Clockwork Planet
EPILOG
RE-START (00:00)
Naoto
dan RyuZU berjalan di sepanjang jalan sambil berpegangan tangan.
Marie
dan Halter mengikuti mereka dari belakang.
Lokasi
mereka adalah Grid Kyoto, tingkat ke-27 menara inti, di tangga spiral menuju
area terdalam.
Jalur
ini kelihatan seolah-olah jalur ini akan menuju jauh ke bawah tanah. Jalur ini
sempit, dan sedikit gelap. Bisa dibilang, jalur ini adalah mulut sebuah gua
yang menuju neraka.
“Apa
ini jalan yang benar, RyuZU?”
“Ya.
Benar.”
Naoto
tidak menunjukkan rasa takut apapun saat dia menuju ke neraka, dia kelihatan
bersemangat saat dia berjalan ke depan.
Ada
sebuah alasan sederhana.
Alasannya
adalah–
Saat
Naoto buru-buru menuruni tangga spiral itu, bibirnya mulai mengendur.
“Tepat
di depan kita adalah–adik perempuan RyuZU, AnchoR! Sebuah automata dengan
kapabilitas super tinggi…!”
Dia
kelihatan siap untuk memonopolinya.
“Master
Naoto!”
“Eh?
Woah!”
RyuZU
tiba-tiba memanggil dan mencengkram tangan Naoto.
Tapi
Naoto tidak bisa berhenti karena kelebihan momentum.
Dia
terpeleset–dan tubuhnya terlempar keluar tangga.
“–!!”
Keringat
dingin mengucur dari seluruh tubuhnya.
Tangga
spiral itu rusak di pertengahan jalan, dan ujungnya telah menjadi gua menuju
neraka sungguhan. Jika RyuZU tidak mengulurkan tangannya, Naoto akan jatuh ke
dalam neraka tadi.
“Hei
hei, hati-hati. Kau baru saja berhasil menyelamatkan nyawamu.”
Halter
bercanda sambil mencengkram kerah Naoto dan menariknya naik.
“A-Aku
selamat…”
Naoto
merasa lega karena rasa kokoh di bawah kakinya, dan bicara dengan ragu,
“Tidak,
tunggu sebentar. Harusnya ada jalan disini, dan adik RyuZU ada di dalam, kan?
Sekarang, jalannya rusak. Apa yang terjadi?”
“…Sepertinya
jalannya ambruk karena guncangan dari penghapusan tadi.”
Marie
berlutut untuk memeriksa bagian tangga spiral yang terputus, dan menjawab,
Setelah
mendengar hal ini, Naoto kelihatan seolah-olah dunia akan berakhir,
“I-I…itu
itu tidak mungkin…mengapa, tinggal sedikit lagi—si-sial, SIAAAALAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAN”
Itu
adalah tangisan jiwa.
Dia
mengeluarkan suara penuh derita yang akan menyeret siapapun menuju neraka, dan
berlutut di lantai.
Dia
menangis.
Dia
menjerit keras, mengabaikan imejnya saat dia mengayunkan tinjunya ke tangga
spiral itu.
Apa
yang lahir di dalam neraka gelap di dekatnya adalah penderitaan yang terlalu
kuat, dan di hadapan penderitaan itu, dia merasa seberapa kecil dirinya itu
saat penderitaan tersebut terus menyiksa jiwa remaja berumur 16 tahun miliknya
itu.
Berteriaklah
sampai tenggorokanku kering.
Hancurkan
setiap sel di dalam tubuhku karena aku gagal menyelamatkan dia.
Anak
yang menyelamatkan 20 juta jiwa merasakan keputusasaan yang mendalam karena dia
gagal menyelamatkan nyawa satu automata, dan dalam rasa bersalahnya yang besar
itu, mau tidak mau dia hanya bisa menjerit dan menangis.
Marie
bergumam saat dia melihat Naoto sedang berduka seperti itu,
“Biarpun
kau terus menangis dan berteriak seperti itu…”
“Diam!
Apa kau mengerti rasa sakit yang kualami ini? Aku baru saja kehilangan hadiah
terhebat umat manusia yang tidak bisa dibandingkan dengan milyaran nyawa
orang–!”
“Aku
akan mengabaikan hadiah terhebat umat manusia yang kau katakan tadi–!”
Marie
menekan pelipisnya sendiri,
“Tapi
jika ada automata seperti itu disini, benda itu harusnya sudah dipindahkan,
kan?”
“–Eh?”
Naoto
berhenti menangis dan mengangkat kepalanya sambil terkejut.
Marie
melihat ke atas tangga spiral itu, dan berkata,
“Sudah
diputuskan kalau tempat ini akan diambrukkan. Jika ada sebuah seri Initial-Y disini,
‘militer’ seharusnya tahu nilai automata tersebut…kecil kemungkinan kalau
mereka hanya akan meninggalkannya disini.”
RyuZU
mengangguk tanda setuju dengan kata-kata Marie,
“–Ya.
Bahkan orang-orang itu yang memilih metode penghapusan sembrono untuk kota ini,
dan yang tingkat kecerdasannya di bawah orang-orang idiot sampai-sampai orang
idiot sendiri akan marah besar saat dibandingkan dengan mereka, gadis itu
adalah sesuatu yang tidak akan pernah mereka dapatkan. Namun, jika mereka tidak
memahami nilai keberadaannya, hamba harus mencurigai apakah mereka benar-benar
punya otak. Hamba sungguh berpikir kalau pandangan Master Marie sangat masuk
akal.”
Naoto
merasa skeptis mengenai kata-kata itu, dan bertanya,
“…Tunggu,
RyuZU, kalau begitu, apa kau sudah mengira hal ini sejak awal?”
“Ah,
tolong maafkan hamba, Master Naoto. Hamba saat ini sedang bertanya-tanya apakah
‘otak anda itu tidak ada’.”
Setelah
melihat RyuZU membungkuk dengan wajah tidak terkesan, Naoto menurunkan bahunya
dengan sedih.
Dia
ambruk ke lantai, dan bergumam saat dia melihat lubang menuju bagian dalam
planet, neraka itu sendiri,
“…A-apa
yang sedang kulakukan…mengambil resiko sebesar itu dan membuat RyuZU dalam
bahaya.”
“Tapi
itu tidak buruk. Setidaknya kau berhasil menyelamatkan 20 juta jiwa.”
“Itu
tidak bagus sama sekali!”
Naoto
melotot ke arah Marie dengan tatapan penuh dendam sambil berteriak,
Dia
mengingat kembali peristiwa yang terjadi hari ini.
Hari
ini cukup baik. Dia berkencan dengan RyuZU, menikmati keimutannya, dan dimarahi
olehnya–Sebuah ingatan yang menghangatkan hati dan penuh kebahagiaan.
Apa
yang terjadi setelah itu? Setelah dia bertemu dengan gadis sialan yang gila dan
suka kekerasan, dia dengan segera jatuh dari Surga menuju Neraka. Dia tertipu
oleh semua retorika yang gadis itu buat, terperangkap di tengah-tengah badai,
dan setelah melalui banyak situasi yang mengancam nyawa, dia berakhir dalam
keadaan menyedihkan seperti ini.
“Aku
melalui semua itu tanpa alasan yang bagus…sialan!”
“Berhenti
mengeluh. Toh kau berhasil mengubah takdir planet ini.”
Saat
Naoto menghela napas panjang, Marie berkata dengan riang.
Dan
kemudian,
“Dan
kau membantuku memutuskan sesuatu.”
“…Ha?”
Naoto
mengeluarkan teriakan terkejut.
Namun,
Marie mengabaikan Naoto saat dia membalikkan badannya untuk melihat pria besar
di sampingnya.
“Halter.”
Dia
berkata.
“Hm?”
“Aku
akan melanjutkannya.”
Saat
Marie tersenyum lembut, Halter menghela napasnya,
“…Aku
tidak akan menghentikanmu, tapi satu pertanyaan saja–apa benar tidak apa-apa?”
Wajah
Marie tetap seberani sebelumnya saat menghadapai pertanyaan Halter.
Dia
memantapkan kakinya di anak tangga dan tangannya diletakkan di pinggulnya
sambil membusungkan dadanya dengan angkuh, tubuh mungilnya berdiri tegak saat
dia menghadap Halter.
Mata
zamrudnya hanya menunjukkan harapan dan kepercayaan diri.
Itu
adalah sebuah mimpi.
Itu
adalah kehendak yang tolol dan nostalgis tapi juga terhormat, yang hanya bisa
dilihat anak kecil.
Halter
menyaksikan kilatan matanya yang teguh, dan merasa iri saat dia tersenyum
masam, kemudian mengangguk dan berkata,
“…Baiklah
aku akan mengikutimu sampai saat terakhir, Profesor Marie.”
Marie
mengangguk puas, dan Naoto, yang berdiri di bawah mereka, memiringkan
kepalanya,
“Ngomong-ngomong,
apa yang kalian bicarakan…?”
“Ini
urusanku–bukan, urusan kita.”
Marie
menoleh ke arah Naoto dengan senyuman nakal.
“Maaf
Naoto, tapi mengenai rekomendasi ke akademi, kau anggap hal itu tidak pernah
terjadi saja oke?”
“Eh?”
Naoto
tidak bisa memahami Marie dan dia berseru tak percaya.
Setelah
melihat reaksi pemuda itu, Marie membalikkan badannya dengan bibirnya yang
melengkung.
Marie
melangkah pergi dengan elegan, membiarkan punggungnya yang kecil tapi juga
lebar dilihat Naoto saat mantel musim panasnya tersibak. Kemudian Halter
mengikutinya dari belakang.
“Hei,
Marie?”
Marie
melambaikan tangan kecilnya pada Naoto tanpa membalikkan badannya.
Dia
berkata dengan riang,
“–Sampai
jumpa lagi, Naoto.”
●
“Master
Naoto, ini adalah gerakan ‘ahhn’.”
…Bagaimana
aku menjelaskan situasi saat ini? Naoto tanpa sadar
bertanya-tanya.
Sebuah
peristiwa terjadi saat istirahat makan siang, di sebuah kelas di SMA Tadasu no
Mori.
Para
siswa yang membawa kotak makanannya sendiri daripada pergi ke kafetaria sedang
menikmati makan siang mereka di tempat biasa.
Dan
diantara mereka, Naoto dan RyuZU memilih hal yang sama di tengah ruang kelas.
Seminggu
berlalu sejak insiden itu.
Penghapusan,
konspirasi antara ‘Militer” dan ‘Guild”, krisis RyuZU, dan adiknya–
Semuanya
kembali normal dalam seminggu, seakan-akan mimpi buruk telah usai.
Benar,
semuanya kembali normal.
Dia
sudah terbiasa melihat mata kosong dan jentikan lidah dari teman-teman
sekelasnya.
Dia
kembali ke kehidupan sehari-harinya, kembali seperti saat dia belum bertemu
Marie.
Jika
dia harus berkata begitu–
“Master
Naoto, apa telinga anda tidak merasa tidak enak? Atau mata anda? Atau pikiran
anda?”
Naoto
menutup matanya saat dia ditanyai begitu.
Meja
mereka disatukan, dan RyuZU membuka kotak makan buatan sendiri yang dia buat dengan
susah payah, terlalu menempel pada Naoto, dan membuat suasana manis dan panas
yang memuakkan saat RyuZU mengambil lauk sambil berkata,
“Master
Naoto, ‘Ah’.”
–Mati
sana.
Naoto
tidak bisa menahan tatapan protes tanpa kata yang memenuhi kelasnya, dan hanya
bisa menelan lauk yang disajikan padanya dengan kasar.
Benar,
jika dia harus menyinggung hal yang berbeda, hal itu berupa RYuZU yang
mengikuti sekolah dengan sikap seolah biasa saja, dan juga sebuah skandal yang
belum pernah terjadi sebelumnya yang diliput 24 jam.
–Sebuah
konspirasi gagal untuk mengambrukkan Kyoto.
Berdasarkan
laporan anonim yang dikirim ke banyak studio, ‘pemerintah’, ‘militer’, dan
‘Meister Guild’ telah bersekongkol untuk menghancurkan sebuah kota dan
membantai 20 juta penduduk. Setelah fakta ini bocor ke publik, seluruh dunia
jatuh dalam kekacauan.
Laporan
ini tidak hanya membocorkan informasi relevan yang berhubungan dengan insiden
itu sendiri, laporan itu juga mengungkapkan sejumlah besar informasi yang jelas
dirahasiakan dan laporan internal mencurigakan lainnya.
Informasi
tersebut termasuk kebenaran dari insiden pembunuhan bersejarah, detail
negosiasi antara pemerintah dan perusahaan-perusahaan, daftar mata-mata yang
memasuki negara tertentu, pangkalan rahasia ‘militer’ yang tidak pernah ditulis
di peta, senjata illegal milik mereka yang melanggar perjanjian, beberapa
anggota ‘guild’ yang melakukan eksperimen manusia secara rahasia, dan
lain-lain…
Perdana
Menteri Jepang telah mengakui penghapusan yang coba dilakukan oleh ‘militer’,
dan dia bertanggungjawab akan hal itu.
“Tidak
salah lagi ini adalah sebuah serangan teroris.”
Seorang
komentator terkenal di studio tertentu mengindikasikan begitu.
“Sebuah
penghapusan tentunya adalah masalah serius, tapi apa yang terjadi disini itu
terlalu berlebihan.”
Dan
kata-kata ini menyebabkan banyak kontroversi dan kritikan tajam.
Selain
itu, pada siaran televisi pagi tertentu, koresponden asing Limonz mendadak
pingsan dan dikirim ke rumah sakit setelah sebuah rekaman bocor; rekaman itu
melibatkan dirinya yang memerintahkan orang lain untuk membunuh teknisi jam
muda yang jenius Marie Bell Breguet, umur 16 tahun, dan untuk menutupi insiden
itu. Hasilnya, Penyokong Limonz, Perusahaan Vachron, menjadi diawasi, dan
mengalami beberapa keributan dan boikot, mengakibatkan penurunan bisnis
berjangka lama bagi mereka.
Namun,
dalam seluruh angin ribut skandal yang menyapu dunia ini, hanya keluarga
Breguet yang berhasil tetap selamat–karena ada sebuah cerita romantis seorang
Putri Presiden Perusahaan yang dibunuh saat mencoba menyelamatkan kota sampai
saat-saat terakhirnya.
Entah
kenapa, imej gadis blonde yang kasar dan sedang tersenyum dengan riang memasuki
pikiran Naoto setelah semua keributan ini, tapi–
“…Ah,
bodoh amat.”
Bagi
Naoto, yang tidak peduli dengan kejadian di dunia ini, peristiwa-peristiwa ini
tidak membuatnya terlalu khawatir.
Dengan
kata lain, semuanya kembali normal, selain dari adanya RyuZU bersamanya.
..Walaupun
itulah masalah terbesarnya.
“Master
Naoto, karena anda tidak belajar, hamba rasa otak anda sudah rusak atau
semacamnya–”
Dan
saat RyuZU memberinya lauk lain, Naoto berkata,
“Oi!
Setidaknya bisakah sadari pandangan dari sekeliling! Jika stres bisa membunuh,
aku akan–”
Di
titik ini, Naoto menelan kata-katanya kembali.
RyuZU
seperti biasanya, tersenyum anggun dan santai.
Di
momen itu, sepertinya Naoto telah menyadari sesuatu. Dia mulai memahami
‘keinginan bebas’ RyuZU–hal menakjubkan mengenai ‘hati sungguhan’ yang dimiliki
automata.
–Anda
berani tidak memakannya saat hamba membuat makanan ini untuk anda, Master Naoto?
“Maaf.
Aku akan menghabiskannya.”
“Mengapa
tidak anda lakukan sejak tadi? Apa ini permainan stres?”
“Bukan!
Ada pandangan membunuh dari semuanya di kelas saat ini, tahu!? Yang benar
saja…”
Di
momen ini,
Naoto
membeku saat dia melihat sesuatu yang seharusnya tidak ada.
Entah
mengapa, seorang pria paruh baya berkepala botak dengan tinggi lebih dari 2m
berdiri di luar ruang kelas, kemudian mengintip ke seluruh kelas dengan
pandangan tajam yang tidak cocok dimiliki seseorang yang bekerja di lapangan
pendidikan.
…Apa
itu?
Semuanya
berhenti mengobrol karena tekanan tanpa kata-kata ini.
Pria
itu melewati ambang pintu, dan berjalan gugup menuju meja guru.
Dia
bukanlah seorang guru.
Perlu
digarisbawahi juga kalau dia itu bukan orang Jepang.
Yang
lebih perlu digarisbawahi adalah sebagian tubuhnya bukanlah tubuh manusia.
Tubuh
berotot pria itu dibalut setelan kelabu dan sebuah kacamata hitam tebal
terpasang di atas hidungnya. Bibir sinisnya tertutup rapat dan menunjukkan
pesona maskulin seperti bintanang liar yang berbahaya.
Selain
itu, ada suara sibernetik yang ditingkatkan yang hanya bisa didengar Naoto.
Pria
itu berkata,
“Ah,
ini mendadak, tapi namaku Vainney Halter dan saat ini aku adalah wali kelas ini
mulai dari sekarang. Aku tidak tertarik pada bocah, jadi buang saja surat cinta
atau permintaan kencan untukku ke tempat sampah. Ada pertanyaan lain?”
“…Lagi
ngapain lo?”
Naoto
tanpa sadar bicara dalam dialeknya.
Entah
kenapa dia telah memprediksi hal ini, Naoto memegang kepalanya; namun yang
mengerikan adalah rangkaian peristiwa mengejutkan ini belum berakhir.
Saat
dia melihat para siswa terdiam setelah ditekan olehnya, Halter mengangguk.
Dia
terdengar seperti dia berasal dari sebuah batalion militer tertentu saat dia
berkata,
“Untuk
mengefektifkan waktu, aku akan mengenalkan siswa pindahan baru pada
semuanya—masuk.”
“Baiklah.”
Matahari
telah datang. Naoto berpikir begitu.
Seorang
gadis pirang berkulit putih memasuki kelas.
Rambut
pirang cerahnya diikat menjadi dua dan tergerai di belakang telinganya. Mata
zamrudnya yang besar bercahaya kuat di atas kulit lembutnya.
Gadis
itu mengenakan seragam standar dengan elegan saat dia berdiri di podium dengan
sopan.
Ukuran
tubuhnya mirip dengan Naoto, tapi harga diri dan rasa percaya dirinya yang
meluap membuat gadis itu kelihatan jauh lebih tinggi.
Semua
siswa terpaku karena mereka seolah-olah melihat seorang pemimpin agung dengan
pancaran cahaya di belakangnya.
Naoto
juga tidak bisa berkata apapun.
Gadis
itu tersenyum, dan dengan cepat bicara riang.
“Namaku
Maribel Halter. Orang-orang bilang kalau kami mirip, tapi aku berbeda dari
orang itu. Panggil saja Marie jika kalian mau. Mohon bantuannya.”
Setelah
mengatakan hal itu, dia membuat sebuah isyarat elegan.
Dan
di momen itu, mata zamrud yang melirik ke arah Naoto berkedip seperti seekor
predator yang melihat mangsanya.
Tentu
saja–tidak peduli cara orang-orang melihat situasi ini, orang ini adalah Marie
Bell Breguet.
Tubuh
Naoto tidak bisa bergerak saat dia menatap Marie dengan kosong.
“……Nggak,
beneran, lagi ngapain lo?”
Dia
tanpa sadar bicara dengan dialek aslinya–kemudian berteriak.
●
Sepulang
sekolah, ada 4 sosok manusia di atap SMA Tadasu no Mori ini, dimana jarang
orang-orang berkumpul.
Karena
langit merah yang dipisahkan oleh ‘Equator Spring’, siluet hitam menara ini
kelihatan sangat amat mencolok saat matahari terbenam.
Naoto
berhadapan dengan gadis yang memanggil dirinya Maribel Halter saat gadis itu
bersandar di pagar atap dan melihat jalanan Kyoto, Naoto menghela napas dan
berkata,
“…Jadi,
bisa jelaskan apa yang terjadi?”
“Hah?
Bukannya sudah kubilang kalau kita akan bertemu lagi?”
“Tidak
mungkin aku mengira kata-kata itu sebagai tanda kalau kau akan pindah ke
sekolahku!”
Marie
membalikkan badannya, dan tersenyum lebar,
“Kau
terkejut, kan? Iya kan?”
“Kau
benar-benar menyebalkan!!”
Naoto
melengkungkan bibirnya dan melirik ke arah Marie,
“Aku
akan bilang ini kalau kau tidak tahu. Publik mengira kalau kau sudah terbunuh.”
“Tentu
saja aku tahu. Akulah orang yang membocorkannya!”
Marie
melebarkan lengannya sambil tersenyum jahat.
“Berkat
hal itu, seluruh dunia sedang dalam kekacauan besar! Memuaskan sekali melihat
orang-orang tak berguna dan mengganggu itu saling menyalahkan satu sama lain
dan melarikan diri mereka! Sangat menyenangkan! Heehee♪!”
“Oi,
jangan keras-keras.”
Halter
menepuk ringan kepala botaknya sambil berbisik,
“Kami
sudah memperkirakan kalau kau akan membocorkan insiden ini ke media, tapi aku
tidak pernah mengira kalau kau membocorkan semua informasi tanpa memedulikan
kerahasiannya begitu saja. Apa kau ini iblis atau semacamnya?”
“Apa
kau bodoh? Mengapa orang mati memikirkan hal-hal seperti itu?”
“Para
politisi dan tentara di dunia telah dipenggal kepalanya, tahu?”
“Memangnya
nasib orang-orang rendahan macam mereka itu urusanku? Aku melakukannya karena
alasan itu, tahu?”
“…Kalau
begitu, apa tujuanmu?”
RyuZU
menatap curiga pada Marie.
“Saya
tidak tertarik mengenai perbuatan anda, Master Marie, tapi saya akan merespons
dengan balasan fisik jika anda berniat untuk menggunakan Master Naoto untuk
alasan yang aneh-aneh.”
“Hah,
itu bukan cara yang bagus untuk mengatakan sesuatu, kan? Aku hanya berharap dia
sedikit membantuku.”
“Membantu…?”
Naoto
bergumam, dia merasa curiga. Kemudian Marie mengacungkan jarinya.
“Sederhana
saja.”
Marie
berkata,
“–Hanya
untuk menyelamatkan dunia.”
“…………………………………Apa?”
Setelah
keheningan yang panjang, Naoto mengangkat alisnya.
Di
tengah-tengah rasa suka citanya, Marie melanjutkan,
“Aku
membocorkan semua dalang yang kutahu kali ini, tapi itu cuma ujung gunung es.
Masih banyak segala jenis konspirasi licik, korban yang ditutup-tutupi, dan
anomali kota.
“…Terus?”
“Aku
berniat untuk memasuki tempat-tempat seperti itu yang tidak dipedulikan
orang-orang karena politik atau persekongkolan dan memperbaiki semua kerusakan
itu sesuai yang kumau, dan menghentikan semuanya seperti yang baru saja terjadi
kali ini. Aku tidak akan mendapat hadiah maupun ucapan terimakasih apapun, tapi
merasa senang mengenai hal itu pastinya sesuatu yang pantas, kan?”
Naoto
berkata,
“Kau
ini kenapa? Kau punya chuunibyou atau
semacamnya?”
“Lebih
tepatnya, masa berontak. Aku akan melawan balik masyarakat busuk ini.”
Rock on.
Marie mengisyaratkan itu.
Naoto
menatap dingin padanya, dan bertanya,
“…Ini
tidak ada hubungannya denganku, tapi apa alasanmu pindah ke sekolah ini?”
“Yah,
alasannya sih banyak, tapi alasan terbesarnya adalah kamuflase.”
“Kamuflase…?”
Setelah
melihat Naoto memiringkan kepalanya, Marie tersenyum lebar,
“Apa
kau tahu pijakan sempurna untuk mengejar mimpimu?”
Naoto
memiringkan kepalanya.
“Tidak.”
“Pijakan
itu–adalah menjadi seorang teroris!”
Marie
melanjutkan dan tersenyum berbahaya,
“Tidak
ada tanggungjawab, tidak ada batasan. Yang kuperlukan hanyalah menyatakan
sebuah cita-cita konyol dan membuat keributan.”
“…Bukannya
itu terlalu tidak beralasan.”
“Tidak
apa-apa. Anak-anak memang berhak untuk bicara semaunya.”
–Marie
Bell Breguet tidak pernah menyatakan pikirannya yang sebenarnya.
Dan
dia tidak pernah sanggup melakukannya.
Karena
itu terlalu konyol. Sampai titik ini, impiannya hanyalah sebuah cita-cita yang
konyol dan tidak mungkin tercapai.
Barangkali
dia dapat menyelamatkan ‘Clockwork Planet’ ini.
Barangkali
dia dapat memperbaiki seluruh planet yang ada di ambang antara kehancuran dan
usia lanjut ini.
Barangkali
dia dapat meniru desain planet ini yang telah lama menghilang.
Barangkali
dia dapat mencapai taraf yang diduduki ‘Y’, yang tidak pernah bisa diraih oleh
siapapun.
Dia
punya firasat jika dia bekerja bersama dengan Naoto, dia bisa memenuhi mimpi
ini–inilah alasannya yang sebenarnya.
“Yah,
identitasku sebagai seorang siswa hanyalah bonus. Karena tawaran ke akademi
hilang seperti kertas kosong, aku akan mengajarimu secara pribadi sebagai
kompensasi. Berterimakasihlah, tahu?”
“Hm…yah,
aku berterimakasih mengenai hal itu–hei? Tunggu, aku harus mengikutimu?”
“Tentu
saja. Aku akan menggunakan tubuhmu sebagai biaya pelajarannya.”
“Pastinya
ada batasan soal penawaran semacam itu kan!?”
●
…Saat
dia menyaksikan senda gurau mereka.
Halter
bertanya-tanya.
Apa
tuan putri itu menyadari hal ini?
Tak
diragukan lagi, sederhananya, keputusannya itu berarti dia mengambil ‘tempat
dewa’.
Si
jenius itu dan si berbakat itu tentunya telah melangkah menuju alam itu.
Di
hadapan fakta seperti itu, Halter mau tidak mau mengingat kembali mimpi
nostalgis yang dia miliki saat dia masih muda–tapi keraguan yang dia miliki
tentu saja…
“Ya
ampun. Sepertinya aku mulai menua…”
Dia
menggaruk kepalanya dan menghela napas.
Dan,
dia bcara pada automata yang menyaksikan Naoto dan Marie dari jarak yang
sedikit jauh,
“…Hei,
Missy, RyuZU.”
“Biarpun
saya ingin menyalahkanmu mengenai sikapmu yang cukup sok kenal, ada apa?”
“Seberapa
banyak yang kau tahu?”
“Jadi
bahkan inti dari kata-katamu juga dibentuk oleh sampah, dasar tambalan sampah.
Kau sudah belajar untuk bicara dengan spesifik kan?”
Setelah
mendengar lidah beracunnya, Halter tersenyum kecut dan bertanya,
“Saat
itu kau bilang kalau Naoto pasti akan melakukannya. Apa kau sudah memahami
semuanya yang telah terjadi?”
–Setiap
aspek sangat amat hebat.
‘Kejeniusan’
Marie, ‘kekuatan super’ Naoto, dan ‘Gir Imajiner’ RyuZU.
Grid
ini akan jatuh ke bawah tanah jika salah satu saja dari mereka tidak memiliki
aspek itu.
Sedikit
deviasi apapun dari momen saat kontainer itu terjatuh tidak akan menyebabkan
hasil seperti itu.
–Yang
lebih penting, automata inilah yang membawa Naoto ke menara inti.
Pukulan
telaknya adalah petunjuk keberadaan ‘AnchoR’, yang menyebabkan Naoto mengambil
keputusannya.
Tapi
automata ini jelas tahu kalau ‘AnchoR’ tidak akan ada disana.
Seharusnya
begitu.
“Sepertinya
kau salah di suatu tempat. Saya adalah ‘Yourslave’–bukan orang yang menuntun
jalan.”
…Pada
akhirnya, bisakah sebuah automata berbohong?
Saat
Halter menyipitkan matanya dan penasaran mengenai hal itu, RyuZU hanya
tersenyum sedikit,
“Tapi,
bagaimana kalau ini? apa kau tahu istilah–‘gir takdir’?”
“…”
Terbentang
menembus langit adalah sumber tenaga yang menggerakkan semua gir di planet ini.
RyuZU
mendongak ke arah ‘equator spring’
yang menggunakan tarikan gravitasi Bulan, dan melanjutkan kata-katanya.
“Dunia
ini dibangun hanya menggunakan gir–kalau begitu, saya merasa kalau gir seperti
itu memang ada. Struktur tubuh saya tidak mengandung hal yang kebetulan;
semuanya berjalan sesuai yang diperlukan–inilah yang saya pikirkan sebagai
automata.”
–Filosofi
automata.
Kata-kata
itu berdering di pikiran Halter seperti setengah mekanis.
Dia
menantikan dua jenius (idiot) yang mungkin bisa mengubah dunia ini.
“Ah,
Naoto. Kau boleh merasa senang. Aku punya beberapa berita disini. Sepertinya
ada sebuah anomali di Tokyo.”
“…Apa
kau bisa bilang alasan mengapa aku harus merasa senang mengenai hal itu?”
“Sebenarnya,
AnchoR mungkin telah dipindahkan kesana.”
“Baiklah,
buka sampanyenya! Malam ini kita berpesta! Kita juga harus bersiap-siap untuk
perjalanannya!”
…Ya
ampun.
Halter
tersenyum kecut.
“Ngomong-ngomong,
bagaimanapun takdir akan membimbing kita, kurasa bukan hal yang buruk untuk
sedikit mengantisipasinya, kan?”
Hari
dimana dunia berakhir–dan terlahir kembali. Pikiran seperti itu berlarian di
pikirannya.
Dengan
perasaan nostalgia dan antisipasi, Halter menggosok kepala botaknya saat dia
menantikan masa depan ini dengan sedikit harapan.
—Tik
tok, tik tok.
Gir
itu terus berputar.
Dengan
teratur, mekanis, tidak berhenti sama sekali.
Dan
juga, mereka melanutkan menghitung waktu yang terus ada.
Bahkan
jika jam berhenti, itu tidak berarti apa-apa.
Bahkan
ketika rusak atau bengkok, roda waktu akan terus berputar.
Dengan
teratur, mekanis, tidak berhenti sama sekali.
Tik
tok, tik tok—
–Mereka
hanya ada untuk terus berputar ke arah yang seharusnya mereka lalui.
0 Comments
Posting Komentar