OWARI
NO SERAPH ICHINOSE GUREN 16-SAI NO CATASTROPHE
JILID
2 BAB 7
PERTEMPURAN
HIDUP MATI DI KEBUN BINATANG
Ueno.
Biasanya, pintu yang berfungsi sebagai Pintu Masuk Utara, Tokyo akan
dipenuhi oleh kepadatan ribuan orang yang keluar masuk melalui pintu ini.
Kota di stasiun sebelah barat, adalah sebuah kota penuh kesibukan.
Di bagian barat itu, terdapat lapangan luas berdirikan museum, museum
seni, dan juga kebun binatang di atasnya.
Namun, saat ini tidak ada siapa pun di situ.
Benar-benar sangat sunyi.
Guren memandang pepohonan dalam taman yang memberikan rona kehijauan
kepada pusat kota. Pemandangan yang jarang bisa disaksikannya. Seraya
mendengarkan suara dedaunan yang tertiup angin, dia bergumam.
“... Bahkan tidak ada suara burung. Apa mereka sudah kabur? Atau mereka
sudah mati?”
Guren teringat kata-kata ‘racun’ yang didengarnya dari berita. Karena
racun itulah, maka sekarang, kota ini diblokade. Dikabarkan juga, bahwa karena
alasan itu juga, maka kereta hanya berlalu melintasi Ueno, tanpa berhenti di Stasiun
Ueno.
Pada saat itulah, terdengar suara.
“Kalian, kuperingatkan, ya! Kalau kalian sampai mengintip kemari, aku
akan membunuh kalian, tahu!”
Suara Mito.
Guren menoleh. Seharusnya Mito, Shigure, dan Sayuri, kini tengah
berganti pakaian, mengenakan seragam tempur yang diberikan oleh Hiiragi. Mereka
berganti pakaian, bersembunyi dibalik pohon besar yang ada di dalam taman.
“Ya, ampun. Mereka itu benar-benar lama sekali, ya.”
Guren berguman, seraya memastikan kembali seragam tempur yang kini
telah digunakannya.
Seragam itu adalah seragam militer berwarna hitam, menyerupai seragam
dari tentara Jepang zaman dahulu.
Kainnya, kemungkinan dibuat dari benang khusus yang dapat mencegah
sihir menembusnya. Pada bahan pelapisnya, terdapat segala macam tanda sihir. Di
belakang sabuk, telah disiapkan jarum tulup.
Guren mencoba menarik keluar masuk jarum itu, lantas bergumam.
“... Yah, persiapan Hiiragi tidak buruk juga.”
Pada saat itulah, dari belakang Guren, Goshi berkata.
“Tetapi, rasanya sedikit menakutkan, ya ..., tidak ada seorang pun di
sini”
Guren menoleh ke arah suara. Di sana, Goshi dan Shinya telah berdiri.
Keduanya pun telah mengenakan seragam tempur.
Shinya berkata kepada Goshi.
“Apa kamu pernah datang ke sini?”
Goshi menjawab dengan rasa terkejut.
“Ya, saya pernah. Tuan Shinya juga tinggal di Tokyo, bukan? Apakah Tuan
Shinya belum pernah datang kemari?”
“Jadi, masalahnya karena itu? Tetapi, di sini juga terdapat singa, kok.”
“Ahaha. Kalau begitu, jika kita bisa selamat hari ini, mungkin aku akan
coba main kemari.”
Shinya dan Goshi saling membicarakan hal yang menurut Guren konyol,
sehingga dia mengacuhkannya. Guren lantas melihat-lihat kondisi sekitar.
Setidaknya, sebelum mereka berganti pakaian, mereka telah memastikan ada
tidaknya kamera pengawas, atau penghalang sihir di daerah sekitar. Tetapi ....
“Cih, kalau aku tahu cewek-cewek itu akan ganti selama ini, lebih baik
kubiarkan saja mereka menyusup dengan pakaian biasa—“
Namun perkataan Guren disela oleh Mito yang keluar dari balik pohon.
“Sudah selesai! Hanya kelamaan beberapa menit saja, kau terus menerus
protes? Kalau sifatmu begitu, kau tidak
akan bisa populer di kalangan anak perempuan, kau tahu?”
Mito yang telah selesai mengenakan seragam tempur, berkata panjang
lebar.
Sayuri dan Shigure pun keluar dengan mengenakan seragam tempur Hiiragi.
Shigure berkata.
“Maaf, telah membuat Anda menunggu, Tuan Gu—“
Guren memotong perkataan Shigure, dan berkata.
“Shigure, sih, tidak jadi masalah. Karena kau pengguna senjata rahasia,
maka perlu waktu untuk persiapan. Yang jadi masalah itu dua orang bodoh
sisanya.”
Guren pun melihat Mito dan Sayuri.
Sayuri melihat ke arah Guren, dengan wajah terlihat berdebar-debar
seakan bertanya-tanya bagaimana sosoknya
saat mengenakan seragam tempur ini?
“Em, em .... Seragam tempur Hiiragi manis juga, ya. Anu, apa saya cocok
mengenakannya?”
“Suram.”
“Eh---! Tetapi, sosok Tuan Guren dalam seragam tempur sangat keren
sekali! Membuat saya berdebar-debar melihatnya! Iya kan, Yuki-chan?”
Shigure mengangguk tanpa ragu mendengar itu.
Dari samping mereka,
“Apa maksud perkataan ‘bodoh’ tadi, hah? Apa maksudnya?”
Mito mulai gaduh.
Apa mereka benar-benar punya niat
untuk pergi ke daerah misi? Padahal ada kemungkinan mereka akan mati di sana? Guren mulai
meragukan itu di dalam hatinya.
“Yah, kalau menurut informasi, pasukan sebelum kita, yang dihabisi
semua ..., juga bisa maju sampai sini, tetapi
....”
Saat Guren mengatakan itu, dengan wajah serius Mito mengamati sekitar.
“Tetapi aneh sekali, ya. Bukan hanya orang, bahkan hawa keberadaan
makhluk hidup pun tidak ada.”
Shinya lantas berkata.
“Kalau tidak salah, lubang seperti pusat ledakan di foto
dari pesawat itu ke ....”
“... ke arah timur laut. Tetapi, menurut prediksiku, untuk melindungi
lubang menyerupai pusat ledakan itu, mereka akan memasang beberapa lapis
pelindung sihir, kan? Kemungkinan besar, begitu kita melewati tempat itu, maka
serangan musuh, akan di mulai.”
Sayuri ikut berkata.
“Apakah dengan kekuatan yang kita miliki, kita akan bisa menyadari
penghalang sihir yang ada?”
Seraya mengeluarkan benda yang menyerupai korek gas
bertuliskan kutukan dari sakunya, Goshi berkata.
“Selain ilusi, aku juga ahli dalam sihir deteksi, sih—“
Namun, Guren mengangkat tangannya.
“Tidak perlu. Lagi pula, begitu kita maju, akan segera
ketahuan. Tetapi, sebelum kita mencari tahu secara tuntas apa yang
disembunyikan oleh 《Gereja Hyakuya》, kita tidak akan kembali. Kalau
begitu, pilihan kita hanya langsung maju saja.”
“No plan?” (“Tanpa rencana?”)
Shinya bertanya, tampak terkejut.
Guren menjawab.
“Semakin banyak kita berpikir, kita akan semakin
berada dalam permainan musuh. Dengan kecepatan gerak melebihi kecepatan reaksi
musuh, kita akan memastikan apa yang ada di pusat target operasi, kemudian kita
akan mundur.”
Mito lantas berkata setelah mendengar penyataan Guren.
“Benar-benar strategi yang terdengar sangat bodoh, ya.”
“Benar, kah?”
“Ya.”
“Kalau begitu, kita harus bagaimana? Membuat rencana
saat tidak banyak informasi yang kita dapat, hanya akan mengganggu saja. Daripada
kita terperangkap dalam pikiran, ‘seharusnya, mungkin seperti ini’ atau ‘ah, seharusnya
tidak seperti ini’, dan membuat strategi bodoh dengan pemikiran yang hanya berdasarkan
sebuah harapan, lebih baik langsung bunuh saja musuh di depan mata. Jika tidak
terbunuh, maka kita akan kembali dengan selamat.”
Seraya mengatakannya, Guren kembali melihat pepohonan
yang tumbuh di dalam taman.
Pepohonan yang berada di dalam kebun binatang.
Mito berkata dengan wajah khawatir dari belakang
Guren.
“Guren.”
“....”
“Apa kau memiliki pengalaman menghadapi misi seperti
ini sebelumnya? Kau terlihat sudah sangat terbiasa dengan hal ini ....”
Guren menggulirkan tawa di wajahnya. Mendengar
pertanyaan itu, membuatnya ingin berkata, ya,
tentu sajalah.
Saat dia menyusup masuk ke sekolah akademi Hiiragi,
setiap hari dia sadar akan kematiannya. Dia selalu saja bertarung dalam kondisi
di mana dia tidak tahu lagi apa yang sebenarnya telah terjadi.
Tetapi, tidak ada gunanya membicarakan hal itu saat
ini.
Guren pun hanya mengacuhkannya. Dia lantas meletakkan
tangan pada pangkal katana di
pinggangnya. Dia keluarkan jam saku anti peluru, anti serangan, anti medan
magnetik, dan juga anti kutukan dari saku, lalu membukanya.
Sebelum meninggalkan sekolah, semua orang telah mencocokkan
waktu di jam itu.
Detik jarum jam bergulir.
Jam sebelas, lebih dua puluh sembilan menit, dua puluh
detik.
Tiga puluh detik.
Empat puluh detik.
“Sudah waktunya. Strategi pengalihan pasukan Hiiragi
di timur laut sedang dimulai. Kita langsung maju bersamaan dimulainya strategi
itu.”
Ekspresi tegang terlihat di wajah semua orang.
Guren melanjutkan.
“Perintahku sebagai komandan pasukan hanya satu.
Dengarkan. Ingatlah ini baik-baik. Jangan pikirkan yang lain. Meskipun kalian
memikirkannya, akan percuma.”
Lima puluh detik.
“Akan kukatakan perintahku---------jangan sampai
kalian mati.”
Lima puluh lima detik.
“Nah, ayo mulai ....”
Pada saat itu, bergema suara ledakan.
Dari langit di sisi timur laut.
Terdengar suara seperti helikopter ditembak jatuh.
Namun, mereka tidak melihat ke arah itu.
Meskipun dengan suara kecil, namun memastikan semua
orang mendengarnya, Guren berkata,
“Misi kita dimulai”
Lalu mereka mulai berlari.
¨
Kebun binatang ada tepat di depan mereka.
Di tengah perjalanan, mereka tidak tahu apakah
pelindung sihir terpasang atau tidak. Dan lagi, kemungkinan keberadaan mereka
pun sudah diketahui.
Namun, Guren dan kawan-kawannya terus berlari.
Mereka lompat, melewati dinding yang mengelilingi
kebun binatang.
Sesuai perkiraan mereka, di dalam kebun binatang pun
tidak terasa hawa kehidupan.
Hanya kesunyian mencekam yang terasa, disertai bau
menyengat hidung.
“... Bau apa ini?”
Mito bertanya.
Shinya menjawab dengan suara kecil.
“Ini bau darah.”
Seharusnya di depan mereka terdapat beberapa kandang
monyet. Tetapi, tidak ada satu pun monyet di sana. Hanya kandang berlumuran
darah merah pekat yang terlihat. Bahkan lantainya pun berwarna merah pekat. Kandang
terlihat berusaha dibengkokkan dari luar oleh orang yang entah siapa itu,
sehingga tidak lagi bisa menahan
monyet-monyet di dalam kandang.
Walau kini sudah tidak ada seekor monyet pun yang
harus dikandangkan.
Goshi mengangkat suara.
“Apa yang sebenarnya terjadi di tempat ini?”
Mana mungkin ada yang tahu jawaban dari pertanyaan
Goshi. Karena untuk mencari tahu jawaban itulah, mereka datang ke sini.
Seraya terdiam, Guren memikirkan rute menuju lokasi
lubang menyerupai pusat ledakan, yang tergambar di foto udara. Pusat ledakkan
itu berada di pusat taman sebelah barat, di dalam kebun binatang.
Setelah ini, mereka akan sampai di depan kandang
hewan-hewan yang dijadikan tontonan. Lalu, apakah mereka harus mengitari
kandang itu dari sisi utara? Atau dari sisi selatan?
Atau lebih baik, mereka langsung saja melompat
melewati kandang, dan langsung menerjang maju?
“....”
Guren tidak sempat memikirkannya.
Cukup maju menempuh rute yang tersingkat.
“Ayo!”
Guren mulai berlari.
Mereka mengitari kandang monyet yang berlumuran darah
dari samping, dan tiba di area kandang
gajah. Jika berhasil melewati area kandang beruang, seharusnya mereka akan tiba
di lokasi tujuan.
Namun, tidak ada satu pun hewan di kandang manapun.
Hanya lumuran darah yang terlihat.
Darah berjumlah luar biasa.
Bahkan jasad pun tidak ada.
Juga hawa keberadaan makhluk hidup.
Benar-benar sebuah kesunyian yang tidak akan membuat
orang mengira, ini adalah kebun binatang di siang hari.
Suara pertempuran pun sama sekali tidak terdengar. Setelah
suara ledakan pertama di timur laut, seharusnya strategi pengalihan
dilancarkan.
Apakah mereka semua telah dihabisi? Ataukah ada
semacam penghalang sihir yang menghalangi suara dari luar dan dalam kebun
binatang?
Apapun yang terjadi, Guren dan pasukannya sudah tidak
memiliki banyak waktu.
Begitu melewati lapangan luas yang menjadi kadang
beruang, Guren dan pasukannya tiba di target lokasi.
Lokasinya berada di antara area kandang burung bangau
dan area bersama kandang singa - harimau.
Di sana terdapat lubang besar. Besarnya lubang, bahkan
membuat orang bisa memahami betapa besar dan dalamnya lubang galian tersebut,
hanya dengan foto udara. Namun, mereka tidak bisa memahami, kekuatan macam apa
yang menghasilkan lubang seperti itu.
Guren melihat ke dalam pusat lubang galian itu.
Pada saat itulah, untuk pertama kalinya dia melihat
sosok makhluk hidup.
Ada seekor harimau.
Dari belakang Guren, Sayuri bersuara terkejut.
“Ah! Itu harimau!”
Tubuh harimau itu besar. Jika harimau sebesar itu
berada di luar kandang, orang biasa pasti akan menangis dan menjerit
ketakutan----------tetapi, di sini tidak ada satu pun orang biasa tersebut.
Harimau itu mendongak ke arah mereka. Terdapat bercak
darah di sekitar taring besar yang tumbuh di mulutnya.
Goshi bersuara.
“Apa dia yang memakan hewan-hewan lainnya?”
Itu tidak mungkin. Pikir Guren. Sampai
mereka tiba di tempat itu, tidak ada satu pun hewan terlihat. Dalam perjalanan
ke tempat itu, seharusnya mereka melewati beberapa puluh ekor monyet, beberapa
ekor gajah, burung bangau, beruang, dan juga singa. Tidak mungkin seekor harimau,
menghadapi mereka semua.
Lagi pula, ukuran tubuhnya bukan tandingan hewan-hewan
itu.
Dengan nada bersuara sangat tenang, Shinya berkata.
“Lalu, apa yang akan kita lakukan selanjutnya?”
Pada saat itulah sang harimau mengaum. Suara auman
keras yang bisa membuat tubuh bergetar mendengarnya. Namun, tidak ada seorang
pun di antara Guren dan kawan-kawannya yang mengkhawatirkan hal itu.
Shigure berkata.
“Kalau di sini adalah lokasi percobaan 《Gereja Hyakuya》, seharusnya ada bangunan untuk itu. Bagaimana kalau
kita mencari bangunan itu?”
Harimau itu kembali mengaum. Dia mengaum keras dengan
suara yang terdengar sangat ketakutan. Sepertinya, dia merasa ketakutan oleh
sosok Guren dan kawan-kawannya.
Guren menatap mata harimau itu.
Shinya berujar.
“Oi, Guren. Beri perintah, dong. Yang jadi komandannya
kamu, bukan?”
Namun Guren tidak menjawab.
Dia hanya membalas tatapan tajam harimau kepadanya,
dan ....
“Apa ..., harimau itu hidup?”
Ujarnya tiba-tiba.
“Eh?”
Shinya berjalan ke sampingnya, lantas melihat si
harimau.
Guren pun kembali melihatnya. Bola mata harimau itu
berwarna putih kering dan terlihat keruh.
Kembali, pada saat itu.
“Goarrrrhh”
Si harimau mengaum. Dari mulutnya, lidah menjulur
keluar. Bukan! Dalam sekejap Guren dan Shinya langsung menyadari bahwa itu
adalah ujung dari semacam benda tajam berwarna putih.
Namun, saat Guren dan Shinya menyadarinya, benda tajam
itu sudah melesat mengincar tengkuk leher Mito, dan ....
“Takkan kubiarkan!”
Guren langsung menarik katananya.
Dia tebas benda tajam itu dengan katananya. Terdengar suara
melengking, akibat dua benda logam berbenturan. Meskipun Guren tidak bisa
menghentikannya secara penuh, dan hanya bisa menghindari serangan itu dengan
mengarahkannya ke samping, namun lengannya bergetar hebat karena serangan yang
diterimanya.
Serangan itu membuat Guren sadar, bahwa sesuatu yang
ada di dalam harimau itu adalah----------musuh yang sangat berbahaya.
Kemungkinan besar, orang yang bisa menandingi serangan itu adalah-----
“Shinya, kau bisa melihat serangannya?”
“Mungkin.”
“Kalau begitu, kau dan aku yang akan maju di depan.”
Mito berkata.
“Hei, bagaimana dengan kami?”
“Lindungi bagian belakang! Sayuri, Shigure!”
Kedua pelayan Guren itu, lantas,
“”Baik!””
Guren sudah mulai berlari saat kedua pelayannya
menjawab demikian. Seraya berlari, Guren berniat untuk memotong dari samping,
benda tajam yang terjulur keluar mulut harimau itu. Namun, saat Guren hendak
melakukannya, benda itu kembali masuk ke dalam mulut harimau.
Harimau itu melihat ke arah Guren, dengan bola mata
berwarna putih keruh. Tidak terasa hawa kehidupan dalam bola mata itu. Sebuah kunai kemudian melesat dari belakang
Guren, mengincar bola mata itu.
Itu adalah senjata rahasia yang digunakan Shigure.
Jika harimau itu bergerak ke arah Guren karena
menghindari serangan itu, maka Guren berniat akan segera memenggal kepala
harimau itu.
Namun, harimau itu tidak menghindari serangan kunai yang datang. Dia biarkan saja,
bola mata putih keruhnya, tertancap kunai.
Tetapi, tidak ada darah yang mengalir keluar. Sepertinya, dia juga tidak merasa
kesakitan. Guren pun sudah memikirkan kemungkinan harimau itu akan bereaksi
demikian.
“Akan kupenggal kepalamu, tidak peduli makhluk apa kau
ini!”
Harimau itu pun lantas melihat ke arah Guren, dan
menghentakkan kaki depannya.
Namun, Guren tidak menghindari hentakan kaki harimau
itu.
Karena tanpa disadari, Shinya telah melempar kertas
mantra yang langsung menempel ke kaki depan harimau.
“Meledaklah ....”
Dari belakang Guren, terdengar suara Shinya merapalkan
mantra. Kertas mantra pun meledak. Kaki depan harimau itu menghilang.
Bersamaan dengan Shinya melakukan itu, Guren melompat.
Ia ayunkan katananya, lalu dia
hunuskan, menembus daging leher si harimau. Saat tengah terus menurus
menekankan katananya menembus daging
harimau, Guren merasa ada semacam benda keras di dalamnya. Tetapi, ia acuhkan,
dan terus memotong leher harimau itu. Pedang iblis pemberian Kureto itu
benar-benar sangat tajam.
Kepala harimau itu pun terpotong.
Namun, tidak ada setetes darah pun yang keluar.
Bukan hanya itu. Dari tubuh harimau tanpa kepala itu,
muncul semacam makhluk aneh.
Monster berbentuk manusia buatan berkulit putih,
terbuat dari plastik. Ada beberapa buah kaki, tergantung tidak karuan, dengan ujung
menyerupai benda tajam.
Monster ini jauh lebih besar daripada harimau tadi.
Bukan hanya itu. Yang mengherankan entah bagaimana, monster ini bisa berada di
dalam tubuh harimau tadi. Karena besarnya makhluk ini, lebih dari lima kali
besar harimau tadi.
Salah satu kaki monster itu menghalau kepala harimau,
dan langsung menyerang Guren yang ada di belakangnya.
“Urgh!”
Guren segera menahan serangan itu dengan katananya. Benturan membuat kaki monster
itu terhentak jatuh ke lantai.
Namun, serangan monster itu tidak berhenti. Dengan
kaki lainnya, monster itu kembali menyerang Guren yang kehilangan keseimbangan
tubuh, akibat benturan tadi. Agar serangan itu tidak mengenai jantungnya, Guren
menyingkir selangkah ke samping. Namun ternyata, gerakan itu belum cukup untuk
menghindari serangan sepenuhnya. Bahu Guren terkena serangan kaki monster itu.
“Urgh!”
Monster itu kembali mengangkat kakinya. Serangan ini
tidak akan bisa dihindari oleh Guren.
Guren mendongak melihat kaki moster yang akan
menyerangnya.
“Sial. Bisa-bisa aku mati—“
Namun, pada saat itu,
“Sebelah sini!”
Terdengar suara Mito. Dengan kekuatan luar biasa, dia
tarik Guren dari belakang punggungnya. Tubuh mereka pun terlontar, sempat
berputar dua kali di udara, sebelum akhirnya mendarat ke tanah.
Guren lalu melangkah mundur bersama dengan Shinya dan
Mito. Mereka lantas melihat monster aneh itu, dengan wajah terkejut seakan
melihat hal yang tidak bisa mereka percaya.
Mito berujar.
“Mo-monster macam apa itu ....”
Shinya menanggapi.
“Entahlah. Tapi, sudah pasti itu adalah monster yang
tidak bisa dihadapi dengan kekuatan kita. Kalau aku terkena serangan terakhir
yang tadi mengenai bahu Guren ..., sudah pasti aku akan mati.”
Bahu Guren terasa sangat nyeri. Darah pun mengalir
deras. Akan mustahil melanjutkan pertarungan, jika Guren tidak mendapatkan
perawatan. Namun di saat kondisi seperti ini, mereka tidak punya waktu untuk
merawat luka yang ada.
“Tuan Guren!”
Terdengar teriakan Sayuri memanggilnya, diiringi
dengan lemparan beberapa kertas mantra di antara Guren, Shinya, Mito dan
monster itu. Sejurus kemudian, kertas mantra itu meledak. Asap pun membumbung,
menghalangi jarak pandang.
Pada saat bersamaan, Goshi menggunakan ilusinya. Dia
menyalakan beberapa korek api, mencampurkannya dengan asap yang ada, sehingga
menghasilkan asap yang membuat lawan terperangkap dalam ilusi. Goshi lantas
berlari mendekat ke tempat Guren dan yang lainnya.
“Oi! Apa menurut kalian ilusi akan efektif untuk
melawannya?!”
Mito berteriak membalas.
“Mana kutahu! Apa pun tidak masalah. Lakukan saja!”
“Sudah kulakukan!”
Goshi menjentikkan jarinya beberapa kali. Kombinasi
beberapa suara. Sangat sederhana, namun itu adalah ilusi dengan kekuatan
mempengaruhi luar biasa.
Sepertinya ilusi itu efektif. Di seberang asap,
monster itu mulai bertarung melawan sesuatu yang tidak terlihat. Meskipun
monster itu tidak menyerang ke arah Guren dan pasukannya, namun dengan
kecepatan serangan monster itu, sangat tidak mungkin untuk didekati.
Pada saat itu, Shigure mendekat ke arah Guren. Dilihatnya
bahu Guren yang terluka. Wajah Shigure memucat. Dia pun lantas berkata.
“Tu-Tuan Guren .... Luka Anda harus di rawat—“
“Bakar saja. Jika dibakar, maka bisa menghentikan
pendarahannya. Kita tidak punya waktu untuk merawatnya.”
Seraya mengatakan itu, Guren tidak peduli lukanya.
Dikeluarkannya beberapa kertas mantra dari saku di bagian dadanya. Lalu,
disobeknya kertas mantra itu dengan katananya.
Kemudian, seluruh kertas mantra itu dibasahi dengan menggunakan darah yang
keluar dari bahunya.
Melihat itu, Shinya berkata.
“ ... Wah, itu kan ..., mantra shiketsutou?
Mantra pedang darah kematian. Mantra itu ..., bukannya mustahil dipakai dalam
kondisi sekarang, ya?”
Apa yang Shinya katakan memang benar.
Mantra《Shiketsu》. Itu adalah mantra terlarang yang jika gagal dalam
melakukannya, maka tubuh Guren juga akan hancur. Kemungkinan kegagalan dalam
melakukannya, juga sangat tinggi.
Mantra itu akan mengubah darah pengguna mantra menjadi
racun. Kemudian, jika dalam waktu lima menit pengguna mantra bisa merapalkan
mantra dan bisa menebas target pedang berdarah kematian itu sebanyak sembilan
kali, maka racun akan mengelilingi musuh, dan secara pasti akan membunuhnya.
Itulah cara kerja mantra tersebut.
Namun, jika dalam lima menit sang pengguna mantra
tidak dapat membunuhnya, mantra itu akan berbalik kepada penggunanya. Membuat
darah penggunanya menyembur keluar dari seluruh tubuh, dan dia akan mati.
Mantra yang bagaikan pisau bermata dua---------Jarang
sekali ada orang yang menggunakannya. Itu karena biasanya, jika lawan berhasil
ditebas sebanyak sembilan kali dengan pedang, maka lawan pasti akan mati. Lalu,
untuk apa, penggunanya sampai mau menanggung resiko sebesar itu demi bisa
memberikan kutukan kepada lawan?
Itu karena, mantra kutukan ini ada, dengan alasan
untuk membunuh lawan yang tidak akan mati jika hanya ditebas dengan pedang.
Begitulah penjelasan yang ada.
Shinya berkata.
“Lagi pula itu mustahil, kan. Kalau tidak salah, mantra
ini dibuat untuk membunuh vampir, kan? Tapi, tidak pernah digunakan. Karena
bukan hal logis jika kita bisa menebas vampir yang beberapa kali jauh lebih
kuat secara fisik dan kemampuan dibandingkan manusia, sebanyak sembilan kali
tebasan.”
“....”
“Dan, kali ini pun sama, Guren. Ayo kita mundur. Kalau
kita terus menerus ada di sini, kita akan terbunuh.”
Guren menatap Shinya.
Apa yang Shinya pikirkan memang benar.
Mereka harus melarikan diri dari sini. Jika mereka
menghargai nyawa mereka. Jika mereka tidak ingin kehilangan nyawa mereka di
tempat ini, mereka harus melarikan diri.
Namun, Guren justru berkata.
“... Kalian semua, larilah. Pada saat itu aku akan—“
Bersamaan dengan perkataan Guren yang terpotong,
Shigure menempelkan kertas mantra ke bahu Guren. Sekejap kemudian, kertas
mantra itu terbakar. Membakar luka di bahu Guren, dan menghentikan pendarahan
yang ada. Rasa sakit yang terasa, spontan membuat Guren ingin memekik
kesakitan, namun ditahannya.
Sayuri mendekat kepadanya.
“Tuan Guren, mari kita pergi. Sosok musuh sudah mulai
terlihat. Jika kita kembali dengan informasi ini, orang-orang Hiiragi juga
pasti akan memahaminya.”
Mungkin memang benar begitu. Apalagi, pasukan selain
mereka, tidak berhasil kembali hidup-hidup. Jika mereka bisa kembali dengan
membawa setidaknya, satu informasi saja, mungkin mereka akan mendapatkan sebuah
kehormatan.
“....”
Tetapi, apa gunanya hal itu?
Untuk menambah informasi bagi Hiiragi.
Mengakhiri misi ini, tanpa mengganggu penelitian 《Gereja Hyakuya》
Lalu, bagaimana dengan Ichinose?
Jika di sini mereka melepaskan monster itu dan tidak
berhasil mendapatkan informasi mengenai penelitian yang dilakukan oleh 《Gereja Hyakuya》, apakah ke depan, akan ada situasi yang menguntungkan
Ichinose.
Guren memikirkan hal semacam itu, seraya memandang kepulan
asap di depan matanya, yang semakin menghilang.
Di sinilah batasnya.
Apakah keinginannya terhadap kekuatan, yang ada jauh
di dalam lubuk hatinya semenjak kecil itu sungguhan? Ataukah itu hanya sekedar
pemainan anak kecil semata?
“....”
Guren mengangkat katananya.
“Oi, Guren.
Hentikan bercandamu, dong.”
Shinya
memperingatinya, namun Guren mengacuhkannya.
Akan kubunuh monster itu.
Akan kubawa pulang ke Ichinose.
Lalu akan kudapatkan informasi yang disembunyikan
mati-matian oleh 《Gereja Hyakuya》.
Jika serius ....
“Jika aku serius ....”
Aku pasti akan
bisa.
Akan kubunuh
monster ini. Lalu akan kubunuh Mito dan Goshi yang menjadi saksi
kejadian ini. Kemudian aku akan berpura-pura semuanya telah mati, dan
menghilang.
Itu tidak akan
mencurigakan, bukan?
Lagi pula, pasukan
lain juga tidak dapat kembali. Kalau begitu, seandainya kami tidak kembali
hidup-hidup pun, tidak jadi masalah, bukan?
Karena itu,
“....”
Kalau mau
kulakukan, sekarang saatnya.
Bunuh monsternya.
Bunuh Mito.
Bunuh Goshi.
Lalu, aku akan mendapatkan
kekuatan.
“Oi, Guren. Perbuatan bodoh macam apa yang mau kau
lakukan, dengan luka semacam itu?! Sudahlah, ayo kita lari bersama-sama!”
Ujar Mito.
“Benar sekali. Ilusiku juga sudah mulai dipatahkan.
Posisi kita pun, mungkin sudah ketahuan. Kita harus segera kabur.”
Goshi turut berkata.
Guren melihat ke arah mereka berdua.
Mito tersenyum, menunjukkan ekspresi senang, mengira
akhirnya Guren mau mendengarkan mereka.
“Nah, Ayo pergi. Kali ini aku yang akan menyelamatkan
nyawamu. Nah, ayo ....”
Mito lantas mengulurkan tangan ke arah Guren.
Melihat uluran tangan itu, Guren,
“....”
Guren menggenggam pangkal katananya.
Mudah sekali
membunuh mereka. Aku hanya perlu menebas lebar katanaku sekali saja. Mereka
tidak akan bisa menghindar atau bereaksi, kan? Bodohnya mereka, mau percaya
kepada orang dari Ichinose.
Shinya seakan menyadari sesuatu. Dia menatap ke arah
Guren. Dengan tatapan dingin bola matanya, dia menatap tangan Guren yang
menggenggam katana. Kemudian, dengan
terlihat bosan ....
“Ah, begitu, ya. Jadi ada perkembangan ke arah itu, ya
....”
Sepertinya, apa yang dipikirkan oleh Guren dapat
dimengerti oleh Shinya.
Namun, Shinya tidak menghentikan Guren. Bukan. Shinya tidak harus menghentikan
Guren.
Jika kesempatan
ini kubiarkan lolos, maka hari di mana aku bisa membalas Hiiragi yang sangat
berkuasa, tidak akan datang, bukan?
Kalau aku serius.
Jika aku
benar-benar menginginkan kekuatan yang besar, maka ....
“Aku akan ....”
Namun, Mito mengulurkan tangannya, menyentuh lengan
Guren yang mengenggam katana.
“Nah, singkirkanlah senjatamu ....”
Guren justru menghalau tangan Mito, dan ...
“... jangan sentuh aku! Aku tahu. Kita mundur dari
sini.”
Saat Guren berkata demikian, mantra 《Shiketsu》pun terhenti di tengah-tengah, tanpa terselesaikan.
Senyum tipis pun tersungging di bibir Shinya.
Mito tersenyum penuh rasa bahagia.
“Syukurlah, kau mau mengerti. Nah, ayo kita segera
pergi.”
Pada saat Guren mengangguk setuju dengan hal itu ....
“Wah, wah .... Apa-apaan itu? Jangan-jangan, kalian
benar-benar mau mundur dari sini?”
Terdengar suara seorang anak perempuan.
Saat memikirkan suara itu, Mito tiba-tiba dipukul dari
belakang, lantas jatuh kehilangan kesadaran. Tidak hanya itu. Goshi, Sayuri dan
Shigure pun tiba-tiba juga diserang, dan terjatuh tidak sadarkan diri.
Hanya Shinya yang dapat mengimbangi serangan yang ada.
“Sial, kena—“
Tapi, kata-katanya terhenti.
Tangan ramping seorang anak perempuan mencekik leher
Shinya. Seraya berusaha mati-matian melepas cekikkan di lehernya dengan kedua
tangannya, Shinya berkata.
“... Mahiru, kenapa ..., kamu melakukan ..., ini? Apa
..., yang sebenarnya ingin kamu lakukan?”
Mahiru lah yang berada di sana.
Sosok dengan rambut abu-abu panjang yang sangat jarang
ditemui. Bola mata yang lebar. Wajah yang menawan, dan senyum penuh rasa
percaya diri.
Hingga saat ini, Mahiru masih mengenakan seragam sailor
SMA Shibuya. Meskipun seharusnya dia telah membuang Hiiragi, namun dia
masih mengenakan seragam sailor,
dengan membawa pedang Jepang yang tergantung di pinggangnya.
Mahiru berkata.
“Jangan melawan, Shinya. Kalau aku salah, dan sampai
membunuhmu, bagaimana?”
“Urgh .... Ceritakanlah kondisimu. A-aku akan jadi
kekuatanmu—“
Namun, dengan tersenyum Mahiru berkata.
“Sayang sekali. Kau itu, tidak cukup. Nah, tidurlah.”
Mahiru lantas memberikan kekuatan pada cengkeraman
tangannya. Shinya pun kehilangan kesadaran. Kekuatan menghilang dari seluruh
tubuhnya, dan dia lantas terjatuh ke tanah.
Guren melihat Shinya yang terjatuh, lantas berkata
kepada Mahiru.
“Hah ... Bukankah, katamu kita tidak akan bertemu
sampai dunia ini hancur nanti?”
Mahiru tersenyum mendengar itu, kemudian melihat ke
arah Guren.
“Apa kau senang bertemu denganku?”
“Tidak.”
“Oh, ya? Aku, sih, senang sekali bisa bertemu denganmu
.... Tetapi, aku datang bukan untuk ..., menemuimu”
“Apa maksudnya itu?”
Mahiru kemudian berkata.
“Maksudnya, aku hanya kebetulan bertemu denganmu. Aku
ada keperluan di sini.”
Guren lantas mengamati sekelilingnya. Kelihatannya,
meskipun Goshi kehilangan kesadaran, ilusi miliknya masih terus berlanjut. Dan
di seberang kepulan asap yang diciptakan oleh Sayuri, monster itu masih terus
bertarung melawan musuh yang tidak terlihat. Tetapi, sebentar lagi efek dari
ilusinya pasti akan memudar. Jika kesadaran dari pengguna mantranya menghilang,
efek ilusi pun akan semakin cepat memudar.
Guren menatap ke arah monster itu, dan berkata.
“Yah, itu wajar, sih. Kau ini, kan, komplotan 《Gereja Hyakuya》. Lalu, kau datang untuk menghapus percobaan 《Gereja Hyakuya》 yang gagal?”
Mendengar itu, Mahiru menatap Guren dengan wajah
kebingungan, lantas berkata.
“Aku komplotan 《Gereja Hyakuya》? Aneh sekali. Bukankah lewat pesan sudah kukatakan—“
“Lewat Shinoa, kan?”
Guren menyebut nama gadis kecil yang merupakan adik Mahiru.
Mahiru mengangguk.
“Yap. Seharusnya, Shinoa sudah menyampaikannya.”
“Tentang ..., kau yang akan mengkhianati 《Gereja Hyakuya》?”
“Ya.”
“Lalu, kau ini ada di pihak mana?”
“Ahaha.”
“Dengan tujuan apa kau bertindak?”
Mahiru tertawa mendengar pertanyaan itu. Tertawa yang
nampak bahagia. Tawa yang sangat manis, dan sangat mempesona. Tangannya yang
ramping, dengan lembut meraih lengan Guren. Ia lantas menggeleng-gelengkan
kepala. Kemudian, seraya menunjukkan rasa simpati, disentuhnya luka di bahu
Guren yang tadi telah dibakar untuk menghentikan pendarahan.
“Pihak di mana aku berada ..., adalah pihak yang sama
denganmu, Guren. Siapa pun tidak akan mengganggu lagi. Mengganggu saat-saat
bersama dengan orang yang kita sukai. Mengganggu kebebasan kita. Tempat di mana
aku bisa mendapatkan kekuatan, agar tidak ada yang mengganggu kita lagi.”
Guren menatap wajah Mahiru, lantas berkata.
“Di mana tempat itu?”
“Di sini.”
“Di sini itu di mana?”
Mahiru lantas mencengkeram kuat-kuat luka di bahu
Guren. Rasa nyeri sangat kuat menyebar, namun Guren tidak peduli. Kemudian,
dengan tangan lain, Mahiru menyentuh dan menekan dadanya.
“Aku ada di tempat, di mana kegilaan dan iblis
bersemayam di lubuk hati. Dan kau juga sama, bukan, Guren?”
“....”
“Tetapi itu masih belum cukup. Hingga kau jatuh di
kedalaman yang sama denganku, itu masih dan masih belumlah cukup.”
Jari jemari Mahiru yang mencengkeram luka di bahu
Guren semakin bertambah kuat.
“Mengapa tadi ..., kau tidak membunuh anak gadis Jujou,
dan Goshi yang hobi main-main itu? Bukankah tadinya kau mau melakukannya?”
Kuku jari jemari Mahiru menancap ke dalam luka Guren.
“Kau harus lebih tergila-gila karena rasa sesak. Kau
harus segera merasa tergila-gila. 《Iblis》 suka dengan hasrat manusia, kau tahu? Agar bisa
terpilih oleh 《Iblis》....”
Pada saat itu, Guren memegang tangan Mahiru.
“Ah ....”
Saat Guren menyentuhnya, wajah Mahiru nampak bahagia.
Namun, Guren mengacuhkan wajah itu dan berkata.
“Jalanku dan jalanmu itu ...”
“... sama, Guren.”
Mahiru menyela perkataan Guren.
“Semua juga sama. Karena pada akhirnya, kita akan
mati. Manusia bisa mati dengan mudahnya. Apakah ada artinya dia hidup? Atau justru
tidak memiliki arti? Seraya memikirkan
pertanyaan bodoh semacam itu, waktu dengan cepat telah berlalu. Lalu pada saat
itu, bagaimana kita harus hidup? Jalan apa yang harus kita tempuh? Ahahahaha.
Padahal, pada akhirnya kita akan mati. Apa kau ingin berbicara tentang apa arti
mengambil jalan memutar menuju kematian?”
Pada saat itu, Mahiru menarik pedang di pinggangnya.
Pedang berbentuk katana
yang keseluruhan berwarna hitam. Langit
di sekitar berubah menjadi hitam pekat, memberikan hawa yang seakan membawa
malapetaka.
Itu adalah senjata yang terlahir dari hasil
perkembangan penelitian tentang ilmu kutukan 《Kiju》. 《Kiju》bisa digunakan untuk menyegel dewa iblis yang disebut 《Shinki》 di dalam senjata. Mahiru berkata, apapun yang terjadi
dia pasti akan menyempurnakan penelitian itu.
Mahiru menancapkan katananya
pada tanah di depan mata Guren.
Dalam sekejap, beberapa meter tanah di sekitar tempat
Mahiru menancapkan katananya berubah
warna menjadi hitam pekat. Kutukan yang ada menyebar. Kutukan itu bahkan
menyentuh kaki Guren, yang lantas dalam sekejap hendak menyebar ke seluruh
tubuh dan pikiran Guren.
“....”
Guren merapalkan beberapa kalimat mantra di dalam
benaknya, mencoba menangkal kutukan yang menyebar.
Melihat itu, Mahiru berkata.
“Ah, biar kuberitahu. Kalau hanya dengan
mantra 『Penolak Kutukan』, itu tidak akan bisa menghilangkan
kutukan saat kau menyentuh katana ini,
lo.”
Guren menatap tajam Mahiru, mendengar hal
itu.
“Kenapa aku harus menyentuh katana itu?”
“Itu karena, kau menginginkan kekuatan, bukan?”
“Aku tidak akan melakukan apa yang kau
mau. Aku tidak suka menari di atas tangan orang la—“
“Kau salah, Guren. Bukan di atas telapak
tanganku. Kaulah yang memutuskannya. Dan kau tidak menolak hal itu. Menolak hasratmu
terhadap kekuatan. Keinginanmu terhadap kekuatan. Karena kau itu ..., sama
denganku. Kita sama-sama tinggal di dalam lubang yang sangat dalam.”
Pada saat itu.
“Gooooaaarrg!”
Suara mengaum menggema.
Monster itu berhasil meloloskan diri.
Ilusi yang ada telah leyap.
Mahiru mendongak melihat monster itu,
lantas tertawa.
“Ahaha. Tuh, kan. Pada akhirnya, kau tidak
punya pilihan. Jika kau tidak mencabut katana
ini, kau tidak akan menang melawan Chimera yang diciptakan dari gabungan
genetik 《Empat Penunggang
Kuda》. Kalau kau kalah,
kau akan mati. Lalu, orang-orang yang sepertinya merupakan pasukanmu dan tidak
sadarkan diri di sekelilingmu, juga akan di bunuh.”
Tap.
Tap. Tap.
Dengan langkah yang ringan, Mahiru
melangkah mundur ke belakang. Seraya tersenyum santai, dia berkata.
“Lalu, aku akan melihatmu, Guren. Pilihan
apa yang akan kau ambil? Apa kau benar-benar menginginkan kekuatan? Ataukah
selama ini, hasratmu itu hanya sebuah permainan anak-anak saja?”
“....”
“Yah, aku tahu, sih, hasilnya akan
bagaimana. Kau akan terjatuh. Terjatuh menginginkan kekuatan. Karena kau sama
denganku. Karena itu, aku suka padamu, Guren. Aku sangat menyukaimu. Ahaha.”
Ujar Mahiru.
Di depan matanya, terlihat Chimera yang terlahir dari hasil gabungan
genetik 《Empat Penunggang
Kuda》. Itu adalah kata-kata yang asing bagi Guren.
Chimera itu kini menyadari keberadaannya.
Kemungkinan besar, akan mustahil bagi
dirinya saat ini untuk menang melawan monster itu. Seperti apa struktur tubuh
musuhnya? Mantra apa yang mempan terhadapnya? Apa kelemahannya? Dengan melihat kemampuan
fisik luar biasa milik si monster tanpa mengetahui hal-hal seperti itu, sudah
mustahil Guren akan menang melawan monster itu.
Jika Guren mati di tempat ini, maka dia
tidak akan bisa menyelamatkan teman-temannya.
Sayuri, Shigure, Goshi, Mito, Shinya.
Mereka semua yang kehilangan kesadaran
dengan wajah bodohnya, akan mati semua.
“Saat ini aku ..., harus mendapatkan ...,
kekuatan—“
Guren menatap katana hitam yang tertancap di
tanah. Dia bermaksud menyentuh ujung
pedangnya.
Dari belakang
Mahiru berkata.
“Benar. Cepat
dapatkan kekuatanmu, dan berhentilah jadi manusi---ah, jangan, Guren! Jangan
mendekat .... Kalau kamu melakukan hal itu, kamu tidak akan bisa kembali
menjadi ma—diam! Diam! Sekarang lagi seru-serunya! Diamlah, aku!”
Mahiru lantas
memukul-mukul dadanya.
Lalu kata-katanya
terhenti.
Di dalam tubuh
Mahiru, seakan ada dua kepribadian yang sangat bertolak belakang. Kejadian ini,
sama dengan yang terjadi di serangan pada bulan April.
“Sebenarnya, mana
Mahiru yang asli?”
Mahiru tertawa
mendengar itu, dan membalas.
“... apa
hubungannya hal itu dengan pilihanmu?”
Guren
menyunggingkan tawa kecil dan menjawab.
“Tidak ada, sih.”
Kemudian,
diambilnya pedang yang tertancap di tanah dengan tangannya.
Dalam sekejap.
Guren merasakan
kekuatan luar biasa yang tidak terbayangkan memasuki seluruh tubuhnya. Kekuatan
itu, terasa bagaikan kekuatan yang seharusnya tidak merasuki dirinya.
Bunuh.
Mengamuklah.
Rusaklah.
Hancurkan
semuanya.
Pikiran Guren
dipenuhi oleh keinginan kuat untuk merusak.
Kemarahan dan
keputusasaan.
Kebahagiaan dan
kesedian.
Semua hal itu bercampur
menjadi satu. Hitam dan semakin hitam pekat. Segala sesuatunya kemudian
bercampur.
Apa yang dikatakan
Mahiru ternyata benar. Bahkan tidak ada waktu untuk merapalkan mantra penguat
spiritual, yang berfungsi sebagai mantra penangkal kutukan.
Di bagian paling
penting dalam tubuh-------di dalam jiwa yang sangat dalam, dipenuhi rasa benci.
Kemudian di tengah-tengah semua itu, munculah sosok 《Iblis》.
Meskipun disebut 《Iblis》, namun penampilan mereka tidak berbeda dengan
manusia. Sangat cantik. Menyerupai sosok manusia dengan tubuh androgini.
Tidak bisa
dibedakan apakah ia perempuan ataukah laki-laki.
Guren hanya
memahami bahwa sosok itu adalah 《Iblis》. 《Iblis》yang berada dalam tingkatan disebut 《Shiki》.
Sang 《Iblis》 berkata.
Berkata seraya
memberikan tawa yang menyedihkan.
《Manusia itu sangat menyedihkan. Mereka langsung saja
menginginkan kekuatan.》
“....”
《Tapi, pilihanmu itu salah, Guren. Ini adalah tempat yang
tidak boleh kau datangi.》
“....”
《Yah, tapi hasratmu, serta rasa dahagamu terhadap
kekuatan yang membuatmu gila, lalu kau jadikan itu sebagai umpan untukku ...,
aku merasa senang dengan hal itu, sih ....》
“....”
《Apa kau ingin kekuatan?》
Guren menjawab pertanyaan
itu.
“Ingin.”
《Meskipun kau harus kehilangan sesuatu untuk itu?》
“Ya.”
《Kau tidak perlu memiliki teman. Ini adalah jalan
pertarungan. Siapa namanya? Sayuri? Shigure? Pertama, bunuh mereka dulu. Dari
situlah kau bisa memulainya. Pertama-tama, lakukanlah hal itu.》
“... Baiklah.”
《Kalau begitu, lepaskanlah. Lepaskanlah kegilaan iblis
<Kyogi> dari jiwamu, Ichinose Guren. Aku akan memberimu kekuatan!》
Sekejap kemudian,
semuanya menjadi hening.
Kesadaran Guren
kembali kepadanya kondisi yang ada.
Di depan matanya
terdapat Chimera dengan tiga buah kaki. Menghentak-hentakkan kakinya, berusaha
membunuh Guren. Diri Guren yang sebelumnya, pasti tidak akan bisa menghindari
serangan itu.
Tetapi ....
“Berisik.”
Guren menebaskan katana yang terdapat 《iblis》di dalamnya.
Kemudian, hanya
dengan serangan itu saja, tubuh Chimera itu terpotong menjadi dua. Tidak hanya
itu. Pemandangan di belakang tubuh Chimera juga, sekilas terlihat seakan
terpotong sebagian.
“A~ha. Tuh, kan,
ternyata kau memang hebat.”
Dari belakang
Guren, Mahiru mengatakan hal itu dengan nada yang terdengar kesenangan.
Guren berbalik,
menatap Mahiru.
Seperti yang
diduga oleh Guren, Mahiru tertawa gembira.
“Fufufu~ Kau ingin
membunuhku, kan? Kau tidak bisa mengontrol keinginanmu untuk menghancurkan,
bukan?”
“....”
“Kau juga ingin
membunuh semua teman-temanmu yang ada di sini, kan? Kau ingin mencabik-cabik
organ dalam teman laki-lakimu. Ingin menyakiti teman perempuanmu. Ingin
memenggal leher mereka. Inilah yang jadi permasalahan senjata ini, lo ....
Penggunanya akan dirasuki oleh 《iblis》dan kejiwaannya akan semakin dan semakin bertambah
buruk—“
Guren mengayuhkan katananya ke atas. Lalu menebaskannya ke
bawah. Pandangan matanya mengarah ke Sayuri dan Shigure. Guren hendak berusaha
membunuh kedua pelayannya.
Mahiru melanjutkan
perkataannya.
“Tapi, tidak
apa-apa, kok, Guren. Jika kau membunuh kelima orang itu, maka hasratmu akan terpenuhi
sesaat. Setelah itu, mari kita melangkah dan mencari lebih jauh cara
menggunakan senjata iblis yang disebut 《Kiju》 ini. Jika berdua bersamamu, maka kekuatannya pasti
akan sempurna. Dengan begitu, maka tidak akan ada lagi musuh. Tidak akan ada
lagi yang mengganggu kita.”
Pada saat itu,
kata-kata Mahiru terhenti sejenak, sebelum akhirnya dilanjutkannya kembali.
“Tapi, yah ....
Intinya sekarang, bunuhlah mereka dahulu. Mari kita melangkah maju
bersama-sama.”
Kata-kata Mahiru
membuat kekuatan Guren yang menggenggam katana
semakin bertambah.
Membunuh Shigure.
Membunuh Sayuri.
Membunuh Mito.
Membunuh Goshi.
Membunuh Shinya.
Guren bisa
merasakan bagaimana kepuasan yang akan dia dapatkan saat berhasil melakukannya.
Rasa kepuasan yang bisa merubah dunia. Rasa kepuasan di mana dia terlepas dan merusak
semua hal yang selama ini menghentikannya. Seperti perasaan dan rasa cinta.
Juga pemikiran nalar yang selama ini mengganggunya. Guren bisa mengerti betapa
puasnya, jika hanya hasrat terhadap kekuatan, yang tertinggal di dalam dirinya.
Karena itu,
“Ah, begitu, ya.
Jadi inilah kekuatan.”
Guren bergumam.
“Benar sekali,
Guren. Itu adalah hal yang diinginkan olehku dan juga dirimu.”
Mahiru berkata
demikian.
Guren berbalik,
menatap Mahiru. Dia ingin menyiksanya lalu membunuhnya--------keinginan seperti
itu bertambah kuat dalam diri Guren. Tetapi, yang paling mudah untuk dibunuh
adalah dua orang itu. Yaitu, kedua orang pelayannya. Dua orang yang selalu
menemaninya.
《Iblis》yang ada di dalam jiwanya berkata.
《Lewatilah garis itu.》
Garis.
Garis apa yang dimaksud? Pikir Guren
sekilas dengan tidak sadarkan diri. Garis sebagai manusia? Ataukah berhenti sebagai
manusia dan menjadi Dewa Asura?
Tetapi, mungkin
itu adalah hal yang diperlukan.
Untuk
menghancurkan Hiiragi.
Untuk mendapatkan
kekuatan dan juga kebebasan.
Tetapi, yang
terpenting saat ini,
《Hancurkan semuanya!》
Sang《Iblis》memberi perintah. Guren menebaskan katananya. Pertama, dia berusaha mengarahkan tebasan itu ke leher
Sayuri.
Tetapi, pada saat
bersamaan, tangan kiri Guren mengayuhkan pedang iblis 《Hakushi》pemberian Kureto. Meskipun saat ini, 《Hakushi》sudah tidak bisa disebut sebagai pedang iblis lagi,
jika dibandingkan dengan pedang 《Iblis》yang dibawa oleh Mahiru.
Guren mengayuhkan
pedang itu.
Ditebaskan pedang 《Hakushi》 mengenai persendian tangan kanan Guren yang
mengayuhkan katana, berusaha membunuh
Sayuri. Tebasan 《Hakushi》sangat indah. Tanpa suara, dan juga
tanpa rasa sakit. Tetapi, bisa terlihat dengan jelas, lengan Guren terpotong
karena 《Hakushi》.
“Apa!?”
Dari belakang
Guren, terdengar suara teriakan terkejut Mahiru.
“Tunggu! Apa yang
kau lakukan?”
Tetapi pada saat itu, lengan kanan Guren sudah
melayang putus di udara, seraya masih menggenggam katana dengan 《Kiju》di dalamnya. Dari lengan yang terpotong, darah
mengalir dengan derasnya. Guren menahan aliran darah itu dengan tangan kiri
seraya ....
“ ... huft ....
Urg .... Ah, sial. Akhirnya pikiranku jernih juga.”
Guren berujar
demikian, seraya sedikit memekik kesakitan. Dia jatuh bertopang lutut. Guren
kekurangan darah. Guren benar-benar kehilangan dan kekurangan banyak darah.
“Shigure, Sayuri,
cepat buka mata kalian, bodoh! Kita mundur!”
Guren berteriak
kepada kedua pelayannya.
Namun, kedua
pelayannya tidak membuka mata mereka.
Tergesa-gesa,
Mahiru datang mendekat ke arah Guren. Dia mengambil lengan Guren yang terputus.
Entah apa tujuannya, dia berusaha menekan potongan lengan itu, ke lengan kanan
Guren yang terus menerus mengeluarkan darah.
“Ki-kita harus
segera .... Mungkin jika dengan kekuatan regenerasi milik 《Iblis》yang masih tersisa di tubuhmu ..., kita bisa
menyambungkannya—“
Memang benar.
Dengan berusaha menekan-nekan potongan lengan Guren ke lengan yang terputus,
Guren bisa melihat lengannya mulai berusaha beregenerasi dan bersatu kembali
dengan sangat menjijikkan. Kemampuan itu sudah tidak lagi, terlihat bagaikan
kemampuan milik manusia.
“Bohong, bohong!
Tidak mau tersambung ...? Kumohon! Kumohon tolonglah! Meskipun hanya urat
syarafnya saja ....”
Wajah Mahiru
seakan hendak menangis. Dia pun mulai berteriak-teriak.
“Kenapa kamu melakukan
ini!”
Dari mata Mahiru,
air mata mulai mengalir. Mahiru yang terlihat seakan sudah tidak lagi memiliki
jiwa manusia di dalam dirinya, mulai meneteskan air mata.
Guren menatap
wajah Mahiru yang berada tepat di dekatnya, dan berkata.
“Kau tahu, Mahiru
....”
“....”
“Hentikan saja
penelitian 《Kiju》,
ya. Ini tidak akan berhasil.”
“....”
“Kalau begini
terus, kita hanya akan bagaikan orang bodoh yang menari-nari di atas kekuatan.”
“... Kamu salah!”
“Itu tidak salah!
Ayo, kita pikirkan cara lain. Pasti ada jalan lain untuk—“
“Tidak ada!”
Mahiru berteriak.
Dia berteriak seraya menangis terisak-isak.
Mahiru menolak
jalan yang disarankan Guren. Tetapi, Mahiru sendiri menyadari kebenaran perkataan
itu secara samar-samar.
Guren menatap
Mahiru yang menangis, lantas berkata.
“Ada. Aku akan
menemukannya.”
“Bohong! Kamu
tidak bisa berbuat apapun!”
“Setelah ini, akan
berbeda.”
“Bohong! Bohong! Kamu
selalu bohong! Jangan hanya berkata hal-hal untuk menenangkan—“
Namun, Guren
mengulurkan tangan kirinya, meraih dan memeluk bahu Mahiru yang gemetaran.
“Kali ini aku yang
akan melindungimu. Karena itu, ikutlah bersamaku, Mahiru.”
Mahiru lantas
mengangkat wajahnya. Dia menangis. Bola matanya berkaca-kaca karena rasa takut
dan juga harapan.
Mahiru berkata.
“Jika kau ingin melindungiku
.... Jika kau benar-benar punya keinginan untuk melindungiku ..., ikutlah
bersamaku, Guren. Bunuhlah pelayanmu, bunuhlah teman-temanmu, lalu ....
Bersamaku—“
Guren menyela
perkataan Mahiru dan berkata.
“Sudah, diamlah!
Kaulah yang ikut bersamaku.”
Mahiru tertawa
kebingungan mendengar itu. Air matanya sudah berhenti.
“Ahaha. Guren itu
selalu keren, ya.”
“....”
“Alangkah
senangnya .... Jika aku tipe perempuan yang bisa dengan bahagianya, ikut
bersamamu setelah mendengar kata-kata itu. Pasti, kalau aku ikut denganmu, aku
akan bahagia.”
“Kalau memang
begitu, ya, lakukanlah, Mahiru.”
Mahiru lantas
berdiri.
“Tidak bisa,
Guren. Kau sudah mengerti bukan? Itu hanyalah impian, dunia ideal, dan juga
omong kosong anak-anak. Itu bukanlah sebuah kenyataan.”
Mahiru menjauh
dari Guren selangkah. Di tangannya tergenggam katana dengan kutukkan 《Kiju》yang tadi digenggam Guren di tangan kanan yang
dipotongnya.
Guren berkata.
“Aku akan berjuang
keras, untuk mewujudkan omong kosong itu.”
“Karena itulah
..., langkahmu lamban, Guren. Apa yang kau lakukan hanyalah impian anak-anak.”
“Hah? Apa kau
tidak tahu dongeng tentang kura-kura dan kelinci? Kalau kau maju dengan kondisi
seperti ini, kau akan hancur, tahu?”
Mahiru lantas
tersenyum, seakan berkata bahwa dia mengerti hal itu.
“Maka, tolonglah
aku sebelum aku hancur, Guren.”
“Kalau begitu, aku
akan menolongmu sekarang. Buanglah katanamu,
dan datanglah ke tempatku.”
“Aha~ Selalu saja
menggodaku dengan kata-kata. Bisa tidak kau mengungguliku dalam hal kekuatan?
Cobalah~ Rebut katanaku dan katakan ‘dengarkan
perkataanku!’ bagaimana?”
“....”
“Tetapi, mustahil
untuk dirimu saat ini, kan? Walau ini menyedihkan, aku lebih kuat. Karena aku
adalah sang kelinci. Kelinci yang berlari menuju kehancuran dengan sangat
cepat. Karena itu, aku menanti sang pangeran kura-kura. Cobalah selamatkan aku,
sebelum aku hancur, Guren.”
Mahiru berkata
demikian lantas tertawa seraya mencengkeram erat lengan kanan Guren. Ada
sensasi sentuhan terasa, di lengan yang seharusnya sudah terputus.
“Ap—“
Guren terkejut
melihat lengannya telah bersatu kembali. Ada semacam aura berwarna hitam yang menggeliat-geliat, menyambungkan kembali kulit Guren yang
terpotong.
Mahiru berkata.
“Tersambung, deh.
Tapi, jangan berbuat berlebihan, lo. Lenganmu bisa tersambung lagi, karena
masih ada sisa-sisa 《Iblis》dalam dirimu. Tapi, tidak akan
terjadi untuk kedua kalinya. Tentu saja, kalau kau membawa katana ini, kau akan—“
“Itu kekuatan yang
tidak seharusnya dipakai oleh manusia.”
Ujar Guren.
Tetapi, Mahiru
justru tertawa dengan senang dan gembira.
“Benar. Benar
sekali. Tapi, kau sudah bukan manusia lagi. Tangan manusia yang terputus, tidak
mungkin akan bisa bersatu kembali. Jiwamu, sudah sedikit bercampur dengan 《iblis》.”
“....”
“Karena itu, pada
akhirnya, kau akan hancur. Sama denganku, hatimu akan dipenuhi kegelapan. Ah~
Guren. Ternyata, kita memang tidak bisa berpisah. Mari kita mengakrabkan diri,
dan menjadi 《iblis》.”
Seraya berkata
demikian, Mahiru justru menjauh dari Guren. Dengan wajah gembira dan penuh rasa
kasih sayang, dia memandang Guren yang terduduk.
“Tetapi hari ini
cukup sampai sini. Aku ingin dicium olehmu, sih .... Tetapi, ada hal yang harus
aku lakukan.”
Mahiru lantas
berlari.
Dia mengambil
sebagian tubuh Chimera yang berhasil dipotong menjadi dua bagian sama besar
oleh Guren.
Di saat bersamaan,
Guren kemudian menyadari keberadaan orang lain yang mengambil bagian tubuh lain
Chimera yang berhasil dipotongnya itu.
“....”
Bukan. Dia bukan
manusia.
Perawakannya
memang menyerupai manusia. Tetapi, dia bukan makhluk yang disebut ‘manusia’.
Kulitnya
benar-benar sangat putih. Paras wajah sangat rupawan. Mengenakan pakaian dengan
ornamen yang memberikan nuansa kuat seorang bangsawan.
Sosok dengan bola
mata merah, dan rambut perak yang panjang.
“Vampir!?”
Suara Guren
meninggi.
Mahiru segera
menarik katana di pinggangnya.
Melihat reaksi
Mahiru, vampir dengan rambut perak itu pun juga menarik pedang di pinggangnya.
Sekilas dilihat, badan pedang itu bagaikan sebuah pedang yang terbuat dari
kaca.
Pedang kaca itu
pun berbenturan dengan katana.
Katana Mahiru
yang berselimuti hawa ledakkan luar biasa, yang memberikan hawa sangat tidak
menyenangkan, menerjang menyerang vampir. Tetapi ....
“Ho~ teknik
manusia mengendalikan iblis, bahkan bisa sampai sejauh ini? Boleh juga, ya,
kamu.”
Seraya tertawa
cengengesan dengan santainya, vampir itu menerima serangan Mahiru dengan
mudahnya.
Mahiru menatap
tajam vampir itu dan berkata.
“Pakaianmu itu
.... Kau ini vampir bangsawan, ya?”
“Wah, kamu tahu
banyak juga, ya ..., soal vampir. Ya, ya, benar. Aku adalah Ferid Bathory. Aku
adalah leluhur ketujuh. Yah, tapi apa gunanya juga mengenalkan diriku kepada
manusia, ya ....”
Vampir yang
memperkenalkan diri sebagai Ferid itu berkata demikian, seraya menarik
pedangnya ...
... lalu
ditebaskannya kembali.
“Urg!”
Mahiru segera
menanggapinya. Guren bisa melihat mereka saling menghunuskan pedang satu sama
lain hingga lima kali----------namun, setelah itu, Guren tidak lagi mampu
melihat gerakan mereka.
“Wah, kamu sudah
mau melarikan diri?”
Seraya berkata
demikian, Ferid melepaskan tendangan sangat cepat. Mengenai bagian samping
kepala Mahiru. Mahiru terkena serangan yang sekilas terlihat seakan dapat
membuat lehernya putus. Dia lantas jatuh berguling sekali di atas tanah.
“Nah, selesai
sudah~♪”
Ujar Ferid.
Dia hunuskan
pedangnya.
Pada saat itu,
Guren bangkit dan berlari dengan cepat. Tangan kanannya masih belum bisa
digerakkan dengan baik. Karena itu, dengan menggenggam katana yang mendapat julukan pedang iblis pemberian Kureto di
tangan kirinya, dia berdiri di depan Mahiru. Dengan bantuan tangan kanan yang
berusaha menopang tangan kirinya, dia menyiapkan kuda-kuda katananya.
Ferid tertawa
melihat itu.
“Selamat tinggal,
manusia.”
Ferid mulai
mengayuhkan pedangnya.
Katana Guren menerima serangan luar biasa
kuatnya. Meskipun saat menerima serangan itu, Guren sudah mundur lima langkah
untuk mengurangi beban serangan, namun dia tidak berhasil menerima serangan itu
dengan baik.
Bersamaan dengan
serangan diterima katana Guren,
beberapa tulang lengan dan jari Guren yang memegang katana patah. Benturan keras juga menyebabkan beberapa tulang di
badan Guren patah. Badannya terpental. Menabrak Mahiru yang terjatuh di
belakangnya. Keduanya lantas terpelanting bersama-sama sejauh sepuluh meter.
“Urg, arrgh ....”
Keduanya terjatuh
membentur tanah. Tidak sanggup untuk bangkit, ataupun bergerak. Serangan yang
diterima tubuh mereka terlalu berakibat fatal.
“... Guren ....
Kau ..., masih hidup?”
Dari belakang
punggungnya, Mahiru bertanya. Dia angkat wajahnya, menatap ke arah Guren penuh
rasa khawatir.
Guren membalas
pertanyaan Mahiru.
“Jangan
khawatirkan aku. Lihatlah ke depan. Aku sudah tidak akan bisa menerima
serangannya, untuk kedua kalinya.”
Mahiru justru
tersenyum kecut mendengar perkataan Guren.
“Yah, tetapi dia
tidak peduli dengan kita, tuh ....”
Guren lantas
melihat ke arah Ferid. Memang benar. Saat itu, Ferid tidak melihat ke arah
mereka.
Lagi pula, pada
dasarnya, makhluk bernama vampir adalah tipe yang seperti itu. Mereka hanya
menganggap manusia tidak lebih dari hewan ternak, dan jarang sekali keluar ke
atas permukaan bumi. Mereka bahkan terlihat tidak tertarik sama sekali,
terhadap perang perebutan kekuasaan antar manusia, yang terjadi di atas
pemukaan bumi. Mereka hanya terus menerus menjalani kehidupan abadi mereka di
bawah tanah.
Tetapi ....
“Kau .... Untuk
apa kau datang kemari?”
Tanya Mahiru.
Ferid lantas
mendongak, dan menjawab.
“Hm? Wah, kalian
masih hidup? Luar biasa sekali. Apa benar kalian ini ..., manusia?”
“Jawablah! Buat
apa kau datang kemari.”
Ferid pun
menjawab.
“Ah, itu .... Aku
dengar manusia ‘sedikit’ melakukan penelitian di wilayah yang tidak seharusnya
mereka sentuh. Jadi, aku hanya ‘sedikit’ mencari tahu hal itu ....”
Ferid lantas
menatap tanah di dekat kakinya. Di sana, tergeletak badan Chimera yang telah
mati. Ditendangnya badan Chimera itu. Badan Chimera itu lantas melambung tinggi
beberapa saat di udara, kemudian jatuh tepat di bahu Ferid.
“Ini ..., mengerikan
sekali, ya. Manusia sampai bisa membuat seperti ini. Kalau kalian sampai
menyentuh kutukan terlarang semacam ini, dunia akan segera kiamat, lo.”
Dia lantas menatap
Mahiru.
“Katanamu itu juga ..., kurasa adalah
pedang yang luar biasa gilanya. Manusia itu benar-benar serakah hingga membuatku
mual melihatnya.”
Mahiru segera
bersiaga dengan katananya. Dengan
mengembangkan senyum diwarnai rasa takut, Mahiru berkata.
“Lalu .... Apa kau
datang untuk menghukum manusia serakah itu?”
Ferid tertawa
mendengar itu.
“Tidak, tidak. Aku
tidak tertarik dengan manusia seperti itu. Kalian bebas, kok, bertarung sesama
kalian dengan sangat menjijikkan. Aku tidak tertarik dengan aksi kanibalisme
antar hewan ternak. Yah, tapi kalian masih bisa bertahan hidup setelah menerima
serangan pedangku, sih. Jadi aku tidak terlalu yakin kalian ini manusia atau
bukan. Tapi, yah .... Terserah saja. Aku tidak peduli.”
“....”
Kemudian Ferid
membalikkan punggung tanpa pertahanan, lantas pergi meninggalkan mereka. Itu
tidak jadi masalah baginya. Karena besarnya perbedaan kekuatan antara mereka, membuat
Ferid tidak khawatir, walau harus membalikkan punggung ke arah Guren dan
Mahiru.
Mahiru tidak
bergerak. Meskipun dia mencoba menyerang Ferid saat memunggungi mereka,
kemungkinan menang melawannya ..., sangat tipis. Mahiru tahu benar hal itu.
“Sial ....
Seandainya kekuatan 《Kiju》 sudah sempurna pasti ....”
Mahiru bergumam
penuh rasa kesal. Dia lantas menyarungkan katana
kembali, ke pinggangnya.
Guren memandang katana yang disarungkan itu. Sepertinya,
katana itu masih belum sempurna.
Tentu saja, itu bisa dipahami dengan mudah. Mereka tidak bisa mengontrol
kekuatan yang ada. Itu sudah jelas-jelas menjadi bukti, kekuatan itu masih
belum sempurna.
“Kau ..., masih
mau memperbesar kekuatanmu?”
Saat Guren
menanyakan hal itu, Mahiru tertawa kecil.
“Sudah tidak
banyak waktu tersisa, jadi aku tidak akan memberi penjelasan. Tetapi, sebelum
ini ..., aku juga sudah mengatakannya. Pada akhirnya, kau akan memilih jalan
yang sama denganku. Karena 《Iblis》telah masuk ke dalam dirimu.”
Mahiru bangkit dan
berlari, memungut sebagian tubuh Chimera yang tergeletak.
Pada saat
bersamaan, terdengar suara helikopter di udara.
Mahiru mendongak
melihatnya.
“Padahal mereka
tahu kalau Chimera sudah mati, dan mereka tetap saja datang kemari. Guren ....
Kau juga harus segera melarikan di—“
Namun, kata-kata
Mahiru terhenti. Dia menatap tanah di sekitar telapak kakinya. Entah sejak
kapan, di saat terdapat beberapa kertas mantra, mengelilingnya, dan membuat
semacam pelindung sihir. Saat Mahiru menyadarinya ....
“Wah .... Sejak
kapan kau tersadar ...? Shinya.”
Mahiru bertanya.
Pada saat itu,
Guren merasakan hawa keberadaan seseorang dibalik punggungnya. Meskipun Guren
tidak melihatnya, dia bisa mengetahuinya. Itu adalah Shinya.
Shinya menjawab
seraya tertawa dengan santainya.
“Ah, bagaimana, ya
.... Mana mungkin aku bisa tertidur saat tunanganku sedang mesra-mesraan dengan
mantan pacarnya, kan?”
“Itu artinya ....
Sejak awal kau dalam kondisi sadar?”
“Yup.”
“Kau berpura-pura
pingsan?”
“Kalau tidak
begitu, kamu tidak akan mungkin berbicara hal yang sebenarnya, bukan?”
“Karena kekuatanmu
tidak cukup.”
“Ahaha. Padahal
..., aku mau berusaha keras, lo.”
Seraya tertawa dan
berkata demikian, Shinya berjalan mendekat ke samping Guren, yang masih
terduduk di tanah. Lantas, dengan suara kecil berbisik kepada Guren.
“Guren.”
“Apa?”
“Ayo kita bekerja
sama untuk menangkap Mahiru.”
“....”
“Kalau kita
biarkan dia pergi begitu saja, dia akan hancur. Kamu juga paham itu, kan?”
Guren memang
mengerti hal itu. Apa yang dilakukan Mahiru benar-benar sangat berbahaya. Itu
adalah jalan lurus langsung menuju kehancuran. Tidak. Bahkan ada kemungkinan,
mereka telah terlambat.
Guren lantas menyentuh
lengan kanannya yang berhasil bersatu kembali.
Lengannya
beregenerasi. Itu bukanlah kemampuan yang dimiliki oleh manusia.
Guren melihat
Mahiru. Kemudian, dia berkata kepada Shinya di sebelahnya.
“Hei, Shinya.”
“Hm?”
“Apa kau ..., sebegitu
sukanya dengan Mahiru?”
Shinya tertawa
mendengar pertanyaan itu.
“Entahlah.
Bagaimana, yah .... Aku, kan, hanya boneka yang dibesarkan dengan tujuan itu
.... Kamu sendiri?”
“Dia hanya masa
laluku.”
“Ahaha. Tapi
kelihatannya tidak seperti itu, tuh.”
“Tapi, yah ....
Aku tertarik dengan katana miliknya.
Juga soal informasi mengenai percobaan Chimera yang dia miliki. Karena itu ....”
Guren lantas
bangkit berdiri. Tangan kanannya menggenggam katana. Kemampuannya untuk menggenggam sudah pulih sepenuhnya.
Mungkin itu karena kekuatan kutukan dari 《Iblis》 atau hal lainnya, Guren tidak dapat menjelaskannya
secara pasti.
Di sisi lain, jari
kiri dan tulang dadanya yang patah karena serangan vampir tidak bisa memulihkan
diri. Sepertinya, itu karena kekuatan 《Kiju》 telah terpisah dari dirinya.
Guren pun
bersiaga, menggenggam katana hanya
dengan tangan kanannya.
“Mahiru. Kami akan
menghentikanmu.”
Ujarnya.
Mahiru lantas
melihat ke arah mereka, dan tertawa dengan wajah bahagia.
“Padahal, kau tahu
itu mustahil.”
“....”
“Sekarang, perbedaan
kekuatan kita terlalu be—“
Pada saat itu
Guren langsung berlari cepat, mengayuhkan katana
di tangan kanannya.
“Kau ini banyak
omong! Cerewet sekali!”
Guren berusaha
menebas Mahiru dengan sekali tebasan.
Pada saat
bersamaan, kertas mantra Shinya yang tersebar di sekitar Mahiru mulai terangkat
dari atas tanah, dan menerjang kaki Mahiru. Gerakan Mahiru menjadi melambat.
Tetapi, hanya
melambat sedikit saja. Tidak bisa memperpendek perbedaan kekuatan yang ada di
antara Mahiru dan Guren.
Mahiru pun tertawa,
seakan menyayangkan hal itu.
“Alangkah
menyenangkan, jika nanti kita bertemu lagi ..., kalian sudah bertambah lebih
kuat dari ini, ya ....”
Mahiru pun mundur
selangkah ke belakang. Dia lantas memandang kertas mantra milik Shinya, dan dengan
mudahnya terlepas dari jeratannya.
Tetapi, yang
diincar oleh Guren sejak awal bukanlah Mahiru. Guren sadar sepenuhnya, dia
tidak akan menang jika saling adu tebasan dengan Mahiru.
Katananya mengincar benda lain.
Sebagian badan
Chimera yang digenggam oleh tangan Mahiru. Sebagian tubuh Chimera itu tertusuk
ke dalam katananya, lantas
ditariknya. Guren berhasil memotong sebagian dari bagian tubuh Chimera yang
Mahiru bawa, dan langsung melompat mundur ke belakang.
“Ah!”
Mahiru bersuara
terkejut, menyadari kecerobohannya. Dia lantas melihat Guren.
“Ah .... Kau
menginginkan itu, ya. Tapi, kau akan menyerahkan itu ke Hiiragi—“
“Tenang saja.
Tidak akan kuserahkan.”
“Oh, begitu. Kalau
begitu, sih, tidak masalah .... Yah, tapi .... Bagiku yang pada akhirnya akan
mengkhianati Hiiragi juga 《Gereja Hyakuya》, aku tidak peduli apa yang akan terjadi sekarang,
sih.”
“Oi, Mahiru.”
“Ada apa?”
“Saat ini kau
memang bebas merasa di atas angin. Tapi, aku akan segera mengejarmu, lo.”
Ujar Guren.
Mendengar itu, entah mengapa Mahiru justru terlihat sangat senang. Mahiru
lantas menjawab.
“Baiklah. Aku akan
menunggumu.”
Kemudian, Mahiru
segera berbalik arah. Dengan membawa sebagian tubuh Chimera di tangannya, dia
berlari pergi dengan kencang.
Guren melirik ke
belakang, lantas berbalik. Dia menatap tajam Shinya yang memungut potongan
tubuh Chimera yang berhasil didapatkan olehnya. Guren lalu berkata.
“Serahkan itu.
Jika tidak ....”
Guren kembali
menyiapkan katananya.
Jika Shinya
ternyata berada di pihak Hiiragi, dan berniat menyerahkan potongan tubuh
Chimera itu kepada Hiiragi, maka------sekali lagi, akan terjadi peperangan di
sini.
Aku harus membunuh Shinya-----
“Oi, oi .... Apa
kamu berniat melawanku dengan seluruh luka di tubuhmu itu?”
“Untung yang bagus
buatmu, kan?”
“Kamu juga
meremehkanku, ya ....”
Pada saat itu,
sosok Shinya menghilang. Dia menggunakan ilusi. Shinya tidak memiliki kekuatan
fisik yang tinggi. Tetapi, tidak bisa dipungkiri, bahwa Shinya adalah pengguna
semua teknik sihir yang sangat lihai dan sangat pintar.
Guren memejamkan
matanya. Berusaha mencari tahu keberadaan Shinya.
Sosok Shinya
berada di belakangnya. Sebelum Shinya menyadari bahwa Guren telah mengetahui
keberadaannya, Guren bermaksud untuk segera menebas katana ke arah Shinya ..., namun Guren berhenti melakukannya.
Sosok yang muncul
di belakang Guren adalah potongan tubuh Chimera yang dilempar Shinya ke
arahnya.
Ilusi milik Shinya
pun menghilang. Shinya lantas berlari menjauhi Guren. Mulai berusaha
membangunkan kawan-kawan lainnya yang masih tergeletak tidak sadarkan diri di
tanah.
Guren segera
mencengkeram bagian tubuh Chimera yang hampir terjatuh ke tanah dengan kukunya,
bagaikan benda tajam.
Jadi inilah arti
tindakan Shinya.
Shinya menyerahkan
bagian tubuh Chimera kepada Guren. Itu artinya, dia menyerahkan kekuasaan untuk
meneliti lebih jauh mengenai hal ini, kepada Keluarga Ichinose.
Guren kemudian
melihat Goshi, Mito, Sayuri dan Shigure mulai tersadar. Kedua pelayannya,
melihat ke arah sosoknya, dan segera berlari dengan tergesa-gesa ke arahnya.
Mereka kemudian kebingungan dan merasa khawatir, menyadari tulang tangan kiri
Guren patah. Tubuh tuan mereka juga penuh dengan luka.
Mito dan Goshi
lantas mendekat ke arah mereka. Berkata bahwa mereka harus segera melarikan
diri.
Kemudian, selama
proses melarikan diri itu, Guren terus menerus berpikir.
“....”
Apakah dia harus
membunuh Mito dan Goshi.
Jika dia membunuh
mereka berdua dan kemudian menghilang, maka untuk sementara, Hiiragi tidak akan
bisa mengejarnya. Dengan begitu, waktu untuk meneliti tubuh Chimera, mungkin
akan bertambah.
Itu berarti, dia
harus membunuh mereka, bukan?
Dia harus
mengalami kemajuan, bukan?
Guren mengerahkan
kekuatan pada tangan kanan yang menggenggam katana.
Pada saat itu,
Mito menyetuh tubuh Guren yang penuh dengan luka, lalu berkata.
“Lagi-lagi ....
Lagi-lagi aku diselamatkan olehmu, ya?”
Bukan. Aku justru bermaksud membunuhmu.
Namun, kali ini
Goshi ikut berkata.
“Sial. Kau selalu
saja menyelamatkan kami.”
Apa mereka ini bodoh, ya? Kenyataannya bukan begitu.
Tetapi, Mito
melanjutkan perkataannya.
“Lain kali, kalau
terjadi sesuatu, pada saat itulah aku yang akan menyelamatkan nyawamu. Aku akan
melindungimu.”
Yang terakhir,
seraya berbisik di telinganya, Shinya berkata seperti ini kepadanya.
“Kamu tahu, Guren
.... Kamu tidak akan menjadi seperti Mahiru, kok.”
“....”
“Tetapi menurutku,
itu bukanlah suatu kelemahan. Lagi pula, jika kamu memilih jalan yang sama
dengannya, kurasa kita tidak perlu menyelamatkan Mahiru, bukan?”
“....”
“Bagaimana
menurutmu, Guren?”
Guren menjawab
pertanyaan itu.
Dengan nada suara terdengar
kesal.
“Aku sedikit
kelelahan.”
Genggaman katana di tangan kanannya melonggar. Katana nya pun terjatuh dan menancap di
tanah.
Kemudian, terasa
seakan seluruh kekuatan terlepas dari tubuhnya. Sepertinya, tubuhnya menerima
luka fatal yang jauh lebih parah dari perkiraannya. Mungkin itu karena Guren
kehilangan banyak darah, saat dia memotong tangan kanannya. Atau mungkin, itu karena
beban luka di tubuhnya saat menerima serangan vampir itu dengan seluruh
tubuhnya.
Tiba-tiba tangan
kanannya yang tersambung kembali, terasa sangat sakit.
Benar-benar terasa
sangat sakit.
Saat Guren melihat
tangan kanannya, Guren merasa lengannya diselimuti oleh aura hitam, bagaikan
sebuah kutukan. Guren merasa aura hitam itu kemudian masuk ke dalam peredaran
darahnya, dan mulai menjalar, menyebar ke seluruh tubuhnya.
Guren terduduk di
tanah.
Kedua pelayannya
yang terkejut, spontan berteriak.
“”Tuan Guren!””
Teriakan itu terdengar
samar-samar di telinga Guren.
Guren lantas
kehilangan kesadaran, dan jatuh pingsan di atas permukaan tanah.
¨
¨
¨
Aku bermimpi.
Mimpi yang sangat
aneh.
Mimpi di mana aku
melihat sesuatu berdiri di tengah-tengah kegelapan.
Sesuatu itu
berkata.
《Hei, Guren. Sebenarnya, kau ingin membunuh mereka,
bukan?》
Berkata dengan
nada kegirangan karena sesuatu.
Berkata kepadaku,
dengan penuh semangat.
《Sebenarnya, kau ingin membunuh Goshi, Mito, Shinya,
Sayuri, juga Shigure, bukan?》
Sesuatu itu
berkata padaku. Dia seakan tengah berlari dan melompat ke sana kemari di dalam
kegelapan, dengan penuh kegirangan.
《Tetapi, kau akan segera melakukannya. Jadi, tenang
saja. Kau akan bisa membunuh manusia tanpa rasa khawatir. Kau juga akan bisa
membunuh kawan-kawanmu tanpa merasa khawatir. Jadi, tenang saja.》
Aku lantas
bertanya kepadanya.
Pertanyaan yang
mengarah kepada tengah-tengah kegelapan.
“Siapa kau?”
Sesuatu itu
menjawab.
《Aku adalah kau.》
“Siapa kau?”
《Kau adalah aku.》
“Siapa—“
《Cerewet sekali, sih. Aku ini iblis! Aku adalah 《iblis》yang sama denganmu. Mengejar ambisi dan juga balas
dendam.》
“....”
《Aku sudah menyatu denganmu. Nah, nah, kau dengar, kan?
Detak jantung kita yang menyatu. Aku dan kau, telah menyatu.》
“....”
《Nah, nah, kau
dengar, kan? Kau telah melangkahkan kakimu, ke dunia yang sama dengan Mahiru.
Selamat datang, Guren. Di dunia iblis hitam. Aku sudah lama menunggu manusia
serakah yang kuat sepertimu.》
“....”
《Nah, bukalah matamu. Kau sudah bukan manusia lagi. Kau
bukan lagi seorang manusia. Hasrat dan kebencian. Cinta dan kesedihan. Kekuatan
dan ambisi. Ayo, bersamaku, gunakan itu semua. Lalu kita hancurkan dunia
manusia yang menjijikkan!》
Iblis-----------ah, bukan. Aku berteriak seperti itu.
0 Comments
Posting Komentar