Clockwork Planet
Bab 4
Conquistador (19:30)
Bagian 1
Bagian 1
Udaranya bergetar
hebat.
Naoto merasakan
guncangan luar biasa, dan jatuh dari kursinya dengan keras. Dia tetap terduduk
di lantai dan tidak kuasa untuk bangun.
–Bahkan di masa
modern ini, saat seluruh bagian planet direplikasi dengan menggunakan suku
cadang, gempa bumi masih ada.
Gempa bumi hanyalah
pelepasan tegangan dari sistem konstruksi kota, dengan skala terbesar berupa
gempa kecil yang hampir tidak terdeteksi manusia, sebuah peristiwa sesekali
yang terjadi secara spontan.
Namun, gempa ini
tidak sesederhana itu.
Gempa tadi
kelihatannya menimbulkan guncangan luar biasa, sampai-sampai orang mungkin
mengira kalau seluruh kota ini akan menjadi puing-puing.
Lemari di belakang
konter kafe restoran ambruk.
Lampu gantung yang
besar di lobi hotel terjatuh.
Rangkaian kecelakaan
terjadi di jalan utama di depan stasiun.
Ledakan dan keributan
terdengar satu demi satu, memasuki telinga Naoto menembus headphonenya.
Dalam rentang waktu
ini, gempa tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda berhenti.
Dan, Naoto
melihatnya,
Cangkir
teh merah yang terlempar dari meja tidak jatuh ke lantai, melainkan melayang di
udara. Teh merah di dalam cangkir tersebut
juga melayang di udara, membentuk gelas piala coklat.
…Apa
yang sedang terjadi?
Marie berseru
seakan-akan merespons keraguan Naoto.
“Anomali gravitasi…!”
Dia dengan segera
merunduk di lantai dan bersembunyi di bawah meja. Di sampingnya, Halter hanya
bisa menyembunyikan kepalanya (karena tubuhnya terlalu besar), dan bertanya
dengan cemas,
“Apa pengambrukannya
dimulai?”
“Halter, berapa lama
lagi waktu yang kita punya?”
“7 jam dan 12
menit–harusnya masih ada waktu.”
Marie membelalakkan
matanya dengan terkejut.
“Apa ‘militer’ sudah
memulai penghapusan lebih awal…?”
“Tidak, tenanglah.
Jika apa yang para atasan di ‘Guild’ katakan itu benar, mereka tidak akan
membiarkan teknisi kita terlibat dalam pengambrukan.”
“Tapi walaupun
begitu, tanda-tanda dengan skala seperti ini diluar perkiraan. Jika kekacauan
menyebar, orang-orang itu mungkin akan mencoba hal yang lebih memaksa…!”
Setelah beberapa
saat, gempanya berhenti.
Namun, ada suasana
tegang yang mengelilingi mereka, seakan kilat akan menyambar mereka.
Naoto mengabaikan
teriakan dan raungan di kejauhan ke sudut kesadarannya, dan berdiri.
Di momen ini, Marie
berbicara,
“Kau–”
“Hah?”
“Siapa namamu?”
Mata zamrudnya
menunjukkan suasana hatinya yang serius saat dia menatap Naoto.”
Naoto tidak bisa
mengabaikan hal itu, dan menjawab,
“…Namaku Naoto. Naoto
Miura.”
Setelah mendengar
itu, Marie menghela napas,
Dia merendahkan
kepalanya dengan murung, dan kemudian mengangkatnya dengan teguh,
“Bagus, Naoto. Aku
baru saja memperkenalkan diriku, tapi aku akan melakukannya lagi. Namaku Marie,
dan walaupun aku tidak akan mengakui kalau kau adalah teknisi yang lebih hebat
dariku–”
Marie berhenti
bicara, karena RyuZU yang ada di belakangnya sedang memberikan tatapan serius.
Dia memaksakan
dirinya untuk tersenyum, dan melanjutkan,
“Tapi aku akan
mengakuinya untuk menyelamatkan nyawaku, oke!? Dengarkan!? Persetan dengan
formalitas dan basa-basi! Aku uma mau jawaban pasti darimu, biarpun cuma
jawaban kecil. Apa kau punya sesuatu yang mungkin bisa menangani situasi ini!?”
“Erm..”
“Kami bisa.”
RyuZUdengan segera
menjawab menggantikan Naoto yang masih bimbang.
Dan, dia berkata
dengan tenang pada Marie, yang membalikkan badannya,
“Dari apa yang kau
katakan, masalahmu bukanlah ‘kalian tidak punya waktu’, melainkan ‘kalian tidak
bisa mengidentifikasi penyebab kesalahannya’.”
Marie merasa ragu,
“…Benar. Tapi,
biarpun kau berkata begitu, apa perbedaannya?”
“Perbedaannya bisa
jelas dilihat. Dengan kata lain, jika kalian dapat menemukan lokasi penyebab
anomali tersebut, maka tidak ada masalah.”
Marie sedikit ragu,
dan mengangguk,
“Benar. Jika dia bisa
menemukan lokasi penyebabnya, dia bisa mengandalkan kami untuk menangani
sisanya…”
“Kalau begitu, tidak
ada masalah lain–Master Naoto.”
“A-Apa?”
“Anda seharusnya
sangat memahami penyebab anomali di kota ini–sumber suara ini.”
Saat mendengar
kata-kata itu, Marie secara tidak sadar memiringkan kepalanya.
“Suara?”
Jika
hanya itu yang mereka perlukan, kurasa tidak masalah...Naoto mengangguk,
“Tapi aku tidak
terlalu yakin dimana lokasi tepatnya…kita harus pergi ke lantai ke-24 untuk
menemukan lokasi itu.”
“Tu-tunggu!”
Marie berteriak, dan
memegang Naoto dengan erat.
“Bagaimana kau tahu
anomali itu terjadi di lantai ke-24?”
“Eh?”
Marie kelihatan siap
menggigit saat dia menginterogasi Naoto yang tertegun dengan nada marah,
“Baik Halter maupun
aku tidak pernah bilang apapun tentang masalah yang terjadi di lantai ke-24.
Bagaimana kau bisa tahu padahal kau tidak masuk ke dalam sana?”
“Kenapa, katamu…”
Naoto kelihatan
sedikit kebingungan saat dia menjawab,
“Karena suara
terdistorsi ini datang dari sana, kan?”’
“–Apa…?”
“Aku sudah merasa
kalau suara itu sangat berisik, dan menjadi super berisik sejak dua hari yang
lalu. Kukira ‘militer’ tidak merawatnya atau semacamnya…”
“2 hari yang lalu–”
Mulut Marie menganga
karena terkejut.
Dia mengingat kembali
anomali gravitasi yang terjadi pada larut malam dulu. Anomali itu–tapi
perhitungannya hanya dihimpun oleh 10 orang dari tim pengamatan—tidak, tunggu,
sebuah suara terdistorsi?
Marie terpaku, dan
Halter di sampingnya bertanya dengan hati-hati,
“Bolehkah aku
bertanya, Naoto–apa yang kau maksud adalah kau berhasil mengetahui lokasi
sebuah anomali dengan kedalaman 70 km dari permukaan tanah melalui suara,
dengan pendengaranmu sendiri, tanpa bantuan alat apapun?
“Ya, memangnya
kenapa?”
Naoto mengangguk
dengan santai, tapi Marie dan Halter membeku.
Mereka tertegun.
Mereka bisa memahami
maksud di balik kata-kata itu, tapi di sisi lain, mereka tidak bisa mempercayai
Naoto sama sekali.
Mereka tidak bisa
percaya kalau anak laki-laki di depan mereka ini adalah manusia.
Marie berteriak
dengan suara bergetar,
“H-Hei kau! Apa kau sadar
hal hebat macam apa yang baru saja kau katakan dengan santai?”
“Tidak, erm, bukannya
kalian sudah tahu itu?”
Naoto mengatakannya
seakan itu adalah hal yang biasa, tapi Marie berseru dengan sedih,
“…Ya, kami tahu, tapi
itu karena kami tidak punya pilihan selain menangkap seorang teknisi ‘militer’
dan menginterogasinya setelah hanya memeriksa 2 lantai pertama dalam sehari!”
Mulut Naoto menganga
karena terkejut, dan bertanya dengan skeptis,
“Mengapa harus
sesulit itu? Ah, apa karena kalian mencoba berhati-hati?”
“Itu karena kami
tidak bisa mendeteksi anomali tersebut jika kami tidak melakukan hal tadi…”
Setelah mengatakan
kata-kata itu, Halter menghela napasnya dalam-dalam, kelihatan seperti ingin
mengembuskan semua udara dari paru-paru artifisialnya.
“Hah? Pendengaranku memang
lebih baik daripada orang biasa, tapi kalian punya alat pendengaran, kan?”
“…Oi, siapa yang mau repot-repot
begini jika alat pendengaran bisa memecahkan masa–?”
“Tunggu sebentar.”
Marie menyela Halter
yang bermuka masam, dan bertanya dengan wajah tegang,
“–Setelah
kulihat-lihat, apa kau memakai headphone penolak suara?”
“Hm, terus?”
Kau
bercanda, Marie berteriak parau.
“Ka-Kau memakai headphone
semacam itu–jadi bagaimana caranya kau bercakap-cakap dengan kami?”
“Biarpun kau bertanya
begitu, ini murah lho?”
Naoto kelihatan
benar-benar kebingungan saat dia menggaruk pipinya, dan melanjutkan,
“Bukannya aku sering
mendengarkan musik, tapi aku merasa lebih nyaman saat suasananya hening.”
–Karena aku merasa
jauh lebih santai.
Setelah Naoto berkata
begitu, Marie menanyainya dengan wajah mengancam,
“–Santai? Bahkan
barang murahan akhir-akhir ini dapat memblok suara apapun!”
“Biarpun kau bicara
begitu, aku memang bisa mendengarmu.”
“Karena itulah
rasanya sungguh aneh! Telingamu harusnya tidak bisa mendengar apapun saat ini,
kan? Bagaimana bisa kau dapat ‘mendengarkan’ dalam situasi seperti itu?”
Marie kelihatan siap
menerkam kapan saja, dan Naoto hanya berkedip, menggaruk kepalanya, dan
berkata,
“E-Erm, biarpun kau
berkata begitu.”
“……Tidak, tidak
masalah. Kau tidak kelihatan berbohong.”
Marie menghela napas,
dan bertanya dengan serius,
“Dengan kata lain,
kau bisa mendeteksi anomali tersebut melalui suara. Jika kami membawamu ke lantai ke-24, kau bisa mendeteksinya. Setelah kami menemukannya, kami akan
memikirkan cara untuk menangani sisanya–apa kau setuju?”
Saat Marie terus
menatapnya, Naoto menggaruk kepalanya, dia kelihatan gelisah,
–Aku
tahu orang-orang menyematkan harapan mereka padaku.
Perasaan ini sangat
asing bagi Naoto sendiri–bahkan barangkali ini pertama kalinya dia merasakan
hal itu. Dia tidak bisa menjawab dengan jujur secara langsung, tapi dia merasa sedikit
ragu, dan menjawab dengan tidak percaya diri.
“E-Erm, aku akan bilang
ini sebelum kau kecewa. Aku hanya siswa SMA biasa, dan bermain dengan mesin
hanyalah hobi buatku. Aku hanya seorang amatir yang bahkan bukan seorang murid
teknisi, apalagi seorang teknisi tahu?”
“Terimakasih sudah
mengatakan omongkosong yang sangat banyak.”
Marie melirik ke arah
Naoto saat Naoto bergumam, dan mengangkat bahunya,
“Tapi itu tidak
masalah. Kau tidak familiar dengan hal itu, tapi aku tahu seberapa rumit
konstruksi RyuZU itu. Karena kau berhasil memperbaikinya, dan karena kau
berhasil menemukan lokasi malfungsi itu melalui pendengaranmu, itu sudah cukup.
Aku percaya hal itu.”
Naoto terdiam.
Setelah merenung
selama beberapa saat, Naoto menatap gadis berambut pirang itu untuk pertama
kalinya–tepat di matanya.
Dia bertanya,
“…Oi, kenapa kau
berusaha sekeras itu?”
Ratapan orang-orang
yang lewat memasuki telinga Naoto, menembus headphonenya.
Karena dia sudah tahu
kalau kota ini akan dihapus, tidak ada alasan untuk tetap di kota ini. Dia
juga mau meloloskan diri secepatnya.
“Aku tahu dari
kata-katamu kalau kau tidak punya tempat untuk pergi. Masa depanmu suram. Kenapa
kau tidak melarikan diri?”
Dia berpikir kalau
apa yang dia pikirkan itu benar—namun,
“Aku benci berpikir
kalau ada sesuatu yang tidak mungkin dilakukan.”
Marie memberitahu
Naoto,
“Ada batasan untuk
segala sesuatu di alam ini, tapi memintaku menyerah saat aku memutuskan untuk
menguji diriku sampai batas adalah hal yang harus kutolak. Aku selalu membuat
tantangan kapanpun, dan itu juga berlaku pada ayahku, kakak perempuanku, dan
semua Meister.”
Naoto tidak bisa
memahami pemikiran seperti itu.
“…Kenapa?”
“Karena dunia ini
hanya seperti ini–planet kita mati 1000 tahun yang lalu. Kita telah mencapai
batas, dan bagian akhir. Namun berkat teknisi itu yang tidak pernah menyerah,
kita dapat terus hidup.”
Marie tersenyum dan
melanjutkan,
“Hal yang tidak
tergantikan akan selalu ada di kejauhan. Karena itulah aku tidak mau menyerah.
Jika aku melarikan diri sekarang–aku akan kehilangan martabatku selamanya.”
“…”
Kemudian, Marie
berbisik dengan penuh harap,
“Kumohon–pinjamkan
aku kekuatanmu.”
Naoto tidak bisa
menjawab.
Anak laki-laki yang
terlahir sebagai orang biasa, tumbuh di kalangan bawah, dan menikmati
kehidupannya yang sekarang.
Gadis ajaib yang
terlahir sebagai orang jenius, mengasah bakatnya sendiri, dan mengutamakan dan
menomorsatukan cita-cita luhurnya.
Mereka seperti minyak
dan air.
Penilaian mereka
berbeda sangat jauh sampai tingkat yang menyedihkan. Tidak mungkin mereka bisa
saling mengerti dalam waktu sesingkat itu.
“…”
Naoto merasa dia
harus segera meloloskan diri karena kota ini hampir ambruk.
Untungnya–jika dia
bisa menyebutnya begitu, dia tidak punya tempat yang disebut rumah. Mau kemanapun
dia pergi, fakta ini tidak akan berubah.
Kenapa
aku harus percaya pada seorang makhluk bernama Marie yang tidak bisa kupahami
dan membawa RyuZU ke tempat yang berbahaya itu? Yang lebih penting, apa
untungnya bagiku?
“…Maaf…”
“Ah–Master Naoto. Ada
sesuatu yang ingin hamba laporkan.”
Saat Naoto hampir
menyuarakan penolakannya, RyuZU memotong kata-katanya.
“Hamba memang
dimiliki oleh anda, jadi hamba tidak tahu apakah hamba harus menjawab…”
Dengan kata-kata itu
sebagai pembuka, RyuZU bicara dengan tenang.
Dan kemudian, dia
menoleh ke arah menara inti melalui jendela.
“Jika dia tidak
dipindahkan… ‘adik perempuan’
hamba harusnya ada di bawah tanah menara inti Kyoto.”
–*THUMP*!!
Naoto merasakan
jantungnya berdebar-debar.
Untuk sesaat, Naoto
lupa untuk bernapas, saat kata-kata yang dikatakan RyuZU bergema di pikirannya
berulang-ulang kali.
–Adik perempuan…perempuan,
perempuan…eh? Adik perempuan…?”
“Adik…perempuan…?”
–Adik perempuan
RyuZU.
Di bawah menara inti?
Di Kyoto?
Di kota ini yang akan
ambruk dan dikubur bersama dengan planet yang sudah mati ini?
Paru-parunya
kekurangan udara, dan darahnya seolah-olah mengalir secara terbalik.
“…Itu, dengan kata
lain, itu berarti…”
Dia berusaha keras
untuk menarik napas dalam-dalam dan mencoba bertingkah tenang.
Naoto kemudian
berseru, tidak bisa menyembunyikan kegirangannya walapun dia sudah berusaha
keras,
“Se-se- sebuah
automata yang diciptakan setelah RyuZU?”
“Ya. Unit ke-4 dari
seir Initial-Y, ‘trishula’ AnchoR ada di dalam sana.”
“Tu-tu-tunggu, dengan
kata lain, dia adalah automata yang lebih canggih daripada dirimu, RyuZU?”
Ketika mendengar
kata-kata heboh Naoto, RyuZU merengut.
“–Tidak ada automata
yang lebih kuat dari hamba dalam hal kemampuan kognitif, tapi dalam hal
spesifikasi, mereka bisa lebih superior dari hamba dalam kondisi tertentu.
Mereka adalah adik-adik perempuan hamba yang cakap dan tidak bisa dibandingkan
dengan manusia-manusia inferior.”
Naoto sempoyongan.
Temperatur tubuhnya
menggelora, tekanan darahnya meningkat drastis.
“Erm, yah, sebelum
aku melihat adik perempuanmu, kau tidak keberatan memberitahuku sesuatu?”
“Tidak masalah,
bolehkah hamba tahu apa yang ingin anda tanyakan?”
“Erm…dia disebut
AnchoR, kan? ……bagaimana rupanya?”
“Hamba pikirkan
dahulu. Rambut hitam pendek yang rapi dan elok. Irisnya sedikit kecil tapi
berwarna merah cerah. Dia memiliki rupa yang setara dengan manusia berumur 12
tahun, tingginya lebih kecil dari 140 cm, dan tidak mahir berekspresi. Seperti
yang kode nama ‘trishula’ indikasikan, dia memiliki senjata dan mobilitas
bertarung terkuat diantara semua automata–”
“–Buat apa kita diam
saja disini!? Ayo pergi, kawan!”
Naoto berdiri tegak
dan mengangkat tinjunya ke langit.
Dia kemudian berkata
dengan lantang,
“Jika di tanganku
tersembunyi kemungkinan kecil untuk menyelamatkan 20 juta orang, aku pasti
tidak akan melepaskan hal itu! Kurasa—inilah takdirku!”
Naoto berkata dengan
penuh semangat, matanya berkilauan, seakan jiwanya sedang membara.
Biasanya, itu akan
disebut ‘motif tersembunyi’ dan ‘keegoisan’.
Manusia—terutama
wanita seperti Marie—tidak akan tahu mengenai hal itu.
Mereka tidak akan
tahu kalau para pria akan bertarung dan membahayakan nyawa mereka hanya karena
sebuah momen sesaat.
Para makhluk yang
disebut pria itu sangat tolol tapi juga sangat luhur–
“…Milady, apa tidak
masalah mengandalkan orang ini…”
“Jangan bertanya,
oke…?”
Marie menggelengkan
kepalanya dan berbisik merespons gumaman Halter.
?
Setelah memutuskan
pergi menuju menara inti, Naoto dkk dengan cepat menuruni lorong hotel.
Mereka menuju area
parkir bawah tanah hotel tersebut. Kendaraan Halter diparkir disana.
Mereka melewati lobi
yang kacau balau setelah lampu gantung mewah disana jatuh, dan mereka sampai di
tangga.
Dan Halter berhenti
disana, membalikkan badannya, dan berkata,
“Kalau begitu, bagaimana
kita menangani mereka? Kau tahu, jika kita pergi ke menara inti, pasti akan ada
yang menghalangi.”
Halter melirik menuju
dinding di sisi lain.
Dan Marie mengangguk,
dia mengerti apa yang dimaksud Halter.
“…Kita harus
melakukan sesuatu. Jika kita ketahuan sedang menuju menara inti, staf di sana
akan dijadikan sandera.”
Marie menghela napas,
dan mengangkat bahunya dengan enggan.
Di momen itu, Naoto,
yang berdiri tepat di samping Marie, bersuara,
“Ada apa? Kita mau
pergi ke menara inti, kan?”
“Ya, benar.”
“Tak ada waktu lagi,
kan? Ayo cepat pergi.”
“…Karena itulah aku memikirkan
apa yang harus kita lakukan selanjutnya. Mengerti?”
Marie menjentikkan
lidahnya karena jengkel.
Naoto memiringkan
kepalanya dengan bingung melihat jawaban Marie.
“Kalian bicara
tentang orang-orang di sebelah sana yang mengawasi kita? Merekalah alasan kenapa
kita tidak bisa pergi?”
Naoto menunjukkan
pengamatan yang mengejutkan, dan Marie kelihatan lebih kesal dari sebelumnya
saat dia merengut,
“…Jika kau tahu itu,
kau bisa sedikit menggunakan otakmu kan? Kau pikir orang-orang yang mengawasi
kita itu akan membiarkan kita pergi tanpa melaporkan apapun setelah mereka
melihat kita?”
“Tidak, tapi,”
Naoto menatap tubuh
besar Halter,
“Paman disini adalah
tentara cyborg, dan ada RyuZU disini. Kita bisa menghabisi mereka sebelum
mereka melapor, kan?”
“Yang benar saja,
kau…saat kau termotivasi, kau ini berbahaya juga ya.”
Dan saat Halter tersenyum
lebar, Marie menghela napas lembut,
“Aku juga mau begitu kalau
bisa, tapi tidak semudah itu. Inilah politik. Semua teknisi di dalam ‘militer’
itu tidak berguna, tapi kemampuan organisasi mereka–”
“Memangnya apa yang
mau kau lakukan? Permainan politik?”
“–!!”
Marie mengayunkan
tinjunya ke arah Naoto–dan berhenti.
Mata zamrud
cemerlangnya menatap Naoto, tubuhnya bergetar karena marah.
Tidak bisa
menyembunyikan kemurkaannya, dia menyuarakan rasa frustasi yang dimilikinya
saat dia berteriak,
“…Kau tidak mengerti
apapun sama sekali!”
“Aku memang tidak
mengerti. Aku bertanya karena aku tidak mengerti, kan?”
Naoto berkata begitu
“Apa itu politik dan
apa itu kemampuan organisasi? Apa itu lebih penting dari pergi ke menara inti
dan memperbaikinya?”
Naoto tidak merasa
khawatir sama sekali.
Dia bisa memasang
ekspresi cerah yang tidak dibatasi dan bebas, karena dia hanyalah penduduk
biasa.
Dan anak muda yang
bebas ini, yang bertindak sesuai keinginannya sendiri, demi nafsunya sendiri,
mengatakan sesuatu yang filosofis,
“–Bagaimanapun, semua
hal selain hal itu tidak penting,
kan?”
“–!!”
Marie menutup
matanya, dan menghantamkan tinjunya yang terangkat ke dinding dengan sekuat
tenaga.
Kemudian, dia
mengambil napas dalam-dalam, dan bicara pelan pada pria besar yang berdiri di
sampingnya,
“Halter.”
“Hadir.”
“Biarpun–aku
benar-benar tidak senang aku kalah bicara dengan si goblok ini.”
“Jangan sebut aku
goblok.”
Marie mengabaikan
protes Naoto, dan melanjutkan,
“Beritahu aku, siapa
yang kau pikir benar, secara objektif?”
“Yah…kalau yang
berdebat adalah orang dewasa, anda mungkin benar, Milady.”
Halter menggaruk
dagunya, dan mengangkat bahunya sambil melanjutkan,
“–Tapi jika debatnya
antar anak-anak, setuju dengan pendapat bocah itu seperti anak-anak pada
umumnya itu tidak masalah, kan? Tugas paman ini memang membersihkan pantat
anak-anak.”
…Anak-anak. Marie menggumamkan kata itu, dan mengangguk sambil berkata,
“Yah–kau benar. Toh
aku ini masih seorang anak perempuan.”
“Hm. Anda bukan lagi
seorang teknisi, anda bukan siapa-siapa, hanya seorang Tuan Putri yang arogan
dan angkuh yang tidak berpengalaman dalam masalah dunia ini.”
Halter tertawa kecil
dengan senang.
Dia kemudian
mengulurkan telapak tangannya yang tegap sambil berkata dengan sikap menggoda,
“Apa ada tugas apapun
yang ingin anda perintahkan, Marie?”
“–Hm.”
Marie mengangguk
sambil tersenyum lebar.
Dan RyuZU, yang
berdiri di samping mereka, menyela dengan dingin,
“Apa kalian akhirnya
selesai? Waktu yang berharga banyak terbuang percuma seperti air mengalir saat
kalian terus bimbang. Bolehkah saya setidaknya berharap kalau kalian punya
kemampuan untuk merenungkan ini?”
“Aku mengerti…tapi
RyuZU, aku bisa menghitungmu sebagai kekuatan serang, kan?”
Merespons pertanyaan
Marie, RyuZU menunjukkan ekspresi elegan saat dia sedikit mengangkat keliman
roknya, dan membungkuk.
“Tugas saya adalah
untuk melenyapkan semua rintangan yang menghalangi jalan Master Naoto.”
Marie mengangguk dan
menoleh kepada Naoto,
“Naoto, karena kau
bicara besar seperti tadi, kau akan membantuku, kan?”
“Biarkan aku bilang
ini dulu. Aku tidak pandai berkelahi.”
“Aku tidak
mengharapkan apapun mengenai hal itu. Yang lebih penting–”
Marie meletakkan
tangannya di pinggul, dan berkata pada Naoto dengan nada menantang,
“‘Bakat’mu yang
dibilang RyuZU–tunjukkan padaku.”
Naoto mengangguk dan
menghela napas kecil.
Dia pelan-pelan
melepaskan headphone murahnya yang berwarna hijau.
Dan,
–Di tengah-tengah
lautan suara yang memualkan, Naoto tersandung.
“Uu…”
Dia merengut, dan
menggertakkan giginya.
Dia bahkan merasakan
kalau semua suara itu masuk ke dalam telinganya dan menempel di pikirannya.
Itu mungkin
disebabkan oleh perubahan gravitasi. Semua gir di kota ini mengeluarkan suara
aneh, dan ada teriakan orang-orang yang kebingungan merespons kejadian mendadak
ini. Segala macam suara terdengar, membentuk sebuah orkestra mengerikan yang
memasuki telinga Naoto.
“Master Naoto.”
Saat dia melihat
kalau Naoto hampir terjatuh, RyuZU dengan cepat mendekatinya untuk
menyokongnya.
“Tidak apa-apa. Jika
itu anda, Master Naoto–anda pasti bisa melakukannya.”
Ya. Naoto mengambil napas dalam-dalam.
“Aku tidak boleh
mengotori namaku sebagai kutu mesin[1] disini jika aku ingin membalas kepercayaan automata terbaik di dunia ini.”
Dia menutup matanya.
–Di tengah-tengah
badai suara yang menjengkelkan, sebuah melodi yang jelas dan seperti angin
sepoi-sepoi dapat dia dengar.
Itu adalah suara
gir-gir RyuZU yang sedang bergerak, sebuah melodi yang indah, elegan, sempurna
dan penting.
Berkat melodi
harmonis dari RyuZU, Naoto bisa mengambil informasi penting dari kolam data
berukuran besar yang memasuki pikirannya.
Dan–
“…Sekarang–ayo
berangkat.”
Naoto pelan-pelan
mulai menghitung jumlah benda-benda itu.
●
Marie menuruni tangga
spiral yang menuju tempat parkir dengan elegan.
Dan Naoto mengikutinya
dengan tentatif.
Namun, ada dua pria
muncul di depan mereka dan berdiri di persambungan antara dua tangga.
Dua pria besar itu
berdiri berdampingan di depan Marie sambil mengeluarkan aura ingin
menghancurkan gadis itu.
Salah satu pria itu
memelototinya sambil berkata,
“Apa kau adalah
mantan Meister Marie Bell Breguet?”
Marie tersenyum lebar
dan berkata,
“Kau tidak akan
percaya padaku biarpun aku bilang bukan, kan?”
Namun, pria itu tidak
tersenyum,
“Kami dari ‘militer’.
Ada hal yang ingin kami tanyakan padamu, mengenai hilangnya teknisi militer
Niijima.”
“Begitu, jadi kalian
sudah menggunakan hal itu sebagai alasan. Persiapan yang cukup hebat.”
Salah satu dari
mereka melangkah maju untuk mencengkram bahu Marie, namun,
Marie menurunkan
badannya.
Dia mengulurkan
kakinya untuk membuat pria yang mencengkram bahunya terpeleset, dan kemudian menghantamkan
sebuah tendangan tinggi pada kepala pria itu. Tendangannya sangat keras
sampai-sampai suara tulang retak bisa terdengar.
Dia memandang rendah
pada pria yang kalah sebelum bicara apapun, dan menjentikkan lidahnya.
“–Siapa yang
mengizinkanmu menyentuhku? Setidaknya sadari posisimu.”
“Bocah! Kau mau
berkelahi–!?”
Pria satunya juga
menjadi kesal saat dia mengulurkan tangannya ke arah Marie.
Marie menepis tangan
itu dengan dingin dalam gerakan yang luwes.
Dan kemudian,
lengannya menggambar sebuah busur di
udara, tinju yang dikepalkan erat itu menghantam langsung ke dagu pria
tersebut.
Pria itu terjatuh
karena tidak bisa menahan rasa sakit, dan melindungi tubuh bagian atasnya saat
posturnya goyah.
Di momen itu, Marie
melompat.
Dia berputar tajam,
sepatu botnya menghantam ke dalam ulu hati pria tersebut dengan bantuan gaya
sentrifugal.
Pria besar ini kalah
dalam sekejap, dan orang hanya bisa mendengar suara berat seonggok daging yang
jatuh ke lantai.
“–”
Marie mendarat di
lantai bersamaan dengan mantelnya yang melayang.
Dan kemudian, dia
mengambil permen dari sakunya tanpa menoleh ke arah pria yang kalah itu,
memasukkannya ke dalam mulut, dan mengunyahnya.
Setelah melihat hal
ini, Naoto secara naluriah berlutut.
“Maaf sudah banyak
banyak omong tadi!”
Kumohon
jangan gunakan serangan-serangan tadi padaku.
Naoto terlihat sedang memohon hal itu, dan,
“Bagus. Senang kau
sudah mengerti.”
Marie mengangguk dan
membalikkan badannya.
Dia berbalik untuk
melihat koridor di bawah tangga yang terhubung ke tempat parkir.
Tidak disangka,
sebuah automata militer mucul disana.
Automata itu adalah
tipe armor ringan dengan dua kaki. Benda itu memiliki siluet seorang manusia,
tapi dua lengan yang terlalu tebal itu jelek. Ujung depan lengan kanan itu
adalah sebuah laras senapan, yang diarahkan pada dua orang di bawah tangga.
Marie membelalakkan
matanya di hadapan senjata yang dapat dengan mudah mencincang 2 anak-anak ini.
“Kau pasti bercanda. Seram
sekali.”
Namun, kalimat itu
tidak dikatakan untuk menggambarkan musuh tersebut.
Wajah Marie tidak
menunjukkan tanda-tanda ketakutan, meskipun dihujani niat membunuh mekanis.
“Halter!”
Sesosok tubuh besar
merespons panggilan Marie, dan melompat turun dari atas koridor.
*THUMP* ada guncangan yang membosankan.
Tinju Halter mendarat
telak pada automata tersebut, menggunakan momentum jatuh, menyebabkan kerangka
automata tersebut penyok parah dan hancur.
Automata tersebut
terhuyung-huyung ke belakang, dan Halter mendarat, melindungi Marie dan Naoto.
Automata tersebut
segera menghitung tingkat ancaman dari musuh yang baru saja
menyerangnya—melalui analisis fungsi tubuh dan jarak musuh, automata tersebut berasumsi
kalau Halter adalah ancaman terbesar, dan mengganti targetnya dari Marie ke
Halter.
Tapi di momen itu,
Halter sedang berdiri tepat di depan automata tersebut.
Dia mencengkram
lengan kanan yang besar itu dan menghancurkannya menggunakan berat badannya.
“–!”
Kabel-kabel
berhamburan keluar, gir-gir dan pegas-pegas berterbangan kemana-mana.
Automata tersebut
melangkah mundur beberapa kali–tapi kemudian berputar hebat, menghantam lantai
dan melompat ke arah Halter.
Lengan kiri yang
tersisa berayun ke arah Halter seperti sebuah pisau guillotine[2].
Pukulan ini bisa membuat
manusia terlempar–tapi Halter menahannya dengan mudah menggunakan satu tangan.
“–, –!”
Automata tersebut
mulai bergetar.
Halter tersenyum
lebar saat dia menahan automata militer itu yang sedang berontak dengan sekuat
tenaga.
“Algoritme bertarung
yang cukup sederhana. Hei, kau ingin
bergumul dengan aku yang dimekanisasi komplit dengan tenaga mesin armor ringan
itu?– Apa kau meremehkanku sekarang?”
Lengan automata
tersebut dihancurkan dengan suara krak.
Halter memegang
lengan itu, jarinya memutar armor tersebut. Porosnya sudah pecah, dan
kerangkanya dipukuli.
“Dasar—bodoh!”
Dan kemudian,
Halter
menginjak-injak lantai, menyebabkan sebuah retakan melingkar di lantai.
Dia mengerahkan
seluruh kekuatannya dalam sebuah pukulan cepat.
Pukulan ini lebih
cepat daripada pecahan peluru yang sedang melayang.
Dia mengaktifkan
semua fungsi yang ada di tubuhnya, dan memukul menembus armor automata militer
itu, menghancurkan inti automata itu tanpa belas kasihan, mematikan fungsi
mesin musuh dengan paksa–
Pecahan pegas
automatan itu jatuh, pistonnya yang hancur berguling dengan kosong.
Dia melemparkan mesin
rongsok itu ke samping, dan Marie, yang berdiri di belakang, berkata padanya,
“Seperti yang
kuharapkan, Halter. Kerja bagus.”
Halter membalikkan
badannya, melihat gadis itu menuruni tangga, dan mengangkat bahu,
“Itu hanya tugas
sepele. Namun–”
Dia menatap ke arah
Naoto, dan bertanya-tanya,
“Kau bisa tahu jumlah
musuh dan lokasi mereka dengan sangat akurat..apa telingamu itu sonar atau
semacamnya?”
Benar–intel yang
diberikan Naoto itu sangat presisi sampai-sampai menakutkan.
Halter tidak bisa menebak
bagaimana cara Naoto menentukan ‘orang-orang ini berniat jahat pada kita’, tapi
bagaimanapun, dia memang mendeteksi jumlah, lokasi dan senjata musuh.
Seberapa besar
keuntungan yang bisa dibawa kemampuan seperti itu dalam perencanaan strategis–
Tapi Naoto tidak
memikirkan apapun soal itu saat dia menanyai Halter dengan girang,
‘Paman paman! Kau
tidak menggunakan mesin prostetik militer normal, kan?”
“Oh? Kau tahu itu
juga? Benar, aku kelihatan seperti pria baik-baik yang biasa saja, tapi bagian
dalamku tidak akan kalah dari siapapun, tahu? Inilah ‘Generasi Ke-8’ yang
dibuat oleh Perusahaan Breguet.”
“Apa? Generasi Ke-8? Di
pasaran hanya ada ‘Generasi Ke-6’, kan..?”
“Ini adalah prototype
yang lebih canggih daripada generasi selanjutnya yang akan diperkenalkan di
pasaran. Inilah produk mutakhir sungguhan.”
Dan kemudian, Halter
berpose untuk memamerkan ototnya.
“Aku bodyguard Tuan
Putri ini, jadi kami menggunakan beberapa teknik rahasia Perusahaan Breguet
melalui beberapa koneksi.”
“Wow~! Hei, kumohon
lepaskan anggota tubuhmu dan tunjukkan suku cadangnya padaku–!”
“Hal menjijikan apa
yang kalian berdua katakan!? Ayo pergi!”
Dengan desakan Marie,
Naoto dan Halter menjadi terdiam.
Mereka buru-buru
menuruni tangga, dan dengan cepat sampai di tempat parkir.
Sebuah sedan hitam
diparkir di dekat pintu masuk.
Tapi ketika Marie
hampir mendekati pintu sedan itu.
“Jangan
bergerak!”
Sebuah suara yang
sangat keras, diperkeras oleh loudspeaker, terdengar di seluruh tempat parkir
bawah tanah tersebut.
Marie membelakkan
matanya saat dia melihat ke atas, dan ada raksasa baja yang gemuk berdiri di
tengah-tengah jalur menuju permukaan—Fungsi Protokol Konservasi Listriknya
sudah dihilangkan.
“VS-08 ‘Grat’–!?
Sebuah tentara berarmor? Kau pasti bercanda!”
Halter bergumam,
keringat dingin mengucur.
Itu adalah sebuah
senjata humanoid dengan fungsi jam mekanis yang dikembangkan oleh keluarga
Vachron.
Automata itu tidak
bersuara sama sekali karena dilengkapi dengan peredam suara, dan juga memiliki
mode siluman yang terdiri dari kamuflase optik dan termal. Automata itu adalah
kartu as yang digunakan dalam pertempuran dengan lingkungan khusus–dan memiliki
kemampuan bertarung yang tidak bisa dibandingkan dengan banyak automata
berarmor ringan sebelumnya walaupun mereka bergabung.
Meriamnya sangar kuat
sampai-sampai bisa menembak tembus mesin prostetik bertarung terbaru yang
Halter gunakan dengan mudah.
Automata itu
mengarahkan meriamnya kepada kelompok Marie dengan teratur, dan kemudian…
–BOOM.
●
Setelah mendengar
laporan melalui alat komunikasi, Limonz melenguh.
…Apa
yang orang dungu ini katakan!?
Dia merasakan
keringat mengucur dari tangan yang memegang alat komunikasi tersebut.
“……Bi-bisa kau ulangi
lagi?”
“Seperti
yang saya katakan, Marie Bell Breguet dan dua pengikutnya melawan dengan
sengit, jadi kami tidak punya pilihan selain menembak mati mereka. Selain itu, seorang penduduk biasa juga
terlibat dalam pertempuran ini–”
“Penduduk biasa itu
tidak penting!!”
Limonz menjentikkan
lidahnya, dan melanjutkan,
“Siapa yang
mengizinkanmu untuk membunuh mereka!? Aku bilang tangkap mereka hidup-hidup!!!”
“Iya,
tapi–”
Jawaban ambigu ini
menyebabkan Limonz semakin gelisah, dan dia mendesis dengan sikap
menginterogasi,
“Kalian mengaktifkan
Grat perusahaan kami, dan kalian masih tidak bisa menangkap seorang bocah!?”
“…Tolong
maafkan saya. Menganggap target ini sebagai orang biasa itu sedikit tidak
tepat.”
“Dia hanya seorang anak
bandel.”
Limonz meludah dengan
tajam.
Dia menampar alat
komunikasi itu berulang-ulang kali, dia benar-benar mendidih.
“Benar, toh dia itu
hanya seorang anak bandel. Paling yang bisa dia lakukan hanyalah bermain-main
dengan mesin-mesin.”
“..”
“Kau membunuhnya,
kan?…Begitu, jadi dia sudah mati.”
Dia menjilat bibirnya
dan menarik napas.
“Kurasa tidak ada
lagi yang tersisa setelah dia terkena tembakan senapan mesin Grat.”
Limonz terdengar
seakan dia sedikit mengharapkan sesuatu, dan informan tersebut memberinya
jawaban pasti.
“…Ya.
Mayatnya mengalami luka yang parah. Akan membutuhkan waktu untuk membukitkan
kalau itu adalah dia–”
“Tidak perlu. Kubur
saja mayatnya. Kita tidak perlu laporan. Marie Bell Breguet menghilang saat
pengambrukan kota. Kita hanya perlu menyatakannya seperti itu.”
“…Apa
itu tidak masalah?”
“Jika kabar kalau
putri keluarga Breguet terbunuh oleh orang-orang Vachron tersebar, situasi akan
menjadi tidak terkendali. Toh jalanan ini akan tenggelam dalam beberapa jam.”
“Dimengerti.”
Setelah kalimat itu
diucapkan, panggilannya berakhir.
Limonz menutup
telepon dengan tenang–dan membalikkannya bersama dengan mejanya.
Dia membelalakkan
matanya, giginya bergemeretak saat dia meraung dengan marah.
“Tolol! Orang-orang
idiot tidak berguna…!”
Akan merepotkan kalau
dia benar-benar mati.
Dia ingin menggunakan
Marie Bell Breguet sebagai kambing hitam insiden ini, agar dibenci publik, dan
memperlemah Breguet.
Namun, itu hanya bisa
berhasil jika dia masih hidup.
Orang mati tidak bisa
bertanggung jawab, dan jika anak perempuannya terbunuh, Breguet akan merespons
dengan lebih agresif. Ini adalah berbanding terbalik dari apa yang Vachron
inginkan.”
“Pelacur kotor itu!
Dia ingin mempermalukan kami bahkan saat dia mati…!?”
–Dan yang lebih
penting,
Jika dia mati semudah
itu, Limonz tidak bisa membuatnya merasakan lebih banyak lagi rasa malu.
Limonz ingin
mempermalukan dia.
Dia ingin menikmati
momen tersebut, bagaimana wajah cantiknya berubah saat harga diri dan
kehormatannya hilang.
Jika tidak, Limonz
akan menunjukkan belas kasihan sebagai umpan saat persidangan atau saat
posisinya dikembalikan, dan membuat gadis arogan itu menangis tersedu-sedu,
melayaninya seperti pelacur murahan–masa depan seperti itu bukan mustahil
terjadi.
Tapi keinginan buruk
itu menjadi tidak berarti saat gadis itu mati.
Dia merasa kesal.
Namun, dia tidak
punya pilihan. Dia setidaknya ingin menendang mayatnya, tapi dia tidak punya
waktu untuk itu. Anomali di kota ini mulai meningkat kecepatannya, dan waktu penghapusan hampir dimulai.
Limonz mengutuk saat
dia mempercepat langkahnya menuju helikopter yang diparkir di atap.
●
–
“…Apa tidak apa-apa?”
Halter bertanya saat
dia mematikan perekam suara.
Marie tersenyum riang
dan mengangguk,
“Ya. Tuan Putri
Breguet terbunuh oleh Vachron—kau benar-benar merekamnya, kan?”
“Sejujurnya, aku
merasa kalau rencana ini memiliki banyak kelemahan…”
Halter menyentuh
dagunya sambil bergumam,
“Yah, tidak masalah.
Rekaman suara ini akan menjadi bukti nyata, dan tidak peduli apa yang para
tentara itu katakan nanti, rekaman ini akan dianggap bukti yang tidak bisa
disembunyikan.
“Jika Marie mati,
rencana orang-orang itu kurang lebih hancur…logikanya seperti itu, tapi aku
tidak pernah mengira anda akan memalsukan kematian anda sendiri.”
Halter menghela
napas, dan berbalik untuk melihat ke belakang.
Di belakang dua orang
itu, RyuZU sudah mengiris-iris tentara berarmor itu menjadi serpihan,
menumpuknya seperti sebuah bukit.
Sang anak muda–Naoto
memeriksa timbunan itu, da bergumam dengan wajah kesal.
“Automata ini adalah
karya kebanggaan salah satu dari 5 Perusahaan yaitu Vachron…tidak ada rasa
artistik sama sekali.”
“Anda benar. Tapi, Master
Naoto, mereka meciptakan sesuatu yang bisa anak-anak buat hanya dengan menumpuk
balok, bahkan ciptaan gagal murahan pun harus diberi pujian. Contohnya–kamu
sudah berusaha keras.”
Gadis yang berdiri di
samping Naoto–RyuZU, berbisik dengan pedas.
Halter menonton kedua
orang itu, dan berkata lembut,
“…Dua manusia, satu
automata berarmor ringan, satu tentara berarmor, dan satu tentara pengintai. Semuanya
terdeteksi oleh ‘telinga’ Naoto secara akurat–padahal aku mengira dia salah
mengenai tentara berarmornya.”
“Jika Perusahaan
Vachron mengetahui kalau sistem siluman Grat yang sangat mereka banggakan itu
dikalahkan semudah ini, ekspresi macam apa yang akan ditunjukkan oleh para
pengembang senjata itu–hohoho, rasakan itu?”
“Anda kelihatan cukup
senang.
Halter meletakkan
alat komunikasinya, berdiri dan menghela napas,
“Sebagai seorang
mantan tentara, bahkan aku pun benar-benar tidak ingin mempercayai ini setelah
melihatnya sendiri. Dia bahkan bisa mendengar sebuah mesin siluman di bawah
tanah; bagaimana dia melakukannya.”
“Tapi tidak ada
keraguan lagi. Kemampuannya benar-benar ada.”
Marie menyipitkan
matanya.
–Faktanya, itu tidak
mungkin secara teoritis.
Hewan-hewan seperti
‘gajah’ tidak mendengarkan menggunakan ‘telinga’ mereka, tapi melalui ‘kaki’
mereka.
Mereka merasakan
guncangan di tapak kaki mereka, dan menggunakannya untuk berkomunikasi dengan
rekan mereka di tempat yang jauh. Guncangan di dalam Bumi, di permukaan tanah,
di udara–bahkan suara adalah sebuah vibrasi. Sesuatu yang bisa menimbulkan
interferensi dengan yang lainnya akan menciptakan resonansi.
Tidak mungkin
‘langkah kaki’ dari benda di bawah tanah–getaran udaranya mencapai permukaan.
Namun, guncangan udara tersebut akan membuat dinding bergetar, dan dinding
tersebut akan bergetar bersama bangunannya.
Ada hewan yang dapat
mendengar sebuah koin yang dijatuhkan dalam jarak beberapa kilometer.
Ada radar dan sonar,
yang menggunakan konsep yang sama.
Namun–Marie melirik
ke arah Naoto.
–Naoto Miura.
Dia adalah ‘manusia’.
Atau seharusnya adalah manusia.
Dia dapat
bercakap-cakap meskipun dia memakai headphone peredam suara. Jika dia bisa
mendeteksi getaran kecil melalui seluruh tubuhnya–misalnya, melalui tulang atau
semacamnya, fenomena semacam itu dapat dijelaskan.
Tapi jika hal seperti
itu memang ada di kehidupan nyata dan bahkan dimanfaatkan sampai hari ini,
bagaimana dia bisa menjelaskan ini?
Fenomena semacam itu
tidak bisa hanya dijelaskan sebagai ‘ketrampilan unik’.
Jika itu bisa
digambarkan oleh dua kata dari pengetahuan luas yang dikumpulkan Marie–itu
adalah sebuah ‘kekuatan super’.
Di dunia ini yang
terbuat sepenuhnya dari gir-gir, kemampuan ini, nilai kekuatan tersebut, jika
kemampuan itu diukur berdasarkan istilah orang biasa, akan ada makna besar
dalam kemampuan–
“Marie?”
“–!”
Suara tersebut
menarik keluar Marie dari pikirannya yang berkecamuk.
“A-apa…?”
“Bukan apa-apa. Aku
hanya melihatmu melamun disana. Apa yang kau pikirkan? Bukannya kita sedang
buru-buru?”
Marie melihat Naoto
sedang menatapnya dengan tatapan aneh dan dia memiringkan kepalanya.
“–Ya, kau benar.
Maaf.”
Dia meminta maaf dan
menghentikan pikirannya yang berkecamuk, mengabaikan skeptisme yang
dimilikinya.
Ini bukanlah waktu
untuk memikirkan hal semacam itu.
Di momen ini, hal
paling penting adalah membuktikan apakah anak muda ini seperti yang RyuZU
katakan–seseorang yang bisa dia percayai. Dan kemudian…
“…Baiklah kalau
begitu, apa anda baik-baik saja, Milady?”
“Ya, Halter. Aku
mengandalkanmu.”
Marie melepas
Chronopass yang teruntai di bagian dada mantelnya.
Benda itu adalah
bukti seorang Meister.
Gadis bernama Marie
Bell Breguet pernah menerima medali ini.
Dan dia,
“–!!”
Melemparnya ke udara.
Dan Halter
menembaknya.
‘Chronopass’ yang
menari di udara ditembak jatuh oleh peluru Halter dengan akurat.
“–”
Dan benda itu, benda
itu pecah, berhamburan menjadi gir-gir yang tak terhitung jumlahnya.
“Benar–itu tidak
penting buatku. ‘Meister’ apaan?”
Kata-kata itu
terdengar kasar, tapi nada suara Marie sangat menyegarkan.
Jam saku ultra rumit
ini, terdiri dari 9 gir dengan segala ukuran, hancur menjadi bubuk.
Benda itu adalah
bukti kalau seseorang diakui sebagai salah satu teknisi terbaik di dunia.
Beberapa orang bahkan
menawarkan nyawa mereka untuk mendapatkan satu.
Kualitas ulung, bakat
luar biasa, kerja keras pantang menyerah–mereka mengumpulkan itu semua,
mempertaruhkan karir mereka, tapi jumlah teknisi yang putus asa melihat
kegagalan mereka itu sebanyak bintang di langit.
Bahkan Marie, yang
dipuji sebagai permata keluarga Breguet, hanya berhasil memperoleh benda itu
setelah waktu yang lama.
“–”
Tapi bagaimanapun
baginya itu tidak masalah.
Benda ini tidak
berguna bagi ‘tujuan’nya yang sekarang, dan hanya akan menghalangi
‘cita-cita’nya. Benda ini tidak bernilai sama sekali baginya.
“Biarkan aku berbuat
apapun yang kumau mulai sekarang.”
Marie mengangkat
kepalanya, dan melihat ke arah semuanya.
Dia mengepalkan
tinjunya, dan berkata dengan semangat.
“Aku ingin
menyelamatkan kota ini. apa yang terjadi selanjutnya itu tidak penting. Apapun
yang tidak bisa membantuku saat ini tidak berbeda dari kotoran. Aku akan
menempuh jalanku sendiri, dan siapapun yang mencoba menghentikanku akan
kuhancurkan.”
Ada
yang keberatan!? Marie bertanya
dengan nada memaksa, dan Halter menjawab dengan tawa.
Dan kemudian, dia
menutupi mulutnya sendiri dan merunduk sambil berkata
“Tentu saja tidak
masalah, tapi Profesor Marie, aku berpikir kalau serang gadis kaya tidak cocok
mengatakan kata ‘kotoran’.”
“Diam, dasar idiot!”
Marie membalas, dan
meletakkan tangannya di pinggul.
“Meister Marie Bell
Breguet sudah mati. Sekarang aku ini Marie, dan aku tidak punya tanggung jawab
apapun. Aku hanya seorang anak perempuan.”
Dia menunjukkan
senyuman penuh semangat.
Dan kemudian, dia
berbalik kepada Naoto dan RyuZU.
“Baiklah kalau
begitu, posisiku setara dengan
kalian sekarang. Bersiaplah untuk diperintah dalam waktu apapun.”
“Ah, er…ya. Aku akan
berusaha sebisaku, ya.”
Di momen itu, Halter
sudah memeriksa dengan cepat apakah ada bom atau jebakan yang dipasang di
mobil. Dia kemudian membuka kunci mobil, dan berkata dengan riang,
“Ayo masuk ke mobil.
Kita pergi.”
●
Marie duduk di kursi
depan, sedangkan Naoto dan RyuZU duduk di kursi belakang.
Setelah semuanya
mengenakan sabuk pengaman, Halter tersenyum
lebar dan menginjak pedal gas.
Mobil itu meluncur
melalui tanjakan tempat parkir, dan Halter memutar kemudi dengan sinting,
menyebabkan mobil itu berbelok ke arah kanan dengan tajam. Naoto buru-buru
memegangi pegangan mobil.
Mobil itu
berakselerasi saat mesin gravitasinya meraung.
“–Mengerikan.”
Marie bergumam saat
dia melihat keluar.
Tidak peduli
bagaimana seseorang mencoba menutupi hal itu, faktanya diluar kelihatan
menyedihkan.
Asap bergolak di
udara, awan petir bergolak, dan orang bahkan bisa melihat beberapa angin topan
yang mengamuk di jalanan.
Di bawah pengaruh
anomali gravitasi, ada rumah, sampah–dan manusia yang terlempar ke udara.
Kehancuran itu tidak
menunjukkan tanda-tanda mereda malahan terus meluas.
Sederhananya,
pemandangan itu adalah sebuah adegan sebuah bencana berdampak besar dalam
sebuah film kepanikan, dimana logam-logam berterbangan kemana-mana.
Mobil Halter terus
melaju melalui jalanan seperti itu.
Mereka menuju pusat
kota–menara inti yang berukuran besar menjulang menembus langit dan bumi.
Pusat fungsi
pengendali berukuran besar yang memanipulasi semua fungsi cuaca dan alam di
kota ini.
“Cepatlah, Halter!”
“Oke!”
Kecelakaan mobil
kelihatan dimana-mana sepanjang jalan utama yang lebar, tapi Halter terus
mengemudikan mobil diantara celah-celah, malahan dia menambah kecepatannya.
Naoto, telah
melepaskan headphonenya untuk berkonsentrasi pada pendengarannya, tiba-tiba
berbisik,
“Yah, anggap saja
igauan jika kalian sudah menyadarinya–dua mobil yang kelihatan berbahaya
mendekati kita dari sisi kiri saat ini.”
“Apa? ‘militer’!?”
“Bukan–sepertinya
bukan?”
Naoto menggelengkan
kepalanya, dan dua mobil kelabu mendekat dari pinggir.
Dua mobil tanpa awak
dengan senapan mesin yang dipasang di permukaan datarnya.
Setelah meluncur
selama beberapa saat, mereka berganti arah dan mengejar mereka dengan kecepatan
menakutkan.
“–Peringatan!
Peringatan! Mohon hentikan mobil anda!”
Salah satu mbil
mengeluarkan suara rusak.
“Mobil-mobil itu
adalah mobil patroli polisi tanpa awak, dan bukan pengejar dari ‘militer’.
Mobil itu sendiri mirip dengan automata, jadi mereka mungkin melakukan
pengejaran berdasarkan keputusan mereka sendiri.”
“Eh? Mengapa polisi
sekarang mengejar kita?”
Marie berteriak
marah, dan Naoto merenung selama beberapa saat, sebelum menjawab,
“Kurasa–karena mobil
ini jauh melebihi batas kecepatan?”
“Kau bercanda!?”
Marie berteriak
sambil menginjak-injak dasbor.
“Mereka masih peduli
tentang mengebut di momen seperti ini!? Apa semua orang Jepang itu bodoh atau
semacamnya!?”
Dan kemudian, dia
menoleh pada si supir Halter, dan bertanya,
“Apa kita bisa
menghindari mereka?”
“Akan sulit. Mereka
melaju lebih cepat dari kita, dan yang merepotkan adalah mereka akan menghalangi
jalan kita.”
“Aku paham.”
Marie melepaskan
sabuk pengamannya, berbalik, dan menaikkan kursi depan. Dia kemudian mulai
mencari-cari sesuatu, dan bertanya pada Naoto,
“Naoto, apa kau yakin
mobil itu tanpa awak?”
“Ya. Tidak salah
lagi. Apa yang mau kau lakukan?”
“Rendahkan kepalamu
dan berpegangan erat.”
“Eh?”
“Master Naoto, hamba
mohon anda bergeser ke sebelah sini.”
RyuZU kemudian
menarik Naoto ke kursinya, seakan-akan sedang melindunginya.
Tubuh Naoto tanpa
sadar membeku setelah dia mendengar mobil patroli itu mendekat.
Marie membuka atap
mobil tersebut, dan menyembulkan tubuhnya keluar.
Tangannya sedang
memegang sebuah benda dengan panjang 25 sentimeter–?
“Wha!?”
Sebuah
senapan mesin ringan.
Dia mengabaikan
teriakan terkejut Naoto sambil menembak ke arah mobil patroli di sebelah kanan.
Hujan peluru otomatis
itu menghujani mobil patroli tanpa awak tersebut.
Namun, peluru yang
berhamburan itu terpental oleh permukaan armor mobil teersebut, dan mobil itu
sendiri tidak tergores.
“…Tipe anti peluru
juga. Ini mulai lancang.”
Marie menjentikkan
lidahnya karena jijik saat dia berpikir kalau mobil itu hanyalah mobil patroli.
Di momen ini, Naoto menyela,
“Erm, jika ini sebuah
film aksi, aku tidak tahu apakah penduduk biasa A yang terlibat dan tidak
bersalah ini harus menyela…”
“Apa?”
“Mobil yang baru saja
kau serang itu punya dua roda. Roda kanan depan begerak sedikit aneh, jadi jika
kau menusuk–”
Sebelum Naoto bisa
menyelesaikan kata-katanya, Marie dengan cepat menyusun ulang senapan mesin
ringan di tangannya.
–Coil Spear.
Dia mengangkat
senjata yang intinya menjadi sebuah senapan mini dalam sekejap, dan mulai
menembak sesuka hati.
Pelurunya memantul
dari aspal dan mengenai suspensi roda kanan depan—ban di bagian kanan jatuh
kesamping, dan mobil tersebut berguncang hebat.
Mobil itu mulai
berputar.
Mobil itu kehilangan
keseimbangan dan berbelok hebat ke kanan, menghantam mobil patroli satunya, dan
terguling bersamaan, menabrak pagar pembatas, dan terbalik ke samping.
“…Telingamu sungguh
berguna.”
Marie kembali ke
kursi depan dan memasang sabuk pengaman sambil merasa kagum.
Dan Naoto gemetar
saat dia bertanya,
“Apa pengetahuan cara
menembak itu diperlukan jika kau ingin menjadi Meister…?”
“Jangan gunakan Tuan
Putri ini sebagai standar.”
Halter tertawa, dan
memutar kemudi mobil itu.
Mobil itu meluncur di
perempatan, dan meluncur dengan kecepatan luar biasa.
Lokasi mereka saat
ini adalah diantara gedung-gedung di distrik administrasi, jalanan di sana
panjang dan lebar.
Yang mereka perlu
lakukan hanyalah melewati jalanan lurus ini, dan mereka dapar sampai di pintu
masuk menara inti,
“…Situasinya berjalan
baik sampai saat ini. Kukira setidaknya akan ada pemeriksaan.”
“Mengumpulkan
kekuatan tempur sebanyak mungkin itu diperlukan saat menyegel sebuah kota.
Mereka mungkin dipindahkan ke tempat lain.”
Halter menjawab
seakan menghibur Marie yang gelisah.
Sesaat kemudian,
Naoto merasakan firasat buruk.
Tapi sebelum dia bisa
bicara–
“Maafkan hamba, Master
Naoto.”
RyuZU, yang tetap
diam sampai titik ini, bergerak.
Dia mengangkat Naoto
dengan paksa sedangkan Naoto bersandar padanya. “Ah—woah.” Naoto, ketika
dibenamkan ke dada lembut RyuZU, mengeluarkan suara aneh.
“? Apa yang kau—”
Marie berbalik untuk
melihat, dan menghentikan kata-katanya.
Karena rok RyuZU
sedikit berkibar.
Marie mengetahui makna
gerakan seperti itu, karena ia telah mengenal baik konstruksi RyuZU.
Satu-satunya
‘senjata’ yang dimiliki RyuZU–sabit hitam keluar dari balik rok, dan mengayun
turun dengan kecepatan yang bahkan tidak bisa diketahui oleh Halter yang
merupakan seorang cyborg.
Dan dengan sebuah
suara nyaring, mobil itu dibelah dua seperti sebuah lelucon.
Mobil itu hampir
dibelah dua, menjadi bagian kiri dan kanan saat mereka meluncur di jalan karena
inersia.
“Wooahhh!?”
“Apa yang kau
lakukan–!?”
Marie dan Halter
berteriak, dan kemudian, ada sebuah ledakan.
Sebuah obyek tajam
melayang diantara bagian mobil yang terbelah.
–‘benda itu’ melayang
dengan kecepatan supersonik, dan bahkan Naoto dengan indra manusia supernya
tidak bisa merasakan benda itu.
Sesaat kemudian,
ledakan di belakang mereka menunjukkan identitas sebenarnya.
Sebuah peluru
roket–sebuah peluru peledak tinggi dengan kekuatan luar biasa.
Benda itu melayang di
udara.
Mobil itu ambruk
dengan tidak menentu disebabkan oleh angin ledakan tersebut. Saat tubuh mobil itu
berderit di tanah dan mengeluarkan banyak percikan, RyuZU memeluk Naoto dan
melompat keluar dari mobil.
Walaupun dia hanya
membawa satu orang, praktis RyuZU sedang menari di udara.
Dan kemudian, dia
mendarat dengan anggun.
Dia menunduk ke arah
Naoto, yang berkedip terkejut saat dia menempel di dadanya.
“Master Naoto, apa
anda terluka?”
“Tidak, tapi kurasa
masalah mereka lebih besar…”
Naoto berkata begitu
sambil turun dari lengan RyuZU.
Mobil tersebut, yang
dibelah dua, terus meluncur maju karena inersia. Kerangkanya berubah, dan
bannya berputar-putar, menghadap langit.
Apa
mereka berdua masih hidup–ketika Naoto
berpikir begitu, sebuah kain putih jatuh di samping mobil–Marie tiba-tiba
melompat keluar, mantel musim panasnya sedikit kotor.
Sepertinya dia berhasil
melompat keluar di momen terakhir.
Mata zamrud indahnya
dipenuhi kebencian sambil berteriak,
“Ryu–ZU!! Apa kau
mencoba membunuhku!?”
Tapi pihak yang
terlibat, RyuZU, masih merasa terkejut,
“Kata-kata itu
tentunya adalah kata-kata yang aneh didengar. Dalam sisi subyektif, tadi itu
harusnya dipandang sebagai saya menyelamatkan nyawa kalian yang rapuh di saat
yang sama dengan saya menyelamatkan Master Naoto. Anda harusnya menundukkan
kepala anda dan berterimakasih pada saya dengan anggun dalam situasi ini, kan?”
“Apa kau tahu apa
artinya tidak berlebihan dalam melakukan sesuatu!?”
Di sampingnya,
Halter, yang pakaiannya juga kotor, menyembul keluar.
Dia berbalik untuk
melihat ke belakang, menatap jalan yang ditutupi dengan lubang, dan bergumam
dengan nada kerepotan,
“…Hei, Marie,
daripada mengkhawatirkan hal itu, mereka menembaki kita di jalanan.”
“Ahh, yang benar
saja! Apa tidak ada orang yang pikirannya berjalan normal atau semacamnya
disini–!?”
“Sepertinya Master
Marie memang memiliki sedikit kecendrungan emosi yang tidak stabil. Kurangnya
ketenangan adalah ciri khas seorang bayi, jadi maukah anda setidaknya tunjukkan
sedikit kedewasaan yang melebihi tubuh anda yang seperti bayi itu?”
Marie tidak bisa
berkata-kata mendengar kata-kata RyuZU, dan menundukkan kepalanya.
Dia mengepalkan
tinjunya, gemetar, mulutnya mengeluarkan suara yang terdengar seakan-akan suara
yang datang dari neraka.
“…Sepertinya
kebencian yang terlahir dari perlakuan konyol ini membuatku bisa mencabik-cabik
sebuah automata militer.”
“Yang benar? Mau
mencobanya sekarang?”
Marie mengangkat
kepalanya dan ingin membantah godaan Halter, tapi dia tidak bisa berkata-kata
setelah melihat apa yang ada di depannya.
Ada cahaya merah di
tengah jalan, berjarak sekitar 300 meter.
–Cahaya merah itu adalah
sebuah mata. Satu mata yang bersinar dari bayangan raksasa yang memblokir
jalan.
Kerangka raksasa ini
memiliki panjang 6 meter, dan siluet bundar itu ditempeli dengan 2 kaki melalui
2 sendi terbalik. Siluet itu kelihatan seperti seekor kelinci atau burung unta
berkaki pendek. Selain itu, ada sebuah meriam 120mm yang dipasang di bagian
perutnya.
Marie tanpa sadar
membuang udara di paru-parunya.
“Sekarang bagaimana,
Milady? Apa anda bisa menggunakan tinju yang anda banggakan itu untuk melakukan
sesuatu?”
“Kau bicara begitu
karena kau tahu ini kan, Halter!? Itu kan Automata berarmor berat.”
–Automata berarmor
berat.
Sebuah automata tanpa
awak yang dikembangkan untuk penyerbuan dan penahanan, dilengkapi dengan sebuah
meriam kuat, berlapis-lapis armor yang kokoh, dan mobilitas luar biasa bahkan
di permukaan yang tidak rata; karena automata itu jago berbelok dalam sudut
kecil, automata seperti itu tanpa diragukan lagi adalah senjata terkuat dalam
persenjataan urban modern.
Selain itu, bukan
hanya satu unit yang muncul di hadapan mereka.
Dilihat dari
kejauhan. Ada unit kedua, ketiga…mereka bisa melihat 16 unit seperti itu di
jarak pandang mereka.
Berdiri di samping
automata berarmor berat itu ada banyak automata berarmor ringan dan artileri
otomatis, dan helikopter tanpa awak juga kelihatan di udara. Dengan jumlah unit
musuh sebanyak itu, Halter hanya bisa mengepalkan tinjunya.
“…Sepertinya kita
sudah diskakmat? Sayang sekali; impianku untuk mendapat jackpot di Las Vegas
dan mendapat model pirang sebagai pelayan belum kesampaian.”
“Tolong lupakan
pikiran vulgar seperti itu.”
Marie melirik ke arah
Halter dengan jijik, tapi dia tidak kelihatan santai setelah itu.
“Senjata-senjata
tanpa awak ini…mereka mungkin diatur untuk menghancurkan siapa saja yang
mendekati menara inti.”
Alasan mengapa mereka
tidak terus menyerang adalah pengaturan jarak untuk menyerang sebuah obyek
bergerak seperti mobil itu lebih jauh daripada manusia yang tidak bergerak
“Mereka menggunakan
kekuatan tempur yang setara dengan seluruh battalion. Kemana istilah ‘tidak
berlebihan’ pergi.”
“Akan buruk jika
mereka tidak mendapat kerusakan apapun jika mereka ingin membuat hal ini
seperti sebuah kecelakaan.”
Walaupun mereka
terdengar santai saat bicara, aura keputusasaaan mulai mengelilingi mereka.
Di saat itu, RyuZU
melangkah maju dengan tenang, dan bertanya,
“Kalau begitu,
bolehkah saya berasumsi…kalau kalian akan menyerah?”
“Yah–”
Marie grumbled
impatiently.
“Kita tidak bisa
menembus mereka secara langsung. Saat ini, kita harus memikirkan celah di pertahanan
mereka dan mencari rute masuk lain–”
“Jika anda berasumsi
kalau waktunya cukup, saya tidak punya pilihan selain memindahkan Master Marie
dari kategori ‘lalat kecil’ menjadi ‘lebih rendah dari lalat kecil’…”
RyuZU menghina Marie
dengan pedas sambil melangkah maju dengan elegan.
“RyuZU? Apa yang kau
rencanakan?”
Merespons suara cemas
Naoto, RyuZU hanya menjawab singkat,
“Melenyapkan.”
Dan kemudian, dia
memundurkan satu kakinya ke belakang sekitar setengah langkah.
Dia memelototi
rintangan yang ada di depannya, seakan mereka itu adalah benda-benda keji dan
kasar.
“Karena sampah
menjijikan dan mengerikan itu telah mengarahkan senapan mereka dengan berani
kepada Master Naoto. Mereka akan menjadi ‘musuh’ yang harus hamba lenyapkan.”
Setelah mendengar RyuZu
menyatakan hal itu, Marie berseru dengan khawatir,
“Tu-tunggu! Mereka
itu AM[3] terbaru, tahu!?”
“Terus?”
“Terus apanya? Kau…!”
“Jika anda ingin
bilang kalau sebuah barang antik dari 1000 tahun lalu tidak sanggup mengalahkan
senjata terbaru.”
RyuZU sedikit
menunjukkan senyuman yang tak kenal takut.
Mata keemasannya
menatap ke depan.
“Inilah jawaban
saya–”
Dan kemudian, RyuZU
mendongak ke atas.
“Kalian masuh belum
memperoleh kemajuan bahkan setelah 1000 tahun berlalu, dan hanya bisa
menciptakan ‘mainan’ yang lebih inferior dariku–yang terlemah dari ‘Para
Bersaudari’. Inilah alasan mengapa pikiran kalian tidak sanggup melampaui
tingkatan seekot kutu.”
Sebuah suara
berdering.
Suara itu tidak mirip
dengan suara nyanyian yang terdengar lembut.
Dengan nada suara
mekanikal dan lugas, RyuZU mengatakan kata-kata ini–atau lebih tepatnya, dia
mendeklarasikan.
“Mendefinisikan
Deklarasi–seri Initial Y, Unit 01, ‘Yourslave’ RyuZU.”
Benar, itu adalah deklarasi sungguhan.
“Fungsi inheren–‘Dual
Time’…urutan pengaktifan, dimulai.”
Itu adalah pernyataan
pemberontakan.
Dia mendeklarasikan
niatnya kalau mulai titik ini–dia akan menentang hukum fisika.
Naoto membelakkan
matanya karena terkejut.
Dia mendengar sebuah
suara di dalam RyuZU, yang tidak bisa didengar orang biasa.
Tik tak, tik tak, tik
tak, suara jarum kedua yang berdetak.
Suara itu halus,
presisi, tidak regular serta inkoheren, tapi suara itu–dibengkokkan dengan
sangat indah dan alami.
Di saat yang sama,
suara gir-gir yang ditautkan bersama terdengar. Dengan suara domino yang jatuh,
bentuk dan warna gaun hitam RyuZU berubah. Kulit putihnya tampak, dan sebuah
selubung tipis dan cerah berkibar, membentuk sebuah selubung pernikahan ketat
berwarna kristal di sekeliling tubuhnya yang indah.
Dalam waktu singkat
itu, mata keemasannya kelihatan berubah menjadi warna rubi membara.
“–Memulai pergeseran
dari jam pertama ‘Waktu Sungguhan’ ke jam kedua ‘Waktu Imajiner’.”
Cakram jam di depan
dada RyuZU ditekan seperti sebuah shutter.
Setelah itu, cakram jam kedua yang tersembunyi
menunjukkan dirinya.
Detikan jam kedua
yang tidak bisa terdengar sebelumnya memukul gendang telinga Naoto.
Namun, suara
supernatural yang keluar dari RyuZU menyebabkan dirinya, waktunya, dan bahkan
keberadaannya melampaui hukum biasa.
Naoto tidak bisa mengerti.
Tapi instingnya jelas
menangkap perubahan suara tersebut.
“Mengaktifkan (Chrono
Hook)–melompat dari pergerakan sungguhan ke pergerakan imajiner.”
RyuZU mendadak
membalikkan badannya.
Naoto melenguh.
Mata merah tua RyuZU
yang mengarah padanya bersinar lembut seperti sebuah desain inovatif, dari
dalam mata itu muncul nyala api.
RyuZU kemudian bicara
dengan sikap melodis,
“Master Naoto.”
“–I-iya?”
“Sebuah gir sepele
yang menyebabkan hamba berhenti berfungsi selama 206 tahun; ‘Gir Imajiner’ yang
anda perbaiki untuk hamba, Master Naoto, akan diaktifkan. Walaupun bagi anda
waktu yang berlalu hanya sekejap, itu sama dengan beberapa jam dalam ‘bidang
waktu hamba’.”
–Naoto kelihatan
bingung dan tidak mengerti apa maksud di balik kata-kata itu.
Namun RyuZU menutup
matanya dengan sikap menyesal, dan terus berkata dengan tenang,
“Fungsi ini tidak
akan berhenti sampai energi dari pegas habis terpakai. Namun, hamba akan
kembali kepada anda, jadi pada saat itu–mohon putar pegas hamba kembali.”
“I-Iya.”
“Baiklah kalau
begitu, walaupun dari sudut pandang hamba waktu berlalu selama 3 jam, hamba
mohon izin untuk pergi dari sisi anda.”
Dan kemudian, RyuZU
mengangkat keliman roknya dengan elegan sambil membungkuk dalam-dalam.
Dan, dia mengatakan
nama fungsi tersebut,
“–‘Mute Scream’–”
------------------------------------------------------------
Catatan
Kaki
1. Kembali ke atas ↑ Orang yang sangat menyukai mesin.
2. Kembali ke atas ↑ Alat pemenggal kepala.
3. Kembali ke atas ↑ Automata Militer.
4. Kembali ke atas ↑ Tindakan mental atau proses mendapatkan pengetahuan dan
pemahaman melalui pemikiran, pengalaman, dan indera.
0 Comments
Posting Komentar