Info dari penerjemah:
Terima kasih sudah membaca. Bab 5 ini, Guren masih aja
begitu, ya? Btw untuk bab 6, diposting tanggal 29 November, ya. Jika memungkinkan sebenarnya bulan ini ingin
selesai jilid 1. Hehehe. Jadi dukung
terus KimiNovel, ya :3 Oh, ya, kalau mau, sapa dan beri
dukungan pengarang Owari di twitternya. Beliau orangnya ramah >,<
==============================
OWARI NO SERAPH JILID 1
BAB 5
PERANG DAN SUPERMARKET
“Nah, nah, besok akhirnya, dimulailah minggu
Ujian Seleksi Sihir!”
Ujar guru perempuan
seraya menulis di papan tulis.
Yang dimaksud Ujian
Seleksi Sihir, adalah itu. Ujian dimana sesama murid akan bertempur
secara langsung, dan menentukan siapa yang unggul di antara mereka.
Tentu saja, hasil
dari pertempuran ini tidak akan menentukan nilai secara keseluruhan.Tetapi,
karena ujian ini adalah ujian yang hasilnya sangat diperhitungkan, seluruh
murid yang mendengarnya pun menjadi sangat gembira dan antusias.
Dan, Shinya yang
duduk disebelah Guren pun berkata.
“Wah, enak
banget, ya .... Orang yang nggak akan dikeluarkan meskipun enggak tarung
serius, bisa santai-santai, nih.”
Guren lantas menatap
ke arah Shinya dan membalas.
“Orang yang bisa
membunuhku hanya dengan sekali pukul, sepertinya enggak sabar ikut, ya?”
“Haha, itu sih,
karena kau nggak menghidar. Lagian, apa benar, kau enggak bisa menghindari
seranganku?”
Shinya lalu melihat
ke arah Guren, dan melanjutkan perkataanya.
“Kalau kau menerima
serangan itu, kau ini benar-benar bodoh atau jangan-jangan ...... “
“Sampah tanpa
kekuatan? Kuberitahu, ya .... Aku ini si sampah tanpa kekuatan. Kau ini terlalu
percaya dengan kekuatanku.”
“Wah, orang yang bisa
bilang begitu ke diri sendiri, mengerikan, lo. Yah, tapi itu pendapat dari
pengalaman pribadiku sendiri, sih.”
“Kau ini terlalu
waspada. Ah, ya, ya. Apa kau kira akan ada monster yang bisa mengimbangimu
bertarung? Kau ini anak yang dipilih KeluargaHiiragi— Ah, bukan. Kau ini anak
yang dipilih menjadi pasangan Mahiru, kan?”
“ ................. “
Shinya hanya terdiam.
“Tapi, aku ini tidak
dipilih. Dan karena itulah, seharusnya tidak ada satupun hal dalam diriku yang
bisa membuat kau tertarik padaku, kan. Benar bukan?” Ujar Guren
Shinya pun tertawa
mendengar hal itu.
“Kalau itu bukan
akting, kau ini benar-benar orang yang berpikiran negatif ke dirimu sendiri,
ya.”
“Bawaan sejak lahir.”
“Haha. Apa, sih, yang
disukai Mahiru darimu yang seperti ini, ya?” ujar Shinya keheranan.
Guren yang mendengar
hal itu lantasmenatap ke arah Shinya. Kemudian, ia kembali melihat ke arah sang
Guru.
Sang Guru masih tetap
menjelaskan tentang Ujian Seleksi Sihir.
Penjelasan mengenai,
jangan sampai ada satupun dari kelas ini yang kalah dalam ujian tersebut,
karena berdasarkan jumlah murid yang kalah di pertarungan, maka penilaian
terhadap guru juga akan berubah. Juga penjelasan mengenai agar semuanya
berusaha.
Lalu Shinya
melanjutkan perkataanya.
“Ah, ngomong-ngomong,
katanya kau bertemu Mahiru, ya?”
“ ................ “
“Terus, bagaimana?
Bisa akrab sama dia?”
Guren pun menjawab
pertanyaan itu tanpa melihat ke arah Shinya.
“Enggak juga.”
“Ah, kau enggak perlu
sungkan kepadaku. Aku memang tunangannya, tapi aku ini bukan pacarnya, kok.”
“
...................”
“Ngomong-ngomong,
setelah bertemu denganmu, tumben-tumbennya dia jadi kesal. Ceritakan padaku,
dong, apa yang terjadi?”
Sepertinya setelah
kejadian di UKS, Mahiru bertemu dengan Shinya.
Guren hanya menjawab
seraya tertawa mendengar pertanyaan itu.
“ .... Dia kecewa
karena aku begitu lemah.”
Shinya lantas melihat
kearah Guren dan tercengang.
“Ternyata kau ini
memang orang yang suka berpikir negatif ke dirimu, ya.”
“Oh, iya, kah? Kalau
kau nggak suka, kau nggak perlu mengajakku ngobrol lagi, kok.”
“Haha.”
Shinya pun hanya
tertawa dengan rasa terkejut. Guren hanya mengacuhkannya.
Guru wali kelas pun
kembali menulis di papan tulis.
“Pastikan, kalian
tidak akan sampai kalah dari siswa di kelas lain! Sekian!”
Kemudian, bel tanda
berakhirnya bimbingan dari guru wali kelas pun berbunyi. Dan para siswa pun
serentak berdiri. Ada yang langsung pulang. Ada yang berbicara dengan teman.
Ada yang bertugas membersihkan ruang kelas. Di sekolah ini tidak ada kegiatan
klub. Hal itu karena, jika mereka memiliki waktu luang untuk melakukan hal itu,
maka lebih baik waktu itu digunakan untuk melatih atau belajar ilmu sihir.
Karena kelas sudah
selesai, maka Guren pun mengambil tas yang ia gantungkan di sisi mejanya, dan
beranjak berdiri. Shinya yang ada di sebelahnya berkata,
“Ah! Mau pulang
sama-sama?” ajaknya.
“Mati sana!” tolak
Guren dengan penuh keramah-tamahan.
Guren lalu melihat ke
arah pintu keluar. Di sana sudah ada kedua pelayannya. Guren bisa melihat bagaimana
kedua pelayannya berusaha untuk menyembunyikan diri mereka secara diam-diam.
Sayuri lalu menemukan
dirinya.
“Ah ... ah! Tuan
Guren!” ujarnya seraya melambaikan tangan.
Shigure yang berada
di sampingnya berkata,
“Hei, kan, sudah dibilang
... kalau kau mencolok begitu, kau akan dibunuh. Nanti kau kena marah lagi,
lho.”
Shigure berusaha
mencegah Sayuri semampu yang ia bisa. Ia pun lantas melihat ke arah Guren dan
menundukkan kepalanya, memberi permintaan maaf. Keduanya pun menjadi sangat
mencolok.
“Nanti kumarahi
mereka ...” gumam Guren.
Juujou Mito yang
berada di dalam kelas pun melihat ke arah mereka dan berkata.
“Dasar. Keluarga
Ichinose benar-benar pengecut, ya. Sampai-sampai membawa dua pelayan wanitanya
kemari.”
Murid-murid yang ada
pun tertawa mendengar ucapan Mito.
Goshi Norito pun lalu
ikut bicara.
“Ya, benar... benar
sekali. Mana cantik-cantik semua, pula.Ngomong-ngomong, kenali aku ke mereka,
dong,” Ujar Goshi sambil mendekat ke arah Guren.
Dan wajah kebingungan
pun terlihat pada murid-murid yang mendengar pekataan itu. Bingungantara apakah
mereka boleh menertawakan hal itu atau tidak.
Di kelas ini, Hiiragi
Shinya, Juujou Mito, dan Goshi Norito adalah tiga orang yang berasal dari
keluarga terpandang, dan juga merupakan empat terbaik di kelas.
Satu orang lagi yang
merupakan terbaik di kelas adalah anak perempuan yang berasal dari keluarga
Sangu. Namanya Sangu Aoi. Namun, karena dia adalah gadis yang sangat pendiam,
maka begitu jam pelajaran berakhir, dia akan langsung pulang.
Mengesampingkan
kenyataan mengenai Sangu Aoi, ketiga orang yang berasal dari keluarga terhormat
dengan kekuatan yang hebat, entah mengapa menjadi sangat teramat dekat dengan
Guren. Oleh karena itulah, murid-murid yang lainnya, kini menjadi kebingungan
harus bersikap seperti apa.
Tentu saja, sikap
dari murid-murid kelas lain, sikap dari kakak kelas, juga sikap dari para guru
terhadap Guren tidak berubah dari sejak awal ia masuk ke sekolah ini. Oleh
karena itulah, jumlah kebencian terhadapmya tidak berkurang.
Goshi mendekati Guren
dengan wajah santainya seperti biasa.
“Hei, hei ...
Ichinose. Apa kau pacaran dengan salah satu pelayanmu itu?”
Tanya Goshi kepada
Guren. Guren pun lalu melihat Goshi.
“Apa-apaan, nih.
Bukannya kalian tidak mau berteman dengan orang dari keluarga Ichinose yang
kotor?
“Cewek cantik beda
cerita.”
“Pikiran macam apa
itu.”
“Sudahlah, katakan
saja. Mereka itu, “itu”, kan? Pelayanmu langsung, kan? Artinya, ya, itu kan?
Mereka juga melakukan pekerjaan malam semacam itu, kan?”
Spontan wajah Mito
menjadi sangat merah, dan marah.
“Oi, Goshi si cowok
mesum! Bisakah kau berhenti membicarakan hal mesum seperti itu di dalam
kelas!?”
Dan Sayuri yang
berada di luar kelas pun melanjutkan perkataan Mito,
“Be-benar sekali!
Tolong hentikan pembicaraan aneh yang tidak benar itu! Tuan Guren belum
menyentuh saya sama sekali, tahu!”
Dengan wajah dan nada
yang marah, Sayuri berkata demikian.
Dan mendengar hal
itu,
“
...................... “
Dalam sekejap seisi
kelas pun menjadi hening.
Dan Goshi pun terkejut
mendengar hal itu.
Mito menatap tajam ke
arah Guren dengan tatapan seakan dia melihat binatang buas yang berbahaya.
Setelah tetawa seakan
menikmati semua hal itu, Shinya pun berkata.
“Oioi, Guren. Boleh,
nih, kalau Mahiru tahu pembicaraan barusan?”
Mendengar itu, Guren
yang wajahnya menunjukkan rasa cukup kesal dengan semua kejadian ini, hanya
bisa menarik napas dan berjalan.
“Haah ... sudahlah,
aku pulang saja.”
Menanggapi hal itu,
Goshi berkata dari belakang Guren,
“Oi, Ichinose. Kau
ini licik sekali, sebagai penyandang status keluarga Ichinose. Masukkan
aku jadi kawan main perempuanmu juga, dong”
Ujar Goshi yang
hanyadiacuhkan oleh Guren.
Guren keluar dari
ruang kelas.
Shigure mendongak ke
arahnya,
“Anu, Sayuri pasti
akan saya tegur—“
“Itu harus.”ujar
Guren.
Sayuri yang mendengar
itu pun,
“Kok? Kenapa?”
Ujar Sayuri dengan
wajah kebingungan sambil melihat-lihat ke arah Guren dan Shigure. Namun
keduanya hanya mengacuhkannya dan beranjak pulang.
Tetapi, sejak Guren
keluar kelas dan berjalan di koridor, ia sudah mempunyai firasat bahwa dirinya
tidak akan mungkin pulang dengan mudah.
Itu karena Guren
tahu, bahwa di seberang koridor ini ada hawa membunuh kuat yang diarahkan
kepadanya.
“ ................ “
Tetapi, Guren
berpura-pura tidak sadar dengan keberadaan hawa membunuh itu. Sampai kapan pun,
ia akan terus berpura-pura seakan dirinya adalah sosok yang lemah, tidak punya
kekuatan, dan juga bodoh.
Tentu saja, kedua
pelayannya pun menyadarinya. Baik Sayuri maupun Shigure adalah orang yang
memiliki kekuatan hebat, yang dilatih guna melindungi Guren.
Karena itulah, mereka
pun bereaksi terhadap hawa membunuh itu.
Namun Guren yang
melihat hal itu, memberi perintah dengan suara kecil,
“Jangan bergerak.
Biar aku yang mengurusnya.”
“Eh? Tetapi..,”
Ujar Shigure yang
berada di sisi kanan Guren dengan suara terkejut, menatap ke arahnya.
Namun, bersamaan
dengan saat itu sebuah tendangan dari seseorang sudah menghantam muka Guren
dari sisi kanan.
“Ugh!”
Teriak Guren, sambil terjatuh
dengan konyolnya ke lantai. Dia pun terguling-guring. Kemudian, seraya
memengang wajahnya yang terkena tendangan, dia mengangkat wajahnya. Menatap ke
arah orang yang melepaskan tendangan ke arahnya.
Dan dilihatnyaseorang
laki-laki dengan beberapa orang yang menjadi pengikutnya.
Laki-laki berambut
cokelat, dengan mata kecil bagaikan ular. Di bibirnya terpasang tindik.
Laki-laki itu melihat ke arah Guren dengan wajah yang meremehkannya, dan
berkata.
“Ah, maaf-maaf ...
tadi aku terpeleset.”
Dan spontan para
perikut laki-laki tersebut pun tertawa.
Melihat itu, Shigure
pun,
“Berengsek, kau!”ia
maju ke depan dengan sangat marah. Dilepaskannya pukulan ke arah laki-laki
dengan tindik di bibirnya itu.
Guren bermaksud untuk
menghentikan hal itu, namun sebelum ia berhasil menghentikannya, murid
perempuan yang berada di belakang laki-laki itu, berhasil menangkap kepalan
tangan Shigure.
Shigure terkejut
mendapati hal itu. Tentu saja dia tekejut. Gerakan pukulan yang dilakukan
Shigure barusan, termasuk sebuah gerakan yang cepat.
Namun, murid
perempuan itu berhasil menghentikan gerakannya. Murid perempuan itu pun
kemudian berkata.
“Oi, kau! Apa
kautahu, apa yang baru saja mau kau lakukan? Orang yang saat ini berada di sini
ini adalah Tuan Hiiragi Seishirou, lho?”
Sepertinya, laki-laki
dengan tindik di bibirnya itu, adalah laki-laki yang menyandang nama Hiiragi.
Orang yang menyadang nama kehormatan dan berstatus tinggi, yang bahkan bisa
disamakan dengan sosok dewa di sekolah ini. Murid perempuan itu pun melanjutkan.
“Jika kau sampai
berani melayangkan pukulan ke arah Tuan Seishirou, maka hukuman mati akan—“
Perkataan murid
perempuan itu dipotong oleh Seishirou.
“Sudahlah, Yumi.
Lagian berbicara dengan bahasa manusia ke orang-orang bodoh dari Ichinose tidak
akan nyambung. Hewan ternak seperti mereka perlu dilatih dengan pukulan,”ujar
Seishirou seraya mengangkat tangannya.
Shigure beraksi
melihat hal itu. Dia berusaha menghalau ayunan tangan Seishirou, namun,
“Haha, lamban
sekali, gadis mungil.” Kepalan tangan Seishirou jauh lebih cepat dari
Shigure.
Dan bisa
dikatakan, kecepatan gerakan Seishirou jauh lebih unggul daripada
Shigure.
“Sial.”
Guren pun bangkit,
dan bermaksud untuk menghentikan kepalan tangan Seishirou yang mengarah ke arah
Shigure. Namun, gerakan kepalan tangan itu terhenti.
Dari samping,
seseorang menahan lengan Seishirou yang mengarahkan kepala tangan itu.
Saat Guren melihat ke
arah orang tersebut, ternyata yang menghentikan gerakan kepalan tangan
Seishirou adalah Shinya yang baru saja keluar kelas.
Sambil masih
memengang lengan Seishirou, Shinya berkata.
“Tuan Seishirou....
Jika di tempat seperti ini Anda sampai melayangkan pukulan kepada seorang gadis
lemah, itu dapat menjadi gosip. Dan itu akan melukai nama baik keluarga
Hiiragi.”
Seishirou pun
kemudian menatap tajam Shinya.
“Wah? Kau ini. Kau
kira bicara dengan siapa sampai berani berpendapat seperti itu, dasar anak
pungut.”
“ ..... Maafkan saya.
Tetapi,”
Seishirou lantas menarik
lengannya dan mengepalkan tangannya. Sekali lagi diayuhkannya kepala tangan
itu. Dan yang dihantamnya ada wajah Shinya.
Shinya tidak
mengelaknya. Dari bibir Shinya pun mengalir tipis darah dengan warna gelap.
Seishirou tertawa
melihat hal itu.
“Hahaha, keputusan
yang bagus. Kau itu tidak akan bisa menang dariku.”
“ ............... “
“Karena kau bisa
membuat keputusan semacam ini, maka kau dipilih jadi pasangan Mahiru oleh Ayah.
Ingat itu baik-baik.”
“ ........... Baik.”
“Dan satu lagi.
Karena kau sekelas dengannya, beritahu aku. Apa si tikus dari Ichinose ini
kuat? Di petarungan ke dua Ujian Seleksi Sihir nanti, aku akan berhadapan
dengannya ..... “
Sepertinya itulah
alasannya.
Alasan mengapa
Seishirou datang ke sini. Sebelum ujian, dia ingin mencari tahu apakah Guren
itu kuat atau tidak.
Shinya pun menjawab
pertanyaan itu.
“ ..... awalnya, saya
juga beranggapan jangan-jangan dia punya kekuatan .... Itu karena saya merasa
curiga.Jika dia adalah orang yang menjadi penerus keluarga Ichinose, maka dia
pasti mempunyai semacam tingkat kekuatan tertentu, tetapi .... “
“Hem”
Lalu Shinya memandang
ke arah Guren yang masih terduduk di lantai. Dengan tatapan mata yang kejam dan
dingin,
“Dan sepertinya saya
berlebihan dalam menilainya. Dia ini hanya sampah yang hanya bisa diam saja
saat pelayan perempuannya hendak di pukul .... dan juga saat temannya terluka.
Yah, pantas saja, karena dia ini hanyalah orang dari marga level dua yang
gagal.”
Ujar Shinya yang
diarahkan kepadanya.
Seishirou tertawa
mendengar itu.
“Haha, apaan, tuh?
Akhirnya tetap sama saja. Keluarga Ichinose itu isinya sampah semua. Aku dengar
saat ayahnya bersekolah di sekolah ini, ayahnya juga berjalan di lorong ini
sambil gemetaran ..... dan kau pun sama.”
Para pengikut
Seishirou tertawa mendengar hal itu.
Dan lagi, teman
sekelasnya yang keluar dari kelas pun, menertawakan Guren. Mungkin ini karena
sikap Shinya yang berubah, sehingga akhirnya mereka tahu harus bersikap apa
kepada Guren.
Seshirou membalikkan
langkahnya.
“Ah, sudah cukup, ah.
Membosankan. Kalau dia lemah, aku jadi kehilangan niat untuk menganggunya. Ayo,
pergi.”
Dan sekali lagi
murid-murid menertawakannya.
Mereka menertawakan
betapa lemah dan tidak bergunanya keluarga Ichinose.
Goshi yang baru
keluar dari kelas pun, menatap ke arah Guren yang masih terduduk di lantai
dengan tatapan penuh kasihan.
“Wah, wah, wah. Kau
sekarang benar-benar jadi sampah, ya. Kau tidak bisa melindungi seorang wanita
yang dalam bahaya. Itu tidak boleh, lo.” Ujar Goshi.
Jujou Mito pun
menambahkan,
“ ..... kamu bahkan
tidak melawannya. Apa kamu tidak merasa menderita, mereka berkata begitu
padamu?”
Mito bertanya padanya
dengan wajah yang marah.
Tetapi, Guren hanya
menjawab pertanyaan itu dengan wajah yang seakan kebingungan.
“ ...... dari rumah,
aku diberitahu agar tidak melawan orang-orang dari keluarga Hiiragi—“
“Jadi, kalau mereka
menyuruhmu untuk mati, kamu akan menurutinya dan mati!”
Teriak Mito dengan
nada yang marah. Dan karena sepertinya ia sudah tidak lagi bisa menahan rasa
marahnya kepada Guren, Mito pergi dengan kondisi demikian.
Guren hanya melihat
Mito yang berlalu itu dengan samar-samar. Ia pun beranjak berdiri.
Dan pada saat itu,
para murid yang tadinya berada di sekitar mereka pun mulai turut beranjak
pergi. Murid-murid itu sudah kehilangan minat, karena kerusuhan sudah berakhir.
Hanya ada satu orang
saja, selain Guren dan pelayannya di situ.
Hanya Shinya yang
tetap di situ, melihat ke arah Guren dan berkata.
“Rasanya, kau ini
benar-benar orang yang membosankan, ya.”
“ ................. “
“Padahal, aku masih
sedikit berharap padamu.”
“ ...... jangan
seenak sendiri berharap kepada orang.”
“Aa .... ya, benar
juga, ya. Ini salahku, yang berharap ke orang tanpa kekuatan dan benar-benar
seorang sampah.”
“ ....................
“ Guren hanya terdiam.
“Ah, sudahlah. Jangan
bicara padaku la—“
Guren menyela
perkataan Shinya.
“Kan, yang mengajakku
bicara itu, kau!”
Shinya lalu menatap
Guren dengan tatapan dingin dan berkata.
“Ah, ya, benar juga,
ya. Kalau begitu, bukan ke aku saja. Tapi kau juga jangan mendekat ke Mahiru.”
“ ...........”
“Kau tidak punya hak
untuk itu. Lagipula, orang yang tidak punya keinginan kedepan dan juga
kekuatan, seharusnya tidak bersekolah di sini. Orang yang tidak berusaha apapun
... seharusnya tidak bersekolah, di sekolah tempat Mahiru berada.”
Ujar Shinya panjang
lebar ke Guren.
Orang yang tidak
berusaha apapun ... tidak seharusnya berhadapan dengan Mahiru.
Guren pun, juga
berpikir seperti itu.
Tidak, seharusnya
orang yang tidak berkekuatan mendongakkan kepalanya. Di dunia ini, untuk
mendapatkan apa yang kau inginkan, harus ada kekuatan.
Untuk dapat tertawa
tanpa merasa beban apapun, juga harus ada kekuatan.
Dan kekuatan itu,
masih belum ada.
Belum ada, dalam diri
Guren.
Kekuatan yang sanggup
menghancurkan keluarga Hiiragi, masihlah sangat belum ada dalam dirinya.
Karena itu, Guren
berkata.
“Lalu, aku harus
bagaimana agar kalian senang? Aku juga tidak bisa pulang ke rumah. Aku tahu,
aku tidak punya tempat di sini. Tetapi aku dipanggil kalian kemari. Dan, kalau
hal itu juga masih membuat kalian tidak senang, aku harus bagaimana agar kalian
senang? Aku harus berbuat apa agar kalian menerimanya?”
Guren melontarkan
kata-kata protes dengan berani.
Dia mencoba
mengatakan ketidakmampuan dirinya.
Shinya lalu melihat
ke arah Guren dengan wajah yang seakan di dalam hatinya dia telah merasa muak.
“ ...................
“
Tetapi, Shinya tidak
melakukan apapun.
Ia tidak berkata
apapun, dan latas pergi mengalihkan punggungnya begitu saja.
Dan di koridor itu,
kini hanya tersisa Guren, Shigure dan Sayuri saja.
Sudah tidak ada lagi
yang akan menaruh rasa tertarik kepada Guren dan pelayannya. Ia hanya akan
kembali menjadi ‘sampah’ biasa. Tidak lagi jugaberinteraksi dengan Shinya,
Mito, dan Goshi. Dia akan kembali menjadi ‘tikus’ keluarga Ichinose yang kotor.
Shigure kemudian
berkata.
“Ma-maafkan saya ...
yang sangat lemah ini.”
Seakan penuh dengan
rasa sesak, Sayuri kemudian melanjutkan perkataan Shigure,
“Te-tetapi, apakah
Anda benar-benar harus menahan diri sampai seperti ini? Sebenarnya, Tuan Guren,
kan—“
Namun,
“Sayuri!”
Dengan suara kecil,
disebutlah nama gadis itu oleh Guren, dan dia berhenti.
Sayuri kemudian
menunjukkan wajah seakania tengah berusaha sekuat tenaga menahan sesuatu.
Namun, tanpa bisa menahannya, air matanya pun membasahi wajahnya.
“ ............... “
Guren pun menatap
wajah itu.
Di situasi seperti
ini, di mana pelayannya menangis karena Tuan yang dilayaninya diremehkan sampai
seperti ini, Guren hanya bisa berkata,
“ ........ Maaf, ya.”
Sayuri pun dengan
segera mengeleng-gelengkan kepalanya.
“A, a, ah ... Saya
tidak menangis .... Ini karena, ada debu masuk ke mata .... “
Dan dari sebelah
Sayuri, Shigure berkata dengan terkejut.
“Zaman sekarang,
alasan seperti itu sudah tidak mempan, kan.”
“Eeeeeh, tapi.”
“Iya, iya. Aku tahu,
kok. Tuan kita yang sangat berharga terus-terusan dihina. Aku juga merasakan
apa yang kamu rasakan.”
“Yu-yuki-chan
....”
“Tapi, bertahanlah.
Tuan kita yang jauh lebih menderita dari kita saja, tidak menangis. Jadi tidak
baik kalau kita, pelayannya, menangis duluan, kan?”
“Eeeeeh, tapi ....”
“Akan kulaporkan ke
keluargamu, lo?”
“Auh”
“Nah, berhentilah
menangis. Karena kita ada di sini, untuk melindungi Tuan Guren, dan juga untuk
menghiburnya.”
Dan, begitu Shigure
selesai berbicara, wajah Sayuri yang masih menangis pun menjadi lega dan ceria.
“Ah, begitu, ya!
Kalau begitu malam ini aku akan tidur bersa—“
“Bukan itu!”
Guren pun memukul
kepala Sayuri dengan ringan.
“Aduh!”
Lalu, sambil memegang
kepalanya, Sayuri tertawa kepada Guren.
“Tapi, yah ... Aku
sudah cukupterhibur dengan sifat tangguh kalian. Nah, ayo kita pulang.”
Guren lalu menepuk
punggung Sayuri, dan mulai berjalan.
“Baik!” Jawab
kedua pelayannya serentak.
Namun, di dalam benak
Guren, kini telah berkembang pemikiran yang lain.
Pemikiran tentang
laki-laki, yang baru saja ditemuinya tadi.
Hiiragi Seishirou.
Kemungkinan besar,
dia adalah orang dari keluarga Hiiragi yang masih memiliki hubungan darah
persaudaraan dengan Mahiru.
Guren tidak pernah
mendengar cerita dari Mahiru, jika dia memiliki kakak kembar laki-laki. Namun,
karena laki-laki itu ada di tingkat yang sama dengannya, kemungkinan besar
laki-laki itu adalah saudara beda ibu dengan Mahiru.
Guren berpikir
tentang Seishirou.
Tentang pergerakan
Seishirou.
Ia mengingat lagi
pertarungan yang terjadi antara Seishirou, Shinya dan Shigure.
Pergerakan Seishurou
sangatlah tajam. Memang, hanya dengan gerakan yang sesaat itu, tidak bisa
diketahui seberapa besar kekuatan Seishiro. Tetapi,
“Memang, keluarga
inti itu luar biasa ... Itulah si Keluarga Hiiragi.”
Keluh kecil Guren.
“Nah, seberapa
bergunanya, kah, kekuatanku di sini?”
Katanya, lawannya di
pertarungan ke dua Ujian Seleksi Sihir, adalah orang yang bernama Hiiragi
Seishirou itu.
Dan ujian itu, akan
dimulai esok hari.
¨¨¨
Matahari mulai
terbenam.
Kota pun diselimuti
warna merah.
Dalam perjalanan
pulang dari sekolah.
Di depan supermarket
yang berada di dalam kota, di mana tidak begitu banyak orang di sana, Shigure
dan Sayuri sedang berbelanja keperluan makan malam.
Selama menunggu
Shigure dan Sayuri berbelanja makan malam, Guren menunggu diluar, seraya
menyandarkan tubuhnya ke pagar luar supermarket. Guren pun melipat tangannya.
Dan di sana,
“Saitou-san!
Saitou-san! Beneran boleh beli jajan apapun, nih?!”
Terdengar suara
gembira dari anak laki-laki.
Guren pun lalu
mengarahkan pandangnnya ke asal suara itu. Dan ternyata, dari asal suara itu,
memang ada seorang anak laki-laki.
Anak laki-laki
berparas cantik, dengan rambut berwarna pirang dan kulit putih bersih.
Kemungkinan besar, anak itu bukanlah orang Jepang. Atau mungkin, dia adalah
darah campuran.
Anak laki-laki itu
tertawa dan berkata dengan wajah yang benar-benar terlihat bergembira.
“Beli apa, ya ...
biar anak-anak panti asuhan senang? Anu, Saitou-san, kira-kira kalau aku
beli eskrim, kepala panti akan marah tidak?”
Dan, orang di samping
anak itu, yang dipanggil dengan Saitou-san menjawab.
“Bagaimana, ya. Apa
di panti, ada lemari es—“
“Tentu saja ada.”
“Kalau begitu, tidak
apa-apa. Kepala panti juga pasti akan mengizinkan membeli jajan, kok.”
“Horeee!”
“Nah, akan kuberikan
uangnya, lalu pergilah ke supermarket. Apa kamu bisa membelinya sendirian?
Mikaela-kun.”
Ditanya seperti itu,
anak laki-laki yang bernama Mikaela tersebut,
“Tentu saja, dong!
Saitou-san kira berapa usiaku? Aku ini delapan tahun, lo” jawabnya
dengan tertawa.
Guren lalu melihat
Saitou mengeluarkan lembaran uang 10.000 Yen, yang merupakan nominal terbesar
dalam mata uang Jepang.
“Eh, sebanyak ini
.... “ Ujar Mikaela terkejut.
Saitou pun hanya
tertawa.
“Kan, mau beli buat
semuanya.”
“Tapi, enggak apa-apa
beli sebanyak 10.000 Yen”
“Enggak apa, enggak
apa. Nah, pergilah sana “
“Oke! Tapi, kalau
tahu akan membeli jajan sebanyak ini, seharusnya tadi aku ajak Akane-chan,
ya”
Seraya berkata
demikian, mata anak kecil yang bernama Mikaela tersebut terlihat sangat
berbinar-binar, dan dia pun segera menuju ke supermarket.
Dan kemudian,
“ ................. “
Dengan masih melipat
tangannya di depan dada, Guren melihat kejadian itu.
Dia pun lalu
mengalihkan pandangannya ke pria yang disebut dengan Saitou itu.
Saitou mengenakan
setelan pakaian berwarna hitam.
Mengenakan setelah
pakaian berwarna hitam, yang mirip seperti yang dikenakan oleh pria yang
menyerang Guren sepuluh hari lalu.
“ ..................
“
Lebih tepatnya, pria
bernama Saito itu adalah, orang suruhan Gereja Hyakuya yang berusaha saling
bunuh-membunuh dengan Guren di elevator 10 hari lalu.
Guren lalu menatap
pesuruh itu, dan berkata.
“Saitou? Bukannya kau
bilang padaku namamu Kijima, ya?
Lalu, orang suruhan
itu hanya tertawa cengengesan.
“Kalau di panti
asuhan, aku menjadi Saitou-san yang baik hati”
“Oooh. Kalau begitu,
Kijima itu nama aslimu?”
“Aku tidak punya nama
asli”
“Jadi gampangnya, kau
ini seorang pembunuh bayaran, ya?”
“Ya.”
“Lalu, di panti
asuhan, kau berperan sebagai paman baik hati, ya?”
“Haha, ya begitulah.
Nah, setelah kau tahu bahwa aku ini adalah paman yang baik hati, apa kau jadi
tertarik mendengar cerita—“
“Enggak, tuh”
Dipotong perkataannya
begitu saja, orang suruhan itu justru tertawa.
“Tapi yah, tolong
panggil aku Saitou di sini. Atau nanti, jika Mika-kun dengar dia akan
kebingungan,”ujar Saitou.
Guren pun lalu
menatap supermarket, tempat di mana anak laki-laki bernama Mikaela itu pergi
menghilang.
“Lalu? Kalian gunakan
untuk apa, bocah macam dia?”
“Maksudnya?”
“Percobaan pada tubuh
manusia Gereja Hyakuya sudah sangat terkenal, tahu. Jadi, jangan berpura-pura
bodoh saat ini.”
“Wah, bukan seperti
itu. Itu sebuah kesalahpahaman besar. Selama ini, Gereja Hyakuya, menjalankan
panti asuhan Hyakuya sebagai sebuah organisasi kemanusiaan yang—“
“Lalu kau ini berasal
dari mana?”
Tanya Guren kepada
Saitou.
“Siapa yang membuat
tubuhmu jadi seperti itu? Di mana kau bisa sampai jadi seperti itu? Kau tidak
akan menjawab dengan berkata, itu karena kau dibesarkan dengan penuh cinta
kasih-sayang dan dengan sehat oleh orang tuamu, kan?”
“ ................ “
Senyum Saitou hilang
mendengar perkataan Guren. Dan tiba-tiba, dengan wajah yang sangat serius dia
berkata.
“ ....... Ya, benar.
Aku memang berasal dari Gereja Hyakuya .... Tetapi, aku sendiri yang
menginginkan untuk mengikuti percobaan itu, sehingga tubuhku bisa jadi seperti
ini”
“Oooh, dicuci otak,
ya.”
Dengan tetap menatap
serius Guren, Saitou melanjutkan.
“Tidak, bukan begitu.
Aku benar-benar merasa bahwa Gureja Hyakuya berusaha agar Negara ini berjalan
di jalan yang benar. Mungkin Tuan Guren belum mengetahuinya. Tetapi, jika
Jepang terus menerus seperti ini, maka Jepang akan diselimuti sangkakala hari
penghabisan, dan akan hancur”
Ungkap Saitou.
Mendengar apa yang
diungkapkan Saitou, Guren justru tertawa dan berkata.
“Nah, keluar, deh.
Teori tentang kiamat? Itu kata-kata andalan untuk mempengaruhi penganut baru di
kepercayaan mereka. Kalau kalian tidak mempercayainya, kalian tidak akan
selamat di hari akhir, kan? Ungkapan itu juga dipakai di tempat kami. Di
keluarga Hiiragi pun begitu. Di doktrin juga ada hal semacam itu, kan. Lalu?
Jangan-jangan, kau berpikir bisa merekrutku dengan menggunakan kata-kata itu?”
Tanya Guren pada Saitou.
Namun, ekspresi
Saitou sama sekali tidak berubah. Wajahnya tetap serius seperti sebelumnya, dan
berkata.
“Ini, bukan masalah
tentang hal semacam itu”
“Lalu tentang apa,
hah?”
“Sebenarnya ... jika
terus dibiarkan seperti ini, maka virus akan menyebar. Beberapa mantra sihir
yang sangat terlarang akan menyebar secara liar. Dan dunia ini, akan menjadi
dunia yang tidak bisa ditinggali lagi oleh manusia”
“Lalu, kau mau bilang
bahwa kalian akan melindungi kami dari hal itu?”
“Ya.”
Guren tertawa
mendengar jawaban itu, dan kemudian berkata.
“Dan, karena
orang-orang pendosa besar yang tidak percaya pada Gereja Hyakuya akan mati oleh
virus itu, kau suruh mereka untuk segera percaya pada Gereja Hyakuya?
Namun, Saitou justru
tertawa sambil menggelengkan kepalanya mendengar pernyataan Guren.
“Bukan. Sudah
kubilang bahwa ini bukan pembicaraan tentang masalah kepercayaan, kan. Dan
kurasa ini bukan saat yang tepat untuk membicarakan masalah kepercayaan
kepadamu.”
“Oh? Lalu pembicaraan
tentang apa?”
Saitou pun menjawab
pertanyaan itu.
“Ini adalah
pembicaraan tentang peperangan. Yang menyebarkan virus, bukanlah Tuhan atau
mahkluk-makhluk lainnya, melainkan manusia. Dan manusia-manusia itu adalah
manusia yang cukup kau kenal dengan baik. Manusia-manusia yang bernama
Hiiragi.”
“Hah, itu, sih ....”
Saitou mengacuhkan
perkataan Guren dan melanjutkan.
“Mikado no Oni
yang menjadi liar setelah berhasil merebut kursi kekuasaan Organisasi Ilmu
Sihir Negara, berusaha menguasai mantra sihir terlarang yang bahkan tidak boleh
disentuh. Karena itulah, kami berusaha mati-matian menentang hal itu.”
“
...................”
Saitou kemudian
tertawa cengengesan,
“Hei, kita ini, punya
minat yang sama, bukan?”
Ujar Saitou. Dia pun
lalu mengulurkan tangannya kepada Guren.
“Karena itu,
bagaimana kalau kita bekerja sama? Sebelum dunia ini berakhir, mari sama-sama
kita hancurkan keluarga Hiiragi,”ujar Saitou lagi panjang lebar.
Guren melihat uluran
tangan itu.
Katanya, mereka
berusaha mencegah Hiiragi yang berusaha menguasai mantra sihir terlarang yang
bisa menghancurkan dunia.
Dan, setelah Hiiragi
hancur,
“ ..............
apakah status Ichinose akan naik?”
Saitou pun mengangguk
sambil tersenyum, mendengar pertanyaan itu.
“Tentu saja. Sebagai
keluarga yang telah membantu Gereja Hyakuya, kami akan memberikan kedudukan
yang dimiliki oleh Hiiragi saat ini, bahkan akan menerima keduakekuasaan, baik
itu sebagai Mikado no Oni ataupun Mikado no Tsuki.”
“Oh. Lalu, apa
maksudnya itu? Apa itu berarti kau menawarkan kerjasama ke anggota keluarga
Ichino—ah, bukan, maksudku ke semua anggota Mikado no Tsuki?”
“Tentu saja.”
“Kalau begitu, kenapa
kau tawarkan kerja sama itu padaku? Yang menjadi pemimpin dari keluarga
Ichinose saat ini adalah—“
“Ayahmu, ya? Tetapi
ayahmu itu, adalah orang yang lunak dan cinta kedamaian, karena itu...”
Guren tertawa
mendengar hal itu.
“Jadi, aku orang yang
radikal dan penentang ... “
Saitou menganguk
dengan wajah yang seakan meminta maaf.
“Sebelumnya, aku juga
telah minta maaf, karena telah menyelidiki masa lalumu, juga masa lalu ayahmu.
Lalu berdasarkan hal itu, kami memilih orang yang sekira bisa menerima
pembicaraan ini secara positif.”
“Dan kalian
memilihku.”
“Ya.”
“Kalian mengira,
kalau aku, pasti akan menerima hal itu begitu saja, kah?”
Saitou pun
menggelengkan kepalanya.
“Tidak, kami tidak
berpikir seperti itu. Namun, sebelum “hal itu” terjadi, kami merasa harus
memberitahumu terlebih dahulu,”jelas Saitou.
Hal itu terjadi, kata
Saitou.
Itu artinya,
“Meskipun tanpa adanya
keluarga Ichinose, kalian bermaksud untuk memulai peperangan?”
Saitou mengangkat
bahu mendengar pertanyaan Guren.
“Yang memulai duluan,
keluarga Hiiragi, lo.”
“Dan lagi, kalian
memberiku banyak informasi seperti ini, itu artinya, peperangan akan dimulai,
masih jauh-jauh hari nanti, kan?”
Saitou tertawa
cengengesan, dan mengangguk.
“Ditunda selama 10
hari. Sepuluh hari kemudian, perang antara Gereja Hyakuya dan Keluarga Hiiragi
akan dimulai.”
“Sepuluh hari lagi,
ya. Kalau begitu, jawabannya sepuluh hari kemudi—“
“Tidak, aku ingin
mendapatkan jawabannya sekarang. Jika Anda tidak memutuskan untuk berada di
pihak kami, maka kami berencana akan menganggap Anda adalah musuh kami.”
Ungkap Saitou sambil
menatap ke arah Guren.
Guren membalas tatap
Saitou dengan menatap tajam kepadanya.
“Itu, sih, tidak
bisa. Pertama, tidak mungkin aku setuju dengan hal ini, selama aku belum
mengetahui apakah yang kalian katakan itu benar atau salah. Apa benar, keluarga
Hiiragi menjadi takterkendali, berusaha menguasai mantra sihir terlarang?
Apakah hal itu perlu dihentikan? Lagipula, tidak menutup kemungkinan, Gereja
Hyakuya dan keluarga Hiiragi bekerja sama untuk menguji keluarga Ichinose. Kau
menyuruhku untuk segera memberi jawaban, dengan kondisi seperti itu? Itu, sih,
hal yang mustahil, bukan?”
Guren berusaha
menjelaskan.
Saitou pun mengangguk
mendengar penjelasan itu, dan berkata.
“Oh, begitu, ya.
Kalau begitu, negosiasi kita batal, ya”
“Tidak”
“Jadi bagaimana?
Apakah kau mau berkerja sama dengan kami? Tolong putuskan dengan jelas. Bagi
kami, sebenarnya pilihan apapun juga tidak masalah. Mau kalian menjadi sekutu
kami atau tidak, tidak masalah .... “
Jadi, begitulah
maksud sebenarnya.
Jika terjadi
peperangan, maka semakin banyak sekutu, akan semakin baik.
Tapi, meskipun begitu,
mereka ini berpikir bahwa ada atau tidak adanya kekuatan selevel kekuatan
keluarga Ichinose tidaklah akan memberikan dampak berarti bagi mereka.
Dan itu adalah sebuah
kenyataan.
Itu karena Gereja
Hyakuya adalah sebauh organisasi besar. Bahkan lebih besar dari keluarga
Hiiragi, yang selama bertahun-tahun dilayani oleh keluarga Ichinose. Jadi tidak
mungkin mereka akan berkata, memohon sampai menundukkan kepalanya di sini,
karena membutuhkan kekuatan dari Ichinose, kan.
Jadi itu artinya, ini
hanyalah sebuah ajakan sebelum ‘hal itu’ terjadi. Dan jika Ichinose tidak bisa
memberi jawaban dengan cepat, maka Ichinose akan dihancurkan.
Karena itu, Guren
berpikir keras dengan baik-baik di kepala, tentang apa yang seharusnya
diperbuat. Tentang cara agar masa depan keluarga Ichinose tidak hancur, dan
cara agar masa depan orang-orang pengikut Mikado no Tsuki tidak hancur.
Sekarang ini, di
sini, satu jawaban yang dilontarkan oleh Guren, memiliki peluang untuk merubah
semuanya.
Jika demikian maka,
apa yang sebaiknya dilakukan?
Bagaimana sebaiknya
dia bergerak?
Setelah Guren
berpikir masak-masak tentang hal itu, dia pun berkata.
“Setidaknya, berikan
waktu satu jam untuk—“
“Tidak bisa”
Saitou menolak
permintaan Guren.
Guren yang mendengar penolakan
itu pun, mengerutkan keningnya, menatap tajam ke Saitou, dan menjawab.
“Kalau begitu,
jawabannya ‘no’. Aku tidak akan bisa bekerja sama dengan lawan yang
bahkan tidak bisa diajak bicara baik-baik. Aku tidak mau digunakan sebagai
pesuruh kalian.”
“Oh, begitu, ya ....
Kalau begitu, sayang sekali.”
“Tidak. Yang
disayangkan itu adalah hal, jauh setelah ini. Nantinyakalian akan merasa
menyesal dan menderita, karena kalian tidak memberi waktu padaku, dan tidak
membujukku baik-baik agar menjadi sekutu kalian.”
“Haha, candaan yang
menarik, ya.”
Saitou pun tertawa.
Kemudian, pintu
otomatis super market terbuka.
“Saitou-san!
Tolong, bantu aku! Beli jajan sebanyak ini, ternyata memang berat.”
Anak kecil berambut
pirang bernama Mikaela itu pun kemudian keluar.
Guren menatap
Mikaela.
Dan Mikaela pun
akhirnya menyadari tatapan Guren. Kemudian,
“Anu, Saitou-san.
Kakak yang punya mata tajam dan jahat itu, siapa?”
Tanyanya kemudian.
Saitou pun tertawa
melihat Mikaela. Namun, tanpa melihat ke arah Guren dia menjawab.
“Entahlah. Aku tidak
kenal. Aku justru mengira kalau kakak itu adalah kenalannya Mika-kun.”
“Aku tidak kenal,
kok.”
“Oh, begitu. Kalau
begitu, kakak itu adalah orang aneh, ya?”
“Uwaa, mengerikan.”
Percakapan semacam
itulah, yang disampaikan Saitou ke anak kecil itu.
Dan hal itu, sesuai
dengan hasil dari negosiasi yang ada.
Saitou mengatakan
bahwa dia tidak mengenal Guren.
Itu artinya, mereka
sudah bukan lagi, seorang kawan.
Saitou dan anak kecil
itupun kemudian membalikkan punggungnya dan mulai berjalan pergi begitu saja.
Mungkin mereka
kembali ke panti asuhan.
Tanpa berkata apapun,
Guren melihat mereka berdua hingga sosok keduanya tidak lagi terlihat.
“Nah, mari kita lihat
apakah keputusanku benar atau salah.”
Guren merasa bahwa dia
perlu memastikan hal itu kemudian. Setidaknya, dia perlu menghubungi keluarga
Ichinose agar mereka segera mengumpulkan data untuk mengetahui kebenaran
perkataan Saitou.
Guren tidak tahu bahwa-----
10 hari kemudian, Gereja Hyakuya dan keluarga Hiiragi akan memulai peperangan.
Dan jika hal itu benar, bagaimana rencana keluarga Ichinose ke depannya, di
manakah mereka harus melibatkan diri, sejauh mana mereka harus terlibat di
dalam peperangan itu, Guren merasa harus segera memutuskan -------
“Ah, tidak. Atau
jangan-jangan gerakkan seperti itulah, yang diincar oleh Gereja Hyakuya?
Mungkin mereka berupaya memperkeruh hubungan antara Ichinose dan Hiiragi, lalu
memanfaatkan hal itu demi keuntungan mereka?”
Intinya, diperlukan
kehati-hatian dalam pergerakan yang akan dilakukan Guren.
Dan, kemudian,
“Tuan Guren! Maaf
telah membuat Anda menunggu!”
Sayuri dan Shigure
keluar dari supermarket dengan membawa kantong belanjaan yang berisi penuh
dengan bahan masakan di kedua tangannya.
Guren melepaskan
lipatan tangannya, dan beranjak dari pagar supermarket. Ditatapnya kantong
belanjaan yang dibawa oleh kedua pelayannya itu.
“Kalian mau membuat
apa, sampai beli bahan sebanyak itu?”
Sayuri pun menjawab
dengan riang gembira.
“Ah, itu ... karena
hari ini kita mengalami hal yang sangat tidak menyenangkan, jadi kami berencana
untuk mengadakan pesta yakiniku kari atau yakiniku soba.”
“Kalian ini mau makan
sebanyak apa, sih?”
Shigure yang berada
di samping Sayuri berkata,
“Tentu saja, semua
yang dibuat bukan hanya makanan kesukaan Sayuri, kan. Tentu saja kau juga akan
membuat makanan yang Tuan Guren ingin makan, kan, Sayuri?”
“Iya! Tuan Guren,
Anda ingin makan apa?”
“Apapun oke.”
“Ah, Tuan Guren
selalu berkata seperti itu. Itu membuat saya bingung. Lagipula, Ujian Seleksi
Sihir akan dimulai besok, jadi Anda harus makan dengan benar, agar punya
kekuatan untuk ujian besok”
Ujar Sayuri kepada
Guren. Namun, Guren sudah tidak peduli lagi dengan Ujian Seleksi Sihir, setelah
dia mendengar penjelasan dari Gereja Hyakuya. Itu karena, dalam sepulu hari
kedepan, akan dimulai peperangan antara dua organisasi besar dunia sihir.
Dengan wajah yang
bersemangat, Sayuri melanjutkan,
“Nah, nah nah, apa
yang ingin Anda makan?”
Didesak-desak seperti
itu, Guren merasa bahwa hal ini akan menjadi pembicaraan yang panjang, jika dia
tidak segera menjawab. Maka dengan terpaksa, Guren pun menjawab.
“Kalau begitu, kari.”
“Mau kari ala India
atau ala Eropa?”
“Ala warung soba”
“Serahkan padaku!
Okeee, hari ini kita akan membuat kari yang sangat enak! Ah, karena kita mau
membuat kari ala warung soba, harus beli daun bawang, nih! Yuki-chan
aku pergi membelinya sebentar, ya!”
Ujar Sayuri yang
langsung membalikkan langkahnya, dan kembali ke supermarket.
Shigure hanya
menyaksikan hal itu, dan kemudian, dengan tatapan yang dingin seperti biasanya,
dia menatap ke arah Guren.
“Tuan Guren”
“Hm?”
“Saya hanya mau
mengingatkannya. Apa Tuan Guren lupa bahwa kemarin Tuan Guren juga memakan
kari?”
“Eh? Ah, iya, kah?”
“Jangan-jangan, ada
hal yang sedang menganggu Tuan Guren?”
Tanya Sayuri kepada
Guren. Sayuri pun melanjutkan,
“Jika Tuan Guren
merasa kepikiran dengan kejadian di sekolah hari ini, jika Tuan Guren bersedia,
ceritakanlah kepada saya .... “
Mendengar hal itu,
Guren hanya menggelengkan kepala.
“Ah, bukan. Bukan
tentang itu. Lagipula dalam waktu dekat ini, aku perlu berdiskusi dengan
kalian. Karena itu, tunggulah dengan sabar”
“Dalam waktu dekat?
Itu artinya ...”
“Tapi sebelum itu,
aku perlu menghubungi rumah dulu. Penyadapanhandphone-ku ....”
Mendengar hal itu,
Shigure langsung mengerti bahwa saat ini ada kondisi mendesak, wajah
Shigure pun menjadi serius.
“Tentu saja, alat
untuk menghalangi penyadapan sudah berkali-kali berusaha dipasang, tetapi ...”
“Tetapi, di sini
adalah wilayah kekuasaan Hiiragi, ya?”
“Iya.”
“Kalau begitu,
belum pasti aman.”
“Begitulah menurut
saya.”
“Oke. Begitu pulang,
aku akan menulis surat. Sampaikan kepada para kurir.”
“Baik, saya mengerti.
Apakah, saya harus bergerak sekarang?”
“Lakukanlah
sekarang.”
Shigure mengangguk
mendengar perintah itu. Dia pun bersiap-siap untuk segera berlari, namun dia
kemudian menyadari kantong belanjaan yang ada dikedua tangannya.
“A ....” Ujarnya
kebingunggan.
“Biar aku yang
membawanya”
Guren pun segera
mengambil kantong belanjaan itu.
“Terima kasih banyak
....”
“Cepatlah pergi.”
“Baik.”
Dan Shigure pun
langsung bergegas lari.
Disaat yang
bersamaan, Sayuri keluar dari supermarket. Setelah melirak-lirik kesana kemari,
dia pun berkata.
“Lo, Yuki-chanke
mana?”
“Ada urusan lain.”
“Ah, ah, Tuan Guren,
Anda tidak perlu membawa kantong belanjaan .... Tolong serahkan kantong itu
kepada saya.”
“Tidak apa-apa. Ayo,
kita pulang.”
“Tetapi...”
“Kubilang tidak
apa-apa.”
Ujar Guren seraya
beranjak menuju ke arah mansion. Sayuri mengikutinya dari belakang, dan
berkata.
“Ah, anu, Tuan
Guren.”
“Hm?”
“Anu, jika kita
berdua berjalan bersama seperti ini, seperti apa saya dan Tuan Guren di mata
orang la----“
Namun, perkataan itu
dipotong oleh Guren, dengan berkata,
“Pikirkanlah sendiri
khayalan yang tidak perlu seperti itu.”
“Auuuh ...
baik---lah”
¨
Malam itu, Guren
menulis surat untuk keluarganya.
Tentang hal yang
disampaikan oleh Gereja Hyakuya.
Bahwa keluarga
Hiiragi mulai tidak terkendali, bahwa ada kemungkinan dunia akan hancur, dan
juga tentang virus.
Guren mengatakan
bahwa akan dimulai perang antara Gereja Hyakuya dengan keluarga Hiiragi dalam
10 hari kedepan.
Dan juga tentang
penolakkan Guren terhadap tawaran yang diberikan oleh Gereja Hyakuya.
Surat itu, harus sampai
ke rumahnya pada hari itu juga. Jika ada masalah seperti ini, keluarga
Ichinose, yang merupakan Mikado no Tsuki, pasti akan mengumpulkan para
petinggi, dan memutuskan apa yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah ini.
Dan mereka seharusnya
akan mulai mencari tahu, apakah perkataan Saitou benar atau tidak.
Dan kemungkinan, akan
memakan waktu tiga hari untuk melakukan hal itu. Dan kemudian, akan diperlukan
waktu satu minggu untuk persiapan setelahnya.
Namun, jika 10 hari
kemudian yang dikatakan Saitou hanya bohong belaka, mereka sudah tidak punya
waktu untuk besantai-santai.
Ada kemungkinan
peperangan akan terjadi.
Dan juga, jika
bertindak gegabah, ada kemungkinan itu adalah peperangan yang dapat
menghancurkan Jepang------
Dan dalam hal
itu, diposisi apa sebaiknya dia dan yang lainnya berada.
“Bukan, aku
seharusnya berpikir, bagaimana caranya menjadi nomer satu di dalam kekacauan
itu”
Malam itu pun, Guren
terus memikirkan hal itu seorang diri.
0 Comments
Posting Komentar