ONLY SENSE ONLINE
JILID 2 BAB 6
PEMBALASAN DENDAM DAN SANG MAGE
Aku membuka mataku, sepertinya aku terbangun pada
waktu yang sama seperti yang kulakukan kemarin. Aku melihat cahaya temaran
memasuki rumah kayu lewat celah di pintu.
"…pagi, ya. Aku harus bangun."
Aku harus menyiapkan sarapan. Menjadi satu-satunya
orang yang memiliki Sense 【Cooking】, aku berdiri dengan cepat dan
merenggangkan punggungku.
"…pagi, Cloude."
"Oh, pagi, dan selamat tidur."
Setelah berkata sebanyak itu, sebuah suara tumpul
terdengar dan Cloude mulai tertidur dengan bernafas keras. Hei, tidakkah dia
takut tercekik jika terus seperti itu, pikirku.
"Kalau dia mengalami saat bermasalah dengan
berjaga, kita seharusnya bergiliran. Yah, berkat itu kita dapat tidur dengan
tenangnya."
Aku berkata demikian dan meninggalkan rumah kayu.
Toutobi sudah bangun, dengan sebuah belati di tangannya dia sedang bertarung
dengan musuh imajinasinya.
Ke kanan, ke kiri, dia menusukkan belatinya ke
ketiadaan sambil meninggalkan bayangan di belakangnya.
"Kau begitu bersemangat sejak pagi, ya."
"…selamat pagi, Yun-san."
"Bagaimana dengan yang lain?"
"…semuanya sedang tidur. Karena aku sudah bangun,
aku bertukar jaga dengan Cloude-san."
"Aku mengerti. Aku akan mempersiapkan sarapan
kalau begitu."
Sebagai armorku,
aku mengenakan sehelai apron di atas gaun one-piece
kemarin.
"Secepat ini?"
"Yah, menyiapkan makanan olahan itu menyita
waktu."
Sambil berkata demikian, aku mengguncangkan tanganku
dan menyiapkan beragam alat.
Aku mengeluarkan sebuah kompor dan sebuah oven yang
Magi-san dan yang lainnya dapatkan kemarin dengan memburu seekor monster unik,
lalu menyiapkan makanan.
Sambil membuat roti dengan skill Preparing 【Cooking】 untuk mempersingkat waktunya, aku
menyiapkan hidangan pendamping secara bersamaan.
Meskipun aku tidak menyadarinya karena fokus pada
masakan, Magi-san dan Lucato telah terbangun. Lucato sedang berlatih mengayun
dengan pedang barunya, dan Magi-san sedang mengawasinya sambil memeluk Rickle
di lengannya.
Pedang Lucato lebih panjang dan lebar daripada one-handed sword. Sementara pedang itu
dipegang dengan kedua tangannya, sepertinya beratnya tidaklah cukup—benda itu
bisa diklasifikasikan sebagai bastard
sword.
Bahkan dengan jumlah dekorasi yang sesedikit mungkin,
benda tersebut memiliki kesan barang kelas satu dan dipasangkan dengan
penampilan Lucato, itu tidak memunculkan rasa tidak nyaman. Dia mengayunkannya
ringan dengan tangannya mengejar sebuah sasaran, kadang-kadang dia
mencengkeramnya dengan kedua tangannya. Hanya dengan tekanan dari pedang
tersebut sudah cukup untuk menghamburkan rerumputan di sekitarnya.
"Selamat pagi. Kelihatannya sudah selesai, pedang
Lucato maksudnya."
"Pagi, Yun-kun. Yah, aku menyelesaikannya
semalam, tapi karena kami lelah, kami memeriksanya sekarang. Jadi bagaimana
pedangnya, Luka-chan?"
"Ya, seperti yang kubayangkan. Aku lebih ke tipe
yang menekankan pada kekuatan serangan daripada kecepatan, pedang yang selama
ini kugunakan terlalu ringan."
Sambil bergumam demikian, Lucato menyimpan pedang
tersebut dengan kelelahan.
"Jadi aku bisa menyimpulkan bahwa pedangnya
diterima? Yun-kuuun, apa menu sarapannya?"
"Hmm, roti yang baru dipanggang dan telur
orak-arik, salad, tumis sayuran dan daging, potongan buah. Karena ada Sweets Factory, aku bisa membuat hotcake
juga. Kalau aku dapat mempersiapkan adonannya, hanya tinggal menggorengnya. Ada
jeli yang kubuat kemarin juga."
"Ohh!? Kalau aku bisa memilih, aku ingin makan
hotcake."
"Kalau begitu pilihlah apa yang ingin kau makan
dari apa yang sudah kubuat nanti."
Sambil berkata demikian, aku menempatkan wajan di atas
kompor.
Menggunakan adonannya, aku melanjutkan mempersiapkan
hotcake yang semakin menumpuk di piring saji. Terlebih lagi, aku menaruh roti
yang baru dipanggang pada keranjang terbuka yang dibuat oleh Lyly.
Semuanya dapat memakan apapun yang mereka inginkan
dari apa yang telah kubuat, tapi karena ini tidak memuaskan, Lyly dan Hino pergi
berburu dan membawakanku sebotol madu yang didapatkan dari monster tipe lebah.
Kurasa sebaiknya aku tidak repot-repot memikirkan darimana botolnya muncul.
Setelah beberapa saat, semua persiapannya selesai dan
aku dapat beristirahat.
"Sekarang masih pagi, dan aku sudah merasa lelah.
Sepuluh orang dan lima hewan jelas banyak. Apakah kita cukup dengan apa yang
sudah dimasak hari ini?"
Sambil berkata demikian, aku duduk di kursi kayu.
Melihatku seperti itu, Magi-san memberikan segelas air
padaku.
"Kerja bagus. Apa kau baik-baik saja?"
"Ini sulit. Untuk hari ini dan besok, kita dapat
menyimpan makanan di inventory, tapi
kita mungkin harus mencari bahan-bahan untuk hari-hari yang tersisa."
Saat aku mengatakan apa yang kupikirkan, Magi-san
menganggukkan kepalanya berkali-kali menyetujuiku. Dengan dua orang di
sebelahku, aku melahap sarapan. Setelah meletakkan sepotong hotcake di mulutku,
aku merasakan rasa manis madu yang mengagumkan dan tekstur dari adonannya. Aku
merasakan sejumlah energiku kembali setelah makan.
Lalu, mungkin tertarik dengan aroma sarapan, para
monster kecil terbangun. Mereka dengan rakus melahap makanan mereka. Di antara
mereka, hanya si rubah muda hitam yang masih merasa cemas. Saat berkaitan
dengan jarak, daripada dengan kami para player,
dia cenderung untuk merapatkan diri pada monster muda yang sepantaran
dengannya. Dia terutama menempel pada Ryui yang bertubuh besar seperti lem
super lengket, tapi Ryui tidak merasa keberatan sama sekali.
"Ayo adakan rapat singkat sambil kita
sarapan."
Orang yang berkata demikian, adalah Cloude. Meskipun
dia ambruk dan tidur, setelah tidur sebentar, dia bergabung dengan kami untuk
sarapan sebagai orang yang terakhir datang. Pria ini, dia hanya tidur sebentar
dan dia terlihat baik-baik saja. Itu mungkin karena kami berada di dalam game,
pikirku, tapi aku khawatir bahwa dia mungkin melakukan hal yang sama di dunia nyata.
"Sekarang, mari bicarakan jadwal untuk hari ini.
Aku berpikir supaya Magi dan aku berkeliling ke perkemahan-perkemahan di
sekitar."
"Kenapa begitu?"
"Sebut saja pengembangan infrastruktur. Semalam,
ada banyak topik di information board
yang menyatakan bahwa tidak ada cukup dukungan dari para crafter. Hari ini, bersama kenalan crafterku, kami memutuskan untuk mendukung para petarung."
"Para crafter
dapat dengan mudah menaikkan Sense mereka, dan para petarung akan mendapatkan
bantuan yang seharusnya. Itu akan membuat semua orang senang."
Kelihatannya sudah ada orang-orang yang memiliki permintaan
seperti itu. Aku penasaran apakah aku akan menunjukkan wajahku di sana.
Kemudian, Cloude lanjut bicara.
"Baiklah, awalnya kita tidak berniat untuk
mengambil tindakan, tapi sepertinya negoisasinya tidak terlalu seimbang dan itu
menjadi topik panas. Seperti yang diperkirakan, kita tidak bisa membiarkan ini.
Nama kami cukup terkenal, jadi kami akan pergi ke sana sebentar."
"Hmm, begitukah. Yah, pasti sulit untukmu. Apakah
ada yang bisa kubantu?"
"Tidak, tidak secara khusus. Yun-kun, kau berniat
untuk mengurusi permintaan membuat potion
lewat board, bukan? Tinggalah saja
dengan tenang."
Meskipun aku sudah dikatakan untuk tenang saja, aku
menempatkan tanganku di dagu dan berpikir. Aku penasaran apakah ada untungnya
melakukan itu? Kalau aku menanganinya, aku bisa melakukan semacam mempromosikan
【Atelier】ku. Juga, aku
dapat memperoleh barang-barang yang kuinginkan tanpa menghabiskan waktuku
sendiri.
Akan tetapi…itu hanya kalau aku mendapatkan hasil yang
memuaskan kedua belah pihak.
Jika negoisasi dengan pihak yang lainnya tidak bagus,
aku dapat mencari ke sekitar benua liar ini untuk menemati party Taku atau Myu, terutama menangani peran penyembuh.
Aku melihat ke langit, berpikir. Haruskah aku
mengambil keuntungan dengan aman tanpa berpergian, atau menyiapkan diriku
sendiri mengambil resiko dan berpetualang. Kebingungan, aku mengalihkan
pandanganku ke samping. Di sisiku, ada si rubah muda yang berada di atas punggung
Ryui.
Itu benar. Kalau aku mengambil resiko, aku harus
berpisah dari mereka berdua untuk memastikan keselamatan mereka.
"Baiklah, aku akan mencobanya kalau begitu. Kalau
tidak berhasil, aku hanya harus berhenti, 'kan?"
Mendengar perkataan tersebut, entah kenapa, ekspresi
lega terlihat pada wajah Magi-san.
"Ohh~, itu sangat menolong kami. Ada orang-orang
yang memiliki Mixing, tapi tidak
banyak yang sebaik Yun-kun."
"Bukankah secara halus mengatakan bahwa aku tidak
normal? Hei."
Saat aku berkata demikian, "ahahaha", dia
menanggapi dengan tawa kering. Yah, aku tidak begitu peduli.
"Juga, maaf, armormu
belum selesai diperbaiki. Itu dijadwalkan selesai hari ini. Dan itu akan
selesai dengan ini."
Dengan perkataan tersebut, diskusi kami berakhir.
Setelah itu, aku menyerahkan potion yang kubuat pada Lucato dan yang lainnya. Dengan equipment mereka yang seperti baru,
mereka pergi untuk menaklukkan reruntuhan di sebelah timur. Aku menerima batu
permata dan stone dari Magi-san dan
kemudian menyiapkan bekal makan siang sederhana untuk Magi-san dan Cloude. Aku
menyerahkannya pada mereka dan mengantar mereka pergi.
Kemudian, Lyly dan aku mengawasi perkemahan kami, dan
mengerjakan crafting kami. Aku yakin
bahwa niat sebenarnya Magi-san adalah membiarkanku beristirahat setelah masalah
kemarin. Mungkin saja Lyly diberikan tugas untuk mengawasiku.
Aku mengasah permata yang kudapat dari Magi-san untuk
mengisi kembali Magic Gem yang
kugunakan kemarin dan mengenchant
semuanya dengan sihir.
Lyly juga sedang mengerjakan craftingnya. Ukurannya lebih besar daripada pengerjaan kayu yang
biasanya.
Dia membuat papan kayu dan batang kayu, membentuk atap
dan membangun sebuah pondok kayu.
"Hei, Lyly, apa yang sedang kau buat?"
"Tempat tidur Ryucchi. Karena tempat tidurnya
tidak kecil seperti Shiacchi atau si rubah muda, dia perlu tempat tidur yang
seharusnya. Lihat, hampir selesai."
Saat dia berkata demikian, dia mengangkat sepotong kayu besar yang lebih tinggi darinya, dan menuju ke bangunan di sebelah rumah
kayu.
"Yang tersisa tinggal menyiapkan jerami. Ayo,
Ryucchi."
Ryui yang sedang berbaring jauh sambil menutup mata,
memeriksa kandang tersebut.
Setelah mendekatinya sambil mengamatinya dengan
cermat, Ryui duduk di atas tumpukan jerami yang disebarkan untuk memastikan
tempat tersebut nyaman. Kandang kuda tersebut disiapkan di bawah keteduhan,
sepertinya tempat yang sangat sejuk. Si rubah muda tidak ingin meninggalkan
sisi Ryui dan menuju ke sebelahnya dengan cepat-cepat. Rickle dan Socks yang
tinggal di belakang kami, begitu pula Neshias yang tertarik dengan tempat baru.
Lima anak hewan berkumpul di satu tempat. Mereka merapatkan mata mereka, dan
dengan segera jatuh tertidur.
"Bagaikaman kalau kita beristirahat
sebentar?"
"Kenapa tidak. Oh, apa masih ada cemilan yang
tersisa?"
"Masih ada hotcake yang tersisa. Apakah itu tidak
masalah?"
Aku berkata demikian, dan sambil melihat pada
hewan-hewan kecil itu, aku menyiapkan cemilan untuk istirahat kami.
"Apakah kalian ingin aku untuk menghindari bahaya
seperti kemarin, dan membuatku menghabiskan waktuku dengan tenang dengan
melakukan crafting?"
"Yuncchi benar-benar tidak memiliki banyak waktu
senggang karena memiliki 【Dosing】 【Cooking】 dan 【Craftmanship】."
"Juga ada 【Synthesis】 dan 【Alchemy】. Yah, kurasa
memiliki skill yang menyebar seperti
ini rasanya menyenangkan."
"Yuncchi, bukankah kau secara tidak terduga
adalah orang mudah berubah-ubah?"
"Itu keterlaluan. Katakan bahwa aku memiliki
semangat seorang penantang sebagai gantinya. Tentu saja, aku mengambil terlalu
banyak, tapi…"
Lyly mulai terkekeh, dan setelah itu kami mengobrol
dengan senangnya.
Setelah beberapa saat, mungkin tergoda oleh aroma teh
dan hotcake, para monster muda yang sedang meringkuk di tempat tidur Ryui
terbangun.
Si rubah muda berada satu langkah di belakang yang lainnya
yang menjerit-jerit padaku tepat di kakiku.
"Apa, kalian mau ini?"
Arah pandangan mereka melekat ke arah piring yang
terdapat hotcake di atasnya. Kanan, kiri, kanan.
Dan saat aku menggerakkan piring tersebut, seluruh
tubuh mereka berayun maju dan mundur, sekali lagi. Socks terjatuh.
Aku mengeluarkan sepotong hotcake dari inventoryku dan menaruhnya di depan
mereka, tapi mereka tidak akan makan hotcake tersebut begitu saja. Kali ini,
tatapan mereka terarah lekat-lekat pada botol madu yang ada di tanganku. Ya
ampun, sambil mendesah, aku menuangkan madu tersebut di atas hotcake.
Hotcake berlumur madu itu dibelah dari berbagai sudut,
kemudian para hewan muda itu mulai makan. Hotcake yang berbentuk lingkran
berkurang ukurannya dalam sekejap, dan setelah mengubah bentuknya, pada
akhirnya berdiam di dalam mereka semua.
Tapi itu tidak berakhir di situ. Tiga hewan muda itu
menempel pada kaki-kakiku. 'Lagi', Rickle dan yang lainnya menjerit 'lagi'. Si
rubah muda menatapi botol madu di tanganku. Juga, Ryui melingkarkan dirinya di
sekitarku dan menempel padaku dengan kepalanya.
"H-hei, kalian. Tenang, tenang!"
Didorong oleh Ryui, aku terjatuh di tempat. Seperti
biasa, aku tadinya berpikir untuk berhenti bersikap lemah yang membuatku
terdorong jatuh, tapi sebelum aku dapat melakukan itu, madu tumpah dari botol
yang ada di tanganku dan mulai menempel pada gaun one piece putih dan pipiku.
"Uwaa…gawat. Sekarang aku melakukannya. Nodanya
akan jelas terlihat karena warnanya putih… Hei, ini adalah game, meskipun
bajunya kotor atau basah, nantinya akan menghilang seiring waktu. Kira-kira
apakah itu juga terjadi untuk ini?"
Sementara berpikir begitu, aku menyeka madu tersebut
dari pipi dengan jariku. Aku merasakan arah tatapan yang menggelitik kuat pada
ujung jari tersebut.
Botol di tanganku masih berisi madu sekitar
sepertiganya. Sementara sisanya tumpah di pakaianku, menetes dari pipiku ke
tengkuk dan tulang selangka, begitu juga di pipi dekat mataku dan ujung jari.
*slurp*…
bersamaan dengan suara seperti seseorang yang sedang menelan liurnya, para
monster cilik itu melompat padaku.
"Hei, ke mana kalian masuk! Lagipula, kalian
tidak bisa mendapatkan madunya!"
Kawanan monster muda itu mengerumuniku, membuatku
tidak dapat bergerak. Tidak, aku dapat bergerak, tapi aku khawatir bahwa aku
mungkin saja akan menggencet Socks dan Neshias yang kecil, jadi aku tidak
bergerak. Terlebih lagi, aku menjatuhkan botol berisi madu tersebut.
Si rubah muda menempatkan kepalanya pada botol
tersebut dan menjilati madu yang tersisa di dalam botol tersebut dengan
mati-matian. Kadang-kadang, dia berhenti menjilat untuk melirik ke arahku.
Neshias dengan manis mengunyah tangan kananku yang
berlumur madu dengan paruh kecilnya. Perasaan yang ditimbulkannya mengirimkan
hawa dingin ke punggungku.
Socks melompat ke arah madu yang tumpah pada gaun one piece dekat perutku dan mulai
menjilatinya mati-matian.
Kedua tangan dan perutku terkunci. Di tempat dimana
madunya menetes ke tulang selangkaku, Rickle memasuki pakaianku dan mulai
menjilatinya. Ryui menjulurkan lehernya ke arah pipiku yang terdapat madu dan
mulai menjilatiku. Fisik Ryui jauh lebih besar daripada monster kecil-kecil,
dan tekanannya lebih kuat. Belum lagi, karena leher Ryui berada di bahuku, aku
tidak dapat bergerak.
"H-hei, kalian, berhenti menjilat! Jangan hisap
kainnya! Kenapa kau memasukkan kepala kalian ke dalam bajuku! Berhenti
menjilati tempat yang sama sekali tidak ada kaitannya! Ngh?‼ Lyly, help!"
"Hmm, Yuncchi, berjuanglah!"
"DASAR PENGKHIANAAAATTT!"
Sementara jerit
penderitaanku menggema, Lyly terus tersenyum dengan senangnya. Orang ini, yang
dia inginkan hanyalah menonton dari pinggir. Yakin dengan hal itu, aku bertahan
selama beberapa menit atas penyiksaan tersebut. Selama waktu itu, aku telah menunjukkan
penampilan yang tidak ingin siapapun melihatnya. Selamanya. Aku bahkan tidak
ingin mengingatnya.
●
"Selamat atas usahamu yang bagus, Yuncchi."
"…haah, haah. Bantu aku, bukannya hanya
melihat."
"Hmm, tidak mungkin, mustahil. Aku
menyerah."
Sambil berkata demikian, Lyly mengangkat bahu dengan
ringan. Seiring waktu, madunya menghilang dari pakaianku dan para hewan muda
yang menjilatiku, dengan enggan berpisah dariku.
"Haa~, aku merasa sepertinya aku terlalu lembut
pada mereka."
"Itu benar, Yunchi. Itu kekalahan totalmu, ya
'kan?"
"Tepat."
Aku mengangkat bahu dan mengelus leher Ryui.
Untuk sesaat, ada ketenangan yang nyaman, tapi aku
memecahkannya dengan segera.
"Lyly, ganti Sense-mu untuk yang bertarung."
"Hm? Tentu."
Aku merasa bersyukur atas tanggapan cepat tersebut
tanpa sedikit pun keraguan. Apakah mereka berada di sana bahkan sejak aku
bermain-main dengan para monster kecil? Aku juga mengganti Sense yang kupasang.
Possessed SP18
【Bow Lv24】【Hawk Eyes Lv34】 【Speed Increase Lv20】
【Discovery Lv18】 【Magic Talent Lv36】【Magic Power Lv35】
【Enchant Arts Lv11】 【Alchemy Lv27】 【Dosing Lv11】
【Cooking Lv12】
Unequipped:
【Taming Lv1】 【Synthesis Lv24】 【Earth Element Talent Lv7】
【Craftsmanship Lv26】 【Swimming Lv13】【Crafting Knowledge Lv25】
Aku menyesuaikan susunan Sense-ku pada kebutuhan saat
ini dan mengeluarkan busurku. Tatapanku berkeliling seperti biasa.
Ada tiga reaksi. Meskipun mereka tersembunyi di luar safety area, hal tersebut jelas terlihat
untukku. Kalau mereka ingin bersembunyi, mereka seharusnya pertama-tama
memiliki kemampuan selevel Ryui setidaknya. Aku menghela nafas.
"Jadi, Yuncchi, berapa banyak? Equipment mereka?"
"Tiga orang. Seorang warrior dan dua mage."
"Keseimbangan yang sangat bagus. Apakah mereka pelanggan?"
"Kalau mereka adalah pelanggan, mereka tidak akan
menghunus pedang mereka, bukan? Jadi, apa yang kita lakukan?"
Aku menanggapi candaan Lyly yang tidak lucu, dan
mempertimbangkan situasi saat ini.
Di safety area,
pertempuran tidak akan terjadi dan player
tidak dapat melukai satu sama lain. Tapi tidak bisa dikatakan ini aman
sepenuhnya. Ada kasus si rubah muda kemarin. Kita tidak tahu kartu apa yang
lawan mainkan.
"Aku telah menghubungi Magicchi dan Kurocchi,
tapi mereka berada di perkemahan terjauh."
"Itu berarti mereka tidak bisa segera datang. Bagus
kalau mereka menyerah untuk menyerang secara mendadak. Tapi misalkan mereka
menyerang…"
Kami memikirkan berbagai jalan keluar.
Kalau mereka adalah player yang tidak memiliki tenda mereka sendiri dan ingin merampas
rumah kayu kami——kalau begitu, mereka mungkin berniat untuk menyerang orang
yang menyiapkan fasilitas-fasilitas ini.
Sebuah penyerangan dengan tujuan untuk mendapatkan item penyembuh dan item langka——itu mungkin berlebihan, tapi aku merasa bisa saja itu.
"Lyly, seperti apa kemampuan bertempur kita
sepertinya?"
"Hmm? Cukup kuat? Kalau itu adalah strategi yang
tidak rumit dan bukan yang tidak biasa, maka aku bisa melakukannya. Aku dapat
menangani perburuan biasa. Sejak awal, para crafter
tidak biasanya bertarung."
"Kalau begitu, apakah kau pikir dua crafter dapat menangani tiga petarung
dalam pertempuran tidak seimbang?"
"Mustahil. Malahan, entah itu mereka bertiga atau
cuma satu orang, aku akan lari."
"Benarrr~."
Biasanya, kami para crafter memiliki skill yang kurang menguntungkan. Sementara status
yang berkaitan dengan crafting
termasuk tinggi, namun status yang berhubungan dengan bertarung termasuk
rendah. Ada perbedaan spesifikasi meskipun level kami sama.
"Haruskah kita segera melarikan diri?"
"Yah. Setelah mendengar cerita yang kemarin,
sekalipun mustahil untuk mencuri objek tipe instalasi, sepertinya mungkin untuk
merusakkannya."
"Yah, tendanya, 'kan. Tapi daripada kerusakan,
sepertinya lebih ke arah 'hancurkan sepenuhnya'. Kalau begitu, ayo lari…
cih."
Tanpa sadar, aku mendecakkan lidahku. Saat keadaan
menjadi semakin waspada, para monster muda bersembunyi di belakang Lyly.
Tepat saat aku berpikir untuk melarikan diri, kami
didekati dari sisi lain.
Mereka bertiga bergerak menuju jarak di mana bahkan
Lyly dapat melihatnya. Mereka memegang senjata mereka, tapi sepertinya mereka
tidak akan menyerang kami dengan segera.
"Apakah kau pemilik anak rubah hitam itu?"
Swordsman tersebut adalah
seorang pemuda dengan rambut pirang sehalus sutera dan bermata biru. Entah
kenapa, matanya sangat suram. Dia berbeda dengan penyerang yang kubayangkan.
Tatapannya daripada dikatakan memancarkan dendam tanpa makna, memiliki rasa
permusuhan murni di dalamnya, membuatku semakin waspada.
"Ada apa dengan kalian? Kalian membuat para
monster kecil ini ketakutan. Sembunyikan senjata kalian."
Saat aku dengan kuat mengerutkan keningku dan
membalas, para mage di sebelah kanan
dan kiri swordsman itu memelototiku
dalam diam, apapun itu. Si warrior
membalas tidak lama kemudian.
Si swordsman
yang menjadi pembicaraan, mengabaikan perkataanku dan melirik para monster muda
yang sedang bersembunyi di belakang Lyly.
"Aku mengerti, jadi begitu ternyata. Kau adalah
si pemilik anak rubah hitam. Aku akhirnya menemukanmu."
"Tidak, tidak. Aku tidak mengerti."
"Apakah kau lupa tentang kejadian kemarin?! Kau
telah menjadi masalah besar bagi kami dan banyak player lainnya. Player
yang membuat seekor anak rubah hitam untuk menyerang kami, adalah musuh
kami!"
Pria yang ada di kiri dan kanan berbicara setelah
mendengar tanggapanku.
"Yuncchi, ayo lari!"
Aku mematung karena tuduhan tak terduga tersebut, dan
mendapatkan kembali kesadaranku hanya setelah mendengar perkataan Lyly. Kami
mulai lari sesegera mungkin.
Berpikir bahwa merekalah yang benar, mereka mencapku
jahat. Aku sama sekali tidak memikirkannya, tapi saat aku berbicara, mereka
langsung membuat kesimpulan yang salah. Perkataanku sama sekali tidak sampai
pada mereka.
Lyly menempatkan Neshias di bahunya dan dua monster
kecil lainnya di tangannya. Kami meloloskan diri ke arah timur. Ryui juga
berlari sejajar dengan kami, dengan si rubah muda di atasnya. Setelah itu,
orang-orang tersebut juga mengejar kami. Mereka ternyata cepat.
"Ayo menjauh dari mereka secepatnya. «Enchant» ——Speed!"
Sambil meninggalkan kilasan cahaya kuning saat kami
berlari, kecepatan kami meningkat.
"Serahkan padaku. «Wind Armour»."
Si mage
melancarkan sebuah mantera, dan kemudian sebuah tabir magis berwarna hijau
menyelimuti para pengejar.
Dan kecepatan lari mereka jelas meningkat.
"Sihir apa itu!"
"Itu level lebih tinggi dari Sense 【Wind Element】, sihir 【Storm Element】. Kalau dia
menaikkannya sebanyak itu, maka kita akan tamat setelah mendapat tiga serangan
dari dia."
"Kenapa kau malah begitu santai! Kalau kita tidak
meningkatkan pertahanan kita, kita akan mati. «Enchant» ——Mind!"
Kali ini, aku memasangkan sebuah enchant pelindung pada kami.
Terintimidasi oleh para pengejar yang menyerbu kami
dari belakang, aku merasa takut. Meskipun Lyly bertingkah seenaknya, aku dapat melihat
ketidaksabaran pada ekspresinya.
Aku mencoba memikirkan sebuah solusi entah bagaimana,
tapi karena aku merasa tidak sabar dan takut, aku tidak bisa menemukan sedikit
pun.
Dan aku menggunakan satu-satunya solusi yang kutahu.
Itu benar——sebuah mail SOS pada semua
kenalanku.
——『TOLONG. SAAT INI, LYLY DAN AKU SEDANG DALAM PELARIAN.
TIDAK AKAN BERTAHAN.』
Isinya sederhana. Kalau aku membacanya ulang nanti,
aku dapat dengan mudah mengatakan betapa paniknya aku saat mengirimnya.
Segera sesudah itu, ledakan badai dan api mendekat
dari belakang dan menyerempet kami. Terbungkus dalam cahaya dan gemuruh yang
memekakkan telinga, Lyly dan aku berteriak.
"AHHHhhhh! Ada cooldown untuk penggunaan sihir, ya 'kan? Kenapa dia bisa
melepaskan rentetan serangan semacam itu?!"
"Itu sangat pendek, dia pasti memiliki level
tinggi 【Chanting】 untuk
memperpendeknya!"
"Aku tidak mendengar itu! Sial, cepatlah
kehabisan MP!"
Aku mengeluarkan kata umpatan dengan keras, dan lari
menuju ke timur mati-matian.
Sihir yang dilepaskan membakar pepohonan dan
mencungkil tanah keluar. Sihir tersebut mendekati kami kadang-kadang, kami
mempertahankan diri kami dengan Magic Gem
Clay Shield-ku dan perisai air Ryui. Akan tetapi, sihir lawan sangat kuat,
kulit dan rambut kami terpanggang karenanya dan angin tanpa ampun menyerang
punggung kami. Kami entah bagaimana berhasil selamat, tapi persediaan Magic Gem yang kupunya sudah terkuras,
dan perisai Ryui juga bukannya tak terbatas.
Akan tetapi, bukannya kami tidak membuat serangan
balik sama sekali.
Mengingat soal itu, aku berbalik menghadap mereka dan
menembakkan panah pada para mage,
tapi panah-panah tersebut dihalangi oleh si swordsman.
Frustrasi, dia mendecakkan lidahnya saat menanggapi serangan tersebut sambil
berlari. Sebagai yang diserang, mereka tidak dapat terus menerus melancarkan
mantera mereka.
Sedangkan Lyly, dia sedang memegangi si kecil dan
berlari sambil melindungi mereka. Sudah jelas, dia tidak dapat berkonsentrasi
saat sedang diserang.
Dengan kata lain, kami terjebak dalam pengulangan.
Apakah musuh akan kehabisan MP-nya duluan, atau apakah
kami yang akan dihajar lebih dulu? Kami terus bermain kejar-kejaran seperti
itu.
"Yuncchi, apakah ada jalan keluar?"
"Aku telah mengirim pesan pada semua orang yang
kutahu!"
"Itu memberi kita sedikit harapan."
"Hei, apa maksudnya itu!"
Aku tidak bisa mengabaikan kata-kata yang Lyly ucapkan
dengan tenang di sampingku. Apa, kau mengatakan bahwa aku tidak memiliki banyak
kenalan? Umm…Taku, Myu, Sei-nee…eh? Hanya teman-teman mereka, Magi-san dan Cloude?
"Ada apa? Yuncchi?"
"Tidak, ternyata aku mungkin tidak punya terlalu
banyak teman…"
"Sudahlah!"
"Ya ampun, itu aneh… wha?!"
Sambil berbicara, aku memutar dan menembakkan sebatang
panah. Sambil melakukan serangan kejutan itu, aku memastikan apa yang sedang
terjadi di belakang.
Sihir yang dilepaskan pada dasarnya adalah versi lebih
kuat dari sihir api dan angin, yang sekarang setahap demi setahap berganti
dengan versi yang lebih rendah dan lebih tidak menyusahkan. Sepertinya
menekankan pada sihir api juga.
Terlebih lagi, aku telah melihat musuh mengeluarkan MP Potion sambil mengambil jeda waktu
menyerang. Sepertinya mereka merasa
kalut.
Melancarkan sihir secara acak, sesekali menghalangi
jalur atau menyerempet kaki kami. Begitu hal tersebut berhenti, itu terlihat
tenang.
Walau begitu, adalah hal yang pantas untuk tetap
melanjutkan tanpa berhenti. Sebuah tubuh virtual dapat berlari tanpa
memperhatikan kelelahan fisik. Setelah bertahan berlari cepat untuk waktu yang
cukup lama, sihir lawan akhirnya berhenti.
"Apakah mereka akhirnya kehabisan MP?"
"Fuu… baguslah kalau memang seperti itu. Dengan
demikian, mereka tidak akan mengejar kita lebih jauh lagi."
"Ayo melarikan diri kalau begitu."
Kami mencoba untuk melarikan diri sekali lagi, dan
saat kami menurunkan pinggul kami, aku merasakan sebuah reaksi baru dari 【Discovery】. Sihir baru yang
dilancarkan lawan tidaklah kuat. Sebuah hempasan tembok misterius tak terlihat
mengenai Lyly.
"Lyly!"
Saat aku berteriak, Lyly perlahan-lahan ambruk. Karena
terjatuh ke depan, dia akan menggencet si kecil di tangannya, jadi dia memutar
tubuhnya dan terjatuh pada bahunya kanannya.
Aku bergegas mendekatinya dengan cepat, tapi tidak ada
dampak pada HP-nya, dia hanya terjatuh. Dilihat dari gerakan matanya, dia masih
sadar. Tapi dia tidak dapat mengucapkan kata-kata dengan jelas, sebuah suara
serak terdengar.
"Yun…cchi…ini…para…lysis."
"…mengerti, Paralysis
Potion kalau begitu, 'kan!"
Begitu aku mengeluarkan potion tersebut dari inventory-ku,
sebuah serangan tak terlihat dilepaskan lagi. Potion tersebut menggelincir dari tanganku dan aku berlutut.
Tubuhku menjadi kebas. Satu-satunya yang dapat
kugerakkan dengan bebas adalah mataku. Monster-monster kecil di sekeliling kami
melihat dengan risau. Larilah, aku ingin berkata begitu tapi aku tidak dapat
berbicara.
Kami mendapat status abnormal 【Paralysis 3】 dan tidak dapat
bergerak. Kami paham bahwa penyebabnya adalah mage yang ada di depan kami.
Matanya panjang dan vertikal, ada sebuah rasa dingin
yang mengingatkan pada bangsa reptil pada kedua mata tersebut. Alasan mengapa
pupil matanya berubah menjadi seperti seekor reptil bisa disimpulkan dari efek paralysisnya——
".. 【Snake Eyes】…ya… 'kan."
Aku berusaha keras menggerakkan mulut yang tak bergerak,
dan menggumamkan sebuah erangan.
"Tepat. Cukup memakan waktu, tapi akhirnya
berhasil."
Dengan acuh tak acuh, mereka bertiga mendekati kami.
Salah satu dari para mage menekan
Lyly ke bawah, seseorang yang lain mengunci lengan di belakangku. Aku dibuat
berlutut di depan orang-orang brengsek yang salah paham ini.
"Kau telah bertahan cukup lama. Gara-gara itu,
kami kehabisan MP Potion. Yah, itu
tidak masalah selama kami dapat menyingkirkan si jahat."
Aku memelototi si swordsman
yang berkata begitu. Aku ditekan dari belakang dan busur yang kupegang terjatuh
ke tanah. Aku tidak dapat mengeluarkan senjata apapun dari inventory ataupun menggerakkan mulutku. Para monster muda yang
sedang melihat kami dalam keadaan itu, merasa sangat ketakutan.
"…jangan…sentuh…si kecil."
Aku menakuti mereka dengan sebuah tatapan tajam. Kalau
kau berani menyentuh seujung jari sekalipun, aku akan membuat kalian
menyesalinya seumur hidup. Setelah menyampaikan niatku, si penyihir di
belakangku menekan lenganku lebih jauh. Aku menggertakkan gigi, menahan rasa
sakitnya.
"Ayo lanjutkan sebelum efek 【Snake Eyes】 habis. Tujuan
kita adalah si anak rubah hitam dan player
yang memanfaatkannya."
"Katakan…alasannya."
"Anggota party
kami tertelan dalam api yang dilepaskan oleh anak rubah hitam tersebut."
"…kalau begitu…tidak ada…kaitannya…dengan
kami."
Setelah aku menggumamkan apa yang kupikirkan, dan
lenganku semakin dipelintir. Tidak ada kesempatan lagi untuk berdiskusi.
Memutuskan secara sepihak, si warrior
menaikkan pedangnya.
Begitu pedang tersebut akan diayunkan, mau tidak mau aku menutup mataku. Aku mengira
akan diriku akan ditebas, tapi tidak peduli berapa lama aku menunggu, serangan
tersebut tidak datang. Aku merasakan deja-vu
dalam situasi seperti ini. Dengan takut-takut, aku membuka mataku. Ada sebuah
sosok yang memisahkan aku dengan si swordsman.
"Saat aku melihat panggilan minta tolong
Yun-chan, aku penasaran apa yang terjadi. Tapi ini sepertinya sangat
merepotkan."
"…Shizu…ka-nee."
●
"Yun-chan, di dalam game seharusnya Sei-nee,
'kan?"
Jangan gunakan nama asli di dalam game! Sei-nee
mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan situasi ini. Akan tetapi, pedang
yang diayunkan padaku dipantulkan secara diagonal dengan sebuah tongkat.
"Kenapa kau menghalangi kami? Itu adalah si
pemilik anak rubah hitam!"
"Tidak mungkin Yun-chan akan melakukan sesuatu
yang buruk. Juga, Yun-chan meminta pertolonganku, itu cukup bagiku untuk
melindunginya."
"Kalau begitu kami akan menghabisinya dengan
paksa!"
"…Sei-nee?!"
Sambil berkata demikian, si warrior mengayunkan pedangnya ke arah Sei-nee. Kemampuan bertarung
jarak dekat Sei-nee yang seorang pengguna sihir itu… pikirku, tapi perkiraanku
keliru.
Dia menarik mundur tongkatnya, dan setelah mengimbangi
pedang tersebut, dia menangkisnya. Serangan yang dari atas kembali lagi.
Meskipun Sei-nee diserang lagi, dia sekali lagi mempertemukan pedang tersebut
dengan tongkatnya dan memukulnya sementara itu berada di atas. Sambil
mempertahanka momentumnya, pedang tersebut melayang menjauh dan menancap tanah.
"Caramu menggenggam pedang terlalu lemah. Aku
penasaran apakah itu karena biasanya kau bertarung menghadapi
monster-monster…"
Lawan terperangah sesaat, tapi segera setelah itu ia
bekerja sama dengan partynya.
Kedua mage
melepaskanku untuk menanggapi Sei-nee, sedangkan si swordsman, dia menghunuskan pedang cadangan dari inventory.
"——«Quake Blast»!"
"——«Fire Shot»!"
Sihir api dan angin dilepaskan pada saat yang bersamaan.
Menghadapi sihir yang muncul dari dua arah, Sei-nee menanganinya dengan tenang.
"——«Water Round»."
Setelah sebuah gumaman tenang, yang muncul adalah
sebuah perisai air berbentuk melingkar, sama dengan Ryui. Ini sama dengan yang
diciptakan Ryui tapi ukurannya dua kali lebih besar. Meskipun rasanya tidak
dapat diandalkan, dengan mengagumkannya perisai itu melindungi kami dari
serangan.
"Kalian tidak memanfaatkan titik kelebihan sihir
kalian. Kalian perlu untuk bekerja sama dengan lebih baik lagi."
Dia menggunakan satu tangan untuk menciptakan sebuah
perisai air untuk mengimbangi mereka. Perisai itu dengan sempurna menahan sihir
angin dan api yang mendatangi kami. Gerakannya sendiri adalah sesuatu yang
terlihat lambat di mataku. Dia menahan serangan tersebut dengan gerakan yang
paling sedikit.
"Angin memiliki kecepatan proyektil dan tembakan
yang tinggi. Api, memiliki daya tembak sekejap yang hebat. Kerjasama yang bagus
adalah menggunakan temperatur tinggi untuk menembus pertahananku dan
membidikkan peluru angin dalam waktu yang bersamaan. Tidak perlu menggunakan
kekuatan tingkat tinggi untuk mengalahkanku."
Sambil berkata begitu, Sei-nee menghalangi serangan
tersebut satu demi satu seakan seperti sedang menari. Dia menguliahi
orang-orang yang terkejut yang menyerangnya. Mereka terguncang, dilampaui
olehnya.
"Jangan lupakan aku!"
Si swordsman
melompat ke arah Sei-nee dari belakang rentetan serangan angin dan api
sementara Sei-nee teralih.
"——«Wind Armour»!"
Si pengguna sihir angin memasang sihir peningkat
kecepatan pada si swordsman yang sama dengan yang dia gunakan saat mereka
sedang mengejar kami, dan si swordsman
memperpendek jarak dalam sekejap. Sementara mempertahankan perisai air tersebut
yang dia ciptakan, Sei-nee bersiap untuk menahannya.
Akan tetapi, lawan mengangkat pedangnya sebelum
Sei-nee dapat melancarkan sihir dan mengayunkannya ke bawah.
"——«Gram Sword»."
Pada saat yang bersamaan, Sei-nee mengangkat
tongkatnya untuk menahan pedang yang diayunkan tersebut. Ujung dari pedang
tersebut ditutupi air dan berubah bentuk menjadi sebilah pedang. Benda tersebut
berbenturan dengan pedang musuh.
Sebuah pedang yang ditambahkan pada sebuah tongkat
panjang, daripada mengatakannya sebagai sebuah pedang, itu lebih mirip sebuah
tombak. Benda tersebut berguncang ringan dan menangkis pedang musuh seperti
sebelumnya. Dengan gerakan setengah melingkar, dia membalas mengayun pada
pedang musuh, dan membenturnya dengan kuat, dia mengirimnya mundur dengan
tongkatnya.
"Kau?! Bukankah kau seorang mage?!"
"Memang benar. Akan tetapi, hanya dapat
menggunakan sihir adalah hal yang merepotkan, jadi aku belajar sedikit tentang
bertempur menggunakan tongkat juga."
Sambil berkata demikian, saat musuh menebas sekali
lagi, dia menusuknya dengan tongkatnya.
Sekalipun dia sedang diserang oleh si swordsman, Sei-nee terus mempertahankan
perisai air di tengah udara dan mengimbangi serangan-serangan tersebut dengan
sebuah tongkat. Sekalipun gerakannya lamban, dia menghindari serangan-serangan
itu dengan ringan dan fleksibel seperti sebatang pohon willow dan menikamkannya kapan pun dia memiliki kesempatan
tersebut. Ada sebuah perbedaan tekhnik yang dapat dilihat bahkan oleh seseorang
dengan mata yang tidak terlatih.
"Kenapa! Kenapa seranganku tidak kena?!"
Menanggapi pertanyaannya tersebut, Sei-nee dengan kuat
menghujam bagian ulu hati musuh. Untuk mengurangi dampak serangan tersebut, si swordsman melompat kuat ke belakang. Dan
di belakangnya adalah——
"Sei-nee! Serangan besar!"
"Tidak apa-apa. Onee-chan benar-benar kuat."
Sebelum aku menyadarinya, efek Paralysis telah memudar dan aku menaikkan suara. Sei-nee memiliki
sebuah kesempatan jeda waktu dan tersenyum. Mereka bertiga membuat si swordsman untuk mengulur waktu dan si
duo mage mempersiapkan sebuah
serangan sihir kuat.
Sei-nee pastinya sudah mempersiapkan sesuatu yang
besar untuk menghilangkannya.
"——«Flame Burn»!"
"——«Mirage Mist»!"
Sei-nee. Meskipun aku memanggilnya, suaraku tenggelam
dalam raungan api. Aku menatap api yang menelan Sei-nee. Aku mengawasi saat
sosoknya menghilang.
Itu hal yang mustahil bagaimanapun juga. Kupikir
Sei-nee mungkin menang pertarungan 1 VS 3, tapi…
"Kekuatan serangan sihir api memang mengagumkan.
Kalau aku menghadapi secara langsung, itu akan berbahaya."
Dia melipat lengan di bawah dadanya dan melihat ke
bawah ke tempat yang terbakar.
Mereka bertiga melihat ke arahnya dan pada saat yang
sama mereka terbelalak terkejut. Tongkatnya diarahkan pada si mage angin dan berhenti bergerak.
"—— «Aqua Bullet» "
Pada saat itu juga, lusinan peluru air muncul di
belakang Sei-nee. Itu adalah mantera elemen air tingkat pemula. Tapi dengan
sebanyak itu, menjadi sebuah ancaman meskipun itu adalah sebuah sihir pemula. Tertegun
oleh pemandangan itu, tidak ada seorang pun yang bergerak. Tidak, kalau mereka
menyerang, lusinan peluru air itu akan menghujani mereka.
"Tentunya, kalau ini untuk menghadapi
monster-monster, yang terbaik adalah dengan menembakkannya segera setelah
merapalkannya, tapi saat menghadapi player,
tidak perlu untuk menggunakan sihir berkekuatan tinggi."
"Apa?! Apa-apaan jumlah sihir itu?! Ada apa
denganmu! Kenapa seorang maget dapat bertarung dalam jarak dekat! Apa-apaan
dengan sikapmu itu? Menahan diri, memandang rendah kami!"
Setelah si swordsman
menjadi histeris dan meninggikan suaranya, Sei-nee merespon dengan acuh tak
acuh.
"Aku tidak menahan diri, dan aku tidak ada niat
untuk menganggap remeh kalian. Seperti inilah caraku bertarung."
Saat dia berbicara, jumlah dari peluru-peluru air di belakangnya
bertambah semakin banyak.
"Ini adalah magic-user's
build dasar, 【Delay】membuatku dapat mengumpulkan sihir yang kuciptakan
untuk sementara waktu. Sedangkan untuk pertarungan jarak dekat, seperti yang
kukatakan tadi, aku hanya mempelajari bagaimana caranya bertarung dengan
sebatang tongkat. Waktunya sudah menipis. Nah sekarang——"
Berjuanglah dan tahanlah. Dan saat dia menggumamkan
kata-kata ini, lusinan peluru air dilepaskan pada saat yang bersamaan dengan
suara keras.
Mereka bertiga berusaha keras menghindari bola-bola
yang menembaki mereka. Sekalipun mati-matian mereka mencari kesempatan untuk
menyerang, mereka tidak dapat meloloskan diri dari rentetan peluru-peluru air.
Mencungkil tanah, menembus pepohonan, serangan air
tersebut menyebar dalam jangkauan luas yang tak perlu. Meskipun sebagian peluru
airnya tidak mengenai sasaran, kemanapun mereka mencoba untuk menghindar, musuh
terkena peluru air tersebut.
Kedua pengguna sihir tersebut mundur lebih awal,
sementara si pemuda dengan sebilah pedang itu maju sambil bersiap menerima
serangan tersebut, tapi Sei-nee sudah mengganti peluru air yang telah terpakai.
Semakin dekat dia dengan Sei-nee, semakin rapat
serangannya dan juga tingkat tembakkannya. Tidak dapat bertahan dengan serangan
sihir berturut-turut, dia terhempas menjauh.
"Apakah kau sudah berminat untuk berbicara
sekarang?"
"Kenapa…kenapa kau melindungi dia?! Dia juga
bertanggung jawab menghancurkan party
kami! Dia adalah si pemilik anak rubah hitam itu!"
"Kubilang, itu bukan aku! Ada orang idiot
mengambil seekor monster kecil dan memasang paksa sebuah cursed equipment padanya, yang kemudian berakhir seperti itu.
Memang, ini adalah si anak rubah hitam tersebut, tapi itu adalah kecelakaan
malang yang disebabkan oleh faktor yang saling tumpang tindih."
"Lalu, ke mana orang itu pergi!"
"Sepertinya dia adalah orang pertama yang
terbakar."
Sei-nee dengan tenang mengatakan yang sebenarnya.
"Sehari sebelum kejadian itu, sepertinya ada
peristiwa yang mirip dengan seekor anak rubah yang mengamuk dan membuat
perkemahan terbakar. Party yang
menyebabkan hal tersebut terlalu lambat untuk melarikan diri."
"Kalau begitu siapa! Pada siapa aku harus
membalas dendam kawan-kawanku Mereka bertiga menanti-nantikan event ini! Apakah
tidak masalah memberikan alasan dan akhir yang payah seperti itu?!"
HP mereka bertiga telah berkurang begitu banyak.
Mereka menjatuhkan senjata mereka dan mencengkeram tanah.
Saat Sei-nee mulai berjalan ke arah mereka bertiga
tanpa ragu-ragu, aku ingin memanggilnya, tapi dia menempatkan telunjuknya di
bibir untuk menghentikanku. Sepertinya dia memikirkan sesuatu. Kurasa sebaiknya
aku menyerahkan saja semua padanya.
"Kelihatannya kalian masih tidak yakin, tapi
kalian tahu bahwa menimpakan kesalahan pada Yun-chan dan teman-temannya adalah
hal yang tidak beralasan, bukan?"
"…ya."
Mereka menatap ke bawah tanpa daya, dan membalas
dengan samar. Walau begitu, Sei-nee tersenyum puas dan melancarkan sebuah sihir
penyembuhan pada mereka bertiga.
Sekalipun Sei-nee memulihkan luka yang dia timbulkan
pada mereka, namun sepertinya luka mental tidak akan segera pulih. Sei-nee
dengan lembut sekaligus tegas berbicara kepada mereka bertiga.
"Masih ada beberapa hari yang tersisa. Kenapa
kalian tidak memikirkan apa yang bisa kalian lakukan sebagai gantinya? Sesuatu
yang tidak akan mengganggu orang lain tentunya."
"Sesuatu yang dapat kami lakukan? Itu…"
Mereka tidak tahu apa yang harus mereka lakukan,
ketiganya menatap satu sama lain dan Sei-nee melanjutkan bicara lebih jauh.
"Saat event ini selesai, kalian harus
membusungkan dada kalian dengan rasa bangga dan mengatakan pada mereka bahwa
ini menyenangkan. Bisakah kalian menaikkan level kalian? Atau mungkin kalian
akan mendapatkan item langka untuk
diberikan sebagai hadiah? Atau bisakah kalian menyombongkan diri saat melihat
ekspresi iri mereka?"
Sei-nee, yang terakhir adalah hal yang keterlaluan
untuk dilakukan. Aku bergumam dalam hati, tapi kata-katanya pastilah telah
melepaskan ketegangan ketiga orang itu dan ekspresi mereka melembut.
"Juga, sekalipun orang yang mundur itu pastinya
tidak puas, apa yang akan mereka pikirkan kalau mengetahui kalian mem-PK
seseorang? Kurasa teman-teman kalian tidak akan membuat ekspresi bagus
mendengar kalian melakukan PK."
"…ya. Kurasa juga begitu."
Ketiganya mengangguk malu-malu menanggapi Sei-nee.
Lyly terlepas dari paralysis juga,
dia berbaris di sebelahku bersama-sama dengan para monster kecil.
"Aku…"
Si swordsman
ingin mengatakan sesuatu, tapi Sei-nee menghentikan dia untuk berbicara dengan
cara yang sama yang dia lakukan padaku.
"Aku bukanlah orang yang seharusnya kalian ajak
bicara mengenai PK. Apakah kalian akan dengan bangga bertemu kembali dengan
rekanmu atau tidak, itu terserah kalian."
Serangan itu sendiri adalah sebuah kesalahpahaman yang
disebabkan kurangnya informasi. Tapi haruskah itu dimaafkan? Itu bukanlah
sesuatu yang seharusnya aku katakan…
korban kali ini bukan hanya aku, ada orang lain di sini juga.
Aku melirik ke arah Lyly yang menanggapiku dengan
sebuah anggukan. Terserah padamu, katanya. Karena itulah, aku menempatkan
perasaanku dalam kata-kata——
"——Sekalipun ini adalah sebuah kesalahpahaman,
kenyataan bahwa kalian menyerang Lyly yang serekan denganku tidaklah
berubah."
"…apa yang seharusnya kami lakukan supaya kau
memaafkan kami."
Ketiganya mengerut lebih jauh mendengar perkataanku.
Aku membalas.
"Setelah kalian melakukan sesuatu yang buruk,
kalian harus meminta maaf 'kan?"
"Kami mengerti. Maaf."
Dan mereka menundukkan kepala mereka.
"Bukan padaku. Minta maaflah pada Lyly dan si
kecil."
Aku menunjuk pada Lyly dan Ryui dengan jariku. Mata
mereka bertiga membulat dan mereka membungkuk dalam pada mereka. Setelah itu,
setelah yakin bahwa ketiga orang itu pergi, Lyly menarik bajuku dan bertanya.
"Yuncchi, itu tidak masalah?"
"Yang membuatku marah, adalah mereka
menakut-nakuti si kecil. Aku tidak peduli hal lainnya."
"Yun-chan tidak pernah berpikir tentang dirinya
sendiri."
Sei-nee mengerutkan alisnya merasa cemas. Kurasa itu
tidak ada kaitannya dengan ini seharusnya.
"Aku berpikir bahwa Yuncchi akan memaafkan
mereka, tapi aku tidak mengira dia tidak melakukan apapun."
Yuncchi baik meskipun dia sedang marah. Dia berbicara
kepada partnernya, Neshias yang sedang menaiki bahunya.
Dan, Sei-nee mengamati kami dengan seulas senyuman
sebelum berbicara dengan tenang dan menimbulkan rasa cemasku.
"Ngomong-ngomong…karena menanggapi pesan
Yun-chan, Taku-kun dan Myu-chan bersama teman-temannya sedang memulai pencarian
berskala besar."
"…entah kenapa, aku merasa itu akan menjadi
sebuah masalah yang serius."
"Yuncchi, kau harus menyelesaikannya.
Berjuanglah!"
"Tidak apa-apa. Kau masih bisa melewatinya. Yah,
kau tidak boleh membiarkan mereka mencarimu semalaman."
"Sial! Ketiga party
itu! Mereka pasti tidak akan memaafkanku!"
Aku meninggikan suaraku, kesal dengan kesulitan yang
ada di hadapanku. Melihat hal itu, sebuah cengiran muncul di wajah Lyly dan
Sei-nee.
0 Comments
Posting Komentar