JILID 3 BAB 4
Bagian 1
Setelah menyelesaikan sarapannya, Izayoi memutuskan untuk
mengunjungi pertanian karena anak-anak dari Grup Senior yang dia minta untuk
membelikan beberapa camilan belum kembali. Di sepanjang jalan, dia harus
menyeberangi kanal air, yang alirannya berasal dari Pohon Air, dan melewati
kerimbunan pohon-pohon dan rumput-rumput liar yang ada di area belakang.
Baru ketika dia membebaskan dirinya dari lilitan pohon dan rumput
liar, dia akhirnya dapat melihat kaki langit yang melebar di depan matanya dan
pemandangan dari tanah subur sewarna daun teh kering yang terhampar di
hadapannya. Saat membandingkan pemandangan ini dengan lahan gersang berpasir
yang merupakan keadaannya semula dari tempat ini sebulan yang lalu, ini adalah
sebuah perubahan yang jauh melampaui imajinasinya dan Izayoi mau tidak mau
berseru terkejut:
“Oh……mengejutkan. Mereka berhasil mengolah tanahnya sehingga sudah
siap dan cocok untuk ditanami.”
Berdiri di tempat yang sama, Izayoi menekuk lututnya dan
berjongkok untuk menekankan telapak tangannya lalu menyentuh lapisan humus yang
lembut.
Lapisan humus yang sarat dipenuhi dengan kelembapan dan mineral
tersebut dengan mudahnya digali oleh tangannya. Berat dari tanah yang lempung
padat dapat terasa saat dia memegangnya segenggam penuh. Lahan tersebut sudah
dibentuk ulang menjadi lingkungan yang sesuai untuk pertanian.
Terutama mineral yang ditemukan pada lapisan humusnya, kecuali
kalau banyak jenis dari unsur-unsur biologis dan faktor lingkungan dikumpulkan
dan cocok, tempat ini tidak akan mungkin untuk pulih. Untuk tanah yang
sepenuhnya kering dan gersang bisa pulih sampai seperti ini, pastilah sebuah
kerja keras.
Tepat ketika Izayoi akan melihat-lihat sekitar dengan niat untuk
berjalan-jalan, suara Lily muncul dari kerimbunan pepohonan dan rumput liar di
belakangnya.
“Ah, Izayoi-sama! Apakah anda datang untuk melihat-lihat
pertanian?!”
“Nn, walaupun aku sudah mendengarnya sebelumnya, kalian semua
benar-benar sudah mengolahnya menjadi lahan yang cukup luar biasa.”
“Ya! Lahan ini sudah siap dan menunggu benih ataupun pohon muda
tiba!”
Lily menegakkan telinga rubahnya sambil membalas senang.
Pada saat bersamaan, sebuah hembusan angin kebetulan bertiup dari
arah lahan yang subur, menyapu pipi mereka sebelum melewati mereka untuk
berhembus ke rimbunan pohon dan rumput liar.
Angin tersebut tidak lagi terasa kering seperti sebelumnya tapi
beraroma khas lahan pertanian dan bau lembap lapisan humus yang basah
merangsang indera penciuman. Itu, adalah aroma yang sebenarnya dari bumi.
Lily menghirup nafas dalam-dalam mengisi rongga dadanya dengan
udara yang bertiup dari pertanian, sebelum menghela nafas hangat.
“Anginnya……memiliki rasa air.”
“Nn.”
“Dan juga lapisan humus.”
“Yep.”
“Memiliki rasa bahwa tanahnya hidup!”
Nada suara Liliy menunjukkan bahwa dia benar-benar merasa
tersentuh. Meskipun dia menunjukkan rasa terima kasihnya kepada Izayoi seperti
banyaknya bintang di angkasa, tapi di dalam hatinya, dia pastilah dilimpahi
dengan perasaan bahwa rasa terima kasihnya tidak cukup untuk diungkapkan
sepenuhnya melalui pengulangan kata-kata.
Izayoi melirik pada lapisan humus dan senyuman menggoda terlihat
bermain di bibirnya.
“Setelah datang kemari melihatnya sekali lagi, aku sadar bahwa
tempat ini benar-benar luas dan lapang. Hanya bergantung pada kalian,
bocah-bocah kecil, apa kalian punya rencana bagaimana caranya mengurus sebidang
lahan yang begitu luas ini?”
“Anda tidak perlu kuatir tentang hal itu, Tuanku.”
Pada saat itu, Leticia juga muncul dari kerimbunan pepohonan dan
rerumputan dengan sebuah keranjang yang juga diisi dengan daun teh dan
cemilannya. Anak-anak dari grup Senior pasti telah kembali dari tugasnya dan
dia pasti datang mencari Izayoi.
“Aku memang mendengar bahwa Lily lahir dalam sebuah keluarga yang
bagus dalam mengurus pertanian, tapi apa maksudmu dengan hal itu?” Izayoi
memiringkan kepalanya saat dia menanyakan maksud dari jawaban balasan tersebut.
“Itu benar. Sebenarnya, Lily berasal dari garis keluarga terkenal
yang mirip dengan Dewa Inari dalam hal kekuatan dan juga merupakan satu-satunya
keturunan dari keluarga mereka yang selalu menjadi penanggung jawab pertanian
Komunitas.” Leticia menepuk-nepuk punggung Lily.
Memerah padam hingga ke telinganya, Lily menundukkan kepalanya.
Izayoi mau tidak mau mengerjapkan matanya berkali-kali pada penjelasan
yang mengejutkan tersebut.
“Sang Dewa Inari……apakah itu maksudnya dengan Inari Okami1?”
“Nn……Itu……Meskipun mirip, saya rasa tidak benar-benar sama.
Menurut legenda yang saya dengar dari Oka-sama2, leluhurku berasal
dari garis keturunan Shiro Kitsune3 yang dianugerahi Kekuatan Dewa
oleh roh Kerajaan dari Dewa Uka [Ukanomitama]4……”
Mata Izayoi semakin melebar karena terkejut.
—Yang disebut sebagai Dewa Uka adalah roh Kerajaan yang sering
dipandang sebagai dewa padi-padian, dewa perdagangan, dewa bisnis spekulasi,
dll. Dia adalah Dewa yang disembah oleh banyak orang dari berbagai dunia
pekerjaan. ‘Uka’ memiliki arti sama dengan ‘padi-padian’. Ada anggapan bahwa
para pengikut dari dewa pertanian ini perlahan-lahan berkembang menjadi
berbagai bidang yang membantu merambatnya para pengikut, karena itulah
Ukanomitama berkembang menjadi seorang dewa yang menerima pengikut dari banyak
bidang pekerjaan. Dan leluhur Lily dikatakan sebagai salah satu dari
orang-orang yang merupakan Pelayan Dewa Uka.
Meskipun Izayoi lahir di abad dua puluh satu, Ukanomitama juga
telah menjadi seorang dewa perdagangan atau seorang Dewa tanah5
dikarenakan industrialisasi dan perluasan lapangan pekerjaan, mendapatkan
pengikut dari beragam wilayah. Bahkan di wilayah di dalam jangkauan Ibu Kota,
bukanlah hal yang aneh untuk melihat altar-altar yang memuja para rubah karena
para pengikutnya melihat mereka sebagai pembawa pesan dari Ukanomitama.
Izayoi mengusap-usap dagunya dan menyunggikan seulas senyuman yang
kelihatannya memiliki makna tersembunyi di baliknya.
“Ngomong-ngomong mengenai Ukanomitama, dia adalah dewa besar yang
mengawasi ritual utama Fushimi Inari Taisha. Karena leluhur Lily telah
mendapatkan Kekuatan Dewa dari sana, maka dia seharusnya setidaknya adalah pelayan
wanita dari dewa Rubah……Bukankah itu hal yang sangat bagus? Apakah leluhurmu
pada dasarnya adalah bagian dari Komunitas [No Name] juga?”
“Y…Ya. Tapi pada saat itu,leluhurku sudah cukup tua dan karena
itulah kami, para keturunannya, yang mewarisi pertanian. Delapan generasi
setelahnya, tidak ada yang dapat mewarisi Kekuatan Dewa tersebut. Maka Oka-sama
datang bersama generasi kesembilan dan mewarisi Kekuatan Dewa itu hingga
sekarang.”
“Oh……Ibunya Lily?”
Izayoi mengamati sekeliling pertanian sekali lagi. Melihat lapisan
humus sewarna kopi tersebut, dia menelengkan kepalanya sementara bertanya:
“Lalu, di mana dia? apakah dia dibawa oleh Raja Iblis juga?”
“……Ya.”
Kepalanya tertunduk dalam dan telinga rubahnya juga tertekan ke
kepalanya. Karena orang tersebut adalah orang yang memilii cukup kemampuan
untuk menerima Kekuatan Dewa, Raja Iblis tidak akan melewatkan kesempatan
tersebut. Lagipula, Leticia yang juga memiliki Kekuatan Dewa yang mirip
ditangkap, maka seharusnya ini bisa diperkirakan.
Izayoi mengalihkan tatapan tanyanya pada Leticia, sepertinya ingin
mengetahui lebih lagi tentang ibu Lily, tapi dia menggelengkan kepalanya.
“Kami dikurung di penjara yang terpisah. Kami tidak memiliki
kesempatan untuk berkomunikasi dengan yang lainnya untuk mengetahui keberadaan
mereka. Meskipun aku mendapatkan kebebasanku lewat beberapa negoisasi, situasi
untuk saat ini adalah kami masih tidak tahu siapa dalang dari Raja Iblis.”
Leticia juga menundukkan kepalanya saat dia menjadi murung. Dia
juga begitu ingin mengetahui keberadaan dari rekan-rekannya, tapi dikatakan
bahwa bahkan Shiroyasha sang [Floor Master] pun tidak dapat menebak identitas
sebenarnya dari Raja Iblis tersebut. Karena itu, bagi [No Name] yang mencoba
menginvestigasi sendiri tentang lawan mereka, ini akan menjadi jauh lebih sulit
daripada menangkap segumpal awan di langit.
Menyadari suasana murung tersebut dan tidak ingin membuat mereka
khawatir, Lily cepat-cepat berkata:
“Ta….Tapi, meskipun Oka-sama tidak di sini, tidak akan jadi
masalah! Cara untuk mengurusi pertanian ini tercatat dalam buku-buku dan
peralatan yang dibutuhkan juga ada di sini! Jadi tidak masalah bahkan jika
diserahkan pada kami!”
“Mhm!” Lily mempererat kepalan tangannya sambil meletakkan
tangannya di dadanya.
Akan tetapi, Izayoi terus melipat lengan di dadanya, seperti tidak
mendengar perkataannya.
Dia terdiam sesaat sebelum menambahkan beberapa derajat keseriusan
di ekspresinya ketika dia bertanya:
“……Garis keturunanmu adalah Pelayan Ukanomitama, ‘kan? Apakah ada
Komunitas lainnya di dalam Little Garden yang terhubung dengan kuil yang sama?”
“Eh……Nn. Ya, saya rasa ada. Meskipun tidak menuju ke kuil utama,
tapi Kuro Usagi-oneesan pernah berkata sebelumnya bahwa ada gunung spiritual
yang berdiri di wilayah lima digit Sisi Selatan yang menuju gerbang Langit……”
“Misalkan kita mendaki gunung spiritual tersebut dan meminta
Ukanomitama secara langsung tentang keberadaan mereka, bukankah masalahnya
terselesaikan? Karena dewa besar yang menganugerahkan Kekuatan Dewa, kurasa
mengetahui lokasi dari para Pelayan Dewa seharusnya adalah mungkin. Dan kalau
semuanya berjalan lancar, kita juga bisa menemukan lokasi dari Raja Iblis dan
identitas mereka yang sebenarnya……Hohoho. Meskipun ini benar-benar bentuk dari
memuji diriku sendiri, tapi ini benar-benar adalah saran yang sangat bagus!”
Wahahaha! Izayoi tertawa
terbahak-bahak.
“Ta…Tapi, mendaki gunung spiritual di wilayah lima digit adalah
sebuah perjalanan yang sangat sulit. Bagaimana bisa saya membiarkan anda semua
sampai melakukan hal seperti itu…”
“Dengar baik-baik. Ini adalah operasi untuk menginvestigasi
identitas sebenarnya dari Raja Iblis dan bukan hanya karena dirimu.”
Izayoi mengangkat bahunya dengan santai.
Leticia yang mendengarkan percakapan tersebut dari samping juga
mulai berpikir dengan sungguh-sungguh.
“……Itu kedengarannya tepat. Rencana tersebut kelihatannya akan
efektif. Meskipun Little Garden mungkin luas, para Pelayan dari dewa besar
seharusnya dapat menunjukkan keberadaan dari para Pelayannya.”
“Benarkah?”
“Yah……Haah, itu benar-benar titik buta yang kita lewatkan. Begitu
Festival Panen selesai, ayo coba menginvestigasi gerbang Langit.”
Leticia dan Izayoi bertukar pandang dan saling mengangguk pada
satu sama lainnya.
Setelah itu, Izayoi menoleh ke Lily sekali lagi dan dia melebarkan
lengannya ke arah pertanian sambil mulai tertawa angkuh.
“Dan karena itu. Lily, ibumu akan segera kembali, jadi kau harus
memikirkan sebuah rencana untuk menunjukkan hasilnya sebelum hal itu terjadi.
Orang yang bertugas saat ini adalah Lily ‘kan? Kalau membiarkan pemandangan
semacam ini menyambut ibumu, aku yakin kau akan diomeli habis-habisan, ya
‘kan?”
Senyum Izayoi terlihat sedikit nakal. Meskipun itu adalah
kata-kata yang diucapkannya dengan sangat memutar-mutar, tapi itu sudah jelas
bahwa dia bermaksud baik pada Lily.
“……Terima kasih. Kami pasti akan berhasil untuk membangkitkan
kembali pertanian ini ke kondisinya yang dulu!” Lily terlihat senang dan
juga malu saat telinga rubahnya yang memerah tertekan ke atas kepalanya dan
kedua ekornya berkibas-kibas saat dia mengucapkan terima kasih.
Lily yang tersenyum berseri-seri kemudian membalikkan punggungnya
ke arah Izayoi dan Leticia saat berlari menuju lahan pertanian. Leticia yang
mengantar kepergiannya dengan tatapannya terkekeh geli ketika melihat Izayoi.
“Wah, wah, ini benar-benar mengejutkan. Meskipun saya memiliki
perasaan semacam itu tentangmu sebelumnya……Tuan, anda benar-benar memperhatikan
rekan-rekan anda.”
“Ini sedikit terlambat untukmu menyadari hal ini, kau tahu? Kalau
aku bukan orang yang semacam ini, aku bahkan tidak akan mau turun tangan
membantu Komunitas tanpa nama semacam ini.”
“Hehe. Benar. Lily dan saya harus berterima kasih padamu Tuanku
atas kebaikan anda.”
“Itu benar. Kalian bisa menangis haru dan berterimakasih padaku
karena begitu baik.”
Mendengar Izayoi membalas dengan cara yang begitu bebas seperti
itu, Leticia juga mulai tertawa lebar.
Setelah itu, mereka berdua menyusuri jalan kecil yang ada di
sepanjang sisi lahan pertanian untuk mencapai tempat yang memang diperuntukkan
sebagai tempat beristirahat ketika pekerjaan di pertanian dimulai. Meja dan
kursi yang berwarna putih bersih telah disiapkan sehingga tidak akan ada
masalah saat mengenakan pakaian sehari-hari di tempat ini sebelum pekerjaan di
pertanian secara resmi dimulai.
Duduk di meja tersebut, Leticia mengeluarkan perangkat minum teh
yang dimasukkan ke dalam keranjang yang dia bawa, sementara Izayoi dengan
santai bertanya:
“Tapi rasa ingin tahumu ternyata kuat sekali. Jadi apa yang akan
kaulakukan setelah mendengar masa laluku?”
“Sudah jelas itu akan berguna. Dengan mengetahui masa lalu dari
Tuanku, mungkin ada satu atau dua hal yang bisa saya manfaatkan untuk
mengendalikan anda.”
“Oh ho. Aku mengerti. Tapi kalau kau punya rencana semacam itu,
kau seharusnya tidak mengatakannya terang-terangan.”
“Ya ampun. Anda benar. Tolong lupakan perkataan yang saya ucapkan
tadi, Tuanku.”
Leticia yang bergegas mengeluarkan perangkat minum teh
menyunggingkan senyum tipis.
Entah apakah itu tekhniknya bercakap-cakap yang membuat orang
tidak bosan, atau gerak-geriknya yang terlatih, Leticia adalah teladan bagi
para pelayan dan itu bahkan sampai ke tingkat di mana tak seorangpun yang bisa
percaya bahwa dia tadinya adalah seorang Raja Iblis.
Penasaran tentang hal tersebut, Izayoi meletakkan sikunya ke atas
meja sambil menopang wajahnya saat dia melemparkan sebuah pertanyaan kepada
Leticia:
“Hei, Leticia. Kau tadinya adalah seorang Raja Iblis, ‘kan? Apakah
karena kekalahanmu di Gift Game sehingga kau menjadi anak buah [No Name]?”
“Tentu saja tidak. Saya hanya memiliki tiga orang majikan hingga
saat ini dan anda adalah yang ketiga.”
“Tapi kudengar sebelumnya, selama seseorang mengalahkan seorang
Raja Iblis, mereka bisa mengikuti sebuah prosedur tertentu dan selama hal itu
memenuhi persyaratannya, mereka dapat menundukkan Raja Iblis tersebut. Leticia
bukannya begitu?”
“Oh, jadi anda membicarakan tentang hal itu,” Leticia membalas
mengerti.
“Tentang itu……Itu adalah sebuah cerita yang panjang. Saya hanya
akan menceritakan garis besarnya. Saya masuk ke dalam berserk mode setelah
mengaktifkan [Otoritas Host Master] saya dan karena itulah situasi saya
bukanlah [Akibat kekalahan dari sebuah Game yang telah diselesaikan], tapi
lebih tepat dikatakan sebagai [Game dihentikan secara paksa].”
“……Lalu apa yang terjadi dengan [Otoritas Host Master] yang
dihentikan secara paksa?”
“Itu langsung disegel di dalam berserk mode. Di Sisi
Selatan……Tidak, saya tidak berniat untuk mengatakannya pada siapapun tentang di
mana hal tersebut disegel. Bahkan jika diketahui, saya tidak berniat untuk
melepaskan segelnya.”
Berbicara sampai titik tersebut, Leticia menyunggingkan seulas
senyuman yang menandakan waktu yang sudah lama dia nantikan.
“Baiklah, sekarang giliran saya yang bertanya.”
“Yaa, aku tahu itu, kau tidak perlu mendesakku. Ngomong-ngomong,
apa yang pelayanku ingin ketahui?”
“Nn~” Leticia ragu-ragu sesaat.
Walaupun dalam kenyataannya, dia ingin mengetahui lebih lagi
tentang asal-usul Izayoi dan situasi kehidupan pribadinya, tapi dia memutuskan
untuk mengubah serangan pertanyaannya.
“Yah……Pertama-tama, mari bicarakan tentang headphone anda. Apakah
itu sesuatu yang teman atau kenalan anda buat?”
“Bukan, sama sekali tidak bisa disebut teman atau semacamnya. Aku
juga sudah katakan sebelumnya kalau ini hanyalah prototipe yang dibuat oleh
seorang bocah kecil dari organisasi yang sama denganku.”
“……Organisasi?”
“Nn. Itu adalah organisasi sosial anak-anak yang menampung para
yatim piatu……Atau bisa dibilang begitu. Tapi kurasa tidak ada organisasi semacam
itu di Little Garden, ya ‘kan?”
Izayoi memeras otak untuk menjelaskannya dengan cara yang bisa
mudah dimengerti.
Di sisi lain, Leticia merasa lega karena tidak secara langsung
menanyakan asal-usulnya. Meskipun Izayoi mungkin tidak akan tersinggung kalau
dia menanyakannya, karakter Leticia sangat sensitif dengan formalitas semacam
ini.
[Tidak……jika dipikir baik-baik, siapapun bisa menyadari bahwa ini
bukanlah hal yang aneh. Untuk Izayoi, seorang manusia yang memiliki kemampuan
langka semacam itu, dia tidak mungkin mempunyai sebuah kehidupan normal di
dunia lain. Tidak perlu dikatakan lagi, orang tua kandungnya mungkin tidak
dapat mempertahankan kondisi mental yang normal……]
—Pikiran Leticia terpecah pada titik ini.
Dipikir-pikir dengan seksama, mungkinkah seorang manusia biasa
melahirkan Izayoi yang adalah manusia yang tidak terikat aturan alam?
Menurut cerita, Asuka adalah seorang Nona dari sektor keuangan.
Kalau begitu, bukanlah hal yang ganjil jika leluhurnya memiliki hubunga dengan
seseorang yang bukan manusia. Bagaimanapun, harta yang berlimpah biasanya
menarik perhatian berkumpulnya kekuatan iblis.
Sedangkan untuk kekuatan Yō, meskipun itu bukanlah kekuatan di
dalam dirinya, tapi dinilai dari Gift yang ayahnya buat, ada kemungkinan yang
bisa disimpulkan bahwa Yō seharusnya berasal dari garis keturunan seorang
pemahat atau alkemis.
Karena itulah, Leticia beranggapan bahwa Izayoi akan mirip dengan
dua orang lainnya, bahwa kemampuannya berasal dari garis keturunannya.
[Meskipun masih terlalu dini untuk menolak kemungkinan itu……tapi
ini benar-benar mengesalkan karena aku benar-benar ingin mengetahui lebih rinci
mengenai dia.]
Meskipun sudah jelas dia ingin mengetahuinya, dia tetap menutup
mulutnya. Menahan rasa tidak sabarnya di dalam hati, Leticia menyuap sepotong
kue talas, yang merupakan makanan pendamping minum teh, ke dalam mulutnya.
Mungkin Izayoi menyadari perasaannya?
Izayoi mulai mengambil inisiatif untuk membicarakan kehidupan
pribadinya, meletakkan dasarnya selangkah demi selangkah.
“Walaupun aku sudah mengatakan tentang organisasi, diriku sebelum
berumur dua belas tahun tadinya diperlakukan seperti sebuah bola tim sepak
bola. Ditendang ke sana kemari. Ah! Itu bukannya sanak saudaraku! Tapi dari
organisasi ke organisasi atau dari organisasi ke orang tua angkat dan dari
orang tua angkat kembali ke organisasi.”
“……kenapa begitu?”
“Apa perlu kau tanyakan? Tentu saja karena aku terlalu berbakat. Meskipun
ada begitu banyak orang yang mau mengadopsiku sebanyak bintang di langit,
mereka akan segera mengembalikanku selama masa percobaan.”
Meskipun Izayoi tertawa terbahak-bahak, Leticia tidak dapat
tersenyum dan hanya dapat menunduk diam.
……Tidak peduli seberapa besar kekuatan yang dia miliki, Izayoi
pada saat itu masih seorang anak kecil. Meskipun itu hanyalah orang tua angkat
yang mengadopsinya, tapi untuk dipindah-pindahkan ke lingkungan yang baru
berkali-kali, itu seharusnya tidak baik untuk perkembangan seorang anak.
Dan karena itulah Leticia tidak tahu harus berkata apa dan dengan
diam mendengarkan narasi Izayoi.
“……Walau begitu, aku selalu penuh dengan semangat untuk melayani
sejak usia sangat muda. Walaupun aku menjawab semua keinginan mereka,
kelihatannya stimulasinya sangat terlalu kuat untuk mereka hadapi dan mereka
yang telah sukarela menjadi orang tua angkatku, tak ada satu pun dari mereka
yang tidak membungkuk padaku dan mengatakan hal yang sama ‘—Kami mohon supaya
kau kembali ke organisasi tersebut!’
“Dan begitulah, itu adalah perpisahan~ Ada juga seorang pria
menarik yang mencoba memanfaatkanku, tapi pada akhirnya, orang tersebut
berakhir dengan cara yang sama……Hng! Sekarang aku mengingat-ingat ini semua,
aku masih berpikir bahwa itu adalah sebuah akhir yang membosankan. Aku
membiarkan diriku dimanfaatkan olehnya berkali-kali dan pada akhirnya, tetap
saja sama. Karena itu adalah kesabaranku yang terakhir, aku mengumpulkan semua
catatan penipuan pajaknya dan bukti-bukti penggelapannya lalu mengirimkan
semuanya kepada para jaksa dan perusahaan televisi.”
“Hng!” Izayoi meneguk tehnya untuk menghilangkan rasa tidak
senangnya.
Melihat reaksinya, Leticia memahaminya secara naluriah…
Izayoi muda sebenarnya menyukai orang tua-orang tua angkatnya yang
memanfaatkan dia, kalau tidak, dia tidak mungkin mencerca mereka dengan nada
semarah itu.
“Kira-kira kapan, ya itu? Oh, kurasa itu sekitar saat aku berumur
sepuluh tahun. Benar. Setelah itu, aku memutuskan bahwa aku akan membuat mereka
semua yang mencoba memanfaatkanku menderita. Tapi itu bukanlah pelarian panjang
yang menyenangkan dan aku mulai menggunakannya untuk mendapat banyak uang, tapi
aku juga dengan segera muak dengan hal tersebut. Tepat ketika aku tidak punya
hal lain untuk dilakukan—kalau kuingat dengan benar……Aku mengambil uang yang
telah kukumpulkan untuk mengadakan sebuah permainan?”
“Permainan?”
“Ya. Nn. Ini sesuatu yang mirip dengan Gift Game di sini dan
jumlah uangnya juga sangat banyak. Satu-satunya peraturan adalah ‘Temukan aku
dalam semingu’, sederhana ‘kan?”
“Nn……ya.”
“Aku menimbun tumpukan-tumpukan uang yang dipakai sebagai hadiah
menjadi sebuah bukit kecil dan memfotonya dengan sebuah catatan yang bertuliskan
aturan permainannya untuk disebarkan di internet. Hasilnya, orang-orang bodoh
itu mulai heboh dan membuat keributan kecil…… Walau begitu, hal tersebut hanya
menarik perhatian mereka karena kebanyakan dari mereka menyerah setelah tiga
hari dan mengeluhkan hal-hal seperti ‘Ini terlalu sulit’, ‘Beri beberapa
petunjuk’, ‘Si pembuat permainan tidak mau siapapun untuk menang sejak awal’
dan keluhan-keluhan keras kepala lainnya yang mirip.”
Izayoi mengangkat bahunya tidak senang.
Pada saat ini, ekspresi Leticia mengendur dan dia membuka mulutnya
untuk mencandari tingkah Izayoi.
“Tidak, sudah jelas anda yang salah, Tuanku. Kalau anda ingin
mengadakan sebuah permainan yang bagus, maka anda seharusnya memilih pesertanya
dengan lebih ketat. Meskipun saya tidak tahu apa itu internet, tapi saya rasa
itu pada dasarnya adalah sebuah semacam tempat untuk pemberitahuan, ya ‘kan?
Kalau anda menunjukkan hadiah sebesar itu dan membiarkan orang-orang untuk
berpatisipasi dengan bebas, hal tersebut hanya akan mengundang keramaian besar
dari partisipan kelas rendah dan inilah yang kita sebut dengan kenyataan.”
“Ha. Itu adalah sesuatu yang tidak bisa kusangkal. Tapi tolong
ingat tindakanku ini sebagai aksi seorang bocah kecil dan tolong jangan
salahkan aku.”
Omelan langsung dan tajam tersebut membuat Izayoi menyunggingkan
senyuman miris.
Menuang sendiri secangkir teh hijaunya yang kedua, dia melanjutkan
cerita masa lalunya dengan sedikit rasa melankolis yang merayap ke matanya.
“—Tempat aku bersembunyi selama permainan adalah di tengah-tengah
gunung tidak banyak dikunjungi manusia. Di sanalah aku, berbaring menunggu di
samping tumpukan 30 koper yang terisi penuh dengan uang, tapi tidak ada seorang
pun yang datang. Terlebih lagi, saat itu adalah akhir musim panas dan
kelembapannya tinggi. Kantung tidurku juga sangat bau dan menjijikkan dan aku
harus mengalami badai hebat yang melanda daerah itu. Mendengar gemuruh guntur
di dalam hutan, aku menyadari alasan mengapa kilat dan petir selalu dihubungkan
dengan fenomena yang diakibatkan oleh para dewa. Meskipun tubuhku ini tidak
akan pernah hancur bahkan jika aku tersambar, tapi sudah jelas hal tersebut
berpengaruh kuat pada seorang anak kecil yang percaya dengan hal-hal yang
magis.’
“……”
“Di tengah-tengah badai yang hebat, ketika aku akhirnya menyadari
bahwa tidak ada harapan untuk menemukan orang yang bisa menyelesaikan permainan
tersebut, aku merasa seakan hal-hal di sekelilingku benar-benar bodoh. Saat
mereka meminta petunjuk, aku telah menjawab permintaan mereka tapi mereka tidak
mengerti; untuk membiarkan diriku ditemukan, aku sering berkeliaran seorang
diri, tapi tetap tidak ada yang menemukanku. Meskipun aku masih seorang anak
kecil, tapi aku begitu marah dan merasa bahwa mata dari orang-orang brengsek itu
telah mengalami kemunduran menjadi seperti seekor olm6! Pada
akhirnya, aku tidak dapat menghentikan tumbuhnya rasa murka dan sampai berpikir
‘Mungkin sebaiknya hancurkan saja setengah dunia ini’, saat aku mencengkeram
tinjuku yang gemetar saat kembali ke tempat persembunyianku. Dan saat itulah……”
—Ya. Di hari itulah ketika guntur bergemuruh sementara angin
menderu dan hujan mengamuk di kedalaman hutan, Izayoi mengalami pertemuan yang
mengubah hidupnya.
—“Tinggalkan keluargamu, teman, harta dan semua yang kau miliki di
duniamu dan datanglah ke Little Garden”.
Meskipun Izayoi telah menjawab panggilan semacam itu, dia masih
memiliki satu pertemuan tersebut di tempat asalnya yang dia tidak akan pernah
dia lupakan.
Dan itu adalah dengan orang tersebut—Canaria dan pertemuan yang
mengubah hidupnya.
Bagian 2
Izayoi mendengarkan suara gemeretak jendela-jendela bis yang
diakibatkan badai hebat saat dia mengulurkan tangannya untuk membersihkan embun
yang terbentuk pada jendela tersebut. Kelihatannya badai hebat tersebut
menyerang daerah ini. Saat dia turun dari bis, sang supir memanggilnya untuk
menyuruhnya mencari tempat perlindungan secepat mungkin, tapi karena hal
tersebut begitu merepotkan, Izayoi memutuskan untuk mengabaikan peringatan
tersebut.
Bangunan terbengkalai tersembunyi di tengah gunung digunakan
sebagai tempat persembunyiannya dan Izayoi membelok dari jalan terbuka ke jalan
bercabang yang mengarah ke dalam gunung. Pada awalnya, tempat ini dimaksudkan
untuk digunakan sebagai panti jompo, tapi karena proyek pengembangan jalan raya
yang diprogramkan, rencana tersebut mengalami kemunduran dan dibiarkan menjadi
sia-sia di gunung ini tanpa dirubuhkan.
Mengakhiri perjalanan melewati jalan setapak gunung yang semakin
memburuk karena badai, Izayoi menutup pintu kaca yang hancur dengan begitu
banyak retakan ketika dia melangkah masuk ke bangunan tersebut.
Mengambil handuk yang tergantung di puing-puing pilar untuk
mengeringkan kepalanya, dia kemudian menyalakan lentera yang telah dia
persiapkan sebelumnya.
Memastikan waktunya dengan memanfaatkan pencahayaan lentera, dia
melihat waktu di jam tangannya menunjukkan pukul 23.56. Menyadari bahwa hanya
tinggal empat menit sebelum batas waktunya tiba, Izayoi muda yang tidak dapat
menyembunyikan kekecewaannya menghela nafas.
“……..Sekarang pukul 23.56 dan jumlah orang yang menemukanku adalah
nol.”
“—Sekarang pukul 23.57 dan jumlah orang yang menemukanmu adalah
satu.”
Ini seharusnya dianggap sebagai menyelesaikan permainan ‘kan?
—Mendengar sebuah suara ringan dan riang berbicara padanya dari sekitarnya,
Izayoi dengan cepat berputar dan menempelkan punggungnya ke dinding saat dia
meningkatkan kewaspadaannya.
Itu adalah suara seorang wanit. Seorang penyusup yang memiliki
suara seindah seorang biduanita sedang menahan napasnya sambil bersembunyi di
sudut kegelapan ruangan itu.
Tadinya terpikir untuk berjingkat-jingkat mendekati orang
tersebut…..Izayoi mengenyahkan ide tersebut setelah mempertimbangkannya
baik-baik ketika dia melihat bahwa tidak ada perlunya untuk melakukan hal itu
dan mengangkat bahunya.
“……Nn. Itu benar. Kau adalah orang yang berhasil menyelesaikan
permainan ini. Sebagai penyelenggara, aku akan memberimu selamat, jadi keluar dan
tunjukkan dirimu sekarang.”
“……Penyelenggara satu ini benar-benar bermulut jelek.”
Walaupun nadanya tidak setuju, kata-katanya tetap terdengar
menyejukkan telinga.
Izayoi merasa ketertarikkannya terhadap wanita ini bertumbuh seiring
dengan setiap kata yang dia ucapkan dari dalam bayangan…
“Ngomong-ngomong soal itu, maukah kau memperkenalkan dirimu
sendiri? ‘Izayoi-chan’?”
“……Oh? Mengagumkan kau bisa mengetahui hal itu.”
“Tentu saja, tidak perlu dikatakan lagi. Ini adalah permainan
untuk menemukan dirimu. Memulainya dengan indentitas si penyelenggara adalah
metode yang paling masuk akal.”
“HngHng.” Kata-kata yang menandakan rasa bangganya bergema di
ruangan itu.
“Tapi, aku jelas tidak menyangka untuk bertemu anak bermasalah
sepertimu di dunia ini. Berpindah-pindah melalui dua puluh empat organisasi
sosial, bergonta-ganti tiga puluh satu pasang orang tua angkat, dan di antara
para orang tua angkat, dua puluh satu pengadopsi telah dihukum atas tindak
kriminal yang telah mereka lakukan dengan licik. Hingga ke tingkat di mana
tidak ada satu keluarga atau organisasi yang akan mau menerimamu.”
“Kedengarannya sangat akurat. Tapi, tidak disangka kau akan
mencoba untuk menemukan bocah semacam ini. Bahkan ketika sudah jelas untukmu
bahwa aku bertahan dari penyusupan dengan memasang sangat banyak jebakan di
antara reruntuhan yang bahkan bisa membuat sebuah gunung kecil karena begitu
banyaknya.”
“Oh. Nn. Level semacam itu bukanlah masalah. Tapi senar pianonya
benar-benar sangat membahayakan orang lain jadi aku harus menyingkirkan
semuanya.”
Dan senar-senar piano itu mendarat di sebelah kaki Izayoi,
dilemparkan dari balik bayangan.
Ini adalah senar-senar yang telah dia pasang sebagai jebakan yang
mengelilingi tempat di mana dia menyembunyikan koper-koper tersebut. Dan karena
sebenarnya benda tersebut berada di ceruk terdalam reruntuhan tersebut dan
penempatannya seharusnya terlalu gelap untuk bisa diidentifikasi……Tidak.
Dibandikan semua hal ini……
“……Kau ternyata tidak mengambil uangnya dan pergi.”
“Itu karena aku tertarik padamu makanya aku datang.”
“Tentu saja mungkin karena itu, bukan begitu?” Sebuah tawa riang
bergema di sekitar reruntuhan gelap.
“…Yah, kurasa. Semua peserta yang lain kelihatannya berjuang untuk
menemukan lokasi uangnya, dan mereka sepertinya ingin memecahkan teka-teka
tentang lokasi uangnya dari foto itu.”
“Itu karena foto tersebut sengaja diambil untuk menyesatkan
orang-orang. Saat mengambil foto tersebut, aku sengaja membiarkan kaki langit
di tepi pantai sebagai latar belakang untuk terfoto juga. Walau tidak peduli
bagaimanapun aku membuatnya, itu tetap masih terlalu sederhana tapi masih bisa
menjadi faktor utama penyebab kesalahahpahaman.”
“Tapi memiliki begitu banyak uang, bukankah sangat sulit untuk
seorang anak kecil memindahkannya sendirian?”
“Itu juga metode untuk mengelabui lawan. Di samping itu, aku juga
telah menyiapkan petunjuk untuk menyesatkan. Pada akhirnya, mereka semua tetap
saja mudah untuk dikelabui! Aku seharusnya ketat dalam memilih pesertaku.”
“Cih!” Izayoi mendecakkan lidahnya dengan frustrasi.
Pada akhirnya, sebuah tawa terkekeh terdengar dari kegelapan.
“Aku mengerti. Metode semacam itu mendapatkan efeknya dalam
kuantitas dan tidak dalam kualitasnya, karena itulah tidak bisa memberikan
klimaks yang kau cari. Karena kau ingin menggunakan internet untuk melakukan
penyebaran dalam skala besar, kau seharusnya memulai game dari tes untuk
[Menemukan Isi dari Hadiahnya]. Dengan cara begitu, tidak hanya kau akan dapat
memilih pesertanya, itu juga dapat membuat sebuah pertunjukkan yang
meningkatkan kredibilitasnya. Kekurangan terbesar dalam permainan ini……mungkin
adalah kenyataan di mana kau membiarkan kebanyakan orang-orang untuk berpikir
‘Bagaimana bisa ada seorang bocah kecil yang memiliki uang sebanyak itu? Pasti
hanya main-main’, ya ‘kan?”
Orang tersebut memperdengarkan tawa yang terdengar musikal dan
enak didengar.
Izayoi sedikit tidak senang tapi percakapan tersebut memberinya banyak
pelajaran, karena itulah dia tidak membuka mulutnya untuk berkata apapun.
Bersamaan dengan suara sepatu hak tinggi yang berkeletak-keletuk
membentuk lantai kayu, wanita misterius tersebut mendekat.
Menaikkan lenteranya untuk menerangi area tersebut, sesosok wanita
menjadi jelas di depan matanya.
Memastikan penampilan wanita tersebut, Izayoi bertanya dengan nada
tidak setuju:
“……Hei, kau mendaki gunug dengan berpakaian begitu?”
“Tentu saja. Ini adalah pakaian setiap saat yang memberiku kemenangan.”
Sambil berkata begitu, wanita tersebut berpose sambil berkacak
pinggang.
Wanita itu berpakaian mantel putih panjang yang menutupi rompi
berwarna ungu kecubung dengan tali spaghetti, ditambah sepatu bot panjang ber-hak
tinggi untuk mencocokkan. Bagian paling unik darinya yang akan meninggalkan
kesan adalah anting-anting cangkang yang tidak sama di telinga kanan dan
kirinya. Ini karena cangkang yang bergelantungan di telinga kirinya memiliki
pusaran yang hanya dapat terbentuk karena keanehan genetis dan sudah pasti
sangat langka.
Wajah yang diterangi cahaya tersebut tidak disangka cantik dengan
rambut bergelombang pendek berwarna keemasan yang terlihat memunculkan bentuk
wajah yang lembut dan proporsional. Untuk usianya, bahkan jika standarnya
dinaikkan, tetap saja sekitar paruh awal dua puluhan.
“……Aku tidak menyangka kau begitu muda, Oba-san.”
“Haha! Memanggilku muda dan kemudian Oba-san? Kau benar-benar
jahat, ya Izayoi-chan. Kau seharusnya menghormatiku dan berlaku sopan serta
dengan hormat memanggilku dengan nada menyerah kalah: ‘Canaria-oneesan’.
Seharusnya begitu.”
—Alis Izayoi berdenyut sedikit karenanya.
Pada saat yang sama, dia mengenyahkan sikap ramahnya yang
sebelumnya dan mulai melepaskan rasa permusuhan terhadap Canaria yang
kelihatannya cukup kuat untuk menyakiti orang lain.
“……Maaf tapi aku tidak bisa begitu saja mengacuhkan perkataanmu
tadi. Apa yang kau maksud dengan ‘nada menyerah kalah’? Canaria-obasan, aku
adalah penyelenggara permainan dan kau, si penantang. Karena itu, kau
seharusnya dengan hormat menerima hadiahnya dariku. Itu seharusnya masuk akal,
‘kan?”
Mata Izayoi berkilat dengan tatapan tajam yang menunjukkan rasa
tidak takut yang sama sekali tidak seperti seorang anak kecil normal biasanya.
Akan tetapi, Canaria hanya menurunkan bahunya dan menunjukkan
tatapan yang sangat kecewa.
“……Baiklah, Izayoi-chan. Aku akan membalikkan pertanyaannya
padamu. Kenapa kau membuat permainan ini?”
“Apa?”
“Walaupun kurasa bukan ini masalahnya……tapi mungkinkah ini karena
kau berpikir ‘Aku berharap seseorang di suatu tempat di dunia ini akan dapat
menemukanku’ —perasaan menyedihkan yang membosankan semacam itukah yang
membuatmu mengadakan permainan ini?”
Pada saat itu, tatapan Canaria kelihatannya menembus Izayoi.
……Atau setidaknya itulah ilusi yang Izayoi alami.
“Jika begitu, maka aku mungkin terlalu memandang tinggi dirimu.
Jadi aku bisa dengan tulus meminta maaf. ‘Aku minta maaf karena aku seharusnya tidak
memperlakukanmu setara dan juga seharusnya aku tidak menganggap permainan
anak-anak seserius ini’.”
Jadi, bagaimana? Canaria mengerutkan alisnya yang rapi saat dia
melemparkan pertanyaan itu padanya.
Izayoi menatap Canaria, terdiam beberapa saat.
[Alasanku……mengadakan permainan ini?]
“Mengharapkan seseorang untuk menemukanku?” —Bagaimana mungkin?
Izayoi menggeleng-gelengkan kepalanya kuat-kuat. Dia bukanlah seseorang yang
mengadakan permainan ini karena alasan membosankan dan menyedihkan semacam itu.
Hanya memikirkannya saja sudah bisa membuatnya merinding.
Kalau begitu, apa alasannya? Izayoi tidak dapat menemukan
jawabannya bahkan setelah memikirkannya baik-baik.
Canaria melengkungkan punggungnya ke belakang dan membentangkan
lengannya. Sebuah hembusan besar angin yang mirip dengan yang sedang menyiksa
reruntuhan dengan hujan di luar menyibakkan mantel putih panjangnya, membuat
sosoknya yang kecil terlihat lebih besar.
“Bukan begitu, ‘kan? Izayoi-chan. Alasan kau mengadakan permainan
ini tidak mungkin begitu kecil dan lemah. Pesan yang kau tulis bukanlah surat
keluhan dari anak hilang, tapi itu seharusnya adalah surat tantangan yang
ditulis dengan keinginan yang lebih kuat.”
“……”
“Hal yang yang kau cari adalah penantang yang sebanding dengan
kekuatanmu, bukan begitu? Dan permainan ini sudah jelas dibuat untuk orang
semacam itu. Akan tetapi para pesertanya adalah manusia biasa yang sama dengan
siapa saja yang bisa ditemukan di jalanan……Bagaimana, Izayoi-chan. Alasan
kenapa kau merasa gelisah dan frustrasi bukanlah karena kenyataan bahwa tidak
ada seorang pun yang muncul untuk menyelesaikannya, tapi itu karena kau pada
awalnya ingin membuat sebuah permainan yang dapat membuat darah orang-orang
mendidih dan kontes yang menegangkan. Tapi dalam kenyataannya, standar dari
permainan ini begitu rendah sehingga tidak bisa sukses.”
“……Ugh!”
*Bang!* Kesal dan gelisah, Izayoi menjejakkan kakinya ke lantai kayu.
Kelihatannya perkataannya mengenai sasaran. Kekuatan luar biasa
dari kakinya, yang tidak seperti anak umur sepuluh tahun pada umumnya,
menyebabkan seluruh bangunan terbengkalai tersebut bergetar dan hembusan hebat
angin dan hujan mulai bertiup masuk dari celah terbuka di dinding.
Canaria tidak menunjukkan rasa takut sedikit pun pada tindakan
yang mengintimidasi tersebut ketika dia membelakangi petir dan melangkah
mendekati Izayoi. Selangkah demi selangkah.
“Aku akan mengulanginya sekali. Akulah pemenangnya dan kau yang
kalah. Permainan ini dimulai dengan surat tantangan yang kau buat dan diterima
olehku. Karena ada orang yang muncul dan menyelesaikan permainanmu, kau
berkewajiban untuk memuji sang pemenang sebagai penyelenggara permainan. Orang
yang tidak bisa memenuhi hal tersebut seharusnya tidak pernah mencoba untuk
menjadi seorang penyelenggara.”
*Kack!* Canaria yang menghentakkan
sepatunya berhenti di hadapan Izayoi terlihat lebih besar meskipun dia
seharusnya adalah seorang wanita berpostur kecil. Izayoi muda mundur selangkah
dan berkata dengan nada jengkel.
“……Maksudmu aku harus mengaku kalah?”
“Itu benar. Lalu dengan posisi sebagai penyelenggara, umumkanlah
pemenang yang telah menyelesaikan permainanmu. Dengan begitu, permainannya akan
berakhir.”
“……”
“Dan begitu permainanmu berakhir……Ayo mulai sebuah permainan baru
bersama-sama.”
—*Apa?* Hal tersebut begitu tiba-tiba, seperti serangan mendadak,
hingga membuat Izayoi mematung.
Canaria sepertinya hanya memikirkan dirinya sendiri pada saat ini
karena kemudian dia melanjutkan:
“Itu benar. Itu adalah janji untuk permainan selanjutnya. Oh
baiklah, ini juga bagus. Untuk putaran berikutnya, aku akan menjadi
penyelenggaranya. Selama aku menggunakan uang yang sudah kau siapkan, aku bisa membuat
pertunjukkan yang sangat memuaskan……Hehe. Kali ini, biarkan aku yang
menunjukkan seperti apa seorang penyelenggara permainan yang sebenarnya.”
“Jadi, bagaimana?” Canaria menelengkan kepalanya sambil bertanya.
Karena topik pembicaraan berkembang ke arah yang tak terduga,
Izayoi mau tidak mau ternganga terperangah tanpa tahu harus bereaksi seperti
apa saat ini.
Seperti itu, dia menatap bodoh pada Canaria selama beberapa
saat—sebelum terlihat memikirkan sesuatu sambil cemberut dan bertanya:
“Kalau begitu…hadiahnya apa?”
“Hadiah?”
“Nn. Karena ini adalah permainan di mana hanya kita berdua
pesertanya, maka tidak perlu mempersiapkan semua hal tersebut yang kau
diskusikan tadi ‘kan?”
“Nn~ Kedengarannya bagus juga…..Oh baiklah, bagaimana kalau begini
saja?”
Canaria menekukkan lututnya untuk menyamakan tinggi matanya dengan
mata Izayoi.
Setelah itu, dia membiarkan dahinya saling bersentuhan dan berkata
pada Izayoi dengan nada yang terdengar seakan dia sedang melakukan sebuah
kejahilan nakal:
“Kalau aku menang……Aku bisa mendapatkan seorang putera bermulut
tajam.”
“……”
“Kalau kau menang……Maka aku akan selalu menjadi teman bermainmu
seumur hidup. Sebuah syarat tambahan juga ada: Aku juga akan menyiapkan tempat
bagus untukmu beristirahat dan bersantai.”
“Bagaimana dengan itu?” Canaria bertanya dengan senyum.
Izayoi tampak kebingungan, kelihatannya terdesak saat dia
meletakkan tangannya di belakang kepalanya untuk berpikir sebentar sebelum
menanggukkan kepalanya secara berlebihan dan angkuh.
“……Ah, aku tidak bisa memikirkan rencana lain. Jadi pemenang dari
permainan payah ini adalah kau, Canaria.”
“Terima kasih. Nah, sekarang giliranku sebagai [Host] untuk
mengundangmu.”
Sambil berkata begitu, Canaria meraih tangan Izayoi dan bersama
Izayoi muda, mereka berjalan bergandengan tangan menuju pintu.
—Permainan antara mereka berdua berlanjut hingga hampir dua tahun.
Melewati batas negara-negara, mereka berpergian melintasi benua-benua.
Melakukan pencarian iblis di Air Terjun Iguazu, dan pergi untuk memastikan
ujung dunia……Pada akhirnya, mereka berdua mencapai sebuah organisasi sosial.
[Panti Asuhan CANARIA]—itu adalah organisasi sosial anak-anak yang
dibangun hanya untuk menerima Izayoi.
Translator’s Footnotes
1.
Inari Okami : Dewa Inari
2.
Oka-sama : Bentuk sopan dari
“Okaa-san” yang berarti “Ibu”.
3.
Shiro Kitsune : Rubah Putih
4.
Ukanomitama : Ukanomitama dikatakan mirip
dengan Inari berdasarkan teks kuno dan bahkan mungkin adalah dewa yang sama
atau berbeda dikarenakan adanya perbedaan budaya.
5.
Dewa tanah : Penguasa elemental yang
bertanggung jawab atas infrastruktur dan kestabilan
6.
Olm : Kadal buta penghuni gua.
1 Comments
Dibangun hanya untuk menerima izayoi🗿
BalasHapusPosting Komentar