RAKUDAI KISHI NO EIYUU-TAN
JILID 1 BAB 3 BAGIAN 5
REBELLION

Bagian Lima
Setelah mereka berempat selesai makan crepes, mereka mengobrol sampai film hampir dimulai.
"Kelihatannya sudah waktunya, mari pergi ke lantai empat."
Ketika Shizuku mengatakan itu, mereka pergi meninggalkan food court, di mana Stella menanyakan sesuatu yang sangat terlambat.
"Hey Ikki, film apa yang akan kita tonton hari ini?"
"Aku juga belum tahu."
Bagaimanapun juga, ajakan ini datang dari adik perempuan Ikki yang lucu yang tidak dia jumpai selama empat tahun. Dia tidak akan menolaknya, jadi dia tidak menanyakan hal mendetail.
"…Ikki! Untuk apa kamu datang ke sini??"
"Aku juga bisa menanyakan hal yang sama padamu, Stella??"
"Aku di sini hanya mengawasi, jadi tidak apa-apa. Shizuku, film apa yang kita tonton?"
"Cerita cinta biasa."
"Sudah kuduga. Lihat kan? Untung aku ikut!"
Stella menghela napas.
"Dan judulnya?"
"Aku Jatuh Cinta dengan Adik Perempuanku. Rated R-15[1]."
"Bagaimana mungkin itu cerita cinta biasa!?"
"Itu cinta yang normal dan murni, kalau kamu tidak keberatan mereka bersaudara."
"Bagaimana mungkin sesuatu yang tidak bermoral itu murni!? Dan sesedikit apa akal sehat yang kamu punya!? Kamu berani sekali mencoba menonton itu dengan kakakmu! Kamu pikir suasananya akan normal? Itu lebih dari kejutan biasa!"
"Aku tidak mau diajari oleh orang yang menyatakan dirinya pelayan di depan seluruh teman sekelasnya."
Itu bantahan yang pantas, tetapi Ikki tidak sebegitunya kekurangan akal sehat sampai dia mau menonton film seperti ini berdua dengan adiknya.
"Shi-Shizuku…. sebaiknya kita tidak menonton ini."
"Eh~? Mengapa? Apa yang salah dengan itu?"
"Tolong jelaskan apa yang tidak salah dengan itu."
Bukankah buruk sekali kalau dia, dengan adik perempuannya, harus menyaksikan film percintaan rate R-15 tentang hubungan terlarang kakak-beradik?
"Ba-Bagaimanapun, aku tidak bisa melakukannya! Mari menonton yang lain!"
"Hmm, kalau oni-sama sebegitunya tidak ingin, aku rasa aku harus menerimanya. Kalau begitu kita menonton apa?"
Shizuku menggunakan datapad siswa untuk mengakses website bioskop, dan Stella mengusulkan sesuatu.
"Ah! Bukankah yang ini bagus? Karna, Ratu GurunFilm animasi di mana Putri Karna diculik oleh bandit gurun tetapi berakhir jatuh cinta dengan pemimpinnya yang masih muda. Kedengarannya romantis―"
"Ditolak."
"Mengapa!?"
"Aku tidak mau melihat film yang dibintangi oleh perempuan murahan yang akan melebarkan kakinya kepada penjahat yang dia tidak kenal."
"Jauh lebih baik dari pada film mesum di mana kakak-beradik melakukan ini dan itu!"
Alice menghela napas.
"Yah, kelihatannya kita tidak bisa memutuskan kalau kita terus berdebat. Bagaimana kalau kita berkompromi dan menonton Surga Para Laki-Laki Durhaka[2]? R-15 juga."
"Siapa yang menyuruh berkompromi soal gender!?"
Balasan Stella dan Shizuku begitu kompak. Mungkin mereka bisa rukun, walau itu membuat Alice cemberut.
"Benar-benar tidak fleksibel. Kalau begitu tinggal satu pilihan, film action."
Ikki melihat jadwalnya.
"Tetapi tidak ada banyak waktu sampai film dimulai."
"Apa boleh buat karena ini bioskop kecil."
"Tetapi aku pikir laki-laki dan perempuan menyukai film action. Apa kalian setuju?"
"Uh. Sayang sekali, tetapi kalau Onii-sama mengatakan itu…."
"Kita tidak punya pilihan lain. Tetapi karena aku juga suka film action, aku rasa tidak apa-apa."
Alice mengangguk melihat respon Shizuku dan Stella.
"Kalau begitu mari jalan. Filmnya akan segera dimulai, mari bergegas."
"Ngomong-ngomong Alice, apa judulnya?"
"Gandhi, Surga Kemarahan."
Di poster film di website, di bawah kata Gandhi, ada laki-laki macho mengenakan tank top membawa senjata berat dan berdiri membelakangi latar berapi-api. Slogannya adalah "Kamu bilang memaafkan adalah ciri kekuatan, ya? Bohong."
"Apa-apaan itu!? Aku mau melihatnya!"
Tertarik pada gambar yang berlebihan, mereka dengan mudah sepakat, dan mereka berjalan menuju eskalator ke atas menuju lantai empat. Tetapi ketika mereka di lantai tiga, Ikki berhenti.
"Maaf semuanya, aku perlu pergi ke kamar kecil. Tolong beli tiket untukku."
Arisuin juga mengikuti Ikki.
"Wah, aku pikir aku mau ikut."
Stella dan Shizuku mengangguk.
"Kalau begitu kami pergi lebih dahulu dan membeli tiket kalian, jadi bayar saja nanti."
"Dan tolong kembali sebelum film dimulai. TIdak ada banyak waktu, kalian tahu."
"Oke, kami akan datang secepatnya."
"Shizuku Shizuku, aku mau bangku di sebelah Ikki~"
"Onii-sama, kami hanya membeli tiket untuk tiga orang."
"Jangan! Cuma bercanda, bercanda!"
Dengan demikian Stella dan Shizuku pergi, sementara dua laki-laki pergi ke toilet lantai tiga.
"Hahaha~ Akhirnya, tinggal kita berdua."
Ikki meringis mendengar kata-kata Arisuin.
"Hmm, kalau kamu mengatakannya seperti itu...."
"Eh? Pergi ke toilet bukan alasan untuk beduaan denganku?"
"Jelas bukan!"
"Aku tahu, aku cuma bercanda. Kamu benar-benar mudah dijahili."
"…Maaf, ini pertama kalinya bagiku berbicara dengan seseorang seperti dirimu, jadi nampaknya aku sulit membedakannya…."
"Kamu cukup memperlakukanku seperti perempuan biasa―"
Yah, itu tidak mungkin.
"―tetapi tidak usah khawatir, aku tidak tertarik dengan laki-laki non-gaylu-lurus."
"No-non-gayLu-Lurus!?"
"Dengan kata lain, aku tidak tertarik secara sexual denganmu."
"O-Oh, itu maksudmu. Yah, itu membantu, sangat membantu."
"Tetapi benar aku mau berbicara berdua denganmu. Aku sudah mendengar banyak hal dari Shizuku jadi aku penasaran orang seperti apa dirimu."
"Aku juga tertarik denganmu, kurasa."
"Wah? Wah wah wah! Kejutan! Kalau begitu bagaimana kalau kita pergi menonton Surga Para Laki-Laki Durhaka sekarang?"
"Bukan begitu! Hanya saja, kamu tahu, Shizuku benar-benar pemalu. Jjadi dia tidak mudah mendapat teman, terutama dengan laki-laki, jadi aku penasaran."
"Yah, aku hanya perempuan normal… hey, apa-apaan dengan muka itu? Apa kamu keberatan?"
"Tidak, tidak terlalu."
Apa dia serius? Apa dia serius mengatakan itu?
Mustahil mengetahui cara berpikir orang-orang dari suku ini setelah bertemu dengan satu di antara mereka. Ikki tahu dia tidak seharusnya membicarakan suatu topik yang tidak dia pahami tanpa persiapan, jadi dia segera mengubahnya.
"ATentang apa yang kamu dengar tentangku dari Shizuku. H, hal-hal seperti apa yang dia ceritakan?"
"Itu rahasia di antara perempuan."
Arisuin meletakan jari yang panjang, ramping, seperti pianis di depan bibirnya. Mungkin tidak pantas, pikir Ikki, terus-terusan memikirkan hal ini. Untungnya, Arisuin berbaik hati.
"…Tetapi dia memberi tahu aku, Ikki Kurogane adalah laki-laki yang sangat kuat dan menarik. Setelah berjumpa denganmu hari ini, aku setuju. Kamu seperti yang dia katakan. Tetapi ada satu yang membuatku penasaran. Boleh aku tanya?"
"Boleh."
"Benarkah dulu kamu tidak bisa ikut pertandingan karena campur tangan keluarga kalian?"
"Y-Yah, sekolah melarangku melakukannya. Untuk pelajaran di kelas atau latih tanding."
Ikki berpikir apakah Shizuku juga menceritakan mengenai perselisihan antara dirinya dan keluarga Kurogane, walaupun itu dianggap aib keluarga yang tidak pantas menjadi gosip. Shizuku, tetap menjadi bagian dari keluarga Kurogane, tidak akan menceritakannya kecuali dia benar-benar percaya kepada Arisuin.
"Tetapi tahun ini sudah boleh. Direktur yang baru mengganti aturannya."
"Bukankah itu nasib baik? Apa yang akan kamu lakukan kalau direktur tidak ada?"
"Apa pun yang aku bisa, seperti biasa. Bagaimana pun juga, aku tidak tahu tentang pengangkatan atau rencana dirinya ketika aku tidak naik kelas."
"Bukankah menurutmu melakukan hal yang sama lagi itu sia-sia?"
"Tidak. Aku pikir Alice sudah tahu tentang ini, tetapi guru-guru di akademi adalah profesional. Mereka bisa memahami kemampuan murid hanya dengan melihat. Dan bagi akademi ksatria-sihir, tidak ada yang lebih penting dari pada menghasilkan Seven Stars Sword King, jadi sebenarnya, yang harus aku lakukan hanya meyakinkan para guru aku bisa mencapai level itu. Aku hanya akan menjadi kuat, cukup untuk membuat mereka mempercayai itu, tidak peduli berapa tahun yang diperlukan."
Dengan usaha, dia akan membuat dirinya bernilai sehingga Hagun tidak bisa menjualnya ke keluarga Kurogane. Keyakinan Ikki tetap kuat seperti biasanya.
"Tetapi aku berterima kasih ke direktur yang baru. Bahkan aku tidak perlu repot-repot kalau ada jalan lain yang disediakan."
"Oh. Aku paham sekarang."
Sekilas, Ikki melihat pandangan Arisuin kepadanya dari sudut pandang orang luar. Itu adalah pandangan… kasihan.
"Ikki… kamu… Kkamu menjadi terbiasa disakiti, bukan?"
"Alice?"
"Ini sesuatu dari pengalamanku, jadi mungkin berbeda denganmu. Kekuatan, pada akhirnya, tentang seberapa banyak kamu dapat bertahan. Kalau kamu tidak melepaskan kekuatanmu sama sekali, dan terus berjuang dalam tekanan, maka suatu hari kamu akan hancur sampai tidak bisa disembuhkan lagi. Biasanya, hati akan berteriak dengan semua kemarahan, kesedihan, dan kekesalan, seperti ‘aku mau seseorang tahu penderitaanku’ dan ‘aku mau seseorang memahami kesedihanku’. Tetapi kamu sudah menahannya terlalu lama sampai kamu tidak bisa lagi mendengar teriakan itu."
Ikki terkejut mendengar kata-kata itu. Dia tidak bisa memahaminya, walaupun muka Arisuin seperti berduka.
"….I-Itu, aku pikir tidak seperti itu."
Ikki tidak begitu kekurangan emosi, dan tentu ada saat-saat di mana Ikki merasa marah atau sedih. Tetapi Arisuin menggelengkan kepalanya.
"Tidak, kamu tidak bisa mendengarnya. Setidaknya, tidak sekarang. Maksudku, kalau memang bisa, bagaimana mungkin kamu begitu tenang? Bagaimana kamu tersenyum begitu mudah?"
Aku belum menjalani hidup sejauh itu.
Tetapi, Arisuin mungkin berpikir berlebihan., Jjadi Ikki tidak bisa berbuat banyak kecuali membuat muka bingung walaupun Ikki berbicara serius dengan muka suram. Arisuin menghela napas melihat ekspresi kebingungan Ikki.
Yah, tidak mungkin kata-kataku dapat mencapai dirinya.
Seberapa berat isi dari kata-kata ini? Ikki adalah orang asing yang baru ditemui Arisuin hari ini., Ttetapi walaupun Arisuin tahu dia tidak bisa mencapainya sejauh itu, dia tetap mencobanya. Dia mau membuka mata Ikki, karena bukan hanya Ikki Kuroganei penting bagi Shizuku., Ttetapi juga karena Arisuin juga menganggapnya orang yang menyenangkan.
Akhirnya, Arisuin memberikan senyuman penyemangat, dan mencium rosario yang tergantung di lehernya.
"Akan berguna kalau seseorang yang dapat mendengar teriakan itu hadir untukmu. Aku berdoa dari lubukh hatiku yang dalam, sebagai teman"
Tetapi Ikki tidak memahami doa itu. Apakah dia harus berterima kasih kepada Arisuin? Dia bingung, dan kata-kata Arisuin tetap di kepalanya, bergema seperti sebuah pencerahan.
Mendadak, ekspresi Arisuin mengeras. Bukan ekspresi sedih yah dia tampilkan, tetapi tegang seperti memikirkan sesuatu. Dia mulai melihat sekeliling.
"Alice?"
"Ikki, bisa ke sini sebentar?"
Arisuin memegang lengan Ikki dan berlari.
"Eh? E-Eh!?"
"Lari saja."
Tanpa mendengarkan keluhan Ikki, Arisuin berlari menuju toilet yang mereka tuju. Mungkin dia sudah tidak tahan?
Ketika Ikki memikirkan itu―dia mendengar ledakan, kaca pecah… dan suara tembakan ditemani teriakan.



  1. Jump up R-15: Film Jepang dinilai oleh Komite Kode Etik Perfilman nasional, terinspirasi oleh sistem penilaian di Amerika, menjadi kategori G, PG-12, R-15, dan R-18.
  2. Jump up Surga Laki-Laki Durhaka: terjemahan aslinya Men’s Fallen Paradise. Saya bingung menerjemahkannya jadi apa. Kalau ada ide yang lebih bagus silahkan bilang.