Rokujouma no Shinryakusha!?
Jilid 7 Bab 2
Kondisi Natal Semua Orang
Bagian 1
Selasa, 22 Desember
Koutarou menunjukkan dua buah kartu pada Yurika.
“Yurika, pilih satu.”
“Hmmmmm...”
Yurika melihat dua kartu di depannya. Karena dia hanya bisa
melihat bagian belakang kartu tersebut, dia tidak tahu kartu apa saja itu.
Yurika memandangi dua kartu itu dengan intens seolah mencoba membaca kartu
tersebut.
Hari ini, perebutan kepemilikan kamar 106 ditentukan
menggunakan permainan kartu untuk pertama kalinya dalam beberapa waktu.
Masing-masing dari mereka mengusulkan permainan yang dikuasai mereka dan bisa
diikuti oleh semuanya. Saat ini mereka sedang memainkan permainan mereka yang
kelima, Old Maid, yang merupakan usulan Yurika.
Permainannya sudah berjalan ke tahap akhir. Meskipun belum
ada yang kalah, semuanya memiliki 1 sampai 3 kartu lagi, dan pertandingannya
hampir selesai.
Kartu Koutarou terdiri dari joker dan as sekop, sedangkan
Yurika punya satu kartu lagi. Koutarou ingin Yurika mengambil joker dari
tangannya.
“Kartunya tidak akan tembus pandang berapa lamapun kau
melihatnya tahu, jadi cepat ambil satu.”
“Tapi jika aku dapat perawan tuanya, bisa gawat.”
“Bagiku malah bagus.”
“J-jahat sekali, Sanae-chan.”
Tangan Yurika bergerak-gerak antara dua kartu tersebut.
Situasi ini menyebabkan Yurika yang biasanya tidak tegas menjadi semakin ragu.
Jadi bisa dimengerti apabila Sanae menyuruhnya untuk lebih cepat. Bahkan
setelah ragu-ragu sebentar, dia masih belum memilih kartu. Sampai sekarang,
situasi itu selalu terjadi.
“Berjuang! Yurika!”
Yurika menyemangati dirinya sendiri dan memasang wajah
tajam. Dia kemudian mengambil keputusan dan mengambil salah satu kartu di
tangan Koutarou.
“Eeeii!!”
Dia mengambil kartu sambil berseru. Karena dia takut
mengambil perawan tua, dia menutup kedua matanya. Kemudian dia mendekatkan
kartu tersebut ke wajahnya dan membuka salah satu matanya dengan ketakutan.
“Ah!?”
Saat dia membuka matanya, wajahnya menjadi cerah. Kartu yang
dia ambil adalah kartu bertuliskan as sekop.
“Berhasil! Aku selesai!!”
Yurika memasangkan kartu di tangannya dengan kartu yang baru
dia ambil dan melemparkannya ke meja teh. Dia kemudian mengangkat tangannya dan
bersorak.
“Hoo...”
Melihat itu, Kiriha kelihatan terkesan. Setelah kalah
melulu, kemenangan Yurika hanya akan memperpanjang perebutan kamar 106. Karena
Kiriha menginginkan situasi seperti itu, dia menyambut kemenangan Yurika.
“Eeeh!? Yurika menang lagi!?”
Sementara itu, Sanae kelihatan tidak puas. Dia cemberut
sambil melihat kartu yang dilemparkan Yurika ke meja. Sanae hanya benci kalah,
jadi dia tidak bisa menerima kemenangan Yurika.
“Kau curang ya!?”
“T-tentu saja tidak!”
Yurika buru-buru menggelengkan kepalanya ketika Sanae
menuduhnya. Sebenarnya ada satu hal lagi yang tidak bisa dia terima, dan hal
itu adalah kemenangan beruntun Yurika.
Yurika masih tetap kalah seperti biasanya saat bermain
permainan yang mengandalkan otak daripada otot, tapi entah kenapa, dia sangat
beruntung ketika bermain permainan yang bergantung pada keberuntungan. Berkat
hal itu, Yurika berangsur-angsur mengumpulkan poin dan lolos dari situasi
bahaya yang dia alami.
“Tenanglah, Sanae. Setidaknya, dia tidak curang.”
“Tidak mungkin! Dipikirkan berapa kalipun, Yurika menang
sebanyak ini itu terlalu aneh!”
Meskipun Koutarou mencoba membujuknya, Sanae tidak bisa
menerima hal itu. Kemenangan beruntun Yurika terlalu luar biasa untuk bisa
dimengerti Sanae.
“Terimakasih, Satomi-saaa~n! Aku tahu kamu memang orang baik
sejak kita pertama kali bertemu!”
Air mata syukur mengalir di pipi Yurika ketika dia mendapat
dukungan tak terduga dari Koutarou. Seperti biasanya, dia menggenggam tangan
Koutarou dan menjabat tangannya dengan intens.
Fufufu, Satomi-san benar-benar sekutuku. Dia sungguh
mengerti diriku.
Yurika senang karena Koutarou percaya padanya.
“Tenanglah, Sanae. Percayalah sedikit pada Yurika, oke?”
Ketika tangannya masih dijabat oleh Yurika, Koutarou mencoba
membujuk Sanae dengan tenang.
“Benar. Aku tidak curang.”
Yurika tersenyum dan mengikuti jejak Koutarou. Karena
Koutarou ada di pihaknya kali ini, Yurika semakin keras kepala.
“Tapi-”
“Pikirkan saja. Dia ini Yurika, kan? Dia tidak mungkin
curang.”
“Hah?”
Tetapi, sesaat kemudian, senyuman Yurika membeku. Kata-kata
Koutarou selanjutnya berubah menjadi hal yang tidak diduga.
“Mengesampingkan Kiriha-san, bagaimana bisa Yurika berbuat
curang tanpa kita ketahui? Dia ini kikuk dan tidak bisa memasang poker face dengan benar.”
Koutarou sama sekali tidak mempertimbangkan kemunginan
Yurika berlaku curang.
Lebih tepatnya, Yurika tidak curang. Malah...
Koutarou menoleh ke arah Kiriha. Kiriha sedang menonton
Sanae dan Yurika dengan senang.
Dalam pikiran Koutarou, lebih masuk akal jika Kiriha memberikan
kartu-kartu yang membuat Yurika lebih mudah menang.
Kiriha barangkali juga tidak berlaku curang.
Baik Yurika maupun Kiriha tidak berlaku curang. Itulah
kesimpulan Koutarou.
“...Benar juga. Maaf sudah menuduhmu, Yurika. Aku salah.
Tidak masuk akal jika orang kikuk sepertimu bisa berlaku curang.”
“Ya, percaya saja padanya, Sanae. Dia tidak mungkin curang.”
“Jadi itu maksudnya pas bilang kau percaya padaku!?”
Namun, pada akhirnya, Yurika masih meneteskan air mata
kesedihan.
Bagian 2
“Aku pasti akan main curang; kecurangan hebat yang tidak
akan diketahui siapapun...”
Ketika Yurika, yang sedang bicara sendiri dan menghadap
tembok, menoleh ke belakang, dia bisa melihat penghuni lainnya sedang minum teh
dengan tenang. Ada enam cangkir di meja; enam buah karena Shizuka datang untuk
bermain, tanpa menghitung Sanae, yang tidak bisa minum sendiri.
Pada akhirnya, permainan kartu hari ini berakhir dengan
kemenangan Yurika. Keberuntungannya berperan besar dalam hal ini. Yurika
mendapat banyak poin dari Theia, yang tadinya memimpin perolehan poin.
“Koutarou, setelah istirahatnya selesai, kita akan sedikit
latihan.”
“Memangnya sedikit latihan bisa dihitung latihan?”
“Jika kau tidak suka, aku tidak keberatan jika kita
menggantinya jadi banyak latihan.”
“Tidak, aku tidak terganggu sedikitpun, tuan putri
Theiamillis.”
“Sepertinya kau sudah sadar betul siapa tuanmu sekarang,
Satomi Koutarou.”
“Siapa yang kau bilang tuan!?”
Tetapi, suasana hati Theia sedang bagus meskipun dia sudah
kalah telak. Tingkahnya seolah-olah dia tidak perduli lagi soal poin tersebut.
“Sudah terlambat ketika Satomi-san menyadari kecuranganku. Akan
kugunakan teknik elegan, teknik elegan, dan... dan...”
Air mata terus mengalir di pipi Yurika.
Melihat Theia yangsedang gembira dan Yurika yang sedih,
sulit dilihat siapa yang sebenarnya menang.
“Satomi-kun.”
Di momen itu, Shizuka yang sudah selesai minum teh memanggil
Koutarou.
“Tidak usah malu-malu, aku sudah paham.”
“Brengsek, cuma karena dramanya tinggal sebentar lagi, kau
jadi― Huh? Apa?”
Koutarou yang sedang bicara dengan Theia, menolehkan
kepalanya ke arah Shizuka.
“Hei Koutarou, kita belum selesai bicara.”
“Ah, awawawaw.”
Theia lalu mencengkram kepala Koutarou dengan kedua
tangannya dan menolehkan kepalanya kembali dengan paksa. Koutarou pun berteriak.
“K-kau mau leherku patah!?”
“Ah, maaf.”
Namun, setelah Koutarou berteriak kesakitan, Theia segera
melepaskan kepala Koutarou. Theia tidak mau melukainya. Karena tanggal main
dramanya tidak lama lagi, dia tidak boleh membiarkan actor Ksatria Biru terluka.
“...Kamu kelihatan sedang bersenang-senang, Satomi-kun.”
“Aw... Ini tidak meyenangkan sama sekali. Jadi ada apa, ibu
kos-san?”
“Benar, tentang itu.”
Shizuka menyatukan kedua tangannya dengan senang, sebelum
memutar-mutar jari jemarinya dan mulai bicara.
“Satomi-kun, kudengar kamu kerja paruh waktu lagi.”
“Eh? Kenapa kamu tahu?”
“Aku dengar dari Mackenzie.”
“Si Brengsek itu, bicara hal yang tidak perlu...”
Koutarou mengingat kembali pertemuannya dengan Kenji dan
sedikit menjentikkan lidahnya. Seperti yang Kenji kira, Koutarou merahasiakan
kerja paruh waktunya.
“Oh, kerja paruh waktu baru, ya.”
“Jadi itu alasan kau pulang telat, akhir-akhir ini?”
“Tak kusangka kau bisa bekerja dalam keadaan sedingin ini...”
“Aku akan main curang, aku paasti akan main curang...”
Setelah mengetahui kerja paruh waktu Koutarou yang baru,
keempat penjajah menunjukkan reaksi yang berbeda-beda. Kiriha kelihatan senang
sambil menyeruput tehnya, Theia menganggukkan kepalanya, Sanae merasa khawatir
kalau Koutarou bisa terkena demam di cuaca dingin ini dan Yurika masih bicara
sendiri sembari menghadap tembok.
Keempat penjajah menunjukkan respons positif, tapi ada satu
orang di kamar 106 yang menunjukkan reaksi berlawanan.
“...”
“Ada apa, Ruth-san?”
“Tidak, bukan apa-apa.”
Kerutan yang dalam muncul di dahi Ruth ketika dia melirik
tajam ke arah Koutarou. Saat Koutarou bertanya apa ada yang salah, Ruth
menjawab bukan apa-apa dan memalingkan wajahnya, tapi Koutarou tahu kalau Ruth
tidak berkata jujur.
“Jadi kenapa kamu mulai kerja lagi, Satomi-kun?”
Saat Shizuka bertanya begitu, keruan di dahi Ruth semakin
dalam.
“Kenapa, yah―”
“Apa demi mendapat uang buat kencan Natal!?”
Berbeda dari Shizuka, yang matanya berkilau dan penuh rasa
ingin tahu, wajah Ruth semakin gelap dan gelap.
Apa?
Koutarou melihat ke arah keduanya dengan bingung.
“Karena sudah ketahuan, tidak perlu disembunyikan lagi.”
Kiriha, yang dari tadi mendengarkan, tersenyum lebar ke arah
Koutarou. Senyumannya segera berubah menjadi senyuman yang anggun dan dia mulai
bicara pada Shizuka. Koutarou memiliki firasat buruk tentang apa yang akan
terjadi, tapi karena dia terlalu mencemaskan Ruth, dia tidak punya kesempatan
untuk menghentikan Kiriha.
“Sebenarnya Shizuka, saya dan Koutarou berencana kencan di
hari Natal.”
“Sudah kuduga!! Jadi kamu berkencan dengan Kiriha!!”
Di waktu yang sama dengan Shizuka berseru, suasana di kamar
106 membeku. Pandangan yang terfokus pad Koutarou meningkat dari satu menjadi
empat. Tiga tatapan tambahan datang dari Sanae, Yurika and Theia. Ketiganya
memberi tekanan pada Koutarou dengan mengkritiknya di saat yang sama.
“Koutarou! Sudah kubilang menjauh dari Kiriha! Kau tahu kan
dia akan menjajah kamar kita!”
Sanae mengira kalau Kiriha telah merayu Koutarou dalam
usahanya menjajah kamar 106. Dia tidak berharap kalau Kiriha jatuh cinta
sungguhan pada Koutarou. Dengan kata lain, Sanae sangat ingin menyelamatkan
Koutarou dari genggaman Kiriha.
“Kotor! Selingkuh itu dosa yang tidak bisa dimaafkan!”
Yurika menggembungkan pipinya seperti balon. Dia mengira
kalau Koutarou telah berselingkuh dengan Kiriha. Koutarou sudah punya Harumi,
jadi Koutarou yang pergi kencan dengan Kiriha adalah pengkhianatan yang tidak
bisa dimaafkan. Dan karena dia sendiri membayangkan Koutarou, Harumi dan
dirinya berkencan bersama, pengkhianatan itu bukan hanya terhadap Harumi, tapi
juga terhadap Yurika sendiri.
“Tolol! Kau terlibat urusan macam apa lagi kali ini!? Katakan
saja, Koutarou!! Siapa yang kau lawan tanpa memberitahuku!?”
Berbeda dari Sanae dan Yurika, Theia mengkhawatirkan hal
yang berbeda. Dia khawatir kalau seseorang selain Kiriha akan melukai Koutarou.
Theia sudah mengetahui masalah politik bawah tanah di
sekitar Kiriha. Pertarungan belum lama ini telah memastikan kecurigaannya.
Meskipun masalah di hari itu telah diselesaikan melalui pertarungan tersebut,
akar masalahnya sendiri masih belum diselesaikan.
Theia percaya kalau Koutarou lebih mungkin terlibat lebih
jauh ke dalam masalah Kiriha.
Kenapa kau selalu begitu!? Kau hanya perlu melindungiku!
Itulah sikap seperti ksatria yang diinginkan Theia:
keberanian untuk melawan musuh manapun, enggan membiarkan kejahatan apapun dan
menyukai semua orang tanpa alasan. Itulah tiga kebajikan yang dimiliki oleh sang
pahlawan legendaris, Ksatria Biru.
Theia berharap kalau tiga kebajikan tersebut muncul di dalam
diri Koutarou. Meskipun begitu, karena sadar kalau Koutarou mungkin terancam
bahaya, Theia tidak bisa gembira sepenuhnya. Kebahagiaan dan kekhawatiran
bercampur aduk di dalam dirinya, menghasilkan suatu perasaan yang kompleks.
“Kiriha-san, kau ini bicara apa!?”
Sementara itu, Koutarou sendiri protes keras pada Kiriha.
Dia tidak pernah berencana kencan dengan Kiriha.
“Tidak perlu sedingin itu, Koutarou. Hari itu kamu bilang
kamu cinta pada saya.”
Kiriha menatap Koutarou dengan wajah sedih. Selama sekejap,
ketika mata mereka berdua bertemu, ujung bibir Kiriha naik, membentuk senyuman
nakal. Kiriha sedang menyudutkan Koutarou untuk bersenang-senang.
“Oooh, bagus sekali, Satomi-kun!”
“Satomi-san!? Apa itu benar!?”
“Kau sedang ditipu Koutarou! Sadarlah!”
“Argh, masalah ini tidak selesai-selesai! Beritahu aku
semuanya, tanpa terkecuali!”
Rencana Kiriha berjalan sempurna, dan semua perempuan di
kamar 106 telah percaya perkataannya. Lalu Kiriha terus memanas-manasi situasi.
“Koutarou berjanji kalau kami akan menikmati Natal di
permukaan berdua saja.”
“Apa yang kau bicarakan!? Selain itu, kau kan punya orang
yang―”
“Eii♪”
Koutarou yang sedang berusaha untuk mengatasi situasi yang
semakin membingungkan ini membuka mulutnya dan protes, lalu di momen itu,
Kiriha menyodorkan Manjū sisa yang sedang dia pegang ke dalam mulut Koutarou.
“Hmhmh, Mhmmm.”
“Enak, Koutarou?”
Setelah sukses menutup mulut Koutarou, Kiriha tersenyum
riang.
Akting Kiriha berjalan sempurna, dan berkat
serangkaian peristiwa, mereka akan kelihatan seperti sepasang kekasih di
mata orang-orang yang melihat mereka.
“...Saya akan meminta penjelasan yang detail dari anda,
Satomi-sama.”
Ruth bicara dengan suara rendah dan dingin, suaranya itu
jelas sekali bukan sebuah akting.
“Maaf, tadi itu memang bercanda. Sebenarnya, saya juga tidak
tahu kenapa Koutarou mengambi kerja paruh waktu lain.”
Suasana di kamar 106 menjadi normal kembali berkat
penjelasan dan permintaan maaf Kiriha. Pandangan tajam yang diarahkan kepada
Koutarou mulai mengendur dan para gadis menghela napas mereka.
“Ya ampun... kasihanilah diriku ini...”
“Fufufu.”
Koutarou juga menghela napas lega setelah situasinya kembali
tenang. Tapi Kiriha kembali tersenyum saat dia melihat Koutarou melakukan hal
itu.
“Membosankan.”
Satu-satunya orang yang tidak menyukai situasi ini adalah
Shizuka, yang menikmati keributan tadi.
Setelah akhirnya menjadi tenang, Ruth sedikit memerah karena
kesalahpahamannya sendiri sebelum berdehem. Dia menenangkan diri dan kembali
menatap Koutarou.
“Jadi kenapa ana mulai kerja paruh waktu lagi, Satomi-sama?”
“Benar, aku juga mau tahu.”
“Ah, itu karena aku butuh lebih banyak uang di akhir tahun
ini.”
Koutarou segera menjawab; itulah jawaban yang akan dia
ucapkan pada awalnya.
“Pekerjaan penggalian yang biasanya diliburkan selama akhir
tahun, jadi aku butuh kerjaan lain selama liburan itu.”
“Biaya hidup, ya? Jawaban paling membosankan.”
Shizuka menghela napas dengan kesal. Melihat itu, Koutarou
tersenyum kecut ke arahnya.
“Aku tidak peduli kalau itu membosankan. Gaya hidupku yang
jadi taruhannya.”
“Satomi-kun, apa kamu tidak mau lebih menikmati masa mudamu?”
“Entahlah, bagiku...”
“Koutarou, jika kamu mau, saya akan berusaha memenuhi
harapanmu.”
“Kiriha-san, kau diam saja!”
“Oh, seram.”
Koutarou memberi tatapan marah ke arah Kiriha, tapi Kiriha
tidak menunjukkan tanda-tanda menyesal.
Really, becoming friends with her is a lot more troublesome...
Sambil melihat senyuman Kiriha yang anehnya manis, Koutarou
menghela napas di dalam pikirannya.
“Hmm...”
melihat Koutarou dan Kiriha bersikap seperti itu, Sanae
menarik suatu kesimpulan.
Kiriha memang tidak berencana melakukan sesuatu pada
Koutarou...
Gelombang spiritual yang dipancarkan ketika Koutarou dan
Kiriha mengobrol sangat mirip dengan gelombang spiritual saat Koutarou bicara
dengan Kenji. Bukan hanya gelombang spiritualnya saja, tapi juga makna di balik
kata-kata yang diucapkan. Jadi Sanae menarik kesimpulan kalau hubungan antara
keduanya telah berubah menjadi lebih baik.
Kalau begitu membiarkan mereka berdua kayaknya tidak
apa-apa. Malahan...
Sanae mulai tersenyum seperti biasanya dan melompat ke
punggung Koutarou.
“Koutarou, kau harus menikmati masa mudamu denganku.”
“Jangan bercanda, apa maksudnya itu?”
“Jangan pikirkan hal-hal sepele♪”
Ketika Sanae menempel di punggung Koutarou, dia merasa ingin
meniru Kiriha.
“Ngomong-ngomong, apa kegiatan kalian semua di hari Natal,
atau malahan, selama liburan musim dingin?”
Dengan Sanae yang masih ada di punggungnya, Koutarou menatap
setiap gadis yang ada di kamar 106.
“Latihan buat drama, pastinya. Tentu saja, kau juga ikut.”
“Membantu yang mulia, dan latihan bela diri.”
“Ikut aktivitas klub cosplay dari tanggal 29 sampai malam
tahun baru.”
“Sama seperti biasanya. Ah, tapi aku mungkin pergi main
dengan Yurika!”
“Aku diundang ke pesta akhir tahun persatuan kos-kosan di
malam tahun baru, dan mengunjungi kuil di hari tahun baru bersama gadis-gadis
sekelas.”
“Saya harus mengadakan ritual pada malam tahun baru dan
keesokan harinya.”
“...Begitu ya.”
Koutarou mengangguk setelah mendengar rencana semuanya.
Jadi semuanya kosong pas Natal ya... Kalau begitu sebaiknya
aku merahasiakannya dengan baik atau semuanya akan berantakan...
Jika itu ketahuan, hanya masalah yang akan muncul, jadi
Koutarou memutuskan untuk menyembunyikan rahasianya.
Sanae berbisik ke telinga Koutarou dengan wajah bingung setelah
merasakan perasaan aneh Koutarou bercampur ke gelombang spiritualnya.
“Memangnya kenapa?”
“Tidak, bukan apa. Semuanya kelihatan sangat tertarik dengan
hari Natalku, jadi aku penasaran apa yang telah kalian rencanakan di hari yang
sama.”
“Hmm...”
Sanae tidak bertanya lebih lanjut. Dia hanya penasaran apa
yang sedang terjadi, jadi dia tidak mengganggu Koutarou soal masalah itu.
“Jadi, Koutarou-”
“Ya?”
Untungnya, tidak ada lagi yang merasa keberatan dan topik
pembicaraannya berubah dengan alami.
Pedang tradisional Ksatria Forthorthe lebih kecil dari
pedang dua tangan tapi lebih besar dari pedang satu tangan. Pedang-pedang
tersebut dibuat supaya ketika pengguna pedang memakai perisai, maka pedangnya
bisa dipegang dengan satu tangan, dan ketika tanpa perisai, maka bisa dipegang
dengan dua tangan.
Ketika mereka mengembangkan senjata api dan memasuki zaman
modern, pedang dua tangan tidak lagi digunakan, serta pisau dan pedang satu
tangan menjadi populer dan paling banyak diproduksi. Karena hal itu, orang
hanya bisa melihat sebuah pedang tradisional di tangan bangsawan yang
menghargai tradisi, atau perwira berpangkat tinggi yang mengenakan seragam
formal.
Pedang berharga Saguratin di tangan Koutarou saat ini adalah
salah satu pedang tradisional tersebut.
“Theia, pedang ini sedikit terlalu besar buat digunakan
dengan satu tangan, kan?”
“Hal yang bisa kukatakan adalah kau akan terbiasa. Di drama
selanjutnya, kau harus menggunakan pedang dan perisai secara bersamaan.”
“Aku akan mencobanya, tapi jangan berharap banyak.”
Saat ini, Koutarou sedang memegang Saguratin di tangan
kanannya dan perisai besar di tangan kirinya sambil mengenakan replika baju
besi Ksatria Biru. Penampilannya saat ini didasarkan pada penampilan Ksatria
Biru selama perang berlangsung.
Dia kesulitan mengayunkan pedangnya saat mengenakan kostum itu.
Sampai saat ini, dia selalu menggunakan pedang tersebut dengan dua tangan, jadi
ini adalah kali pertama dia menggunakannya hanya dengan satu tangan. Karena
itu, postur Koutarou ambruk setiap kali dia mengayunkan pedang berat itu. Bagi
Koutarou, rasanya seperti mengayunkan tongkat bisbol dengan satu tangan.
Tetapi, perisai itu dibutuhkan dalam adegan perang, jadi Theia tidak punya
pilihan selain mengandalkan kerja keras Koutarou.
“Yang Mulia, apakah perisai itu harus benar-benar dipakai?”
Koutarou sedang kesulitan menggunakan perisai dan pedang di
saat bersamaan, jadi Ruth merasa kalau memaksa Koutarou menggunakan perisai itu
tidak diperlukan.
Pada kenyataannya, pergerakan Koutarou ketika memegang
pedang dengan kedua tangannya sudah sangat bagus. Selain Koutarou yang terbiasa
menggunakan pedang tersebut, fungsi pembantu tenaga dalam baju besi itu mulai
menghafal pergerakan Koutarou sehingga dia bergerak jauh lebih tajam daripada
ketika drama sebelumnya.
Dengan kata lain, membuang perisainya akan membuat Koutarou
tampil lebih baik.
“...”
Theia melihat kembali penampilan Koutarou ketika dia
mengayun-ayunkan pedangnya setelah Ruth berkata begitu.
Kata-kata Ruth memang ada benarnya...
Tidak ada orang di Bumi yang tahu betul tentang fakta
sejarah Forthorthe. Hanya Theia dan Ruth yang tahu kalau sang Ksatria Biru
menggunakan pedang dan perisai selama perang berlangsung, jadi tidak ada
gunanya mengkhawatirkan hal itu. Menyuruh Ksatria Biru, bukan, Koutarou
menggunakan perisai sebagian besar demi kepuasan Theia sendiri.
Tapi-
Meskipun begitu, Theia ingin Koutarou menggunakan perisai.
Theia ingin dia mampu melakukan hal yang sama seperti Ksatria Biru.
“Bagaimanapun juga, aku punya harapan tinggi pada Koutarou.”
“Dalam hal apa?”
Merespons kata-kata Theia, Ruth berpose dengan pedang dan
perisainya sendiri. Bila dibandingkan dengan tinggi badan Ruth, ukuran pedang
dan perisai yang digunakannya cukup besar, tapi dia tidak kelihatan kesulitan
dalam menggunakan kedua benda tersebut.
Pedang dan perisai yang Ruth gunakan adalah senjata modern
otomatis yang diciptakan melalui sains yang canggih, berbeda dari pedang dan
perisai Koutarou. Karena hal itu, Ruth sendiri yang tidak begitu kuat bisa
bertarung di level yang sama dengan prajurit biasa. Ruth akan menjadi lawan
latihan Koutarou.
“Dalam keksatriaannya yang patut dicontoh.”
“Demi menjadi Ksatria Biru?”
Ketika Ruth menanyakan pertanyaan itu, Theia tidak bisa
langsung menjawab.
Apa jangan-jangan...
Di momen itu, Theia merasa sangat terguncang. Dia selalu
melatih Koutarou untuk menjadi Ksatria Biru, tapi setelah Ruth mengatakannya
keras-keras, Theia menyadari kalau dia sebenarnya tidak merasa begitu, yang
membuatnya merasa terguncang.
Aku tidak mau Koutarou menjadi Ksatria Biru...?
Dia ingin Koutarou menjadi ksatria teladan. Tapi dia tidak
mau dia Koutarou menjadi Ksatria Biru.
Dengan kata lain...
“Tidak. Aku mau dia melebihi Ksatria Biru.”
“Fufu.”
Mendengar kata-kata Theia, Ruth tersenyum.
Ketika anda berkata begitu, Satomi-sama telah menjadi
keberadaan yang lebih penting dari Ksatria Biru bagi kita, yang mulia...
Ruth bisa memahami Theia karena dia telah menghabiskan
bertahun-bertahun bersama dengan Theia seperti seorang kakak.
Theia tidak mau Ksatria Biru melebihi dirinya sendiri. Tapi,
dia mau Koutarou melebihi Ksatria Biru. Tidak, yang lebih penting, apakah Theia
pernah berharap sebesar ini pada siapa saja di sebelumnya?
“Jika itu Satomi-sama, saya yakin dia dapat melakukannya.”
“Ruth... kenapa kau berpikir begitu?”
Ruth tersenyum ketika Theia menoleh padanya dengan penuh
tanda tanya. Theia ingin tahu alasan dibalik kepercayaannya kalau Koutarou
dapat melebihi Ksatria Biru.
“Itu karena gelarnya bukanlah 'Ksatria Biru'.”
“Eh...?”
“Mustahil kalau Satomi-sama inferior dari Ksatria Biru.
Orang itu kan ‘Ksatria Biru Theiamillis.”
Melihat Ruth menyatakan hal itu sambil tersenyum, Theia
menurunkan bahunya. Dam seolah telah menyerah, ujung bibirnya naik dan dia juga
tersenyum.
“...Itu tidak masuk akal, Ksatria Pardomshiha.”
“Hamba sadar itu. Tetapi, kebajikan seorang ksatria tidak
diatur oleh logika.”
Theia dan Ruth saling tertawa setelah bicara formal satu
sama lain. Tetapi, perasaan dalam kata-kata tersebut sama seperti perasaan yang
dimiliki saudara kandung.
“Hei, Theia!”
Di momen itu, Koutarou yang sedang berlatih sendiri
memanggil Theia.
“Aku tidak tahu kenapa, tapi baju besinya bersuara bip dan
semacamnya! Sesuatu tentang keseimbangan berat!”
“...Bagaimanapun, kita masih punya jalan yang panjang.”
“Fufufu.”
Melihat Koutarou seperti itu, Theia dan Ruth kembali
tertawa. Ketika mereka tertawa, Koutarou menjadi tidak sabar dan memanggil
Theia lagi.
“Apa kau dengar? Hei, Theia!”
“Kalau begitu ayo.”
“Sesuai yang anda inginkan, tuan putri.”
Keduanya mulai berjalan ke arah Koutarou. Latihan hari ini
baru saja dimulai.
Bagian 3
Latihan berpedang Koutarou selesai ketika tengah malam mulai
menghampiri.
“Ruth, sudah cukup untuk malam ini.”
“Tapi sekarang masih belum terlalu malam.”
“Aku tidak keberatan. Biarkan dia tidur.”
Alasannya adalah karena Koutarou sudah jatuh tertidur.
Ketika mereka beristirahat sebentar, Koutarou duduk lalu
ketiduran. Dulu, Theia pasti akan membangunkan Koutarou dan melanjutkan
latihan, tapi hari ini, dia malah menyudahi latihan untuk hari ini.
“Apa tidak apa-apa?”
“Koutarou itu keras kepala. Jika kita membangunkannya dan
bertanya, dia akan bilang kalau dia baik-baik saja.”
Theia tertawa kecil seraya jongkok di samping Koutarou dan
menekan suatu tombol untuk melepas perlengkapan baju besi Koutarou.
Ketika Theia menekan tombol tersebut, suara udara tertekan
yang dilepaskan terdengar saat baju besi Koutarou mengendur. Theia percaya
kalau memakai baju besi begini akan membuat tidur Koutarou lebih nyaman.
Setelah memastikan kalau Koutarou benar-benar tertidur, dia
pelan-pelan berdiri dan menoleh pada Ruth.
“...Tapi karena dia ketiduran seperti ini, dia pasti sangat
kelelahan. Dia pasti kelelahan karena kerja paruh waktunya yang baru itu.”
“Iya. Saya juga berpikir begitu.”
Theia dan Ruth menatap Koutarou yang sedang tidur.
“Keberadaan kita pasti memberi tekanan pada gaya hidup
Koutarou. Aku tidak mampu membangunkannya dan menyuruhnya terus berlatih.”
“Saya mengerti...”
Ketika mereka menatap Koutarou, keduanya mengingat kembali
berbagai macam kenangan yang mereka buat sejak mereka tinggal di Bumi.
Bagi remaja biasa seperti Koutarou, kehidupannya tidak bisa
dibilang mudah. Setelah direpotkan oleh keinginan para penjajah, dia masih bisa
menjaga gaya hidupnya sendiri. Meskipun begitu, Koutarou dapat memenuhi harapan
Theia dan yang lain.
“...Kau tidak perlu selalu memenuhi harapan semua orang,
Koutarou...”
Theia menatap Koutarou dengan wajah menyesal, tapi di saat
yang sama juga merasa berterimakasih.
Istirahatlah yang baik, ksatriaku...
Theia tersenyum ke arah Koutarou yang sedang tidur. Senyuman
lembut yang sangat cocok dengan kata bangsawan.
“Yang mulia... anda sudah menjadi semakin dewasa.”
“Eh?”
Terkejut oleh kata-kata tadi, Thei langsung menoleh ke arah
Ruth. Ketika dia menoleh, Ruth tersenyum lembut ke arahnya.
“Saya tidak percaya kalau yang mulia punya waktu untuk hal
begini saat anda pertama kali datang ke planet ini.”
“...Benar juga.”
Saat itu, perasaan Theia untuk menjadi kaisar dan melindungi
ibunya begitu kuat sampai-sampai dia percaya kalau dia tidak punya waktu untuk
mencemaskan situasi maupun perasaan orang lain. Namun, setelah dia datang ke
Bumi dan bertemu Koutarou dan yang lainnya, secara bertahap dia mulai berubah.
“Sekarang aku tahu. Seperti yang Koutarou bilang, aku ini
tuan putri tidak berguna. Sudah jelas kalau Koutarou tidak akan bersumpah setia
padaku.”
Tetapi, Theia yang sekarang berbeda dari Theia yang
sebelumnya.
Perasaannya ingin melindungi ibunya masih belum berubah dari
sebelumnya; namun, metode terbaik untuk melakukannya tidak hanya dengan menjadi
kaisar.
Saat ini, daripada menjadi kaisar, Theia merasa kalau hal
yang lebih penting adalah mendapat kesetiaan penduduknya. Menjadi kaisar
hanyalah bonus tambahan saja.
Ruth bilang kalau aku
sudah berubah, tapi... apakah Koutarou akan bersumpah setia padaku yang
sekarang...?
Dia bisa bilang kalau itu adalah
lelucon sesering yang dia mau, itu bisa terjadi dari waktu ke waktu ketika
mereka menghabiskan waktu bersama. Tapi apa yang akan terjadi jika dia serius
bertanya?
Jika dia bertanya, Koutarou mungkin
akan menjawab. Tetapi, saat ini Theia tidak cukup berani untuk melakukannya.
Dia menatap Koutarou yang sedang tidur. Dia akan bertanya ketika dia sudah
tumbuh lebih dewasa, itulah yang dia putuskan di dalam hatinya.
“Aku benar-benar bersyukur kita datang
ke planet ini.”
Bertemu Koutarou dan para penjajah
lain, pertumbuhan Theia; kebetulan-kebetulan aneh itu telah melahirkan
keajaiban.
“...Iya...”
Theia dan Ruth mensyukuri
kebetulan-kebetulan tersebut; sebagai alternatif, orang bisa juga menyebut itu
takdir.
2 Comments
otsukaresama
BalasHapusMakasih
BalasHapusPosting Komentar