Aku
berdiri di depan jebakan di dalam hutan.
Apa
yang terjadi saat ini, seperti sebuah mimpi saja.
Namun
di depanku,
jelas-jelas ada sebuah jebakan dan lubang yang mengeluarkan bau daging
terbakar.
Ah,
aku rasa aku tidak akan makan daging untuk beberapa waktu.
Meski
jasad orc sudah menghilang, tapi
ujung tombak bambunya masih dilumuri darah berwarna biru. Tentu saja itu nyata.
Orc.
Seekor monster dengan wajah seperti seekor babi. Makhluk seperti itu
benar-benar hidup dan aku tetap saja... membunuhnya.
Itu
juga tidak masalah. Yup, aku hanya perlu menganggapnya baik-baik saja. Aku
lebih tenang dari apa yang aku pikirkan.
Lagipula, aku berniat membunuh
manusia.
Meski
apa yang aku bunuh merupakan seekor monster buruk rupa dari fantasi RPG, itu
bukan masalah besar.
Permasalahannya
tidak terletak di situ, namun di
apakah hanya ada satu orc yang seperti
ini?
Jawabannya
sepertinya lebih ke tidak. Saat bertanya di White
Room, hal itu sudah diberitahu.
Pada
pertanyaan "Mengapa aku membutuhkan skill?" yang aku ajukan, komputer menjawab:
"Karena
kau akan membutuhkannya kelak."
Situasi
dimana aku kelak nanti berada, membuatku membutuhkan hal yang disebut skill--
itulah apa yang seseorang dalam ruangan itu katakan.
Jika
seperti itu... Aku mengepal kuat tinjuku.
Itu
benar, pertama-tama harus mendapatkan skill-skill itu -- kekuatan khusus yang
diberkati untukku, kekuatan yang pastinya
akan dapat melindungiku.
Aku
mencoba menggunakan skill tersebut.
Mulai
dari support magic dulu.
Berdasarkan
jawaban yang dijawab dia,
pada setiap skill rank, kau bisa menggunakan 4 jenis magic.
Ketika
menggunakan magic, kau pasti menghabiskan MP.
Kasarnya
setelah menggunakan magic sekitar sepuluh kali, MP akan sepenuhnya habis. Dan
cara untuk memulihkan MP adalah dengan berdiam diri di titik yang sama dan tidak bergerak.
Dikatakan bahwa kasarnya
sepuluh menit, maka kau bisa memulihkan MP yang cukup untuk satu pemakaian
magic.
Mari
kita coba-- Aku berkomat-kamit sendiri sambil memandangi tangan kananku.
「《Mighty
Arm》」
Ketika
menggunakan magic, kau harus mengkonsentrasikan perhatianmu.
Saat
bertanya, dia
dengan baiknya menyarankan kepadaku, bahwa aku bisa menampilkan sebuah keyword
dan tinggal membacanya. Jadi seperti itu, setelah aku mengikuti saran, lalu aku
merasakan seluruh tubuhku telah kehilangan beberapa kekuatan dan juga tangan
kananku mulai mengeluarkan cahaya yang indah.
Aku
menggunakan tangan kananku yang bersinar untuk mengambil sekop.
Jadi
lebih ringan daripada sebelumnya, ini mungkin karena kekuatan lenganku menjadi
lebih kuat. Ini merupakan efek dari magic.
Demi
tujuan percobaan, aku mengepal tinjuku dan memukul batang pohon terdekat.
Aw.
Pohonnya tidak bergerak, sementara itu ada sedikit memar di tanganku.
Dan
kemudian darah keluar dari luka, darah merah. Warna darahnya berbeda dengan
orc. Rasa sakit membuatku mengeluarkan air mata.
"Yah,
lupakan saja."
Aku
mengatakannya pelan dengan penyesalan, sambil menggoyangkan kepalaku pada saat yang sama. Ngomong-ngomong,
aku sudah memastikan hal semacam sihir benar-benar ada.
Sebenarnya
saat aku melihat orc dan ruangan itu, aku sudah mulai memercayai sedikit bahwa
ini adalah kejadian supranatural. Tidak, itu tidak mungkin hanya 「sedikit」.
Ini
adalah hal yang aku sepenuhnya percayai. Dunia ini.... Dan diriku....
Aku
mengangkat kedua pundakku.
Lupakan
itu, selanjutnya mari kita coba summon magic.
「《Summon
Raven》.」
Ruangan
di depanku mulau terdistorsi menjadi sebuah massa hitam dan satu gagak muncul
dari ruangan terdistorsi dan bertengger pada ranting pohon di sampingku, memberikan
seekor ga-- koak. (TL Note: “koak” = suara gagak)
「《
Search for Enemy》.」
Aku
berkata begitu, pada saat yang sama sambil menunjukkan arah untuk si gagak mencari.
Gagak
mengeluarkan suara koak
lainnya. Dan terbang tinggi, menghilang dari pandanganku dengan cepat.
Setelah
beberapa menit, dia kembali lagi.
Teriakkan
gagak, terdengar seperti mengatakan padaku:
"Di
sana ada seekor monster di jalan, sedang mencari makan di sekitarnya."
"Apakah
kau orang yang barusan bicara?"
Gagak
itu berteriak kembali, namun kali ini kelihatan seperti sebuah koakkan normal dari seekor gagak.
Aku
harus memastikan jika aku sedang berhalusinasi.
Aku
dengan hati-hati berjalan ke tempat dimana jalan berada, sambil mencoba
menghindari menginjak dedaunan yang gugur.
Perjalanan
lima menit yang pendek, terasa sangat panjang.
Aku
mendatangi area dekat jalan, ini adalah jalan aspal yang melintas masuk ke
hutan.
Lebar
jalan hanya bisa dilewati oleh dua buah truk ringan dan pinggir jalan dipenuhi
dedaunan yang gugur.
Ada
seekor makhluk berjalan dengan dua kaki berada di jalan.
Dia
memiliki wajah babi dan tubuh manusia serta telanjang bulat. Warnanya coklat
kemerahan dengan perut buncit serta bau.
Dia
seekor orc.
Orc
tersebut memegang sebuah pedang berkarat di tangannya. Ya benar, sebuah pedang.
Apakah mungkin orc yang sebelumnya juga memegang sebuah pedang?
Aku
tidak tahu. Lagipula saat aku melihatnya, si orc hampir saja lenyap. Aku akan
pergi dan memastikan jebakannya
nanti-- Aku berpikir seperti itu.
Oke,
kembali ke orc yang ada di depanku. Meski sebelumnya aku tidak melihatnya
secara seksama, tapi sosok teman kita yang satu ini sangat lebih besar daripada
diriku. Tubuhnya penuh akan otot yang kekar dan lengan serta kakinya sangat
tebal, terlihat seperti seorang atlit tertentu yang menggeluti cabang tolak martil.
Tapi
seorang atlit yang menggeluti cabang tolak martil adalah seorang manusia yang
ingin mendapatkan medali emas pada olimpiade, sementara orc di depanku terlihat
seperti memiliki perawakan yang mirip dengan yang aku lihat sebelumnya.
Dengan
kata lain, seorang manusia atlit olimpiade sama dengan seekor orc standar.
Itu
sungguh mengerikan. Jika aku harus bertarung dengannya dengan tangan kosong,
tidak akan mengejutkan jika aku terbunuh.
Tapi,
jika aku tidak membunuh dia maka aku tidak bisa naik level dan kemudian tidak
akan pernah bisa kembali ke White Room
itu.
Sekarang
pikirkan kembali, seseorang yang berada di sisi lain dari komputer sebenarnya
sangat ramah, tak peduli apapun pertanyaan yang aku ajukan, dia menjawabnya
dengan sangat sabar. Tentu saja, orang itu juga punya banyak hal yang tidak
bisa dia katakan padaku. Meski begitu, dari proses menanyakannya secara
terus-menerus, aku tetap mendapatkan banyak informasi.
Setelah
menggunakan magic, pertanyaan yang aku ingin tanyakan semakin menjadi terlalu
banyak.
Maka
dari itu, aku harus kembali ke
ruangan itu lagi.
Demi
kembali ke ruangan tersebut, aku harus naik level.
Dan
agar naik level, aku harus mengalahkan orc itu. Jadi hal terpenting sekarang
adalah membunuh orc yang ada di depanku.
"Aku
ingin membunuhmu."
Aku
bergumam pelan, menggenggam kepalanku erat, kemudian memfokuskan perhatianku
pada kakiku.
"《Physical
Up》."
Kakiku
mulai memancarkan sebuah cahaya indah.
Ini
adalah magic untuk memperkuat tubuh, khususnya digunakan untuk memperkuat kaki.
Seketika
itu juga saat si orc berbalik menghadapku, aku menetapkan keputusan dan lari
menuju jalan.
Kami
berdua berjarak sekitar 20 meter. Monster dengan hidung babi melihat ke arahku
dan mengeluarkan sebuah Fumo—lalu berteriak. (TL Note: “Fumo”= tiruan suara babi dalam bahasa
Jepang)
Dia
mengangkat tinggi pedang berkarat miliknya dan merangsek ke arah ku.
Dia
berniat membunuhku. Meski aku hanya tergores, itu pasti akan sangat
menyakitkan. Maka dari itu,
aku tidak boleh membiarkan
itu terjadi.
Aku
dengan cepat berbalik dan berlari menuju hutan tempat tadi aku meloncat keluar.
Si
orc meneriakkan Fumo--, sambil mengejarku.
Aku
tidak melihat ke belakang, hanya berkonsentrasi berlari dan di saat yang sama
menyeringai tanda puas.
Suara--
Fumo makin menjauh.
Hah?
Oh
ya, aku menggunakan magic untuk memperkuat kakiku.
Itulah
mengapa aku bisa kabur dari si orc. Karena
hal itu, alasan mengapa aku mendapatkan Support Magic Skill. Karena prioritas
utama adalah bagaimana cara agar bisa bertahan hidup, maka dari itu aku
benar-benar menghiraukan skill yang berkaitan dengan persenjataan dan memilih
support magic.
Setelah
mengatakan itu, apakah aku memberikan
jarak yang terlalu jauh antara kami berdua? Aku melihat
ke belakang dan melihat seekor makhluk berkulit coklat kemerahan merangsek
menembus pepohonan, kasarnya sekitar 15 meter jauhnya.
"Aku
di sini, kau babi bodoh!"
Aku
berteriak dan memperlambat langkah di saat yang sama.
Si
orc terlihat sudah menemukan aku lagi dan melihat dia tiba-tiba merangsek ke
arahku.
Aku
dengan cepat kabur.
Permainan
kejar-kejaran berakhir dengan cepat. Aku melompat kecil dan melintasi jebakan
yang ditutupi rerumputan.
Bagi
si orc, tak perlu ditanyakan lagi, jatuh
ke dalam jebakan.
Itu
adalah lubang yang sangat dalam.
Aku
sudah memasang total tiga jebakan dan salah satunya tidak bisa digunakan
dikarenakan pertarungan sebelumnya, tapi masih ada dua lagi. Karena aku sudah
memikirkan semua rute yang mungkin temanku ambil.
Tapi
sekarang, temanku itu sudah tidak ada hubungannya lagi dan tidak lagi menarik perhatian
apapun.
Tapi,
jebakan ini punya kegunaan lainnya. Untuk membunuh orc dan membiarkanku kembali
ke ruangan itu lagi, maka dari itu jebakan ini penting.
Tidak,
sebaliknya, karena jebakan ini lah, mengapa aku memilih kedua skill itu.
Aku
menggunakan summon magic untuk memanggil seekor gagak dan mengirimnya untuk
pasukan pengintai dari udara.
Dan
kemudian menggunakan support magic untuk memperkuat kakiku dan mengambil alih
permainan kejar-kejaran.
Terakhir,
untuk membiarkan si orc jatuh ke dalam jebakan.
Sampai
saat ini, terlihat berjalan dengan
sangat mulus.
Aku
melihat orc yang berada di dalam
lubang dan memastikan bahwa manusia babi ini telah terlukai oleh tombak-tombak
bambu.
Si
orc perlahan mengeluarkan darah biru, menatapku dengan amarah. Ini membuatku
gelisah bahwa pedang berkarat itu berada di dalam lubang.
Namun
pedang tersebut tidak bisa memotongku.
Sama
seperti saat itu, pertama-tama aku menuangkan minyak tanah ke dalam lubang
kemudian melempar api ke dalamnya.
Tubuh
si orc ditelan oleh api, memberontak kuat.
Selanjutnya
adalah serangan pamungkas. Aku mengambil tombak bambu.
Efek
magic《Mighty Arm》masih
efektif, maka dari itu aku menggunakan lengan diperkuatku untuk menusukkan
tombak ke dalam lubang. Perasaan
menusukkan ujung tajam tombak ke dalam daging membuatku
mengerutkan dahi.
Meski
begitu, aku tetap melanjutkan tusukkanku.
Akhirnya,
raungan si orc berhenti.
Aku
melihat ke dalam jebakan dan melihat tubuh orc perlahan menjadi transparan sama
seperti sebelumnya.
Aku
membunuh orc, orc kedua.
Tubuh
orc sepenuhnya lenyap.
Setelah
itu.
Tidak
ada yang terjadi dan aku tidak dikirim ke ruangan putih.
"Yah,
ini juga terpikirkan."
Aku
bergemerutu kepada diriku sendiri,
lalu menghela nafas.
Itu
benar, jika ini sebuah video game, maka experience yang dibutuhkan untuk naik
dari level 0 ke level 1 pasti berbeda dengan experience yang dibutuhkan dari level
1 ke level 2.
Setidaknya
dua kali lipat -- aku berpikir seperti itu di dalam hati.
Atau
mungkin lebih parah, mungkin dibutuhkan tiga kali lipat, atau bahkan empat kali
lipat.
Ngomong-ngomong,
masih ada satu jebakan tersisa. Jika dibutuhkan, maka aku bisa menggunakan
kembali jebakan yang sudah digunakan. Setelah orc lenyap, ada sebuah batu
permata merah yang berukuran sekitar kuku jari kecil tertinggal di dalam
jebakan.
Apa
itu? Apakah ini sebuah harta karun yang dijatuhkan setelah mengalahkan musuh sama
seperti di dalam game? Mengapa aku merasa bahwa ini semakin menjadi lebih dan
lebih mirip sebuah RPG di dalam komputer.
Aku
memanjat turun ke dalam jebakan dan mengambil permata merah tersebut.
Ruby?
Yah, aku tidak tahu tepatnya bagaimana cara membedakan antara batu permata.
Aku
memutuskan untuk menyimpan permata ini di dalam saku terlebih dahulu.
Selanjutnya adalah kembali ke jebakan yang membunuh orc pertama dan mengeceknya,
atau mungkin aku melupakannya. Ada juga sebuah permata yang mirip di dalam
sana. Aku mengambil juga permata
tersebut.
Lalu,
aku mengirim gagak untuk melakukan pencarian kembali.
Gagak
yang aku panggil masih ada di sekitar. Pada kesempatan selanjutnya aku pergi ke White Room itu, aku harus menanyakan
berapa lama gagak panggilan bisa bertahan.
Akhirnya,
gagak tersebut kembali.
"Ada
satu monster mengejar seorang manusia."
Itu
lah yang gagak katakan.
0 Comments
Posting Komentar