih cepat. Terus kau juga terlalu banyak bimbang, Marie…”
Marie
mengabaikan suara Naoto ketika Naoto menggerutu dan membelai AnchoR, kemudian Marie
berpikir,
—Alasan—kenapa
dia jadi panas…?
Dan
selama sekejap, tepat sebelum Marie hampir memikirkan sesuatu, AnchoR berkata
dengan nada menyesal,
“…Ma-af…fungsi
‘anti dengung’nya …erm…”
Dia
menjelaskan, tanpa memahami fungsinya sendiri—atau malah, dia kelihatan tidak
memahami dirinya sendiri sama sekali.”
“…Saya
memasuki rangkaian panas ’darurat’…”
—
Marie
berusaha sekuat tenaga supaya dia tidak pingsan.
—Ahh,benar
juga—ada cara lain untuk menghapus daya magnet.
Dia
mengakuinya, bahwa dia melupakan hal itu. Bagaimanapun juga, pikirannya sedang
berkecamuk.
—Tapi
setidaknya biarkan aku sedikit membela diri, Marie memohon entah pada siapa.
Karena
metode ini khususnya ‘tidak bisa dilakukan, dan akan ‘sulit dilakukan’.
Lebih
jauh lagi, itu adalah tindakan otomatis. Namun, dengan penjelasan dari benda
asing itu, Marie berseru,
“Pemanasan
untuk menghapus daya magnetnya? Itu hanya bisa terjadi di titik Curie! Kau
bercanda? Bagaimana caranya?”
—Itulah
fenomena yang disebut Titik Curie,
Dimana
segala hal yang memiliki daya magnet akan kehilangan kemagnetannya setelah
dipanaskan pada temperatur tertentu.
Sederhananya,
daya magnet bisa dihapus dengan pemanasan. Metode yang benar-benar sangat
sederhana.
Tapi
metode seperti itu bisa dikatakan sebagai tindakan terakhir—
—Tidak,
metode itu merupakan tindakan yang begitu kasar, sampai tidak akan ‘dianggap’
sebagai solusi terakhir.
Kenapa?
Karena ketika dipanaskan, benda tersebut tentunya akan memuai atau meleleh.
Seluruh bagiannya terbuat dari materi berbeda, sehingga temperatur yang
dibutuhkan untuk mendinginkannya pun berbeda. Hal ini dapat menyebabkan alat
mesin yang rumit menjadi rusak selama proses pemanasan.
Namun,
ada automata yang bisa memanaskan dirinya sendiri secara otomatis?
Gir-girnya
akan kehilangan kekokohannya dalam keadaan panas, lalu kabel-kabelnya akan
hancur sendiri—pasti, rasanya aneh jika hal itu tidak terjadi. Dilihat dari
sudut lain, meskipun hal itu mungkin terjadi, mekanikanya harusnya berhenti
tepat ketika mesinnya termagnetisasi.
Bagaimanapun
juga, bagaimana caranya fungsi pemanasandapat terus bekerja—!?
Ketika
Marie terus merenung sendiri, Naoto mengabaikannya dan bergumam,
“Dengan
kata lain, pemanasan bisa menghapus daya magnet, kan? AnchoR punya ‘gir kekal’
dengan gaya gesek nol, serta bisa terus berputar untuk meningkatkan panasnya
dengan lambat. RyuZU sendirimengubah seluruh energinya menjadi panas, dan
berhenti, kan?”
Setelah
mendengar hal itu, AnchoR tiba-tiba berdiri, lalu berseru,
“K-kakak…!
Tidak, kakak tidak bisa mendinginkan dirinya sendiri…”
“Tidak
apa-apa, AnchoR~tidak peduli apa yang terjadi~jangan khawatir. RyuZU sudah
dipindahkan ke lantai yang dingin!”
“…Papa
hebat…!”
AnchoR
membelalakkan matanya dengan kagum.
Tetapi,
dia menoleh ke arah luka bakar di tangan Naoto, dan matanya merendah dengan
sedih.
“…Tapi,
Papa terluka. Rasanya sakit kan…?”
“Ahahaha!
Ini sih bukan masalah demi istri dan anakku!”
Naoto
berkata begitu dengan mimik serius, seperti seorang ayah yang sedang berlagak
kuat di depan anak perempuannya.
Ya—ini
benar-benar hebat, Marie merasa frustasi.
Begitu
hebat sampai-sampai melampaui perbandingannya, dan bisa dibilang kalau itu
melampaui apa yang disebut akal sehat.
—Situasi
ini diluar pemahamannya.
Tapi
setelah melihat adegan seperti tadi, Marie hanya bergumam,
“Ya
ya. Panasnya menghapus medan magnetnya.”
Dia
tidak bisa menerima ini.
Dia
tidak bisa memahami ini.
Tapi
Naoto mengabaikan Marie yang sedang tercengang begitu saja seraya melangkah
maju, dan entah kenapa—
Marie
merasakan perasaan kosong dan kering dalam tubuhnya, lalu dia menyambar kepala Vermouth
yang tergeletak di lantai.
Bagaimanapun
juga, dia harus melakukan apa yang bisa dia lakukan.
“Pokoknya,
pertama, kita perlu keluar dari Grid Akihabara.”
Sambil
berkata begitu, Marie memungut kepala tersebut,
Lalu
melemparnya ke lantai yang membara dengan enteng.
●
“Dasar
pelacur busuk! Kau hampir merebus kepalaku!? Apa kepalamu begitu longgar sama
seperti pantatmu!?”
Ketika
mereka bergerak menembus Akihabara yang sepenuhnya sunyi, Vermouth tiba-tiba
berteriak.
“Oh?
Kau masih hidup? Kukira penghapusan daya magnetnya gagal.”
Marie
bicara dengan tenang kepada kepala yang sedang berteriak padanya, dia tidak
berhenti sama sekali dan terus bergerak maju.
Vermouthmenoleh,
dan melihat AnchoR membawa RyuZU, dengan Naoto yang sedang terengah-engah di
belakang. Marie berjalan di depan, mengapit kepala Vermouth dan Halter di
ketiaknya.
Vermouth
bertanya karena merasa ingin tahu,
“Apa…?
Apa yang terjadi? Bagaimana bisa si tuan itu juga tinggal kepala? Hei, cewek
hantu, bicara dan jelaskan—apa yang baru saja kau lakukan, dasar pelacur!?”
Marie
menghantamkan kepala Vermouth, yang sekarang ada di tangan kanannya, ke arah
lampu jalan, membuat Vermouth terdiam.
Tubuh
cyborg Halter terlalu berat, dan terlalu rusak untuk diperbaiki, jadi Marie
melepas kepalanya. Vermouth merasa sedikit menyesal karena dia tidak bisa
melihat ekspresi Marie saat itu.
Naoto
akhirnya menyusul mereka, dia kemudian bicara dengan sedikit kikuk,
“…Ah,
kau benar-benar bangun di saat yang salah, paman…ngomong-ngomong, kau baik-baik
saja, kan?”
“Hah?
Ah, jadi kaulah rekan pelacur ini? Ha—berdasarkan apa kau bisa bilang kalau aku
baik-baik saja? Alat pengukur oksigen yang berfungsi untuk melindungi kepalaku
rusak, dan aku bisa saja mati dalam 3 detik. Mata kananku mungkin sudah buta,
dan aku tidak bisa membedakan warna dengan jelas. Masih hidup saja sudah hal
yang hebat, dan kalau aku dibilang baik-baik saja, mayat itu harusnya dibilang
sehat wal afiat dengan anggota tubuh lengkap, ya?”
—Kepala
ini benar-benar kepala yang penuh energi sampai-sampai dia bisa balas mengoceh.
Marie
memang pernah berlatih untuk situasi ini sebelumnya, tapi memegang sebuah
kepala di tiap lengannya dan berlari dengan kecepatan penuh itu benar-benar
tugas yang sulit. Meskipun mereka cuma kepala, tiap-tiap kepala itu seberat
bola boling.
Marie
benar-benar ingin membuang kepala di tangan kanannya begitu saja, lalu dia
menyipitkan matanya.
Tidak
ada yang bergerak ketika matahari pagi menyinari jalanan Akihabara, api dan
asap mengepul dimana-mana, barangkali disebabkan oleh gir-gir yang terbakar hangus.
Hal yang paling mengkhawatirkan adalah, dari tadi, telinga Marie menangkap
semacam gemuruh dari bawah tanah.
—Tentunya
suara itu adalah suara kota ini yang sedang dihancurkan.
“Ngomong-ngomong,
bocah, bagaimana wajah tampanku sekarang?”
“Ada
film robot kuno dengan seorang pria yang tenggelam ke dalam tungku penuh
lelehan baja lalu dia meleleh, lho?”
“Kulit
artifisialku meleleh!? Apa yang kau lakukan, pelacur sialan—hei, ini perbuatan
keji, kan!?”
Kali
ini, Marie menghantamkan kepala Vermouth ke pagar pembatas, lalu berkata,
“Bersikaplah
yang baik, kau dengar?”
Marie
melotot marah kepada kepala yang dia naikkan sejajar dengan matanya.
“Apakah
kau ingin berakhir di
tempat sampah atau disiram ke dalam toilet!?, tergantung pada suasana hatiku, dan
sekarang suasana hatiku sedang sangat buruk, kupikir aku tinggal
melampiaskannya padamu dengan merebusmu—tapi diriku ini, yang punya kebaikan
seperti malaikat yang jarang ada di dunia memutuskan kalau aku akan
membiarkanmu hidup, jadi orang brengsek dan sialan sepertimu harusnya merasa
begitu terharu dan menangis lalu bersumpah setia padaku, oke?”
“Pilihannya
cuma antara setan dan iblis, kan?”
Marie
mengabaikan komentar sinis Naoto.
Dengan
suara halus yang bahkan akan membuat raja setan ketakutan, Marie berkata.
“—Layani
aku, atau mati, oke
?”
Inilah
arti dari keberadaanmu; Vermouth bisa mendengar kesimpulan tersembunyi
tersebut, lalu bergumam dengan terkejut,
“—Hei,
pelacur ini benar-benar gila.”
“Kelihatannya
kau lebih memilih tempat sampah, atau malah toilet?’
“Pak
tua, jika kau benar-benar mau bertanya apakah gadis ini gila, jawabannya iya.
Aku tidak akan melukaimu disini, sebaiknya kau sedikit lebih patuh.”
“Kau
pasti bercanda, bocah. Eh—pikirkan dengan tenang, aku juga punya hak merasa
marah, kan!?”
“Hak…tapi
itu bergantung pada ‘waktu dan lokasi’nya, kan…?”
Vermouthtampaknya
tercerahkan oleh kata-kata tersebut, lalu dia berkata dengan wajah terkesan,
“…Kau
masih muda, tapi kau tahu banyak, bocah. Setelah aku selamat, ayo kita
minum-minum. Oke.”
Marie
terengah-engah setelah berlari sejauh ini, dan ketika dia mendengar kesepakatan
tadi, dia mendengus dingin.
Jembatan
Mansei—mereka selalu menyebut tempat ini dengan nama tersebut sejak dulu.
Marie
sedikit mengangkat pandangannya, dia bisa melihat sebuah kontur raksasa yang
tergantung di langit fajar. Dengan pilar raksasa yang menjulang dari bumi ke
langit sebagai pusatnya, ada banyak plat bundar yang saling tumpang tindih,
masing-masing berdiameter beberapa kilometer.
Plat-plat
tersebut adalah grid-grid kota yang menyusun Multi Grid Tokyo.
Di
titik ini, mereka sedang berada di Grid Akihabara, tingkat terbawah Tokyo.
Jembatan
yang menghubungkan tempat ini dengan Grid di atasnya adalah tempat yang sedang
dituju oleh Marie dan yang lainnya.
(Kalau
begitu—)
Marie
membalikkan kepalanya ke belakang.
Dia
menatap bayangan raksasa yang seolah-olah sedang pamer dengan menodai matahari
pagi—laba-laba raksasa yang sedang menginjak-injak bangunan dan tidak mempedulikan
kota. Kemudian, Marie berkata,
“Beritahu
sekarang. Senjata itu diciptakan dengan menggabungkan hasil-hasil dari
penelitian elektromagnetik…kan?”
“Kenapa
kau tanya hal yang jelas begitu?”
Marie
berhenti.
Kepala
yang ada di tangan kanannya jatuh ke tanah, lalu diinjak-injak olehnya.
“Jangan
sombong. Bilang saja ‘iya’ atau ‘tidak’; selain itu, kau akan kubunuh.”
“Iya.”
“Bagus
sekali. Pertanyaan selanjutnya. Apa yang akan dilakukan senjata itu nanti?”
“Tidak.”
Marie
langsung menyambar kepala Vermouth.
Kemudian,
dia mengangkatnya tinggi-tinggi, seakan ingin melemparkan kepala itu ke sungai
Kanda yang mengalir di bawah matanya.
Tepat
ketika Vermouth benar-benar akan dilemparkan ke sungai, Naoto menghentikan
Marie,
“Tenanglah,
Marie. Jangan bunuh siapa-siapa di depan AnchoR.”
“Hey
bocah, aku senang kau menolongku, tapi alasanmu benar-benar aneh, tahu?”
Marie
lalu menggerutu, dia kelihatan jengkel,
“Aku
benar-benar bodoh, punya pikiran untuk mengandalkan orang ini—yah, iseng tanya
saja. Setidaknya AnchoR bisa melawan benda itu, kan?”
Jika
menggunakan kemampuan bertarung luarbiasa yang bisa menandingi ‘Mute Scream’nya
RyuZU—ketika Marie berpikir begitu, AnchoR menggelengkan kepalanya dengan sedih.
“…Maaf…mama…”
“AnchoR
perlu mengisi tenaga dulu. Jangan memaksanya menangani hal seperti itu.”
Naoto
menyela untuk melindungi anak itu.
Setelah
mendengarnya, Marie merasa paham.
Bagaimana
Gir Kekal—yang menghasilkan jumlah kalor tidak terbatas sehingga ‘gir tersebut
terus bergerak kekal’, bekerja.
Tapi
orang bisa tahu bahwa meskipun dayanya tidak terbatas, ada batasan terhadap
outputnya.
Ketika
penggunaan dayanya lebih besar daripada regenerasi daya, daya cadangan akan
mulai digunakan.
Pada
gir pertama, pengeluaran dayanya minimum. Ketika pegasnya memulai pergerakan
awal, gir tersebut dapat terus berputar selamanya.
Karena
itulah AnchoR bisa terbebas dari daya magnet.
Tapi
setelah bertarung dengan RyuZU, kerusakan parah dan perbaikan yang dia alami,
daya yang tersisa dalam ‘Gir Kekal’ AnchoR hampir habis.
Jika
girnya dipaksakan bekerja, pengeluaran dayanya akan melebihi output, kemudian
dia akan kehabisan daya dalam beberapa menit.
—Dengan
kata lain, mereka tidak bisa membereskan masalah ini dengan kekuatan AnchoR.
Marie
menggelengkan kepalanya lalu mengerang,
“Yah,
paling tidak, kalau kita tahu niat orang itu…”
“Harus
berapa kali kubilang, Nona? Kau masih perlu menanyakan hal yang jelas begitu?”
“Tutup
mulutmu, atau kulempar kau ke sungai.”
“—Sadarlah,
dasar orang yang mengaku jenius. Semua petunjuknya sudah terkumpul. Aku kecewa
kalau kau masih tidak paham, oke?”
“—”
Setelah
mendengar kata-kata tersebut, Marie menggelengkan kepalanya, dia ingin memahami
situasinya.
Dia
mengakui kalau dia benar-benar merasa bingung.
Penyebab
semua ini adalah pesan gelombang mikro yang dikirim oleh si kepala ini.
Mereka
melacak sinyalnya ke bawah tanah Grid Mie, lalu menemukan sebuah senjata
raksasa. Senjata yang bisa menghancurkan dunia, dikembangkan oleh teknisi
‘militer’ yang terafiliasi dengan Grid Shiga yang meneliti tentang teknologi
elektromagnetik yang ilegal.
Kemudian,
pemerintah yang ingin memulihkan kredibilitas mereka setelah penghapusan gagal
Kyoto, mulai bentrok besar-besaran dengan Mie—‘militer’ Shiga yang lama.
Kelompok
Marie mengambil inisiatif untuk menghentikan konflik tersebut dengan membuat
seluruh warga sipil dievakuasi melalui pengumuman terorisme, lalu memancing
Angkatan Pertahanan Ibukota ‘militer’ Tokyo ke bawah tanah untuk melawan
senjata raksasa tersebut.
Tetapi,
semua yang mereka lakukan ternyata sia-sia. Mereka gagal.
Satu
gelombang magnet tersebut menembus kota ini, dan ledakan elektromagnetis yang
terus menerus menyebabkan Akihabara semakin tidak stabil. Ditambah lagi, Halter
nyaris tidak mampu menyelamatkan nyawanya, RyuZU mengalami kerusakan parah
sampai-sampai fungsinya berhenti, dan AnchoR kekurangan daya. Marie benar-benar
tidak berdaya di jalanan yang termagnetisasi ini.
Seluruh
rencana mereka hancur, dan kekuatan bertarung mereka benar-benar ditiadakan.
—Sampai
saat ini, dia masih belum pulih dari goncangan tersebut.
(Petunjuknya
sudah terkumpul…? Apa artinya—tidak…pikiranku jadi kosong karena aku tidak
memikirkan apapun).
Marie
menggertakkan giginya dengan frustasi.
Tapi
di momen itu.
Naoto
tiba-tiba mengangkat wajahnya.
Wajah
menyeramkan yang baru saja dia lihat—tapi wajah itu jelas menunjukkan kalau dia
telah ‘menyadari itu semua’.
Dia
melotot tajam ke arah laba-laba raksasa yang menutupi matahari, lalu berkata,
“…’tidak
melakukan apapun’…adalah apa yang sedang si brengsek itu lakukan?”
Ketika
mendengar ucapan tersebut, Marie menoleh, dia kelihatan tercengang.
Vermouth
langsung tertawa, tawanya menggema ke seluruh Akihabara yang sedang kiamat ini,
lalu bahu AnchoR tersentak.
“Ha—hahahaha!
Kau benar-benar pintar ya, bocah! Hey Nona, kau benar-benar memungut orang yang
menarik!”
“Apa…maksudmu?”
—Lagi.
Rasa
frustasi dan risau ini membuat Marie cemberut dan jengkel.
Vermouthkemudian
bicara dengan sungguh-sungguh,
“Bagaimanapun
juga…benda di sebelah sana itu cuma muncul disana. Itu saja—sudah menjadi
skenario terburuk bagi ‘pemerintah’. Seperti Ratu yang tiba-tiba muncul di
depan Raja dalam catur. Itu cuma tipuan—tapi pemenangnya sudah dipastikan.”
—Marie
tidak mengerti.
Apa
yang sebenarnya dilihat dan dirasakan oleh orang ini dan Naoto sampai mereka
menyimpulkan begitu—
“—Nona.”
Vermouthmencoba
menahan tawanya sambil berkata,
“Maaf
kalau aku bilang begini, tapi kau cuma seorang anak kecil yang belum tahu dunia
luar. Betapa lugunya kau ini.”
“A—”
“Sedangkan
bocah itu—yah, kau manis, dan kau punya pemikiran yang kejam juga ya. Kau punya
potensi jadi orang yang benar-benar brengsek dan bajingan, tahu?”
“Aku
sudah terbiasa dipanggil orang mesum, tapi aku tidak mau dipanggil orang
brengsek dan bajingan, oke~?”
Naoto
mencibir dengan tidak senang.
—Singkatnya,
Vermouth menarik kesimpulan.
“Seperti
yang dibilang bocah itu. Mereka cuma menunggu ‘pemerintah bunuh diri’—skakmat.”
0 Comments
Posting Komentar