PEMANDANGAN NUN JAUH
Cara
untuk membentuk sebuah party sangatlah mudah. Sepanjang telapak tangan kalian
terhubung dan merapalkannya dalam hati masing-masing, sebuah lingkaran merah
akan muncul pada kelingking tangan kanan masing-masing.
Lingkaran
merah itu terlihat seperti sebuah cincin, tapi itu tidak memiliki bentuk fisik.
Jadi kau tidak bisa menyentuhnya dengan tanganmu. Ini terasa seperti teknologi
AR (TL Note: Augmented Reality, googling aja.)---- itu yang aku pikirkan. Seorang
penulis sains fiksi tertentu yang hebat mengatakan: "Dengan perkembangan
sihir itu akan jadi seperti sains saja".... Wow~ benarkah?
"...Cincin
yang cocok."
Arisu
melihat ke arahku dengan senyuman malu di wajahnya.
Senyuman
itu seperti setangkai kembang suci, membuatku meneguk air ludahku.
Aku
tidak tahu jika dia melihat kegerogianku atau tidak. Aku mengamati Arisu yang
penuh senyuman dan sepertinya dia memang benar-benar gembira.
Ah,
lupakan itu. Ngomong-ngomong, aku mendapatkan seorang rekan. Ini bisa dikatakan
sebagai pengambilan langkah besar.
Sekarang
hal yang paling penting adalah....
"Mari
kita cek situasi saat ini."
Aku
berbicara sendiri, meminta Arisu untuk mengikutiku dan kemudian berjalan ke
arah yang menjauhi jalanan utama. Arisu mengikuti dengan panik.
"Mau
kemana kamu?"
"Di
depan sana ada sebuah tebing, dari sana kita bisa melihat pemberhentian
bus."
Arisu
memberikan ekspresi terkejut.
Ya,
itu ah. Itu normal untuk bereaksi seperti itu.
Tapi
sekarang bukanlah situasi yang normal. Arisu dan aku harus mengetahuinya dan
memastikannya dengan mata kami sendiri.
Pada
saat ini, apa yang sebenarnya terjadi pada gunung ini?
Tidak,
kita harus tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Sekolah
kami ---- Sekolah Swasta Kitayama, berlokasi di sebuah gunung yang dikenal
sebagai Kitayama oleh penduduk sekitar.
Lebih
tepat dikatakan bahwa seluruh area gunung merupakan properti milik sekolah.
Dari
pemberhentian bus terdekat melalui tanah lapang sampai ke kaki gunung dengan
mengendarai mobil akan memakan waktu setidaknya 30 menit.
Dari
kaki gunung ke bangunan sekolah, perjalanan dengan mobil juga akan memakan
waktu 30 menit dan kondisi jalan sangatlah buruk dimana tidak cocok untuk jalan
kaki.
Bangunan
SMA berada pada sisi barat daya dari gunung, sedangkan bangunan SMP berada pada
sisi tenggara.
Ada
dua jalan yang menghubungkan dua bangunan sekolah. Jalan barusan dimana kami
berburu orc adalah salah satunya dan kami menyebutnya "Jalan
Selatan".
Jika
kita mengambil sisi utara jalan yang menghubungkan dua bangunan sekolah, hanya
akan memakan waktu 10 menit. Tetapi menurut Arisu, setelah gempa bumi, jalan
itu ditutupi oleh tanah longsor dan tidak lagi berfungsi. Sejak awal dia juga
menggunakan jalan itu untuk kabur, namun setelah menemukan bahwa tidak ada
jalan keluar di sana, dia terpaksa kabur ke sini.
Ngomong-ngomong,
posisi kami saat ini berada pada rute terpanjang yang menghubungkan dua
bangunan sekolah dan juga sedikit ke selatan dari Jalan Selatan.
Kami
saat ini menuju arah selatan dari sini, jadi saat kami mencapai tebing dan
melihat ke bawah, kami bisa melihat tempat pemberhentian bus di jalanan
terdekat kota ini.
Kami
yang sudah sampai tebing benar-benar bisa dengan jelas melihat pemandangan dari
jauh.
Tapi
tetap yang dapat kami pandangi hanyalah hamparan padang rumput luas di depan
kami.
Itu
benar, itu adalah padang rumput. Di ufuk ada gunung yang sangat megah, namun
tepat di depan kami sebuah hamparan luas padang rumput.
Tak
hanya kota, bahkan bangunan dan tanah lapang tidak bisa terlihat. Tentu saja
tidak ada manusia yang terlihat.
Burung-burung
terbang di atas kami. Tapi setelah melihat ke arah mereka dengan jelas, kami
menemukan bahwa mereka berbeda spesies dengan apa yang kami ketahui.
Burung-burung
yang kami ketahui tidak sebesar itu. Tidak hanya burung yang sejatinya ada, bahkan
dinosaurus pun tidak sebesar itu.
Burung
raksasa itu mendarat di atas padang rumput.
Di
sana ada seekor gajah di atas padang rumput. Namun burung raksasa itu lebih
besar dibanding gajah itu, dia menggunakan cakar tajamnya dan perlahan
menangkap si gajah, sebelum melebarkan sayapnya untuk terbang....
Lalu,
dia menghilang ke sisi lain ufuk seperti di sini.
"Sekarang,
aku ingin menanyakan sebuah pertanyaan yang sangat bodoh."
Mmm,
aku juga. Aku ingin mengatakan suatu perkataan yang sangat sangat bodoh dan aku
harap mengatakannya dengan rasa putus asa.
"Di
mana pemberhentian busnya?"
"Aku
tidak tahu, seharusnya tidak jauh dari sini."
Yah
itu benar ---- kata Arisu, menggaruk-garuk belakang kepalanya malu.
Hmm~
bukan itu kan? Hal yang mau kau tanyakan bukan itu kan?
Aku
menurunkan kepalaku dan melihat ke arah gadis di sampingku, sementara Arisu
melihat ke arahku dengan wajah kebingungan.
"Maaf,
aku tidak tahu harus membuat ekspresi macam apa sekarang."
Kau
bisa tertawa ---- Aku ingin berkata seperti itu, tapi aku tidak menginginkan dia
tahu bahwa aku seseorang yang cupu, jadi aku berkata sendiri setelah setengah
jalan mengatakannya.
Kondisinya
sudah seperti ini dan aku masih memikirkan hal sepele seperti itu, aku tidak
bisa apa-apa kecuali merasa bahwa diriku seperti seorang idiot....
Aku
sudah memperkirakan situasi seperti ini.
Aku
sudah samar-samar menebak situasi kami saat ini. Di dalam White Room, aku sudah
mengajukan banyak pertanyaan mengenai situasi ini contohnya, meski orang itu
(TL Note: Merujuk ke Si Laptop) tidak memberikanku jawaban yang jelas, tapi
saat kau menghubungkan semua jawaban yang kita ketahui, itu menjadi jelas.
Maka
dari itu, alasan aku datang ke tempat ini sebenarnya hanya untuk memastikannya.
Aku rasa
ini mungkin terjadi selama gempa bumi.
Pada
saat itu, kami....
Tidak,
pasti seluruh area gunung terlibat dalam perubahan besar ini.
Aku
dengan pelan memegang tangan Arisu. Tangannya sangat hangat. Arisu memegang
erat tanganku kembali, seperti dia menemukan sebuah kayu apung di lautan.
"Arisu,
ayo kita level up bersama-sama dan kemudian kita kembali mengajukan
pertanyaan."
"Ya,
Kazu-senpai.... Ayo kita level up bersama-sama."
Kami
tidak bisa berdiam diri di sini tanpa tujuan.
Jadi
kami memutuskan tujuan selanjutnya.
Level
up. Setelah menaikkan level, menuju White Room, dan bertanya kepada orang itu
tentang situasi saat ini.
Kami
menggenggam tangan bersama, kembali melewati rute yang sama.
Si
Gagak mengintai di udara dan menemukan seekor orc.
Orc-orc
itu terlihat datang dari puncak gunung. Saat mereka menuju ke bawah, rute yang
mereka lalui berpapasan dengan jalan dan dengan begitu mereka berpencar ke kiri
dan ke kanan. Yang mengarah ke timur akan mencapai gedung SMA, sedangkan yang
menuju barat akan mencapai gedung SMP.
"Apa
yang sebenarnya ada di puncak gunung?"
Pertanyaan
seperti itu muncul dalam hatiku, tapi aku saat ini tidak ingin terburu-buru
masuk ke dalam kerumunan orc. Kami menarik orc satu per satu ke dalam hutan
yang berada di utara jalan dan menunggu sampai mereka mencapai hutan yang dalam
dimana tidak ada suara bertarung yang bisa didengar, lalu Arisu dan aku akan
bekerja sama untuk membunuh mereka.
Kemampuan
tombak Arisu sangatlah bagus. Lebih tepat mengatakan bahwa itu pasti karena
kekuatan dari Spear Skill yang sangat luar biasa.
Arisu
beberapa saat yang lalu bahkan tidak bisa berdiri dengan benar dan saat dia
menusuk, terlihat kurangnya tenaga dan dia bahkan tidak bisa mengenainya dengan
akurat. Dengan kata lain, itu buruk. Namun sekarang, dia yang sudah mendapatkan
Spear Skill Rank 1, sudah seperti seorang tentara yang terlatih, berdiri tegak
dan menusuk dengan tombak, bermain-main dengan para orc.
Hanya
dengan kemampuan sendiri, Arisu hampir setara dengan para orc.
Tapi,
Arisu memiliki support magic dariku.
<<Keen
Weapon>>, <<Physcial Up>>, dan <<Mighty Arm>>.
Tiga
support magic ini sudah sangat membantuku sejak Rank 1 dan setelah menjadi Rank
2, efeknya menjadi lebih kuat dari sebelumnya mendukung Arisu.
Berkat
support magic ini, bahkan jika itu satu lawan satu, gadis ini yang lebih kecil
dan lemah dapat mendesak orc yang berotot.
Si
Orc mengayunkan pedangnya membabi buta, menyerang dari sisi depan.
Arisu
memperlebar jarak antara Si Orc dengan langkah kakinya yang gesit dari
<<Physical Up>>, lalu memfokuskan kekuatannya pada lengannya yang
diperkuat oleh <<Mighty Arm>>, dan menggunakan tombak besi yang
sudah dipertajam dengan <<Keen Weapon>> untuk menyerang.
Serangan
Arisu mengakibatkan Si Orc mendapatkan luka serius pada kakinya dan jatuh ke
tanah sambil mengerang.
Pada
saat ini tanpa sedikitpun keraguan, Arisu menusukkan tombaknya ke dalam tubuh
orc dan makhluk manusia berwajah babi itu mulai mengeluarkan darah biru.
Si
Orc dengan segera mencoba kabur, namun Arisu mengejarnya tanpa ragu.
Berkat
<<Physical Up>>, langkah kaki Arisu lebih cepat dibanding Si Orc.
Arisu
berhasil menyusul Si Orc dengan cepat. Dengan sebuah teriakan, dia menusuk
kembali dan Si Orc menjerit.
Pertarungan
memakan waktu sekitar 1 menit. Lalu Si Orc yang lehernya sudah ditusuk oleh
Arisu mulai bersinar dan berangsur menghilang.
Kami
menahan Si Orc dari depan dan mendapatkan kemenangan.
"Itu
luar biasa!"
Arisu
gembira bukan main. Meski dia masih terengah-engah karena pertarungan yang
barusan usai, tapi dia tetap melompat-lompat ke sana ke mari bahagia dengan
tombaknya, kemudian memelukku.
Ujung
puncak Arisu yang menggairahkan menekan dadaku. (TL Note: ( ͡° ͜Ê– ͡°))
Sensasi
lembut dan kenyal membuat perkataanku jadi tidak karuan dan aku menurunkan
pandanganku untuk melihat Arisu.... Dia yang kembali sadar mulai merona merah
dan memalingkan pandangannya menjauh dariku.
"Aa...
maaf."
Arisu
dengan segera melepaskanku dan berbalik ke sisi lain, namun dia sesekali
mengintip ke arahku.
Ada
apa sih dengan gadis ini? Kepintarannya dan kegesitannya barusan dengan wajah
tak berdosa dan tak berdayanya sekarang, bukankah perbedaannya terlalu besar?
Mendadak
alarm di dalam hatiku berdering. Apakah dia mencoba mengambil alih diriku? Atau
mencoba memanfaatkanku?
Tidak,
sebenarnya ini tidak seburuk itu.
Saat
ini kami berdua saling membutuhkan. Jika dia tidak memiliki support magic, saat
Arisu menghadapi seekor orc, dia pasti akan masuk ke dalam pertarungan yang
sulit. Bahkan di bawah bantuan <<Mighty Arm>>, kekuatan dia masih
lebih lemah dibanding para orc. Saat menghadapi pertarungan jarak dekat, dan
situasi pertarungan adu kekuatan, dia akan terdesak jatuh ke tanah dengan
cepat. Untuk kabur dari area serang lawan, <<Physical up>> yang
meningkatkan kecepatan dibutuhkan.
Juga
menghilangkan karat tombak dan memperkuat kekuatan serangnya merupakan magic
milikku. Jika kondisi darurat terjadi, aku berniat menggunakan Si Gagak untuk
menahan Si Orc untuk melindungi dirinya. Lagipula, levelku saat ini 2, ada
banyak cara yang bisa digunakan.
Dengan
begitu, setidaknya untuk saat ini, keuntungan untuk kami satu sama lain itu
sama.
Masalahnya
adalah kedepannya. Dia pernah berkata dia membutuhkan kekuatan, aku seharusnya
menanyakan alasan mengapa dia membutuhkan kekuatan. Aku seharusnya
menanyakannya sejak awal, itu benar-benar kesalahan perhitunganku.
Aku
menurunkan kepalaku berkecil hati. Arisu memandangiku dengan seksama.
"Arisu,
kita tahu bahwa kita punya kekuatan untuk bertarung. Sekarang kita harus
menentukan tujuan kita selanjutnya."
Mengatakan
itu, mataku bertemu dengan mata Arisu. Aku memandang langsung ke arah mata
obsidian itu.
"Apa
yang ingin kau lakukan selanjutnya?"
Arisu
ragu untuk sesaat dan kemudian dia menganggukan kepalanya penuh semangat.
"Aku
punya sebuah pemrintaan."
Setelah
dia menyelesaikan perkataannya, dia melihat ke arah barat.
Sisi
lain dari hutan pasti itu bangunan SMP. Jadi bisa dikatakan, dia dikejar oleh
Si Orc dari sana sampai ke sini.
Dia
mengatakan dia menuju ke jalan utara untuk kabur pertama kali, sebelum mengubah
rutenya dan sampai ke sini. Tapi sebelum itu, di mana dia sebelumnya? Di mana
dia bertemu dengan para orc?
"Aku
ingin menyelamatkan temanku. Kazu-senpai, apakah kamu mau pergi ke bangunan SMP
bersamaku?"
Teman.
Dia ingin menyelamatkan temannya.
"Kau
bilang... menyelamatkan temanmu dari para orc?"
Arisu
mengangguk.
Dan
kemudian dia menurunkan kepalanya terlihat tidak bisa berbicara.
Akhirnya
dia memutuskan, mengepalkan tangannya di depan dadanya dan melihat ke arahku.
Dia
berkata....
"Aku
meninggalkan temanku yang dikejar oleh seekor orc dan kabur sendirian."
Dia
mengakui dosanya.
1 Comments
lanjut mind
BalasHapusPosting Komentar