PERASAAN YANG SEPERTINYA SALAH PAHAM

Di saat yang lain sedang tertawa, pasti akan ada yang menangis.
Kalau ada harapan yang terkabulkan, pasti juga akan  ada harapan yang tidak terkabulkan.
Kalau ada perasaan yang tersampaikan, pasti juga akan ada perasaan yang tidak tersampaikan.
Tidak peduli apakah itu sebuah perlombaan, ujian atau yang lain, semuanya begitu.
Lalu , pada akhir musim semi, akhirnya sadar cinta juga begitu.
Dibuat mengerti oleh ‘mereka’………
“Aku, menyukai Sorata.”
“………………..”
“Biarpun yang disukai Sorata itu adalah Nanami, aku tetap akan menyukai Sorata.”
Ruang kelas seni yang merah akibat matahari terbenam.
Bulan Mei tanggal 3. Hari pertama saat libur. Hari Perayaan Konstitusi.
Karena pelajaran yang biasanya diberhentikan, didalam sekolah hening sekali. Suara yang terdengar dari lapangan klub baseball latihan, paling hanya suara tongkat pemukul baseball mengenai bola.
Tapi, itu pun tidak bisa didengarkan oleh Sorata.
Karena perasaan dan kesadaran Sorata semuanya, direbut oleh seorang gadis yang memberitahukan semua perasaannya………Shiina Mashiro.
Mashiro menggunakan kedua matanya yang amat jernih dan polos menatap Sorata.
Kulitnya yang putih bagaikan salju, postur tubuh yang sempurna, seperti sebuah kehadiran bagaikan mimpi yang sepertinya akan hancur hanya karena sentuh sekali. Sekarang di tubuh Mashiro yang begitu, terisi perasaan yang tiada batas dan hangat. Kehangatan itu berhasil sampai ke dalam hati Sorata.
“Aku, aku…………..”
Suara yang terdengar bergetar. Tidak, yang bergetar itu bukan hanya suara. Lututnya juga gemetar dengan hebat.
Sorata yang menyadari situasinya yang begitu mulai menertawakan dirinya dalam hati. Berpikir kenapa dirinya begitu penakut dan pengecut.
Dengan berpikir begitu, suasana hatinya menjadi sedikit alami, dan akhirnya kembali sedikit normal.
“Sorata.”
Biarpun begitu, dipanggilnya setelah dia memberitahu perasaannya, tetap saja rasanya jantung ingin meledak.
“A-apa?”
“Yang tadi itu berbeda.”
“………Berbeda, apa maksudnya?”
Dengan berhati hati dalam bertanya pertanyaan yang membingungkan ini.
Rasa sukanya berbeda dengan rasa menyukai kue bolu.”
Disekitar Mashiro tersebar sebuah suasana yang begitu mendesak. Mungkin karena merasa kalau salah paham akan sangat susah nantinya. Jadi menjelaskannya dengan begitu serius.
Ha-hal seperti ini aku juga tahu kali!”
Untuk menutup suara detakan jantung yang bertambah cepat, dengan alami memperbesar suaranya.
Apa benar?”
Pa-pastilah.”
Yang ingin kubilang adalah………..”
Setelah berbicara sampai disini,dia berhenti sejenak, Mashiro sedikit memindahkan pandangannya. Kedua pipinya memerah. Itu bukan karena tertimpa sinar matahari terbenam. Namunitu muncul dengan alami……
“……….”
Sorata menarik napas dengan kecil, dan menunggu perkataan Mashiro yang berikutnya. Selain ini sekarang tidak ada yang bisa Sorata lakukan. Dan dengantidak sengaja bertukar pandangan dengan pandangan Mashiro.
Aku ingin menjadi pacar Sorata.”
Tapi dengan segera lagi Mashiro memindahkan pandanganya dari Sorata.
Sudah hidup bersama Mashiro selama 1 tahun. Sebagai ‘tuan’nya, bisa dibilang sering ‘bersentuhan’. Tahu mengenai gerakan juga berbagai ekspresinya. Tapi biarpun begitu, Mashiro yang didepan Sorata sekarang, darimanapun tidak terlihat seperti Mashiro yang dikenal Sorata. Dilihat darimanapun dia adalah seorang gadis yang sedang jatuh cinta.melihat situasi yang begitu, kesadaran Sorata sekejap menghilang kemana mana.
Ti-tidak apa apa! Aku mengerti!”
Berusaha menenangkan diri ternyata tidak berpengaruh apa apa, malah menjadi lebih panik lagi. Mungkin karena dikejutkan oleh suara yang besar ini, Mashiro mulai memundurkan badannya seperti binatang yang sedang ketakutan.
Ma-maaf, tiba tiba mengeluarkan suara yang keras………. I-itu, aku benar benar mengerti………”
Mulai sadar diri sendiri memalukan. Dan terbalik dengan ini, Mashiro yang ada didalam pandangan Sorata menjadi semakin imut lagi.
Begitu ya. Syukurlah.”
Akhirnya dia merasa sedikit lega. Ekspresi yang tenang disertai dengan senyum yang memukau.
Biarpun aku, hal seperti ini aku juga mengerti.”
Hal seperti ini, bagaimanapun ini pertama kalinya aku……….”
“…………”
Tidak mengerti apakah inilah yang terbaik…………..”
Seperti sedang mencari alasan lain untuk menghindari, Mashiro membalikkan badanya dari Sorata. Sekilas terlihat sedang malu. Ini merupakan salah satu sisi Mashiro yang belum pernah Sorata lihat.
Nah, Sorata.”
A-apa?”
Kali ini akhirnya sedikit merendakan suara. Dengan hanya 1 kalimat saja sudah begitu menguras tenaga.
Yang disukai Sorata itu siapa?”
Mashiro tetap membelakangi Sorata. Mungkin merasa kalau saling bertatapan, makatidak berani bertanya. Perasaan yang tidak tenang ini berhasil disampaikan pada Sorata.
Aku………..”
Sorata yang digoda begitu mulai menjawab.
Tapi, sesaat kemudian, pintu ruangan kelas seni tiba tiba terbuka. Hal hal yang ingin dikatakan juga dengan begitu ditarik kembali.
Kalian ya, hari ini sekolah sudah mau tutup, cepat pulang sana.”
Yang tiba tiba muncul sekarang ini, adalah guru seni yang sama sama Mashiro dan Sorata kenal, Sengoku Chihiro. Yang juga merupakan penjaga dari Sakurasou. Tahun ini berumur 29 tahun 28 bulan, semoga nanti dia bisa mengakui umurnya yang sudah 30 tahun.
Chihiro dengan cepat berjalan ke dalam ruangan kelas seni.
Hoi, cepat.”
Lalu , malah dengan tidak menyenangkan mengusir.
Akhirnya, Sorata yang mulai sadar kembali dengan buru buru meninggalkan ruang kelas seni bersama Mashiro dengan buru buru.
Mengganti sepatu dirak sepatu, dan dengan bersama Mashiro jalan sampai dekat tangga.
Pokoknya tujuan sekarang adalah gerbang sekolah.
“………..”
“………….”
2 orang yang berjalan dengan pelan itu belum mengatakan apapun.
Mashiro tidak berjalan disamping Sorata seperti biasanya. Dengan menjagajarak sekitar 3~4 meter, Mashiro mengikuti dari belakang.
Saat Sorata berhenti dia juga ikut berhenti, saat Sorata berjalan sedikit lebih cepat maka dia dengan berlari kecil mengejar Sorata.
Disaat yang sama, dia juga dengan ketat menatap punggung Sorata, bagaimanapun rasanya tidak bisa tidak dipikirkan.
Diasangat mengerti maksud Mashiro, dia pasti sangat menginginkan jawaban dari pertanyaan yang tadi.
---Yang disukai Sorata itu siapa?
Tapi, karena waktu yang tidak pas, Sorata kehilangan kesempatan untuk mengatakannya. Tidak,sebelum itu, sama sekali tidak ingat mau jawab seperti apa waktu itu. Ingin bilang meyukai Mashiro kah, atau memberitahunya perasaan yang lain. Sorata yang kehilangan kesempatan itu, sekarang sama sekali tidak ingat dengan apa yang ingin dikatakannya tadi.
Mashiro juga dengan begitu tidak banyak bertanya lagi.
Kalau biasanya, mungkin tidak akan peduli pada Sorata dan bertanya sampai dirinya puas.
Ini juga menjadi perasaan baru yang mengikat Sorata.
Disaat dengan tanpa kata-kata berjalan ke gerbang sekolah, Mashiro sepertinya menyadari sesuatu.
Ah.”
Mengeluarkan suara yang begitu.
Ada apa? Apa kelupaan sesuatu?”
Sorata bertanya sambil memutar balik badannya. Mashiro tidak sedang menatap Sorata,dan menunjuk ke arah belakang punggung dia…….Arah gerbang sekolah. Seperti terpikir sesuatu, dan mulai berjalan ke arah kanan.
Ah.”
Menyadari bayangan seseorang berada dibelakangnya, Sorata juga mengeluarkan suara yangsama.
Detakan hatinya bertambah cepat. Semakin cepat. Perasaan yang terkejut ini membuat seluruh badan Sorata sakit.
Yang berada disamping gerbang sekolah itu, adalah orang yang Sorata sangat kenal. Dia adalah teman sekelas Sorata, yang juga merupakan penghuni Sakurasou kamar no.203……….Aoyama Nanami. Kebetulan keluar dari Universitas yang ada disamping.
Mungkin saja dia baru selesai dari audisinya.
Sampai kemarin masih bisa dengan santai menyapanya. Bagaimanapun tujuan mereka sama sama Sakurasou, bisa berjalan bersama sama. Tapi, Sorata tidak dapat memanggil nama Nanami.
---Karena aku, menyukai Kanda kun.
Sebelum diberitahu perasaan oleh Mashiro…….tadi juga diberitahu perasaan oleh Nanami,disaat sebelum audisi dimulai.
Dari tadi sampai sekarang, belum lewat dari setengah jam.
Harus menghadapinya dengan ekspresi seperti apakah? Disituasi yang ada Mashiro juga.
Kaki yang berjalan ke gerbang, setelah menemukan Nanami dengan segera berhenti.
Sepertinya ini sedang gawat. Seperti tersadar suatu tingkah laku yang aneh, Nanami melihat ke arah Sorata dan Mashiro. Sesaat sepertinya terkejut, juga seluruh badannya mulai bergetar.
Tatapannya saling bertemu.
“…………”
“………….”
Sorata ataupun Nanami keduanya tidak berbicara.
Dengan jarak sekitar 10 meter lebih, mereka saling menatap sesaat.
Tujuan mereka sama sama Sakurasou,kalau sudah bertemu tapi tidak pulang bersama rasanya terlalu tidak alami. Entah apakah Nanami juga berpikir begitu, setelah beberapa detik keduanya saling memindahkan pandangannya, dan dengan menyerah mulai memperpendak jarak diantaranya.
Tapi tidak begitu dekat. Jarak yang begitu aneh, Nanami juga berhenti didepan Sorata sekitar 3~4meter.
Jarak Mashiro dan Sorata juga tidak berbeda jauh dengan Nanami.
Dengan begitu, Sorata, Mashiro dan Nanami masing masing menjadisebuah titik, dan membentuk segitiga.
Bagi Sorata ini adalah posisi yang berarti baginya.
Kalau sekarang terdiam maka nanti mereka tidak akan bisa mengatakan apapun. Sorata dengan berpikir begitu akhirnya memulai percakapan.
Ah, Aoyama, audisinya sudah selesai ya.”
Dengan suasana yang kaku. Dan senyuman yang kaku.
Em, hn.”
Ba-bagaimana?”
Suara yang seperti pasrah juga ingin mati rasanya.
Aku merasa aku sudah melakukan yang terbaik.”
Nanami dengan menatap ke arah masa depan dan menjawab.
Be-begitu ya.”
Be-berkat Kanda kun ahaha……..itu, te-terima kasih.”
Tidak, tidak, semua ini tetap berkat usaha Aoyama kan.”
Tidak bisa dengan alami menatap ke arah Nanami.
Apa yang harus kita lakukan saat kita bertemu dengan orang yang baru saja memberitahu perasaannya pada kita? Ekspresi seperti apakah yang harus kita gunakan?
Dalam hidupku, belum pernah ada 1 orangpun memberitahuku.
Tapi, masalah Sorata yang sekarang, dengan cara yang diluar dugaan dia mendapatkan jawabannya.
A-apa lukisan Mashiro sudah selesai hari ini?”
Ah, ya. Lukisan Shiina sudah selesai.”
Sebuah jawaban yang tidak bermaksud apapun  membuat sikap Nanami berubah total.
Suasana kaku yang tidak tenang ini tiba tiba menghilang. Dan sebagai gantinya ekspresi Nanami yang sudah tenang.
“Aoyama?”
Mengeluarkan suara yang bertanya.
Begitu ya, lukisan, sudah selesai.”
Nanami dengan suara yang kecil bergumam sendiri.
Maksud lukisan sudah selesai itu………biarpun aku, aku juga mengerti maksudnya.”
Senyuman yang sepertinya sedikit bingung. Dan kedua matanya yang tiba tiba melihat ke Mashiro.
Lukisan Mashiro dibanding kata-kata dan ekspresi, lebih bisa mengekspresikan perasaan Mashiro. Itulah lukisan Shiina Mashiro, yang merupakan pelukis jenius yang sudah mulai belajar lukis saat dia masih kecil.
“begitu ya…………”
Sorata sudah mencapai batasnya saat memberikan senyuman yang sangat memaksa ini. Ekspresi saat tertawa, ekspresi saat bingung, ekspresi saat ragu ragu, ekspresi iri, dan ekspresi yang serius……semuanya tercampur.
“…………”
“………….”
Jadi, yang menyebabkan semua ini bukan hanya Mashiro saja.
“Nanami.”
Mashiro dengan lurus menatap Nanami. Hanya menatap Nanami, disaat seperti ini, tempat ini, seperti kehadiran Sorata juga terlupakan……….jangan jangan benar benar melupakan kehadiran Sorata. Mashiro tidak sadar dengan pandangan Sorata yang terus menatapnya seperti ingin bilang ‘apa yang ingin kau katakan?’.
Apa?”
Nanami menjawab dengan suara yang gugup.
Mashiro yang menunggu reaksi seperti ini sekalilagi membuka mulutnya.
Aku menyukai Sorata.”
Pemandangan dan percakapan yang ada didepan seperti dengan erat sedang mengikat jantung Sorata. Dengan tidak sadar mengigit bibirnya, dan seperti sedang menahan sesuatu. Mungkin untuk mencegah tubuh ini yang ingin melarikan diri dari semua ini.
Hn.”
Nanami dengan sedikit menurunkan pandangannya, dan dengan lemah lembut menerima pernyataan Mashiro.
Hanya ini.”
Setelah mengangguk angguk kepala, Nanami menarik napas dalam dalam,lalu.
“Mashiro.”
Memanggil nama Mashiro.
Apa?”
Aku ya, suka Kanda kun loh.”
Hn.”
Kali ini Mashiro yang mengangguk angguk kepala.
Yang inginku katakan hanya ini.”
Aku tahu.”




Kalau dihitung dari waktunya, baru saja 10 detik melihat mereka berbicara. Tapi bagi Sorata sendiri, itu adalah percakapan yang bagaikan selamanya. Seluruh tubuhnya seperti ditekan. Jantungnya seperti sedang diikat oleh tali dengan erat. Keringat dengan tidak habis terus keluar. Nadinya juga terasa aneh. Dan sekarang terasa sangat haus.
Sorata yang bahkan lupa menarik napas terdiam. Tidak ada tempat untuk dia berbicara,biarpun ada tidak tahu apa yang harus dikatakan.
Tapi, tidak boleh terdiam terus juga kenyataan.
Seperti mencapai sesuatu, tatapan Mashiro dan Nanami dengan bersamaan menatap ke Sorata. Maksud dari tatapan itu, tentu saja sedang menunggu jawaban.
“…………”
“…………..”
Dalam situasi yang terdiam ini, perasaan mereka bertiga mencapai puncaknya. Ada sebuah perasaan yang gugup, juga perasaan yang kuat, ketenangan yang menolak kehadiran orang lain. Ini adalahdunia milik mereka bertiga. Yang bisa menyelesaikan situasi ini selain Sorata tidak ada lagi.
Disaat sedang mempunyai kesadaran sepert ini.
Seperti terdengar suara yang kesepian…….
Sepertinya bukan salah dengar, Mashiro dan Nanami juga menunjukkan reaksi ‘hn?’.setelah mendengar dengan teliti lagi, itu merupakan suara tangisan hewan.
Mungkin itu kucing. Dan mungkin adalah kucing masih kecil.
Mulai mencarinya berdasar arah suaranya. Lalu akhirnya ketemu sebuah kaldus yang ada disamping gerbang sekolah.
Sorata berada ditengah, 3 orang itu berjalan ke arah kardus itu. Yang ada didalamnya adalah 3 ekor kucing kecil. Kucing berwarna putih hitam, kucing dengan corak hitam, dan yang terakhir adalah kucing berwarna putih polos. Setelah menyadari Sorata dihadapan mereka, kucing kucing itu pun mengeluarkan sebuah suara yanganeh, dari mata mereka terlihat seperti ingin memberitahu sesuatu.
Perasaan seperti ini, rasanya sudah lama sekali…………”
Terakhir bertemu dengan kucing buangan itu, adalah saat musim dingin kelas 1.
Sorata dengan mengeluarkan suara ‘yoo~’ mulai mengangkat kardusnya.
Mashiro dengan aneh menatap ke kucing kucing, Nanami malah menunjukkan ekspresi yang begitu alami. Tapi, kedua orang itu tidak mengatakan apapun, mungkin karena sudah tahu Sorata mau mengurus kucing itu seperti apa.
Jadi Sorata berbicara duluan.
Itu ya.”
Apa?”
Hn?”
Pandangan Mashiro dan Nanami menatap kemari. Sorata merasakan tekanan yang ingin menarik kata-katanya yang tadi. Biarpun begitu, tidak bisa begitu terus. Sorata akhirnya menariknapas dalam dalam lalu lanjut berbicara.
“aku ingin mengatakan beberapa hal pada kalian.”
“………..”
Mashiro terdiam.
“In-inginmengatakanapa?”
Nanami sepertinya terkejut.
Dengan ekspresi yang akhir ini menemukan solusi sementara, Sorata melihat ke kedua orang itu dan mengatakan,
Apa bisa memberiku waktu untuk berpikir?”
Sorata tidak gentar, dan dengan jelas mengatakannya.
Lalu sesaat kemudian, setelahmengedipkan mata beberapa kali. Nanami akhirnya merasa lega, dan mengeluarkan napas pelan pelan.
Mungkin karena Sorata yang tadi sepertinya akan memberi jawaban tadi. Saat mendengar ‘ingin mengatakan sesuatu’, wajar saja akan berpikir begitu.
Dan yang diluar dugaan, Mashiro juga sepertinya lega, ekspresinya menjadi lemah lembut.
A-aku masih panik dan pusing memikirkannya…….hari ini, aku merasakan ‘perasaaan menyukai’ yang berasal dari Nanami dan Mashiro. Walau mengerti ini kenyataan, tapi tetap saja rasanya panik. Ah, tidak, senang si senang. Sangat senang, karena perasaan senang inilah aku tidak bisa memberi jawaban yang sembarangan, perlu dipertimbangkan dengan baik.”
Bukannya sedang bersikap keren, juga bukannya mengikuti suasana, Sorata ingin dengan jujur menghadapi perasaannya. Merasa sudah saatnya menghadapi semua ini.
Aku, tidak apa apa.”
Yang duluan mengatakan itu adalah Nanami.
Bagaimanapun yang memintamu untuk mempertimbangkan dulu itu aku……….”
Disaat hampir selesai berbicara, Nanami menatap ke Mashiro.
Aku juga tidak masalah. Sorata pikirlah dengan teliti.”
“………Terima kasih banyak.”
Itu, Kanda kun.”
Hn?”
Walau tadi bilang tidak apa apa rasanya agak gimana gitu, tapi aku punya permintaan.”
Tatapan Nanami dengan tidak sembunyi sembunyi melihat ke Sorata.
A-apa itu?”
Dengan gugup menjawab.
Kalau bisa aku ingin memastikan waktunya.”
Tangan Nanami gemetar sebentar.
Ah, mengerti. Tentu saja harus begitu. Tapi, harus berapa lama…….”
Bukannya disana ada kalender atau apa, tapidengan tidak sadar sedang menatap ke langit. Matahari sudah terbenam. Angin juga sedikit membawa dingin. Masih jauh dengan musim panas.
Kalau aku, berharap bisa memutuskannya sebelum retret perpisahan.”
Retret perpisahan ya……..”
Pada akhir bulan mei, perjalanan ke Hokkaido 4 hari 3 malam.
Mulai dari sekarang masih ada waktu sekitar 3 minggu lebih.
Apa terlalu lama tidak apa apa.”
Biarpun berpikir banyak juga paling paling memakai waktu 1 minggu.Sorata berpikir apakah dia harus memutuskan dalam waktu seminggu.
Bukannyasebelum itu masih ada ujian?’
Ujian kebetulan seminggu sebelum retret perpisahan dilakukan.
Sebenarnya tidak ingin mengganggu Kanda kun mendapatkan rekomendasi sekolah……….walau sekarang mengatakan ini rasanya agak egois.”
Aku juga berpikir begitu tidak apa.”
Disaat Mashiro memberitahu lewat kata-kata dia juga dengan pandangannya mengatakan. Masalah yang termasuk ujian dan rekomendasisekolah, semuanya setuju dengan ide Nanami.
Bagaimana bilangnya ya, maaf………bukan, terima kasih, benar benar terima kasih.”
Kalau bisa, memberitahu jawabannya lebih awal lebih baik sih.
Kalau begitu, topik ini sampai disini saja!”
Nanami mengeluarkan suarayang terdengar ceria. Sepertinya sudah tidak tahan lagi dengan suasana yang begitu.
Nanami mengelus kucing yang ada didalam kardus.
Harus kita beri nama yang bagus nih.”
Kalau nama, sudah diputuskan.”
Bulan mei tanggal 3.
Hari ini, direkor pertemuan Sakurasou tercatat.
--Penghuni di Sakurasou bertambah. Kucing berwarna putih hitam—Mizuho, kucing bercorak hitam—Tsubame, kucing berwarna putih polos—Sakura. Kalian harus bergaul dengan baik ya. Kanda Sorata.
Setelah Sorata mencatat itu semua, diapun langsung mematikan lampu dan tidur.

Bagian 2
Hari berganti dari bulan mei tanggal 3 menjadi bulan mei tanggal 4.
Ini merupakan masalah 3 jam yang lalu.
Didalam Sakurasou kamar no.101 yang ditemani oleh langit malam yang tenang…….Sorata yang tinggal di kamar ini, belum bisa tidur. Tidak, rasanya sulit sekali untuk tidur.
Sorata baring didalam kasur, kedua mata yang belum tertutup dari tadi melihat ke langit langit kamar terus. Mempertahankan sikap大, dan melihat kesekeliling kamar.
Mungkin karena sedikit demam, beberapa bagian tubuhnya merasa sedikit sakit. Bukannya karena demam jadi panas. Panas yang keluar, itu adalah panas yang dihasilkan oleh hatinya yang bersemangat.
Alasannya tidak perlu dijelaskan.
Itu karena disaat sudah berbaring, ada sebuah perkataan dan sebuah lukisan yang berlalu dalam hati Sorata…..
---Aku ya, menyukai Kanda kun.
Suara Nanami memberitahu perasaannya tidak terlupakan. Seperti diberi mantra, sampai sekarang masih terasa perasaan gugup yang tadi.
Memikirkan hal seperti itu semua tidak menjadi lebih baik, suasana hati berubah menjadi sedikit kacau.
Untuk membuat suasana hatinya kembali sedikit normal, dia menutup kedua matanya. Tapi setiap menutup mata dia selalu teringat dengan lukisan itu. Ekspresi yang ada didalam lukisan itu membuat Sorata juga ingin tersenyum seperti itu.
Setelah melihatnya sekali maka tidak bisa dilupakan.
Lukisan Sorata yang dilukis Mashiro memang memberi efek yang begitu kuat.
---Sorata, aku menyukaimu.
Karena perkataan ini, semua perasaan yang terkandung dalam lukisan itu…………walaupun tidak begitu mengerti tentang seni,tapi Sorata dibanding siapapun dengan yakin merasa menerima perasaan Mashiro yang terkandung didalamnya.
Memberitahu perasaan.
Mungkin sebuah insiden terbesar yang pernah terjadi dalam hidup.
Hal seperti ini, terjadi 2 kali secara bersamaan.
Walaupun mungkin orang kadangakan berpikir ‘apakah sedang mimpi.’, tapi Sorata tidak pernah berpikir begitu.
Semua itu kenyataan.
Saat saat dinyatakan cinta itu sangat mengejutkan. Perasaan senang yang tiba tiba muncul juga mengejutkan. Kelakuan bodoh yang diatas kasur juga begitu…………dan akhirnya jatuh dari kasur, kepala terbentur………
Dari tadi dalam otak masih berpikir ‘ah? Situasi seperti apa ini.’, dan ‘uwaa, situasinya gawat sekali’.
Semua itu membuat Sorata berpikir semua itu nyata dan dia tidak bisa melarikan diri dari kenyataan.
Lalu akhirnya sekarang dia sudah sedikit tenang.
Semua itu nyata, semuanya kenyataan.
Setelah semua perasaan yang tidak yakin menghilang, yang tersisa hanya perasaan sakit yang terasa didalam hati.
Sorata mencoba mencari jawaban dan merasa bimbang dan kurang yakin, dia mencarinya ke dalam hati sendiri. Dan bertemu dengan pikiran dirinya yang belum senang seperti sekarang ini.
Disana, ada sebuah perasaan tersembunyi.
---Dimanapun belum tercapai.
Didalam hatinya yang paling dalam, terdengar suara yang mengatakan begitu.
---Sedikitpun belum mencapai tujuan yang ditetapkan dirinya sendiri.
Benar, karena begitu.
Biarpun kita pura pura tidak tahu, sebenarnya sia sia saja. Kalau pacaran dengannya, apakah bisa dengan sungguh sungguh menghargainya.
“…….Karena tidak mengerti tentang inilah aku menjadi begitu pusing memikirkan ini.”
Suaranya yang terdengar begitu kecil menghilang dalam hatinya.
Untuk merapikan kembali suasana hatinya, dia duduk. Dibawah kaki Sorata , kucing yang baru dipungut tadi tertidur dengan nyenyak dengan dijepit kucing putih Hikari dan kucing hitam Kibo, sepertinya mereka tertidur dengan bahagia.
Dengan alami tersenyum.
Setelah Sorata melihat beberapa saat, dia merasa sedikit haus dan keluar dari kamar ke dapur.
Awalnyadia kira didapur tidak ada orang tapi ternyata ada seseorang.
Yang duduk dikursi paling dekat dengan kulkas, itu adalah pengawas Sakurasou, Sengoku Chihiro. Padahal berada didepan muridnya sendiri tapi malah dengan asik minum bir. Walau ini sudah sering terjadi, jadi sekarang tidak akan terkejut kalau hanya melihat ini. Juga tidak akan peduli dengan 3 kaleng bir kosong yang ada dimeja.
Sorata sambil menuangkan air ke dalam gelas sambil duduk ke samping Chihiro.
Lalu dengan tidak sadar mengeluarkan suara ‘ehhh~.’
Apa maksudmu mengeluarkan suara yang begitu.”
Tidak bermaksud apa apa.”
Apaan, tidak mirip dengan Kanda sama sekali.”
Memangnya aku seperti apa……..”
Uwaa, kau ya, bikin pusing saja.”
Itu kan sensei yang bilang sendiri! Huh………”
Kali ini juga dengan tidak sadar menghela napas. Chihiro menyadari sikap Sorata itu dan mengangkat alisnya.
Chihiro dengan tidak mengatakan apa apa dan berdiri. Awalnya kupikir dia mau masuk ke dalam kamar, tapi dia malah membuka kulkas. Sepertinya birnya sudah habis.
“sini, nih.”
Sepertinya ada sesuatu yang dingin ditekan diatas kening.
“Ouch!”
Sorata dengan tidak sadar lagi mengeluarkan suara itu.
Buat apa kau keluarkan suara yang aneh begitu.”
Itu kan gara gara sensei!”
Pokoknya terima saja dulu benda dingin itu. Sepertinya ituadalah jus kaleng.
Bagaimanapun, terima kasih.”
Berterimakasih pada Chihiro. Tapi setelah Sorata melihat ke kaleng yang diberikan Chihiro dia berteriak lagi.
Tunggu bentar, bukannya ini bir!”
Mah, ini bir non-alkohol jadi tidak apa!”
Huh, kalau begitu……….”
Dengan sedikit ragu akhirnya Sorata memutuskan untuk minum.
Karena pembagian nya di market begitu mirip jadinya salah beli. Merepotkan sekali.”
Huh, begitukah.”
Sorata menuangkannya ke dalam mulut. Rasanya yang begitu pahit. Sudah begitu tidak enak diminum, setelah diminum rasanya tambah buruk, ini terlalu menjijikkan.
Apa ini! Pahit sekali, sulit sekali untuk diminum!”
Air putih yang dengan buru buru dituangkan ke dalam mulut, saat ini ia merasa ternyata air adalah minuman yang begitu enak ternyata.
Jadi kau masih anak kecil ya?”
Rasa yang seperti lap bekas yang jorok.”
Aku berbedadenganmu, karena aku tidak mempunyai kebiasaan makan lap jadi aku tidak tahu seperti apa rasanya itu.”
Chihiro menatap Sorata dengan pandangan yang seperti melihat orang aneh.
Aku juga tidak pernah makan kali! Hanya saja baunya seperti lap bekas yang jorok.”
Yang benar saja, kenapa pemuda zaman sekarang tidak bisa minum bir sih.”
Ini bukanlah kata-kata yang pantas untuk seseorang yang masih dibawah umur woi.”
Ah cepat atau lambat kau juga akan ketagihan bir nanti.”
Kenapa harus dilirik tatapan yang begitu menyakitkan sih.
Tolong jangan membahas soal bir dengan murid.”
Kalau tidak bisa jadi teh olong juga kan.”
Sensei, ku rasa sudah cukup.”
Sekarang Sorata tidak punya tenaga lagi untuk mengurus Chihiro lagi.
Justru kau yang sudah cukup. Tengah malam keluar dari kamar, apa yang ingin kau lakukan? Seperti anak SMA yang sulit tidur saja.”
Justru aku adalah anak SMA yang sedang sulit tidur! Darimana aku tidak terlihat begitu!”
Biarpun begitu tidak perlu dipertunjukkan seperti didalam lukisan begitu kali, perasaan yang tidak tenang ini juga tidak perlu?”
Kalau begitu maaf sekali.”
Tapi, pada kenyataannya memang sudah dilukiskan begitu diatas wajahmu, jadi tidak bisa apa apa lagi.”
Huh?”
Aku bukannya bukan tidak mengerti perasaanmu.”
Itu…………sensei?”
Arah topik yang tidak jelas, ini yang membuat bingung. Baru berpikir begitu, Chihiro mengatakan sesuatu yang diluar dugaan Sorata.
Kalau diminta memilih salah satu, orang yang disuruh pilih juga tidak enak kan.”
Apa?”
Sorata mengeluarkan suara yang konyol.
Memilih Mashiro, atau Aoyama.
Terhadap kalimat yang menentukan sekali ini, Sorata merasa sangat terkejut.
Hii! Kenapa sensei tahu!”
Mungkin Kanda tidak tahu, tapi setidaknya akupun seorang guru seni loh. Aku bisa tahu dengan hanya melihat lukisan Mashiro yang menggambarmu.”
“………….”
Tidak bisa berkata apa apa.
Walaupun begitu, kenapa sensei tahu tentang Nanami juga?
“Aoyama juga sudah aneh begitu saat pulang. Padahal hanya ingin menggunakan kamar mandi, tapi terus memikirkan kamarmu…….mengeluarkan aura seperti ‘baru menyatakan perasaan tadi, kalau tidak hati hati pasti akan ketemu’.”
Be-begitu ya………….”
Ditambah melihat dirimu yang sekarang ini, aku jadi tambah semakin yakin.”
Memangnya aku terlihat seperti apa?”
Setidaknya tidak seperti hanya karena dinyatakan perasaan oleh 2 gadis jadi merasa sombong dan bahagia.”
“………..”
Alasan kenapa tidak bisa membalas, karena berhasil ditebaknya.
Kalau kau bersikap seperti itu, hati hati saja kena tampar nanti.”
Ditampar siapa?”
Mungkin yang pertama aku.”
Sen-sensei bukannya hubungannya sedang baik dengan Fujisawa san?”
Ini dengan itu adalah hal yang berbeda.”
Mengapa!”
Kau bermasalah sekali si.”
Sasuga sensei, tidak hanya egois, juga sangat malas. Disaat Sorata berpikir berbicara dengannya hanya membuang waktu saja. Disaat dia berencana berdiri dan kembali ke kamar----
Terlihat seperti sedang pusing mau memilih yang mana diantara ketiga pilihan itu----apa kau berharap aku berkata begitu?”
Padahal sudah minum banyak, tapi Chihiro bisa dengan jelas dan serius kembali ke topik yang tadi.
Pilihan pertama, berpacaran dengan Mashiro.”
“………….”
Pilihan kedua, berpacaran dengan Aoyama.”
“…..........”
Saat ini mereka berdua saling bertatap, Chihiro mulai tertawa. Biarpun begitu, biarpun belum mendengar kalimatnya yang sebelumnya, Sorata sadar pilihannya yang ketiga sudah diketahui Chihiro sebelum dia sempat mengatakanya.
Pilihan ketiga, menolak keduanya.”
“!”
Walau sudah tahu, tapi tetap saja rasanya terkejut.
Pilihan keempat, pacaran dengan keduanya.”
Tidak ada pilihan seperti itu kali! Juga sensei tadi bilang hanya ada 3 pilihan kan!”
Kau lihat Mitaka seperti apa?”
Walau aku sangat menghormati Jin senpai, tapi hanya bagian ini aku tidak ingin menirunya!”
“Ou, begitu?”
Mungkin sudah bosan dengan topik ini, Chihiro menghabiskan birnya itu dengan sekejap, dan mulai tercium bau bir dari dalam mulutnya.
Tapi, kau salah paham.”
Chihiro dengan pandangan miring melihat ke Sorata, tatapannya berbeda dengan saat tadi dia meminum bir.
Maksudnya salah paham?”
Sepertinya kau memang belum sadar.”
Jadi, maksudnya apa?”
Aku hanya memberitahumu 1 hal.”
Jari Chihiro menunjuk ke  bir kaleng yang sudah kosong.
“Kanda, kau perlu mulai pikir ulang, sebenarnya apa yang sedang kau bingungkan.”
Aku tidak mengerti maksud sensei.”
Karena sudah mengerti hal yang membuat bingung diri sendiri, makanya tidak bisa tidur.
Diri yang belum mencapai apapun, yang belum bisa mencapai tujuan, disituasi yang tidak tahu apakah bisa lolos ke Universitas Seni Suimei, apa dia punya waktu dan tenaga untuk itu. Disituasi seperti ini, apa dia bisa dengan baik berpacaran dengan seseorang? Apa dia bisa dengan peduli memikirkan ‘pacar perempuan’nya itu?
Sensei?”
Sisanya pikirkan sendiri.”
Setelah Chihiro mengatakannya, dia bersiap kembali ke kamarnya.
Ah, tunggu bentar.”
Awalnya kira Chihiro akan mebiarkan Sorata saja, tapi tidak disangka dia malah menghentikan langkahnya didepan pintu ruang makan. Dia dengan pelan membalikkan kepalanya, dan menatap Sorata dengan tatapan yang serius.
Ingat kaleng kosongnya dibuang nanti.”
Setelah selesai mengatakannya diapun kembali ke kamarnya.
“…………..”
Sorata yangditinggalkan, dengan kaku melamun sekitar beberapa detik.
Diatas meja makan, terdapat kaleng bir kosong yang terletak sembarangan, jumlahnya ada sekitar 6 atau 7.
Dipermainkan…………”
Chihiro dengan licik berhasil memberi tugas membersihkan meja makan kepada Sorata yang sedang kebingungan.
Sorata duduk dikursi, dan sekali lagi minum 1 kaleng bir non alkohol.
Hebat sekali bisa minum benda yang sepahit ini…….”
Rasa pahitnya seperti semakin mendalam.
Tetap saja tidak enak…….”
Biarpun begitu, dibuang tetap sayang, Sorata kemudian menyiapkan air putih untuk menghilangkan rasa pahitnya, dan sendirian menghabiskan bir kalengnya. Saat ini, dia tetap saja tidak mengerti apa yang dimaksud Chihiro dengan ‘salah paham’.
Sebenarnya apa yang salah paham…….

Bagian 3
Bulan mei tanggal 4.
Hari ini, Sorata terbangun karena wajahnya dijilati oleh 3 kucing kecil yang dia pungut kemarin.
Disekitarnya gelap, dia berpikir sekarang mungkin masih malam, dan mengecek jam menggunakan hpnya.
“…………”
Sayang disayangkan, bukannya ‘mungkin’, tapi ‘sudah’ malam.
Sore jam 6 lewat 50.
Masih ingat sebelum hari terang masih tidak bisa tidur, jadi ini juga tidak ada solusinya. Biarpun begitu, rasanya tetap saja menyesal karena membuang buang hari libur yang langka.
Sorata yang sekarang membutuhkan waktu untuk melakukan beberapa hal. Dia ingin mulai memulai pengerjaan gamenya bulan april, ingin mengubah CPU cacat yang dibilang Ryuunosuke.
Atau untuk ujian, menghabiskan waktu juga boleh. Tentu saja, perlu mengecek kembali suasana hati sendiri, dan berpikir jawaban untuk kedua orang itu.
“jawaban ya……ini yang paling penting sepertinya.
Ekspresinya tiba tiba menjadi serius. Sorata dengan begitu bermain dengan 3 kucing kecilnya.
Setelah itu, Sorata memberi makan kucingnya makanan kucing dan susu, melihat ke kucingnya beberapa saat.
Malam jam 8, rencananya mengatakan pesta penyambutan Hase Kanna yang merupakan murid kelas 1 divisi reguler, semuanya berkumpul dimeja makan sup panas.
Harusnya sudah dilaksanakan kemarin, namun karena Kanna ingin merapikan barang barangnya dulu, ditunda ke hari ini.
Kalau begitu, seluruh penghuni Sakurasou menyambut kedatangan Hase Kanna-Chan dengan bersenang senang.”
Bersulang~~”
Lokasinya dimeja makan Sakurasou.
Yang ikut serta ada Sorata,Mashiro dan Nanami, 3 orang murid kelas 3m juga ada murid kelas 1 jurusan musik Himemiya Iori yang sudah pindah ke Sakurasou dibulan april. Dan termasuk Hase Kanna sendiri, totalnya ada 5 orang.
Tempat duduk kalau dilihat dari arah jarum jam, urutannya Kanna, Iori, Sorata, Mashiro, lalu Nanami.
Chihiro tidak ada, lalu penghuni yang 1 lagi yaitu Akasaka Ryuunosuke tetap seperti biasanya, didalam kamar no.102. Setidaknya panggil dia menggunakan e mail.
---Ryuunosuke sama sedang melakukan hacking, tidak ada waktu untuk bermain dengan Sorata sama. Mohon maaf, semoga anda bisa mengerti. Dunia akan segera menjadi milikku! Salam Maid chan.
Mendapatkan balasan yang begitu mengejutkan, Sorata memutuskan untuk tidak bertanya lebih lanjut lagi.
Walaupun ini mungkin hanya candaan Maid chan……..
Pokoknya, perlu memberitahu Kanna kalau masih ada 1 penghuni di Sakurasou.
Masih ada 1 murid kelas 3 yang tinggal di kamar no.102, namanya Akasaka Ryuunosuke.”
Begitu ya.”
Lalu, semuanya sambil makan sup panas ikan salmon, sambil memperkenalkan diri masing masing dimulaidari Sorata. Setelah beberapa saat, bahan sup panas juga semakin sedikit.
Pesta penyambutan dilaksanakan dengan lancar.
Tapi bukannya juga tidak ada masalah sama sekali.
Disaat Sorata ingin mengambil bahan sup panas menggunakan sumpit, dia saling bertatap denga Nanami yang juga ingin mengambil ikan salmon.
Ah, ah, maaf.”
Ti-tidak apa apa. Kan-Kan-Kan-Kan-Kanda kun duluan saja.”
Tidak tidak! Tidak tidak tidak! Aoyama duluan…….”
Dengan begitu masing masing saling menghindari, kejadian seperti ini terjadi sebanyak 2 sampai 3 kali.
Padahal sudah berusaha bersikap seperti biasanya, tapi malah semakin memikirkan Nanami.
Terhadap Mashiro juga begitu, setiap pesta penyambutan, Sorata sekalipun tidak pernah melihat ke Mashiro yang duduk dikirinya. Jadinya terus melihat ke arah Kanna.
Sorata senpai, ada apa? Kenapa kau terus melihatku dengan tatapan yang begitu semangat.”
Aku tidak ada.”
Aku katakan dulu ya, aku tidak mempunyai hobi seperti itu loh?”
“aku juga tidak ada lah!”
Dan dipaksa membahas topik yang tidak masuk akal ini. Kanna yang merupakan pemeran utama pesta penyambutan ini malah dari dalam hatinya tidak tahan dengan semua ini.
Setiap memikirkan kalau mulai besok harus melewati hari dengan seperti ini, rasanya ingin pingsan saja. Tapi yang meminta waktu untuk memikirkannya itu Sorata sendiri, jadi dia sendiri tidak pantas untuk mengeluh harusnya.
Disaat selesai makan sup panas, Nanami mulai bersiap membuat bubur. Menaruh nasi putih, mematikan api dan menaruh telur yang sudah dikocok ke dalamnya. Dan disaat seperti ini---
Itu……..”
Kanna berbicara…….
Di dalam kacamatanya terlihat pandangan yang mencurigakan.
Hn? Ada apa?”
Sorata berpura pura bertanya dengan tenang.
Apa kalian tidak merasa suasana saat ini agak sedikit aneh?”
Ini adalah suara yang begitu yakin. Konsentrasi Kanna semua fokus ke Sorata, Mashiro dan Nanami. Sepertinya tidak salah.
Aku tidak buang angin ya.”
Di dalam perasaan gugup yan sesat ini, Iori yang pertama memberi penjelasan yang aneh seperti ini.
Oranganeh seharusnya diam.”
Alis Kanna sedikitpun tidak bergerak.
A-aneh maksudnya?”
Aku merasa sikap senpai semua rasanya begitu segan.”
Ti-tidak seperti ini kali.”
Sorata mengambil mangkok Kanna yang sudah kosong, dan membantu dia mengambil bubur.
Akan kuberi tau, bukannya segan padaku.”
“………….”
Mungkin dia sudah menyadari sesuatu. Baru berpikir begitu---
Yang kumaksud itu adalah diantara senpai.”
Kanna menambahkan.
A-adakah?”
Ti-tidak seperti itu kali?”
Sorata dan Nanami hampir omong secara bersamaan. Mereka seperti ingin saling meminta penjelasan, saling menatap sebentar. Senyuman Nanami jelas jelas tidak alami, sedikit kaku, lalu ekspresi Sorata juga kira kira seperti itu.
Lalu 2 orang itu tidak tahan sampai 2 detik, merekapun langsung memindahkan pandangannya dengan wajah yang memerah.
Nah, sekarang juga.”
Mencari alasan itu sama saja dengan menggali kuburan sendiri. Sepertinya lebih baik tidak mengatakan apapun.
“…………”
“…………”
Dengan berpikir begitu dan menutup mulut, dan malah semakin membuat suasana yang ada diruang makan semakin aneh.
Dengan kata lain malu tidak alami.
Seorang laki laki sedang memikirkan jawaban, dan 2 orang perempuan yang sedang menunggu jawaban tinggal bersama sama disuatu tempat, masing masing memikirkannya, wajar saja menjadi aneh.
Tidak berbeda dengan biasanya, Mashiro yang makan sup panas dengan diam diam malah lebih aneh.
Sorata dengam begitu menatap ke Mashiro sekali.
Sekarang baru sadar ternyata dirinya lupa melihat sesuatu.
Mungkin karena sengaja tidak ingin melihat ke Mashiro, jadinya tidak sadar dengan sesuatu yang tidak biasa. Dia tidak memindahkan makanan yang tidak dia suka ke dalam mangkok Sorata, tahu yang dia tidak suka, bertempukan diatas mangkoknya dengan penuh.
“Sorata.”
Tiba tiba dipanggil oleh Mashiro yang begitu, Sorata merasa panik. Ada sebuah firasat yang tidak enak.
Ke-kenapa?’
Dia dengan takut takut bertanya pada Mashiro yang duduk disampingnya.
Mashiro dengan jujur berbicarakepadasorata :
Kita pisah saja.”
“…….Huh?”
Sorata tidak tahan dan bertanya balik.
Pisah.”
Aku mendengar kok!”
Maksudnya tinggal terpisah.”
Ini juga aku tahukali!”
Kalau tidak apa?”
Aku juga ingin bertanya padamu kenapa tiba tiba membicarakan hal seperti ini! Kouhai kita pada lihat ke kita hoi!”
Iori dan Kanna dengan membawa pandangan yang berbeda melihat kemari.
Rasanya tidak tenang. Tidak ingin dianggap konyol oleh mereka……
Mashiro mungkin tidak sadar suasana hati Sorata, dan memberi penjelasan yang begitu detil :
Karena Sorata laki laki, dan aku perempuan.”
Begitu ya……….”
Jadi, pisah saja.”
Mashiro dengan tekan mengatakan.
Jadi, pisah saja.”
Perasan gugup ini berbeda dengan biasanya, rasanya begitu sesat.
Apa dia sendiri yang pikir terlalu banyak? 80 persen pasti bukan.
Mashiro seperinya sangat setuju dengan idenya itu, terus mengangguk anggukkan kepalanya. Kalau dilihat dari pandangan yang berbeda, bisa diputuskan bahwa suasana hatinya sedang bagus.
Membuat Sorata bantu memilih celana dalam juga tidak terlalu baik.”
Yang dibilang Mashiro itu sangat benar. Sangat sangat benar.
Tapi, rasanya tidak tahan ingin omong beberapa kata.
Harusnya kau sadar 1 tahun 1 bulan yang sebelumnya !”
Aku sudah merasa begitu sejak dulu.”
Jangan berbohong dengan begitu hoi!”
Sampai sekarang, Mashiro berbicara hal yang normal, alasannya pasti itu.
Pernyataan perasaan kemarin. Selain itu tak ada lagi.
Apa yang kalian omongkan dari tadi.”
Sama sekali tidak mengerti apa yang terjadi, Iori sangat kebingungan.
Jadi begitu, begitu ya.”
Reaksi Kanna sama sekali berbeda dengan Iori, dia sendiri sepertinya mengerti sesuatu, dan dengan seperti tentu saja mengatakan sesuatu yang tidak disangka sangka :
“ Sorata senpai dinyatakan perasaan oleh Shiina senpai dan Aoyama senpai.”
Tepat mengenai sasaran.
Kenapa kau bisa tahu!”
Dengan refleks Sorata kecoplosan?
Are! Begitukah ternyata!”
Iori dengan sedikit terlambat menyadari ini dan terkejut.
Sudah kuduga.”
Selanjutnya, Kanna dengan sikap yang dingin merapikan kacamatanya.
“…………”
Sepertinya dipancing. Tapi, sekarang sudah terlambat untuk menyadarinya.
“Kanda-kun bodoh.”
Nanami memberikan tatapan yang tidak tahan dengan semua ini.
Menyesal sekali.”
Sorata dengan pasrah merendahkan kepalanya.
Aku tidak apalah. Dibanding saat Kanda kun mengatakannya, ini tidak seberapa.”
Heh~~benarkah? Sorata senpai, hebat sekali~~tolong wariskan ilmu populer dikalangan perempuannya ke aku!”
Iori menarik baju Sorata.
Tolong bantulah aku supaya aku bisa mendapatkan pacar!”
Jujur saja, tiba tiba diminta begitu rasanya merepotkan sekali, apalagi entah kenapa masalah ini bisa jadi seperti ini, jadi tentu saja dia tidak bisa mengajarinya apa apa.
Kalau benar benar ingin menjadi populer, berguru dengan Jin pasti lebih baik. Walau dilihat dari situasi Jin, mungkin kurang cocok untuk orang normal seperti Iori…….omong omong, Iori hanya perlu menjadi diam, harusnya dia akan populer, wajahnya tampan juga, ditambah pandai bermain piano lagi---walau dirinya sendiri mungkin tidak berpikir begitu.
Hebat sekali ya. Ternyata Sorata senpai sangat populer ya.”
Kanna yang memalingkan wajahnya terlihat sedikit tidak senang.
“Kanna?”
Ada apa?”
Balasannya juga terdengar begitu menyakitkan.
Eh, apa kau senang dengan pesta penyambutan ini?”
Pokoknya pindah topik dulu.
Sampai tadi sih lumayan senang.”
Kalau sekarang?”
Rasanya sedikti kesal.”
Apa karena aku?”
Sorata dengan takut bertanya.
Ya, karena Senpai.”
Kanna yakin dengan jawabannya itu.
Tidak bisa segera menjawabnya.
Itu, maaf sekali. Itu karena kami buru buru……….”
Nanami membantu Sorata yang terlihat kebingungan.
Tidak, tidak apa apa……..”
Mungkin karena memikirkan perasaan Nanami, Kanna ingin pura pura tidak tahu. Entah kenapa rasanya sikap Kanna dengan Sorata dan Nanami berbeda sangat jauh, apa hanya perasaan saja?
Semuanya karena aku.”
Tapi, tunggu beberapa saat lagi susanannya tidak akan menjadi seperti ini lagi.”
Senyuman Nanami kepada adik adik kelas, sudah kembali menjadi alami lagi. Saat ini juga, dari perkataan Nanami bisa memastikan sesuatu. Sudah berjanji dengan Sorata akan waktunya memberi tahu jawaban. Hanya, yang membuat dia begitu yakin dengan ini harusnya tidak hanya itu.
Kalau ingin bilang sekalian rasanya aneh juga, tapi, aku juga ingin memberitahu sesuatu pada kalian.”
Nanami kemudian dengan terburu buru mengatakan.
Padangan ke empat orang itu tertuju pada 1 titik.
Setelah retret pada akhir bulan ini selesai, aku akan kembali ke asrama reguler.”
Nanami bahkan dengan jujur dan yakin memandang ke depan dengan tatapan yang begitu bersinar.
Sorata baru menyadari maksudnya itu setelah beberapa saat.
Terhadap ini, Mashiro, Kanna dan Iori juga begitu. Karena setiap orang baru merasa terkejut setelah beberapa detik. Inilah pernyataan Nanami, tidak salah lagi.
Are?” Yang terdengar hanya suara Sorata yang sedang mengeluarkan napasnya dengan lemah.
Biarpun begitu, Sorata masih mending dibanding yang lain. Walau tidak pernah mendengar waktunya, tapi sudah tahu suatu saat Nanami akan meninggalkan Sakurasou.
Sebagai referensi untuk audisi nanti, kencan di taman hiburan hari itu……
----Aku sudah memutuskan akan meninggalkan Sakurasou.
Setelah berciuman diatas bianglala, Nanami pernah omong begitu.
Mashiro yang duduk disamping juga menatap Nanami dengan begitu.
Maaf ya. Padahal pesta penyambutan, tapi aku malah membahas hal seperti ini.
Tidak……Tidak apa apa.”
Kanna sepertinya tidak tahu harus jawab seperti apa, mungkin dia juga tidak pernah bayangkan bahwa topik akan berlanjut seperti ini. Soal ini, Sorata pasti juga begitu.
Lalu---
Hiii!”
Iori yang sampai tadimasih kaku dan tidak bergerak, tiba tiba bereaksi dengan suara yang besar.
“Aoyama senpai akan pergi?”
Iori sampai terjatuh dari kursinya, tangan dan kakinya tertempel dilantai, dan dengan pasrah merendahkan kepalanya.
Kenapa begitu……….”
Dengan tidak mudah akhirnya mengeluarkan suara.
Aku tidak sangka Iori akan merasa begitu sedih akan kepergianku nanti.”
Sorata juga merasa begitu. Sejak Iori pindah ke Sakurasou, baru 1 bulan dia tinggal disini, sedangkan sudah punya perasaan yang seperti ini.
Karena kalau Aoyama senpai tidak ada lagi, maka ‘kekuatan dada’ Sakurasou bukannya akan berkurang banyak!”
Hn, sudah kuduga pasti begitu.”
Dalam suara Nanami tercampur suara menghela napas.
Ini bersifat menghancurkan! Kalau begitu tidak bisa bertempur lagi!”
Setidaknya lihat situasi juga tolong.”
Kanna dengan pandangan merendahkan melihat ke Iori.
Huft……….”
Iori yang mendengar suara ini dan mengangkat kepala, setelah melihat Kanna dipun menjadi tidak semangat lagi.
Apa maksudmu itu?”
Tatapan Kanna membawa hawa membunuh.
Si rata memakai kacamata………”
Siapa si rata?”
Kalau merasa terhina, besarkanlah ukuran dadamu itu! Setelah itu baru kau protes!”
Iori seperti pengacara yang sedang berjuang dipengadilan, jarinya menunjuk ke Kanna. Tapi ya, ekspresi Kanna terlihat semakin tidak menyenangkan.
Kalau minta Sorata senpai bantu meremas atau menghisapnya, siapa tahu menjadi besar nanti?”
Iori dengan wajah penuh tawa sedang bercanda yang omong kosong.
Bisa tidak jangan menyeret aku ke dalam masalah ini?”
Kanna menutup dadanya dengan kedua tangannya, dan membalikkan badannya dari Sorata…….
Kemudian hanya membalikkan kepalanya, dan memandang ke Sorata.
Aku tidak akan membiarkanmu menyetuhnya.”
Pandangannya amat sangat merendahkan.
Memangnya perlu dibilang!”
A-apalagi membiarkanmu menghisapnya.”
Tentu saja aku tahu!”
Sorata merasakan pandangan kesal sedang menatapnya. Itu adalah Mashiro dan Nanami. Mereka terlihat sangat kesal, saat ini sebaiknya tidak berbicara dengan mereka, kalau tidak samasaja dengan mencari masalah sendiri.
Aaa~~~kenapa begitu……..Masa mudaku sudah berakhir. Walau Shiina senpai sangat imut, tapi sekarang sudah tidak berarti lagi………..”
Iori sekali lagi melihat ke Kanna lalu merasa pasrah.
Tidak ada aaa~~”
Berani bilang lagi. Padahal kemarin masih bersemangat karena melihat pemandangan dibawah rokku.”
Kanna terlihat lebih marah dibanding wajahnya, dan mulai adu mulut dengan Iori.
I-itu! Itu ya itu!”
Ekspresi Iori dengan terjelas mulai tampak ragu.
Itu ya itu?”
Kanna yang menutup dadanya dengan kedua tangannya, dengan tatapan merendahkan menatap ke Iori.
Tunggu bentar, aku coba mengingatnya kembali dengan cepat.”
Dia mulai mengingatnya kembali dengam menutup kedua matanya.
Ja-jangan dipikir kembali!”
Kanna dengan kuat menginjak kaki Iori.
Sa-sakit~~sekali!”
Salahmu sendiri.”
Kanna dengan sikap seolah topik ini sampai disini saja, tapi setiap melihat wajah Iori, ekspresinya menjadi kaku lagi.
Bukannya sudahku bilang untuk tidak mengingatnya kembali…..”
Suaranya terdengar seperti baru dari neraka.
A-aku tidak mengingatnya kembali……”
Iori kemudian pura pura tidak tahu.
Tapi yang disayangkan adalah, dari hidungnya mulai meneteskan cairan berwarna merah.
1 tetes demi 1 tetes jatuh dilantai.
Ah, sial……”
Iori akhirnya menyadarinya.
Aaku sudah kenyang~~!”
Setelah selesai mengatakannya diapun kabur dari ruang makan.
Memang bocah.”
Kanna tidak pergi mengejar Iori, hanya bersikap dingin.
Lalu memakan habis buburnya, mengatakan ‘aku sudah kenyang’ dan mulai merapikan peralatan makanya. Dia berdiri dari tempatnya, melirik Sorata sesaat, kemudian pergi dari ruang makan.
Sekarang tinggal Sorata, Mashiro dan Nanami.
“Nanami sudah mau pergi ya.”
Mashiro dengan lemah mengatakan.
Hn. Karena kupikir itu yang terbaik untukku.”
Nanami pernah bilang karena tinggal di Sakurasou dia menjadi manja. Karena enak sekali tinggal disini, jadi ingin dimanjakan rasanya. Namun Sorata tidak berpikir itu tidak baik, tapi kalau Nanami sudah memikirkannya dengan matang, maka tidak bisa diapa apakan lagi. Sorata sendiri juga mengerti, biarpun ditahan, Nanami tetap tidak akan mendengarnya.
Walau alasanku datang ke Sakurasou karena utang biaya sewa di asrama reguler…....Tapi sekarang aku sudah tahu, bisa seperti itu karena alasan yang lain. Awalnyasudah terlalu keras kepala, berpikir bisa melakukan pekerjaan, les dan pelajaran sekolah dengan baik.”
“………”
Mashiro dengan tatapan yang serius menatap ke Nanami.
Awalnyaaku berpikir bisa melakukan segelanya sendiri, tapi akhirnya tidak. Walaupun kita sendiri bisa melakukan segalanya, tapi malah dengan tidak sadar menambah masalah pada orang lain----awalnya aku berpikir begitu saat pindah ke Sakurasou.”
Begitu ya.”
Hn. Walaupun tahun ini sudah tidak ada les lagi, tapi karena inilah, aku ingin membereskan mulai dari sekolahku juga pekerjaan……….Dan mulai menjadi mandiri dari ini. Hal yang tidak dapat dilakukan dulu, berharap sekarang bisa melakukannya dengan baik.”
“Nanami sudah mau wisuda ya.”
Huh?”
Wisuda di Sakurasou.”
Kalau lebay sedikit, bisa jadi mungkin?”
Nanami dengan terpaksa tertawa pahit.
“Nanami.”
Apa?”
Tidak peduli Nanami ke manapun, Nanami tetap milih Sakurasou loh.”
“……….”
Kita semua adalah Sakurasou.”
Ini merupakan kata-kata Sorata yang diberitahukan ke Mashiro sebelum upacara wisuda Misaki dan Jin, sekarang ini dirasakan oleh Mashiro sendiri.
Aku juga berpikir begitu.”
Nanami menunjukkan senyuman yang begitu segar, tidak terlihat nyesal sedikitpun. Biarpun begitu, dia tetap yakin dengan keputusasaannya itu dengan menunjukkan ekspresi yang begitu kuat.
Kalau saat itu sudah tiba, Sorata berharap dia bisa dengan tersenyum mengantar kepergiannya.

Bagian 4
Golden week selesai, dunia mulai kembali dengan normal berputar.acara berita yang hampir tiap hari memberitakan tentang tempat wisata yang begitu ramai , sejak liburan selesai, beritapun mulai kembali memberitakan berita berita yang menyangkut soal politik, binatang binatang yang terancam punah dan lain lain.
Seperti biasanya, Sorata juga kembali ke hari hari sekolahnya dengan biasa.
Hanya, ada 1 hal yang sangat berbeda dengan sebelum liburan……
Itu adalah merawat Mashiro.
Pagi Mashiro belum bangun, Sorata pergi ke kamarnya, dia dengan gugup mengatakan :
“Sorata, jangan masuk.”
Dan diusir keluar.
Disaat membantu dia mempersiapkan pakaian---
Biar aku sendiri.”
Dan diapun dengan sikap yang keras kepala merebut seragamnya.
Disaat tidak sengaja mengambil celana dalamnya---
Kembalikan…….”
Dia malah akan mengancam dengan menggunakan wajahnya yang menakutkan.
“Sorata mesum.”
Bahkan sekarang mengatakan hal yang begitu.
Walaupun reaksi seperti ini sangat normal bagi seorang siswi SMA……
Biarpun hanya mengganti pakaian, kalau semuanya diserahkan kepada Mashiro sendiri, tanpa diragukan lagi akan terjadi masalah yang besar. Seperti datang ke sekolah tanpa menggunakan celana dalam, ini merupakan contoh yang mudah dibayangkan.
Karena itulah, setiap pagi saat Mashiro sudah selesai mengganti pakaiannya menjadi seragam, Sorata akan memastkannya berkali kali dengan matanya.
Aku sudah sangat sempurna.”
Mashiro yang sudah selesai mengganti pakaiannya malah dengan sengaja berputar 1 kali, memamerkan bahwa dia sudah selesai menggantinya.
Walau penampilan luarnya terlihat sangat rapi, tapi karena dia adalah Mashiro, biarpun begitu tetap saja tidak tenang.
Celana dalam?”
Warnanya putih.”
Mashiro dengan bangga memberitahu.
Aku tidak bertanya soal warnanya!”
Disaat sedang berlangsung percakapan seperti ini, Kanna juga hampir dengan bersamaan keluar dari kamar no.201.
Anggap saja sekalian bertanya, kalau Kanna?”
Alasan Kanna dipindahkan ke Sakurasou, adalah cara dia melampiaskan stresnya sedikit unik. Caranya adalah dengan tidak memakai celana dalam didepan publik……….hal ini disadari oleh penjaga perempuan asrama reguler, karena begitulah dia pindahkan ke Sakurasou.
Pagi pagi sudah bertanya mengenai warna celana dalam yang dipakai adik kelasnya, tidak sopansekali ya orangnya.”
Yang kutanya itu adalah kau pakai atau tidak!”
Aku merasa pertanyaan ini malah lebih tidak sopan.”
Benar sekali.
Ya, pagi pagi percakapan seperti apa ini.”
Dengan begitu, menjalani hari dengan rasa membenci pada diri sendiri. Disaat sekolah mulai liburan panjang, karena retret akan segera dilaksanakan, anak kelas 3 jelas jelas tidak tenang.
Memanfaatkan jam pelajaran untuk membagi kelompok, Sorata, Ryuunosuke, Nanami……juga teman sekelas yang sangat takrab dengan Nanami, Mayu dan Yayoi. Ini bentuknya hampir alami.
Teman laki lakisemuanya tidak ingin sekelompok dengan murid bermasalah yang ada di Sakurasou yaitu Sorata dan Ryuunosuke, 2 orang itu dengan alami masuk ke kelompoknya Nanami.
Lalu, karena alasan yang sama, semua kelompok tidak ingin ada Nanami, jadi hanya kelompok Nanami yang rela bergabung dengan Sorata.
Jadi, pada saat membagikan kelompok, Sorata sebenarnya tidak melakukan apapun, disaat dia sadar semua sudah selesai. Begitu juga tidak apa apa…….
Hanya, masih ada 1 pertanyaan kecil.
“Koharu sensei, aku mempunyai pertanyaan!”
Setelah selesai membagikan kelompok, Sorata tiba tiba mengangkat tangannya.
Baik, Kanda kun, ditolak.”
Setidaknya dengarkan aku dulu kenapa!”
Palingan pertanyaan soal apakah Akasaka akan ikut atau tidak kan?”
Benar!”
“Kurasa dia tidak akan ikut ?Bagus sekali, Kanda kun. Kau bisa membuat harem mu loh di Hokkaido!”
Karena begitulah, jadi aku ingin membahas bersama Koharu sensei!”
Baik~~kalau begitu setiap kelompok silahkan membuat  rencana sendiri~~juga, ujian sudah dekat, jangan lupa belajar ya.”
Tunggu bentar, sensei! Tolong aku!”
Sama sekali tidak peduli Sorata yang kesulitan, setelah bunyi bei, Koharupun meninggalkan kelas.
Sorata tidak punya cara lain, hanya bisa mencoba bertanya Ryuunosuke lewat e mail………
---Akasaka, kau ikut retretnya kan?
---Liburan panjangnya akuberencana untuk fokus dipekerjaan.
---Bisa tidak jangan menganggap semua kegiatan sekolah sebagai hari libur!
---Apa ada pertanyaan?
---Berharap bagaimanapun kau harus ikut!
---Coba jelaskan alasannya dulu.
---Karena aku akan kesepian tolong!
---Ditolak.
Ditolak.
Setelah itu Sorata tetap tidak menyerah dan mengajak Ryuunosuke, hanya sampai sekarang belum ada balasan yang diharapkan.
Disituasi seperti ini, sudah lewat seminggu sejak golden week, sebuah halangan yang menggangu retret……Bagi Sorata, yaitu ujian yang akan menentukan apakah dia akan diterima universitas yang dia inginkan, sudah mulai dekat.
Hari sebelum ujian, bulan mei tanggal 15 hari minggu.
3 hari mulai besok adalah hari hari ujian.
Sorata dengan diam belajar dikamar Sakurasou.
Dengan cepat sudah berlalu 3 jam. Selain pergi ke toilet, semua waktunya dipakai untuk kerjakan soal yang kira kira akan keluar diujian.
Mungkin karena otaknya sudah lelah, terhadap soal integrasi, tangan Sorata yang memegang pensil ketiknyapun berhenti sejenak.
“………….”
Walau sudah berusaha untuk memahami soalnya, tapi tetap saja tidak dapat cara untuk menyelesaikan soal ini. Sudah berusaha untuk bertahan selama 5 menit, tetap saja tidak bisa.
Konsetrasinya patah seketika.
Sekarang baru sadar ternyata sudah sore.
Sorata menghidupkan lampu.
Ruangan sekejap menjadi terang lagi.
Mungkin karena konsentrasinya hilang, jadi tidak peduli sama sekali suara berbicara yang ada dibelakang itu.
Hei, Kanna.”
Apa?”
Aku tidak begitu mengerti bagian ini.”
Pakai cara yang sama seperti yang ada dibuku paket. Lihat, disini tertulis caranya.”
Ah, iya.”
Kalau Sorata tidak salah ingat, harusnya ini adalah kamarnya sendiri……
Dia dengan tidak berkata apapun konsentrasi mendengarkan.
Hei hei, Kanna.”
Apa?”
Ini juga tidak begitu mengerti.”
Ini ya……..”
Percakapan seperti ini, entah sudah terulang berapa kali antara kedua orang itu.
Sepertinya tidak ada 1 pun soal yang gadis kecil itu bisa……
Akukatakan ya……..”
Sorata membalikkan kursinya.
Ada apa? Onii chan!”
Sepertinya dia senang karena dipanggil, adiknya Yuuko dengan wajah senang mengangkat kepalanya, yang terlihat diwajahnya adalah senyuman tulus yang bahagia.
Kenapa Yuuko bisa ada disini?”
Seorang Imouto berada dikamar Onii-chan nya itu biasa loh!”
Pengetahuan yang tidak dimengerti oleh orang lain. Juga seharusnya ini bukan hal yang perlu dikatakan sambil dengan mata yang berbinar binar.
Aku sedang berusaha untuk mendapatkan nilai yang baik agar bisa diterima diuniversitas yang kuinginkan loh.”
Malau begitu, Yuuko akan menyemangati Onii chan!”
Bukan itu.”
Kuajarkan saja Onii chan.”
Aku tidak mempunyai apapun yang perlu kau ajarkan!”
Kalau tidak apa yang harus dilakukan Yuuko!”
Dia mulai mengembangkan kedua pipinya.
Dengan diam meninggalkan kamarku.”
Sorata dengan tidak ragu mengatakan.
Mengapa?”
Tapi Yuuko malah bertanya dengan serius, seperti sedang melamun, mirip sekali dengan anak bodoh.
Ternyata Yuuko lebih kasihan dari yang kubayangkan ya!”
Karena begitulah perlu Onii chan! Didunia ini, orang yang paling memerlukan Onii chan itu Yuuko loh!”
Dia dengan erat memegang pensilnya, dan mulai menetapkan teori yang aneh.
Sorata menyerah untuk berkomunikasi dengannya secara normal, dan memutuskan untuk mengatakan sesuatu pada seorang gadis yang sedang duduk didepan meja :
Kenapa bahkan Kanna juga disini?”
Kanna diasrama tetap saja memakai seragam.
Dengan melihat saja sudah tahu kan?”
Diatas meja terlihat catatan juga buku paket, tentu saja tahu.
Sedang belajar bersama Yuuko.”
Kalau tahu, jangan sengaja tanya padaku.”
Maaf sekali…….”
Begitulah Senpai, dari tadi sampai sekarang belum bisa memecahkan soal matematika itu.”
Kalau begitu maaf sekali ya!”
Kalau tidak mengerti, tanyakan saja pada Nanami nee san?”
Yuuko dengan polos mengatakan.
“Nanami nee san pandai dalam mengajari orang loh.”
Ya tentu saja, karena dialah yang berhasil membuat Yuuko diterima di Suiko. Terkait soal ingin masuk universitas yang diinginkan, kurasa Nanami tidak perlu khawatirkan soal itu.
Tidak, Aoyama itu……….”
Sorata tidak tahan dan berhenti omong.
“…………”
Kanna terdiam seperti biasanya.
Kalau merasa tidak enak, Yuuko saja yang minta untuk diajarkan.”
Yuuko mengatakannya sambil berdiri.
Ah~~tunggu sebentar!”
Setelah Sorata panik sejenak, Yuuko juga dengan tidak tahan memiringkan kepalanya.
“……….Onii chan, ada apa?”
Ti-tidak ada apa apa,Yuuko.”
Ah~~pasti karena bertengkar dengan Nanami nee san kan.”
Tidak ada.”
Harusnya terbalik.”
Kanna mengatakan sesuatu yang seharusnya tidak dia katakan.
“Kanna!”
Ah, jangan jangan ini tidak boleh dikatakan?”
Pasti sengaja. Sebelumnya rasanya sudah begitu, Kanna mempunya kebiasaan S pada Sorata. Padahal dia seperti seorang M yang berani tidak memakai celana dalam……….atau jangan jangan dia punya 2 sisi?
Uh! Sebenarnya apa yang terjadi? Onii chan!”
“Yuuko tidak perlu tahu.”
Tidak apa, nanti aku tanya sendiri ke Nanami nee san. Paling benci Onii chan!”
Yuuko mengatakannya sambil menjulur lidahnya.
Tapi……….
Heh? Yuuko kan tidak benci dengan Onii chan……..?”
Lalu mulai berbisik bisik sendiri, lalu menyatakan :
“Yuuko paling suka dengan Onii chan!”
Suasana hatimu tidak stabil sekali.”
Hn, kira kira seperti itu.”
Yuuko dengan bangga tersenyum.
“……Yang penting Yuuko merasa senang saja.”
Sorata sudah tidak ingin mengatakan apapun lagi.
Hei, Onii chan.”
Ada apa lagi kali ini?”
Yuuko terus menatap ke pintu kamar.
Omong omong, Mashiro nee san kok tidak ke sini.”
Hari ini memang belum datang ke kamar ini, mungkin sedang mengerjakan naskah manganya. Karena dia tidak perlu untuk mempersiapkan diri untuk ulangan……..
Pandangan Sorata kebetulan bertemu dengan Kanna yang baru melihat ke atas.
Dia memberi pandangan seperti ‘jangan mengatakan apapun’.
Kanna mengangguk angguk kepala. Komunikasinya berhasil.
Sekarang mereka berdua sedang dalam hubungan yang sangat unik, jadi kalau bertemu nanti akan malu rasanya.”
“Kanna?”
Terhadap pernyataan Kanna, Yuuko mulai menunjukkan pandangan yang mencurigakan.
Dari tadi apa yang kalian bicarakan sebenarnya!”
Hal ini tidak ada hubungannya dengan Yuuko.”
Hei, Onii chan.”
Awalnya dia kira Yuuko akan sensitif dengan soal Mashiro, tapi dia malah dengan pandangan yang serius mulai menatap ke Sorata dan Kanna.
Sejak kapan Onii chan menjadi begitu dekat dengan Kanna?”
Hubungan kami tidak dekat.”
Kanna sedang mengerjakan tugas bahasa inggris dibuku catatanya, dan dengan dingin mengatakan.
Begitukah?”
Seperti Yuuko tidak begitu terima jawaban Kanna itu.
Hubungan kami tidak dekat.”
Kanna mengulang pernyataannya sekali lagi.
Hn, aku juga berpikir begitu.”
Kali ini Yuuko menerima pernyataannya.
Walaupun tidak tahu dari mana dia tiba tiba mengubah pemikirannya, tapi dia pasti juga punya dunianya sendiri, jadi rasanya tak usah mencampuri terlalu dalam…….
Disaat sedang memikirkan hal seperti itu, pintu kamar yang tertutup setengah tiba tiba terbuka. Yang muncul tanpa mengetuk pintu itu adalah Mashiro.
Dia dengan hati hati memeluk sesuatu didepan dadanya. Itu adalah buku panduan perjalanan, huruf yang ada dicovernya dengan besar tertulis ‘Hokkaido’.
Disaat pandangan Mashiro saling bertemu dengan Sorata, diapun langsung berjalan ke samping meja tempat belajar Sorata.
“ah, Mashiro neesan! Kukira kau kabur karena takut denganku!”
Mashiro sama sekali tidak peduli dengan Yuuko, bahkan tidak melihatnya sedikitpun.
“Sorata, aku ingin ke sini.”
Dia membuka buku panduan itu dan memberi lihat Sorata.
Uwaaa! Terlalu dekat, sampai aku tidak bisa melihatnya!”
Sorata memperlebar jaraknya. Halaman yang dibuka adalah halaman yangsedang mempromosikan Otaru, disamping foto yang ada sungai tertulis ‘pemandangan’, ‘harus pergi lihat’, ‘pasti!’ dengan tanda warna pink.
Otaru adalah tempat yang akan dikunjungi saat hari kedua retret, juga ada waktu untuk kegiatan bebas.
“Sorata, mau pergi ke sini.”
Sorata dengan kuat memberikan buku panduannya.
A-aku tahu, aku tahu, cepat kau singkirkan!”
Selanjutnya adalah cerita tentang retreat.”
Penyerangan Mashiro belum ada tanda tanda akan berhenti.
Ini juga aku tahu! Aku akan temani kau untuk mengumpulkan bahan!Pasti !”
Akhirnya Mashiro menyingkirkan buku panduannya.
Janji ya.”
Hn, aku janji.”
Awalnya dia kira sudah tidak apa apa, tapi Mashiro tidak punya niat untuk keluar dari kamar, malah dengan santai duduk dengan dinding kamar, kakinya diluruskan, sebuah sikap untuk menyantaikan diri. Sepertinya suasana hatinya sedang bagus, dengan tanpa henti terus membolak balikkan halaman buku panduannya. Yang lebih membuat kejut adalah bahkan dia sedang bernyanyi lagi menyiul lagu, itu adalah lagu tema ‘Kucing galaksi Nyaboron’ yang diciptakan tahun lalusaat festial budaya. Mashiro dengan mengikuti iramanya, sambil menggoyangkan badannya kekiri dan ke kanan.
Akhir akhir ini, Mashiro selalu begitu.
Suasana hatinya selalu berada dipuncaknnya, memberi orang perasaan semangat.
Rasanya Mashiro nee san semangat sekali ya.”
Bahkan Yuuko menyadarinya, ini menandakan dia sangat berbeda dengan dia yang biasanya.
Juga, apakah menjadi lebih imut lagi? Mashiro nee san sedang berbinar binar loh! Menyilaukan sekali! Bahkan Yuuko rasanya akan mencair kyaa!”
Memangnya kau zombie…….”
Juga bukannya tidak mengertiapa yang dikatakan Yuuko…….Mashiro tampak selalu semangat dan penuh energi, padahal biasanya memberiorang perasaan selalu lemah namun akhir akhir ini dia terlihat sangat sehat.
Walau tidak ingin sependapat dengan Yuuko, tapi Sorata juga merasa Mashiro menjadi bersinar sekali.
Kalau perempuan sedang jatuh cinta maka dia akan menjadi cantik, ternyata rumornya benar.”
Kanna sambil mengerjakan soalnya sambil berbisik bisik sendiri.
“Kanna, ke sini sebentar.”
Ada apa?”
Bisa tidak pinjamkan telingamu padamu sebentar?”
Apa kau ingin mengatakan sesuatu yang kotor?”
Kau anggap aku apa huh!”


Di saat perhatian Sorata terfokus pada Kanna, Mashiro yang mengangkat kepalanya memanggil Yuuko.
Oh ya, Yuuko.”
Mengeluarkan suasana yang santai, seperti ingin memulai percakapan yang menyenangkan.
Apa? Mashiro nee san?”
Sudah wajar saja Yuuko akan balas dengan polos begitu.
Mungkin juga tidak terpikir selanjutnya Mashiro akan mengatakan sesuatu yang begitu…….bahkan Sorata merasa terkejut.
Aku sudah menyatakan perasaan pada Sorata.”
Huh!”
Waktu disekitar Sorata serasa membeku.
Entah kenapa, reaksi Yuuko sangat normal, tidak ada yang unik.
Oh, Mashiro nee san sudah menyatakan perasaan pada Onii chan~~ah, Kanna bagaimana aku menjawab soal ini?”
Hmm soal ini agak susah ya. Pokoknya hitung yang bagian ini dulu.”
Hn, hn.”
Lalu tinggal ditambah sudah selesai.”
Who~~sasuga Kanna, soal apapun dia bisa menyelesaikannya dengan mudah! Tidak, eh~~! Sekali lagi! Heh! Mashiro nee san menyatakan perasaannya pada Onii chan?”
Sepertinya yang tadi hanya karena terlalu sulit untuk diterima, makanya menyebabkan otaknya membeku sejenak.
A-apa kalian sudah pacaran!”
Ini perlu ditanyakan ke Sorata.”
Yuuko kemudian bertanya ke Sorata.
Sebenarnya apa yang terjadi? Onii chan!”
Sudahlah, aku mau pergi keluar beli barang. Minggu ini giliranku untuk berbelanja ya.”
Sorata pura pura ingin memindahkan topik, dan berdiri.
“Yuuko, aku akan membelikanmu es krim.”
Ah, hn! Aku mau yang rasa soda!”
Aku tahu. Aku pergi dulu ya.”
Sorata dengan cepat berjalan keluar dari kamar, dan mengganti sepatunya didepan pintu. Lalu---
Aaaaa~~! Aku dipermainkan! Onii chan!”
Dia mendengar suara Yuuko dari kejauhan, dan kabur dari sakurasou.

Bagian 5
Malam ini, setelah Sorata mengusir Yuuko ke asrama regulernya, dia terus belajar sampai malam jam 10 lewat. Disaat ingin beristirahat sebentar, telepon yang ada diatas meja terus bergetar.
Peneleponnya adalah Mitaka Jin yang baru wisuda dari Suiko saat bulan maret---awalnya tinggal di kamar no.103. Tapi sekarang kamarnya dihuni oleh Iori. Baru 1 bulan sudah ada penghuni baru, mungkin Jin juga tidak pernah menduganya.
Sorata duduk diatas kasurnya, dan menekan tombol telepon.
Ah, ini aku.”
Cara Sorata menerima panggilan telepon aneh juga ya.”
Heh? Ah, eh, mungkin karena ini telepon sendiri, jadi tidak apa apa.”
Wajah seseorang yang juga pernah menerima panggilan telepon seperti ini tiba tiba terbayangkan, itu adalah papa kandung Sorata yang bahkan Sorata tidak ingin mengakuinya. Sorata masih ingat dengan jelas pernah memarahi papanya begitu tidak sadar diri, tapi tidak disangka ternyata dirinya juga begitu…….
“Jin san, ada apa?”
Hn? Bukannya hal yang penting juga si.”
Oh.”
Sorata tidak begitu mengerti maksud Jin, jadi hanya bisa dengan pelan pelan membalas.
Hanya ingin tanya padamu bagaimana kabar si gadis novelis itu.”
Ah, maaf sekali, seharusnya aku yang menelepon!”
Akhir akhir ini terjadi terlalu banyak hal yang mengejutkan, dan membuat Sorata lupa untuk berterima kasih dengan Jin.
Sorata pernah mencari Jin untuk membahas soal Kanna yang tidak mempunyai ide untuk menulis jilid ke2 novelnya.
Berkat bantuan Jin senpai, sepertinya dia sudah mendapatkan ide, juga barusan akhir akhir ini sepertinya hasilnya diakui oleh editornya.”
Begitu ya, baguslah.”
Iya.”
Apa ada hal lain? Seperti hal hal yang menarik.”
Walaupun tidak menarik……….tapi, memang terjadi beberapa hal.”
Kalau tidak menarik tidak usah saja. Kalau begitu, maaf sudah menganggu.”
Ah, Jin san!”
Sorata kemudian segera menghentikan Jin yang sudah siap untuk menutup teleponnya.
Hn.”
Ah, hn……..”
Apa, apa ingin mencariku untuk membahas soal cinta?”
Perkataan Jin yang sedang bercanda itu, sedikit menyindir Sorata.
Tapi bagi Sorata sendiri, hal ini sama sekali tidak dapat ditertawakan.
“……….Itu, eh, ya.”
Yang mana?”
Pertanyaan yang mudah. Biarpun begitu, Sorata juga mengerti maksudnya.
Mashiro atau Nanami….yang ditanya Jin adalah itu.
Dua duanya.”
Hebat ya.”
Berbicara begitu, tapi Jin tidak terlihat begitu terkejut, mungkin dia sudah berpikir suatu hari Sorata akan menjadi seperti ini.
Akukatakan dulu, maksudnya ‘hebat ya’ itu bukan Sorata, tapi Mashiro dan Aoyama.”
Aku juga berpikir begitu………”
Sorata tidak melakukan apapun.
Kalau begitu, apa yang kau pusingkan? Menurut aku mereka berdua sama sama bagus kok.”
Ini……..aku sendiri juga sangat tahu. Tapi, gimana ya………”
Merasa ‘masih terlalu awal’?”
Jin sangat mengerti dengan pemikiran Sorata, membuat orang berpikir sepertinya dia bisa meramal. Tapi, bukan karena begitu. Karena Jin juga pernah mengalami hal seperti ini, makanya dia sangat mengerti dengan situasi Sorata sekarang ini.
Karena aku belum mencapai apapun……jadi aku merasa masih terlalu awal untuk ini.”
Begitu ya~~omong omong, hal yang juga kupusingkan dulu itu, ada seorang adik kelas yang sombong bilang ‘aku yakin Misaki senpai tidak akan masalah dengan hal seperti itu’, seingatku.”
Adik kelas itu adalah Sorata.
Diriku yang saat itu terlalu kurang ajar.”
Aku juga berpikir Mashiro dan Aoyama tidak akan masalah dengan hal seperti itu loh.”
Mungkin karena dendamnya berhasil dibalaskan, Jin mulai menyindir dan bercanda.
Makanya sudah kubilang maaf !”
Yang terdengar dari telepon adalah suara tertawanya Jin.
Tapi, dengan segera dia kembali seperti biasa lagi, dan menanyakan sebuah hal yang tidak jelas :
Kalau begitu, apa yang Sorata pikirkan?”
Apanya pikirkan?”
Kau berpikir masih terlalu awal kan?”
Ya.”
Kalau begitu mau sampai kapan baru tidak terlalu awal?”
Perkataan Jin dengan tajam menusuk ke dalam hati Sorata, karena itulah dia mempersiapkan diri, dan mencari tahu perasaannya. ‘mungkin tunggu………..Sampai menjadi seorang pembuat game yang Profesional.’
“Maksudmu ‘profesional’ itu bagaimana?”
“……….”
Susah dijelaskan dengan sebuah kalimat. Juga bukannya gampang dijelaskan dalam 1 kalimat.
Contoh saja, aku pikir bentar………setelah lulus dari kuliah, Sorata akan bekerja diperusahaan game kan.”
Ya.”
Kalau begitu, misalnya dirimu sudah dipindahkan ke tempat untuk membuat gamenya, bagi Sorata sendiri, apakah itu sudah bisa disebut sebagai seorang pembuat game?”
Rasanya topik ini terus diarahkan Jin ke arah yangberbeda, mungkin berharap Sorata bisa sambil berpikir sambil mendengar dirinya berbicara.
“……….”
Karena begitulah, Sorata memikirkannya dengan serius.
Terhadap pertanyaan Jin, insting Sorata memberitahu bahwa ‘pembuat game seperti itu berbeda dengan pembuat game yang dia pikirkan’.
Mananya yang berbeda, juga mananya yang tidak sama---Sorata sedang mencari jawaban yang tepat, dan dengan tidak mengatakan apapun terus mendengar Jin berbicara.
Walau hampir mengandalkan semuanya pada Misaki, tapi aku setidaknya sudah pernah berkarya di dunia ini. Hanya, aku belum mengakui diriku sebagai seorang penulis naskah.”
Jin tidak berbohong. Untuk menjadi penulis naskah, memilih untuk kuliah di universitas seni di Osaka, sekarang sedang mempelajari hal hal yang berkaitan tentang itu, bahkan rela untuk terpisah dengan Misaki untuk pertama kalinya………
Aku sudah tahu apa yang ingin dikatakan Jin san.”
Menurutku ya, yang namanya pembuat, penulis naskah, komikus itu tidak bisa dengan cepat menjadi seperti itu, dan kita harus mengejarnya secara bertahap.”
Mendekatinya secara bertahap…….”
Untuk memahami apa yang dikatakan Jin, Sorata mengulanginya sekali lagi.
Masuk ke perusahaan game, atau mendapat penghargaan orang baru, atau menyelesaikan sesuatu dan diakui seseorang, itu bisa kita lakukan. Tapi, itu bukanlah tujuan akhir kita kan. Kalau lebih serius lagi, yang kukatakan tadi itu baru berdiri digaris mulai, bukan?”
Mungkin saja begitu.”
Dengan melihat Mashiro sudah bisa mengerti. Dia berusaha bukan ingin menggambar serial dimajalah, juga bukan untuk mempertahankan serialnya. Tujuannya berada dimasa depan, untuk menggambar komik yang menarik, dan membuat pembaca senang dengan apa yang dibacanya. Mempertahankan serialisasi adalah sebuah trik, bukan tujuan.
Kalau dilihat dari situasinya, akan merasa Mashiro sudah menjadi komikus karena mendapatkan kesempatan untuk serialisasi bulanan. Tapi, Mashiro sepertinyasamasekali tidak peduli dengan itu. Yang penting adalah, seberapa dekatkah kita dengan diri kita yang kita bayangkan pada masa depan nanti……Juga seberapa jauh jaraknya……..
Jadi, pantas Jin akan bilang ‘secara bertahap’.
Aku berpikir cinta juga begitu loh.”
Begitu?”
Cinta juga………
Sorata tiba tiba sadar kembali. Benar, yang ingin dibahas dengan Jin adalah soal tentang cinta.
Jadi bisa dibilang, mulai pacaran bukanlah garis finish. Jadi setelah diberitahu ‘aku menyukaimu, pacaranlah denganku.’, lawanpun menyetujuinya, lalu merekapun menjadi pasangan. Tapi kalau begitu belum bisa dibilang sempurnakan?”
“………….”
Jujur saja, Sorata berpikir seperti itu sudah sempurna.
“aku bilang ya, Sorata, disaat mendapat pacar, pasti akan menjadi bahagia untuk beberapa saat, bahkan senangnya bisa sampai terbang menuju langit kali. Tapi, kalau hanya pernyataan perasaan dan jawaban, tidak menjamin keduaorang itu akan bahagia selamanya kan?”
Benar, pikir sebentar saja sudah mengerti.
Karena juga akan ada pasangan yang putus.”
Kalau dilihat dari contohnya, malah lebih banyak pasangan yang putus.
Begitulah. Jadi, yang namanya pasangan itu tidak bisa terbentuk dengan hanya sebentar, itu perlu memutuskan untukpacaran, baru bisa kita mendekatinya secara bertahap.”
Jin dengan santai mengatakan hal yang membuat Sorata menyadari masalahnya, dan kata-kata ini perlahan masuk ke dalam hati Sorata.
Kalau dengar dari Jin san, rasanya memang berbeda ya. Sasuga orang yang sudah mencapai garis finish yaitu menikah.”
Kau sebenarnya mengerti tidak sih?”
Jin bertanya dengan suara yang konyol.
Apa aku mengatakan sesuatu yang aneh?”
Menikah juga sama, kita menjadi pasangan suami istri bukan karena kita sudah menyerahkan pendaftaran pernikahan, namun itu perlu kita mendekatinya secara bertahap dengan bersama sama. Itu sangat menyusahkan……..tapi, biarpun 2 orang itu protes sana protes sini, mereka akan tetap bersama, kurasa itu hal yang membahagiakan.”
Mungkin saja tidak akan selalu tertawa, kadang bertengkar, juga mungkin kadang saling menyakiti lewat kata-kata.
Tapi, Sorata dapat merasakan bebannya dari perkataan Jin, menerima semua itu, dengan bersama sama terus berjalan mendekati kehangatan itu.
Jadi menurutku kalau terus pusing mau pacaran atau tidak itu sangat tidak  berarti. Pokoknya tidak peduli apapun keputusannya, kita tetap saja akan terus memusingkannya. Kalau begitu, lebihbaik banyak pikirkan hal menyenangkan setelah pacaran.”
Hal yang menyenangkan ya……..”
Hal yang hanya bisa dilakukan ketika mempunyai pacar. Banyak hal yang ingin dilakukan bersama kan?”
Hn, bagaimanapun aku seorang lelaki.”
Tiba tiba pindah ke topik yang mesum, sasuga Sorata.”
Padahal Jin san yang memancingku ke arah itu!”
Kalau dilihat dari pandanganku, kalau Aoyama, biarpun dia merasa malu dia tetap saja akan mau untuk melakukan ‘berbagai hal’.”
Benar, tidak peduli apapun itu Nanami selalu menghadapinya dengan serius, jadi bisa saja jadi seperti itu.
Bayangan yang aneh mulai terbayangkan.
Ou, permainan apa yang kau bayangkan?”
Ma-mana ada! Ke-kembali ke topik utama.”
Ya ya. Kalau begitu kita kembali ke hal yang sebenarnya ingin kukatakan.”
Apa itu?”
Jangan memasang muka masam dan terus memusingkannya, sedikitlah bersenang dan memikirkan masa depan yang bahagia. Kau mengerti kan? Maksudnya itu Mashiro dan Aoyama loh? Kau ini beruntung sekali loh. Jadi, jadilah seorang siswa SMA laki laki yang normal!”
A-aku tidak ingin melanjutkan topik ini lagi.”
Juga, tidak peduli sehati hati apapun kau mempertimbangkannya, kalau kau tidak memulainya maka kau tidak akan pernah mengetahuinya. Hal yang terjadi antara laki lakiatau perempuan, hampir semuanya terjadi tidak sesuai pemikiran kita.”
“………….”
Jadi jangan takut untuk gagal, berusahalah. Semakin kau ingin melakukan sesuatu tanpa hambatan, maka semakin kau tidak bisa melakukan apapun. Berpacaran dengan seseorang itu, dengan kata lain membiarkannya melihat salah satu sisimu yang tidak berguna.”
Begitukah?”
Tidak dapat membayangkannya, karena tidak punya pengalaman berpacaran, jadi tidak bisa diapa apakan. Tapi, sepertinya sudah sedikti mengerti dengan apa yang dikatakan Jin. Tidak peduli itu Mashiro atau Nanami, Sorata tidak terlalu memahaminya. Pasti masih ada banyak bagian yang tidak diketahui, untuk itulah kita perlu mencari tahunya dengan perlahan, mungkin inilah yang dikatakan Jin mengenai menjadi pasangan secara bertahap. Namun setiap berpikir begitu, rasanya banyak sekali halangan yang ada didepan.
“Sorata.”
Ya?”
Semangat ya.”
Jin dengan lemah lembut mengatakannya, setelah itu pun dia menutup teleponnya.
Setelah selesai berbicara lewat telepon, Soratapun membuang teleponnya ke atas bantal.
Sorata juga sedang baring diatas kasur.
Sepertinya tidak punya pilihan lagi untuk melakukannya.”
Menghadapi suasana hati sendiri, perut yang sudah lapar tiba tiba berbunyi.
Ah rasanya lapar.”
Heii!” Sorata mengeluarkan suara yang aneh, dan bangun dari kasurnya. Keluar dari kamarnya dan menuju ke ruang makan.
Yang pertama jalan ke kulkas dulu.
Melihat kedalamnya, tak ada barang barang bagus.
Sisa kue bolu yang dibeli saat belanja tadi.
Makan ini saja.”
Dia mengambil 1, dan duduk dikursi yang dulu Jin duduki…….
Sekarang ini merupakan tempat duduk milik Iori. Pemandangannya sedikit berbeda.
Sorata meluruskan pahanya, dan bersandar pada kursinya.
Hal yang hanya bisa dilakukan ketika mempunyai pacar ya.”
Walaupun maksudnya berbeda, tapi rasanya Nanami pernah mengatakan hal seperti ini juga.
--Juga tolong memikirkannya dengan mempertimbangkan masa depan nanti saat kita menjadi pasangan.
Pacar.
Pasangan.
Menjalin hubungan.
Pacar ya……..”
Dulu pernah beberapa kali ingin mempunyai pacar. Kalau ditanya apa sekarang menginginkan seorang pacar, pasti sekarang tetap saja akan memikirkannya.
Hari hari bersama pacar.
Sorata tidak pernah memikirkan hal seperti itu.
Saat pagi dengan berjanji untuk bertemu didepan gerbang sekolah, lalu belajar bersama, lalu bertukar pesan saat guru sedang menjelaskan. Saat istirahat siang makan siang bersama sama, lalu mungkin saja kadang kadang akan dibuatkan bekal, 2 orang dengan malu malu mengatakan : ‘bagaimana? Enak kah?’  , ‘Hn, enak loh.’. Lalu setiap sepulang sekolah bertemu didepanrak sepatu, mengobrol siapakah yang lebih cepat tiba saat pagi tadi atau ngobrol topik topik yang tidak penting saat pulang bersama.
Biarpun tidak mempunyai sesuatu yang tidak ingin dikatakan, malam tetap saja akan mengirim e mail.
Misalnya janji saat liburan pergi kencan, mau pergi ke taman hiburan, taman laut, nonton film atau jalan jalan. Saat musim panas juga coock untuk pergike laut atau kolam renang, melihat pacar menggunakan pakaian renang, merasa bersemangat juga malu………2 orang dengan senang bermain, atau melihat perempuan lain menggunakan pakaian renang sampai melamun, sampai sampai pacar marah besar. Dengan seperti itulah, tidak peduli apakah itunatal, tahun baru, valentine ataupun white valentine, hari apapun harus dilewati secara bersama sama.
Sorata berpikir sampai sini, pacar yang dibayangkan dalam otak itu, bukan Mashiro, tapi Nanami.
Setelah itu, dalam waktu yang terkumpul, mungkin terkadang akan bertengkar dan memperlebar jaraknya. Tapi suatu saat nanti pasti akan sampai masuk kamar masing masing, berciuman, berhubungan badan, lalu akan ada pengalaman untuk pertama kalinya.
“………….”
Didalam otaknya, bayangan Nanami yang terbaring diatas kasur sedang menatap Sorata.
“……….Aaaa~~! Apa yang kupikirkan!”
Sorata dengan kuat memukul kepalanya, untuk menghilangkan pemikirannya yang tidak benar itu.
Sebenarnya apa yang dia pikirkan dengan Nanami yang menyatakan cinta padanya?
Sorata merasa benci dengan bagian dirinya yang kotor.
“…….Tapi yang namanya pacaran, mungkin seperti itu.”
Sorata yang mengatakan itu mulai menenangkan  dirinya.
Tidak bisa menghilangkan itu untuk berpikir.
Kemudian dia terpikir hal hal yang dikatakan Jin.
---Kalau Aoyama, kurasa walaupun malu, dia tetap akan berusaha untuk melakukan hal hal itu.
Maksudnya hal hal itu apa………..”
Pikirannya sama sekali tidak bisa tenang.
Sorata berusaha menenangkan diri, dan keluar dari ruang makan dan berjalan ke taman.
Dia duduk dan meluruskan kakinya diteras.
Walaupun hari ini  saat siang tadi tertulis rekor suhu yang baru, tapi segera setelah matahari terbenam kembali menjadi dingin dan sejuk lagi.
Angin dingin bertiup ke arah kakinya.
Setelah sesaat, dibelakang terdengar sesuatu yang terjatuh.
Sorata penasaran dan membalikkaan kepalanya, yang terlihat adalah Mashiro yang terjatuh dilantai, sosoknya seperti anjing laut yangsedang menjemur dirinya.
Uwa, hoi!”
Sorata buru buru berdiri, dan kembali ke dalam ruangan dan berlari ke arah Mashiro.
Hoi, hoi! Shiina ?”
Dia mulai menggendong Mashiro dan memanggilnya.
Ada apa dengannya?Tidak enak badan?Padahal kemarin malam dikamar masih baik baik saja, bahkan suasana hatinya sangat bagus, kondisi badannya juga baik.
Jangan jangan dia sedang sakit?Dalam pikiran Sorata mulai memunculkan pikiran negatif, dan mulai terlihat khawatir.
Disaat seperti ini----
Zzzzzz………zzzzzzzzzz.”
Terdengar suara napas tidur.
Huh?”
Zzzzzzz…………zzzzzzzz………hn~~”
Sedang tidur?”
Hn~~”
Tak usah jawab pakai suara napas! Cepat bangun, Shiina!”
Sorata dengan sedikit kasar menggoyang goyangkan bahunya, kalau tidak begitu, dia yang sekarang pasti tidak akan bangun.
“……….Ada apa?”
Mashiro dengan perlahan membuka kedua matanya, dengan tatapan bertanya melihat ke atas.
Masihbertanya, kenapa kau tiba tiba terjatuh! Disini ruang makan loh?”
Mashiro melihat ke kanan, kemudian melihat ke kiri……..awalnya dia kira akan begitu, tapi ternyata ditengah tengah dia menyerah dan kembali menutup kedua matanya.
Dan tidak sampai sedetik terdengar lagi suaranya tertidur.
Tidak boleh tidur!”
“Sorata, ribut.”
Kalau ingin tidur, kembali ke kamar!”
Mashiro berpikir sebentar.
Tidak boleh tidur loh.”
Lalu menunjukkan reaksi yang aneh.
Bukannya tadi kau tertidur?”
Sorata dengan sakit kepala bertanya.
Bahkan belum selesai.”
Hari ini juga mungkin karena menggambar komiknya dia sampai tertidur. Padahal sudah mau ulangan, tapi Mashiro sama sekali tidak membuat persiapan.
Kau tidak tidur?”
Dengan melihatnya bisa tahu, jangan jangan sejak malam tadi dia sama sekali tidak tidur.
Perut juga lapar.”
Jadinya meninggalkan kamar?”
Lalu dimarahi Sorata.”
Sudahlah, pokoknya dia tertidur karena terlalu lelah…….Sepertinya begitu.
Sorata dengan kuat menarik Mashiro, membantu dia dudukdikursi, lalu memberinya kue bolu.
Mashiro dengan pelan memakannnya.
“Setelah selesai makan itu, pergilah tidur dan jangan lupa untuk sikat gigi.”
“Aku masih mau membuat naskahku.”
“………….”
Inilah situasi ketika kau mengatakan apapun tidak akanberpengaruh.
Biarpun mulutnya sedang makan kue bolu, tapi kesadarannya semuanya tetap ada pada komiknya. Berbicara dengan Sorata juga hanya refleks saja, kira-kira besok dia akan lupa dengan pecakapan hari ini.
“Kau hebat sekali………”
“………”
Dia sudah tidak mendengar Sorata berbicara lagi.
Perasaan seperti apakah ketika berpacaran dengan Mashiro? Sorata mencoba untuk membayangkan masa depannya.
“…………..”
Lalu entah kenapa, tidak ada apapun dalam bayangannya.
Kalau lawannya itu Nanami, maka bisa dengan mudah terbayangkan, dan tidak bisa menaruh Mashiro ke dalamnya. ‘Are……?’ , bahkan e mail yang tidak pentingpun.
“Hn………..?”
Juga makan bekal buatan pacar.
“………….”
Bahkan kencan saat hari libur………semua itu samar samar.
“………..Mengapa?”
Di dalam dadanya seperti tertusuk terus dan tidak enak, suasana hati yang seperti ingin tebakar, dalam hatinya mulai tidak tenang, dalam pikirannya terdengar suara seseorang.
Itu adalah suara Sorata sendiri.
“Tidak, tunggu bentar……”
Tidak ada siapapun sedang menyuruh Sorata cepat, tapi ada sebuah perasaan yang mengatakan harus cepat, mulai menimpanya dari belakang. Dia berusaha untuk melepaskan itu, berusaha menenangkan dirinya tidak apa apa, lalu berpikir.
Sampai saat ini dia melihat Mashiro seperti apa?
Mempunyai perasaan seperti apa terhadap Mashiro?
Apakah ini perasaan yang terus bertumbuh saat bersama Mashiro?
Pertemuan pertama mereka berada pada bulan april tahun lalu.
Di sebuah kursi panjang depan stasiun.
Sorata dimintai Chihiro untuk ke sana menjemput seseorang.
Yang menunggu di sana adalah, seorang gadis yang polos…….yaitu Mashiro.
Kehadirannya seperti peri yang ada di dalam cerita dongeng.
Pandangan Sorata dengan segera direbut, sejak hari itu hatinya terus tertarik.
Tapi yang dilihat Sorata saat itu, hanyalah sebuah bagian kecil dari Shiina Mashiro. Setelah itu dia baru menyadarinya, itu hanya penampilan luarnya.
Dia terhadap dirinya yang dijuluki seorang pelukis jenius tingkat dunia, dia tidak bangga juga tidak puas. Dan tidak peduli dengan pendiriannya itu, biarpun perlu mulai dari nol, dia tetap dengan yakin mengejar tujuannya yaitu menjadi seorang komikus, dan dengan debut yang cantik, sekarang bahkan sudah mempunyai serialisasi di majalah komik bulanan.
Tidak takut untuk berusaha, tidak ragu terhadap segala tantanganan yang ada. Biarpun tidak boleh, tetap saja bisa bangun dengan segera, selalu berpegang keberanian yang hebat itu.
Terhadap Mashiro yang begitu, Sorata sekali lagi merasa terharu dan menghormatinya.
Dirinya sendiri juga sudah ingin melakukan sesuatu.
Masih ragu apakah harus pergi menantang tujuannya itu, Sorata yang tidak bisa melakukan apapun itu, disadarkan oleh Mashiro.
Situasinya yang memimpin, bahkan Sorata tidak bisa melihat bayangannya.
Sorata berharap suatu hari nanti bisa menyusul Mashiro, dan sekarang sedang berusaha, tapi sama sekali tidak bisa mengejarnya. Biarpun begitu, tetap saja ingin menjadikannya sebagai tujuan.
Bagaimana orang-orang menjuluki kehadirannya yang seperti itu?
Menggunakan kata-kata apakah untuk mendeskripsikan perasaan ini?
“…………”
Jawabannya sudah tertidur dalam hati Sorata.
---kagum.
Disaat dia menyadarinya, Sorata mulai merasa dirinya menjadi pucat. Biarpun tidak melihat ke cermin juga tahu pucat, hampir tidak perlu menyentuh pipinya sudah bisa merasakan dinginnya.
---tapi, mungkin kau salah paham.
Sekarang akhirnya mengerti kenapa Chihiro berbicara seperti itu. Akhirnya semuanya terhubung.
“Maksudnya salah paham, maksudnya inikah……..”
Sorata kemudian menunjukkan suara yang terdengar kering.
“Sorata?”
Mashiro yang sepertinya sudah menghabiskan kue bolunya itu terus menatap Sorata.
Suaranya terdengar sangat jauh bagi Sorata.
Perasaan seperti Mashiro sedang berdiri disebuah dunia yang dipisahkan melalui dinding transparan itu menghampirinya.
----Apa hanya karena aku kagum pada Shiina……?
Lalu apa dirinya salah mengira ini sebagai cinta?
Sorata seperti terjatuh ke dalam jebakan hati yang pasrah.
Depan matanya dihalangi oleh sebuah kegelapan.
“Sorata aneh sekali.”

Mashiro memiringkan kepalanya, suara yang terdengar suasana hatinya sedang bagus itu sudah tidak dapat didengar Sorata lagi.