JILID 1 BAB 2
COMPLICATION (03:18)
BAGIAN PERTAMA
3.18 pagi, 24
detik.
Marie Bell Breguet
terbangun.
Dia menendang
selimutnya dan melompat bangun.
Dia berada di
tengah yang kamar kecil dan gelap, tempat ini mungkin digunakan sebagai tempat
penyimpanan buku, dan dia menahan nafasnya saat dia mendengarkan daerah
sekitarnya.
(Itu…)
Entah mengapa dia
merasa gelisah dan juga merasa sangat aneh.
Dia tidur sangat
lelap karena kelelahan setelah perjalanan yang panjang, hanya saja saat ini dia
terbangun dengan mendadak. Jantung di dada kirinya berdenyut kencang.
Kakinya perlahan
meninggalkan kasur sementaranya, dan menyentuh lantai.
Suasananya sangat
sunyi.
Dan masih ada
beberapa jam lagi tersisa sampai fajar tiba.
Para pasukan
sedang mengistirahatkan tubuh dan pikiran mereka karena akan ada tugas berat
yang menunggu mereka. Orang-orang yang masih belum tidur mungkin bekerja pada
shift malam karena diberi tugas untuk mengawasi. Marie juga tergoda oleh
dorongan untuk berbaring di bawah selimut lagi…tapi dia menahan dirinya
sendiri.
Dia tidak bisa
membiarkan perasaan aneh tadi begitu saja.
Dia adalah orang
jenius, dan juga seorang Meister.
Sejak masa
kanak-kanaknya, dia sudah pergi ke tiap tempat yang berbeda secara langsung,
dan pernah juga mendeteksi anomali bahkan bahaya yang tak terhitung jumlahnya.
Talenta dan
pengalamannya memperingati dirinya. Di situasi ini, dia bisa mendapat perasaan
seperti itu karena faktor-faktor tersebut.
Karena itulah
tidak mungkin jika tidak ada apapun yang terjadi.
“Siapa disana!?”
Marie berteriak
saat terburu-buru bangun.
Dia mengenakan
mantelnya, menggerakkan kakinya yang berat, dan membuka pintu.
Dia keluar menuju
koridor yang redup, dan ada sesuatu yang bergerak sedikit di samping pintu. Itu
adalah seorang pria botak paruh baya dengan tubuh seperti beruang raksasa, tapi
menakutkannya, keberadaannya tidak terdeteksi sama sekali.
Dia, Halter,
sedang terbaring di lantai dengan selimut, dan perlahan-lahan mengangkat
kepalanya.
“…Ada apa, Milady?
Anda bermimpi buruk?”
“Kau mau mati?”
Marie melihat
tajam Halter dengan wajah yang merasa tidak aman.
“Bangun, dasar
orang tolol dan gendut. Ambil semua data perhitungan selama 120 detik padaku
sekarang juga.”
“Baiklah. Aku akan
mengambilnya…ah, selain itu.”
“Apa lagi!?
Ce-Cepatlah! Lari sana!”
Di depan wajah
mengerikan Marie, Halter berkata,
“Aku sudah
mengerti. Setidaknya bisakah anda mengenakan pakaian dalam?”
“?”
Merasa terkejut, gerakan, ekspresi dan napas Marie berhenti di waktu yang
bersamaan.
“…”
Tidak ada.
Dia tidak
mengenakan apapun.
Atau lebih tepatnya, dia
telanjang bulat.
Gadis jenius ini
meletakkan tangannya di pinggul, berdiri dengan angkuh disaat tubuhnya
telanjang penuh.
“~~~~~~~~~~~!!!”
Saat dia
mengangkat kepalanya, Halter sudah tidak terlihat lagi disana.
Telapak tangan
yang sudah dia angkat secara insting telah kehilangan targetnya, dan wajahnya
menjadi merah padam saat dia terburu-buru kembali ke kamarnya.
***
BAGIAN KEDUA
Halter kembali
dengan cepat sesuai perintah Marie.
Marie sudah
memilih salah satu pakaian yang berserakan di kamar, dan sesaat setelah dia
mengenakannya, ketukan di pintu dapat terdengar.
“–Kau boleh masuk”
Dia bicara dengan
kaku.
Sesaat setelah
Marie berkata begitu, Halter masuk dengan setumpuk data.
Marie ingin
mematahkan salah satu tulang kering Halter saat dia menunggu, tapi dia terpaksa
membatalkan gagasan itu setelah dia melihat seorang anggota tim pengamatan mengikuti
Halter.
Dia menyembunyikan
sikapnya yang terlihat seperti berhadapan dengan seorang penjahat , karena
tidak mungkin dia bisa mempermalukan dirinya sendiri di depan anggota pasukan
elitnya.
Marie menahan
dorongan untuk membunyikan lidahnya sambil melemparkan pandangan tajam ke arah
Halter.
–Matilah, dasar
penjahat.
Salah satu orang
keheranan apakah Halter memahami makna di balik tatapan itu. Dia sedikit
membungkukkan badannya dan meletakkan tumpukan data di genggamannya ke atas
meja.
Ketua tim pengamatan,
Hannes, mengambil selembar data, dan menyerahkannya pada Marie.
“Profesor Marie,
dari data pengamatan yang sudah kami kumpulkan–”
“Apakah ada sebuah
perubahan berselang pada gravitasinya?”
Marie mengambil
kesempatan untuk menjawab duluan.
Setelah
kata-katanya dipotong, Hannes membelalakkan matanya.
“Oh, aku
benar-benar terkejut. Apa anda sudah menyadarinya?”
“Hanya tebakan
saja. Aku punya firasat kalau itulah yang terjadi.”
“Ya, seperti yang
anda katakan, profesor. Nilainya meningkat dari 0,92 menjadi 1,04 selama satu
jam ini. Sudah ada 3 kejadian perubahan gravitasi secara berselang.”
“…Perubahan
sebesar 0,1G? Tidak, perbedaan gravitasi itu seharusnya lebih kecil, kan? Hal
yang bagus kalau kau berhasil mengamati hal itu. Bukankah ini guncangan yang
cukup besar untuk membangunkan siapapun?”
Halter memotong
pembicaraan dengan bahasa sopan yang tidak rapi.
“Kau sudah diubah
menjadi seorang cyborg. Mekanisme Tourbillion yang dipasang di dalam tubuhmu
membuat setiap tingkat kesalahan dalam perubahan gravitasi tidak akan
berpengaruh.”
Marie menjawab
sambil melihat salah satu tubuh yang lebih besar dan tinggi dari mereka semua.
Halter, beperan
sebagai bodyguard dan sekretaris Marie, sebenarnya adalah seorang ‘teknisi’
yang lahir di daerah militer, dan tubuhnya sudah diubah menjadi seorang cyborg
saat dia masih muda. Kekuatan fisiknya meningkat sampai-sampai dia bisa
menghancurkan sebuah automata petarung dengan satu pukulan, tapi sebagai
gantinya, indranya tidak sepeka tubuh sungguhan.
“Walaupun begitu,
jumlah ini berada di nilai tertinggi jika kita membicarakan tentang berat dari
seseorang yang menaiki elevator, tidakkah begitu?”
“Itu sudah cukup.
tetapi itu bukanlah masalah utamanya.”
“Walaupun perubahannya
sendiri hanyalah kekeliruan belaka, masalahnya adalah nilai itu sendiri. Nilai
pada grafik frekuensi menunjukkan situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya
jika kita membandingkan datanya dengan data yang telah tertulis 30 tahun
terakhir. Walaupun nilainya mempertahankan nilai gravitasi yang konstan yaitu
1,03…”
“Jika kita
mengolah data pengamatannya, kurang lebih seperti itu,”
–Marie merasa
berat tubuhnya meningkat, dan berhenti berbicara.
Beratnya tidak
sampai menyebabkan dia roboh, tapi perubahan ini tidak bisa diabaikan.
Marie menganalisis
berat tarikan gravitasi pada tubuhnya dengan tenang, dan bergumam,
“–Sekarang jam
setengah satu.”
“Profesor Marie,
bagaimanapun juga ini…”
“Ya, kita tidak
bisa memecahkan ini dengan hanya deduksi sederhana berupa ‘hanya sebuah anomali
gravitasi biasa’. Melihat rata-rata perubahan ini, semua orang di atas gear
akan terkena dampaknya.”
Itu Artinya,
“Dalam skenario
terburuk, kita mungkin harus merobohkan struktur kota ini.”
“–!!”
Kata-kata tenang
Marie menyebabkan semua orang disana menjadi tegang.
Perubahan
gravitasi sebanyak ini setara dengan seseorang sedang yang mabuk berat.
Tapi bagaimana
jika ada gaya gravitasi yang lebih besar dari itu? Atau saat gravitasi nol
terjadi?
Mereka dapat
berakhir dengan dihancurkan oleh berat mereka sendiri, atau mereka dapat
dikirim terbang ke luar angkasa.
Atau mungkin
kerusakannya bisa melebihi pengatur gerakan yang bisa ditahan, dan mesin-mesin
akan mengalami malfungsi.
Kalau ini adalah
sebuah otomobil atau sebuah apatermen, maka tidak masalah, tapi jika 12 ‘Menara
jam’ yang mengontrol lingkungan kota dan ‘Menara inti’ yang berdiri di tengah
kota hingga menjulang sampai stratosfer hancur, mereka tidak bisa membangun
kembali kota ini.
Kota ini, Kyoto,
akan menghilang selamanya.
‘Clockwork
Planet’, sebuah dunia yang terdiri dari gear-gear, adalah teknologi hitam yang
tidak bisa ditiru oleh semua orang bahkan setelah 1000 tahun berlalu.
Itupun adalah hal
yang sama bagi Meister ini, salah satu dari 6305 Meister di dunia.
“–Dengarkan aku,
semuanya.”
Marie berbicara.
Dia melihat ke
arah pekerja yang gelisah, dan bicara dengan nada pantang menyerah.
“Aku kira semuanya
sudah menyadari kalau situasi ini sangat kritis. Ini kasus yang aneh, baik
mengenai pengiriman yang mendadak maupun laporan malfungsi yang sederhana–”
Setelah dia bicara
sampai disitu, dia berhenti sejenak.
Kakinya melebar
selebar bahunya, tangan kirinya ada di pinggangnya sambil mengangkat lengan kanannya
dengan santai.
Walaupun dia
memiliki tubuh seorang gadis kecil, dia memiliki aura ratu saat dia
melanjutkan.
“Semuanya disini
diakui sebagai seorang teknisi kelas satu. Tentu, kita mungkin tidak bisa dibandingkan
dengan ‘Y’ yang membuat dunia ini, tapi kalian dan aku adalah elit yang
berkumpul dari berbagai bagian dunia. Tidak ada yang bisa melebihi kita, dan
tidak ada malfungsi yang tidak bisa kita pecahkan. Pertama-tama, kita harus
berpikir seperti ini dan mengakui hal ini.”
Kata-kata yang
terdengar arogan ini menyebabkan setiap pekerja yang hadir mengubah ekspresi
mereka.
–Benar, tidak ada
teknisi yang dikirim kesini sebagai orang yang tidak kompeten.
Semuanya memulai
dari ‘Rearing’, dan setelah pembaptisan berupa bekerja di lapangan,
dipromosikan menjadi ‘Gazelle’. Setelah mereka menggabungkan talenta dan
pengalaman mereka bersama-sama, mereka meraih tingkatan ‘kelas satu, teknisi
kawakan.
Tidak ada
pengecualian diantara mereka, dari komandan Marie sampai pasukan pengamat;
mereka adalah talenta kelas satu yang akan diterima dengan tangan terbuka oleh
perusahaan manapun, bahkan ‘militer’.
“Benar. Kita
adalah ‘Meister Guild’.”
‘Meister Guild’.
Sebuah organisasi
internasional yang bertujuan untuk merawat dan memelihara struktur planet ini.
lebih dari setengah Meister di dunia ber-afiliasi dengan organisasi yang
dipenuhi oleh teknisi ini, dan organisasi ini memiliki teknologi dan
perlengkapan paling mutakhir untuk berurusan dengan segala macam malfungsi di
dunia.
Perbuatan mereka
tidak dihalangi oleh pemerintah maupun filosofi apapun. Mereka adalah sebuah
organisasi nonpemerintah.
Inilah ‘Meister
Guild’.
“Memang ‘Guild’
sepertinya selalu punya alasan khusus untuk menyuruh kita buru-buru pergi dari
salah satu ujung dunia untuk ikut campur disini. Tingkah ‘militer’ memang
menunjukkan kalau mereka melakukan beberapa hal yang tidak bisa
dibicarakan…yah, bagaimanapun juga kita sudah terbiasa dibenci oleh mereka,
kan?”
Ada seringai masam
di wajah para pasukan, menunjukkan pengalaman mereka berurusan dengan
‘militer’.
“Pekerjaan kali
ini sepertinya akan memakan cukup banyak tenaga, jadi ayo nikmati pekerjaan ini
sebanyak yang kita bisa.”
Nada bicara Marie
terdengar menandakan kalau itulah maksud yang sebenarnya; dia terdengar sangat
kesal.
“Aku tidak tahu
apa lagi yang akan terjadi, tapi kita bisa menyimpulkan kalau ‘kita tidak punya
waktu’.”
Bekerja untuk
sebuah penny, bekerja untuk sebuah fondasi; dengan mentalitas seperti itu, dia berkata,
“Tim pengamatan,
cepatlah konfirmasi lantai menara inti keberapa yang menyebabkan hal ini. teknisi
biasa manapun di luar sana akan membutuhkan sata tahun untuk menyelesaikan
ini–aku ingin kalian menyelesaikan ini dalam 2 minggu!”
“”Dimengerti!”””
Marie sudah
menugasi mereka dengan sebuah permintaan yang sangat amat sulit, tapi semua
staf yang hadir merespon dengan bersemangat.
***
BAGIAN KETIGA
Setelah melihat tim
pengamatan pergi untuk bekerja sesuai instruksinya, Marie berbaring di kasur
sementaranya.
“Ahh…itu
melelahkan.”
“Memang berat ya.
Tadi itu pidato yang menyentuh.”
Marie mengerang
saat dia melihat keatas atap, dan Halter memberinya sebuah cangkir yang beruap.
Di dalam cangkir itu adalah kokoa panas yang sudah diaduk dengan seksama, diisi
dengan banyak susu dan gula.
Marie bangun untuk
mengambil cangkir itu, dan melengkungkan bibirnya menjadi seringai.
“Aku benar-benar berterima
kasih pada mereka semua, bersedia dibodohi oleh pidato gadis muda ini.”
“Semuanya sudah
tahu kalau mereka dibodohi. Bagaimanapun juga mereka itu orang dewasa.”
“Benarkah?”
“Tentu saja.
Bagaimana bisa seorang idiot menjadi seorang Meister dan bertingkah tenang
setelah mengetahui fungsi sebuah kota mengalami gangguan? Aku yang hanya
seorang teknisi, yang mana sedang terjebak di tingkat ‘Gazelle’ pun tahu
sebanyak itu.”
“…”
Halter membawa
kursi lipat ke arah Marie, dan duduk di depannya.
“Ini menakutkan.
Ini bukanlah sesuatu yang bisa kita hadapi. Jika kau gagal disini, orang-orang
akan mati, dan kotanya akan hilang dalam abu. Tidak ada cara untuk
menyelamatkannya. Meskipun begitu, semuanya bekerja seperti seorang penjudi,
merasa takut tapi masih mau bertaruh, kau tahu, masih ada seorang gadis muda
yang masih mencoba berlagak kuat walaupun dia sendiri sedang menunggu dirinya
sendiri.”
“…Memang terdengar
konyol ya.”
“Tentu saja. Itu
menggelikan.”
Halter diam-diam
tersenyum, dan melanjutkan.
“Anda tertawa,
dibodohi, dan masih berlagak kuat. Jika seorang gadis imut seperti itu masih
bisa tertawa dengan lega, bukankah memalukan bagi orang dewasa untuk kabur dari
tugasnya?”
“Kau memang bisa
bersilat lidah walaupun kau seperti itu, Halter.”
Marie tersenyum,
dan mendekatkan cangkir ke bibirnya.
Dia menikmati gula
kokoanya, dan sensasi menyenangkan terbentuk di otaknya yang kelelahan.
“Jadi, bagaimana
kalau kau mulai bekerja? Sebagai orang dewasa.”
“Ya, sesuai
keinginan anda, Milady.”
“Pergi selidiki
‘militer’. Aku ingin tahu apa yang mereka tahu.”
“Hm? Mereka
berjanji untuk membuka semua informasi pada kita sekarang?”
“Memang benar
kalau tidak ada hal yang mencurigakan mengenai data simulasi yang mereka
berikan pada kita, tapi bukan berarti mereka akan menyerahkan semua data pada
kita dengan patuh. Aku ingin bukti mengenai hal itu dan isinya.”
“Kau
berpikir kalau–”
Halter megecilkan
suaranya dan bicara dengan wajah tegang,
“–‘Militer’ sedang
menyembunyikan berita mengenai sebuah malfungsi yang fatal, kan?”
“Setidaknya kita
bisa berasumsi kalau kemungkinan itu ada.”
“…Apa situasinya
seburuk itu?”
“Mungkin. Ini
mengkhawatirkan bahwa markas besar ‘Guild’ tidak pernah memberikan keterangan
ringkas pada kita sebelum mengirim kita semua kesini.”
“Menurutku itu
informasi rahasia, mungkin? Tapi jika mereka sudah mengetahui setiap rahasia
tersembunyi yang dimiliki ‘militer’ dan pemerintah Jepang, setidaknya markas
besar akan menjelaskan, kan?”
“Mungkin mereka
tidak punya bukti kuat. Disamping itu, bukankah ‘Guild’ tidak punya hubungan
dengan dunia luar. Mereka tidak bisa mengabaikan keinginan 5 perusahaan besar
yang mendadani kita–dan ada sekumpulan orang yang ingin melenyapkan diriku.”
“…Hei hei, itu menakutkan.”
Marie menyeringai.
“Karena itulah kau
ada disini, kan?”
Marie Bell
Breguet.
Meister termuda
dalam sejarah adalah putri kesayangan dari pemimpin Perusahaan Breguet, salah
satu dari 5 perusahaan besar.
Karena talenta dan
prestasinya itu, dia sudah terbiasa dengan tatapan iri dan benci meskipun dia
tidak dikritik langsung di depan wajahnya. Ada banyak bajingan yang ingin
menjatuhkannya, dan saat orang-orang itu mencoba menggunakan kekerasan, sudah
menjadi tugas Halter untuk melindunginya.
“Mungkin aku
terlalu khawatir, tapi aku ingin jaminan mengenai hal ini.”
“Dimengerti. aku
akan mengeceknya.”
Sesaat setelah
Halter berdiri, seseorang mengetuk pintu.
“? –Masuklah.”
“Permisi.”
Seorang anggota
tim pengamatan, yang baru saja meninggalkan kamar beberapa waktu yang lalu, masuk
setelah diizinkan oleh Marie.
“Ada apa? Ada
kemajuan dalam pekerjaannya?”
“Yah sebenarnya,
aku mau melapor mengenai kontainer untuk YD-01.”
“Hm? Kau menemukan
RyuZU?”
Marie tidak
sengaja mencoba berdiri, dan pekerja itu tergagap, terlihat kesuiltan untuk
bicara.
“Yah, mengenai
itu…setelah menganalisis lintasan penerbangannya secara terbalik, kami berhasil
mengkonfirmasi dimana kontainer itu mendarat. Kami sudah mengirim tim ke tempat
kejadian untuk mengambilnya kembali…”
“Kemudian?”
Marie merasa cemas
mengenai seberapa gelisahnya si pekerja terdengar sambil mengepalkan tangannya.
“Sayangnya,
kontainer itu jatuh di sebuah apartemen.”
“…Apartemen?”
“Ya. Karena
guncangan akibat jatuhnya kontainer itu, yah…seluruh apartemen itu ambruk.”
“–HAH!?”
Tenggorokannya
tidak sengaja mengeluarkan suara aneh.
Di saat yang sama,
cangkirnya terjatuh dari tangannya.
Kokoa yang panas
sekali menghujani lututnya, menyebabkan dia berguling-guling karena rasa
terbakar.
Pekerja muda itu
hanya bisa bertanya dengan khawatir saat si gadis jenius hampir pingsan,
“A-Apa anda
baik-baik saja, Profesor Marie!?”
“Tidak…a-aku
bai..”
Marie menjawab sambil
mati-matian menelan rintihan yang naik ke tenggorokannya. Dia meraih handuk
yang diberikan Halter saat dia berdiri di sampingnya, dan dengan wajah berair
mata, dia menatap pekerja itu.
“A-Apartemennya
am…bruk?”
“I-Iya,
yah…singkatnya, dari awal, apartemen itu adalah apartemen tua dan bobrok.”
“Tunggu, hei!
Jangan bilang kalau ada orang yang mati!?”
Halter hampir
menjerit, dan pekerja yang melapor itu buru-buru menyangkalnya,
“Tidak, hal bagus
diantara ini semua adalah kami belum menemukan satupun orang mati. Hanya ada
beberapa orang yang tinggal di apartemen sebesar itu, dan ada cukup banyak
waktu dari kejatuhan kontainer sampai ambruknya apartemen itu, jadi sepertinya
mereka berhasil evakuasi tepat waktu.”
“Be-Begitu ya?
Baguslah…”
Marie menjawab
sambil mengelap kokoa dari tubuhnya, tapi pekerja itu melanjutkan,
“Y-Yah, mengenai
itu…ini bukan sepenuhnya hal yang bagus.”
“? Apa masalah
lainnya?”
“Dengan kata lain,
apartemennya sudah terjatuh.”
“Kau baru saja
bilang begitu.”
Marie mengerutkan
dahi dengan skeptic, dan pasukan pekerja itu menujukkan wajah gelisah,
“Aku bilang kalau
apartemennya jatuh! Kontainer YD-01 sudah jatuh ke bawah jalur jaringan kota
bersamaan dengan apartemen itu!”
“–!!!”
Untuk pertama
kalinya setelah beberapa lama, Marie merasakan matanya menyipit menjadi
titik-titik.
Dia kemudian tak
sengaja bertanya.
“Apa yang baru
saja kau katakan?”
“Kontainer YD-01
sudah jatuh ke bawah jalur jaringan kota. Kabar baiknya adalah puing-puing
apartemen itu masih ada di kerak bumi, tapi kemungkinan besar pengambilan
kembali akan sangat berat karena kita tidak punya mesin untuk menyingkirkan
kayu dan debu…”
“He…”
Halter hanya bisa
mengeluh sambil meletakkan tangannya di dahinya.
Kali ini, diapun
tidak punya keberanian untuk berkomentar kurang ajar, tapi setelah melihat
tuannya masih terkejut, dia akhirnya tersadar, dan berbisik,
“…Pokoknya, ayo
hubungi markas besar. Jelaskan kehilangan kali ini pada orang yang mengurusi
departemen legal dan kirim mesin ekskavasi ke sana. Benda itu adalah sumber
daya yang tidak bisa diabaikan oleh Perusahaan Breguet, jadi mungkin mereka
akan mengirim seseorang setelah kita menjelaskan masalahnya.”
“I-Iya…kurasa.
Maaf, tapi bisakah aku menyerahkan prosedurnya pada anda?”
“Dimengerti.”
Halter mengangguk,
dan membawa pasukan pekerja yang melapor itu keluar ruangan.
Marie menutup
pintu, dan ditinggal sendirian di kamar, melengkungkan bibirnya dengan sikap
yang mencela dirinya sendiri.
“…Sepertinya pekerjaan
ini benar-benar menjadi pekerjaan yang cukup menyenangkan.”
***
BAGIAN KEEMPAT
Di saat yang
sama–pukul 03.17 pagi, 46 detik.
Naoto Miura
membuka matanya.
Dia ada di sebuah taman,
sebuah taman olahraga dengan lapangan luas dan fasilitas tempat bermain untuk
bayi dan balita. Naoto sedang terbaring di tempat istirahat yang terletak di
sudut taman, menutupi telinganya dan menggertakkan giginya.
“…Diamlah.”
Ada suara yang menyimpang.
Sudah biasa
baginya untuk mendengar suara-suara abnormal yang tidak menyenangkan dari
struktur kota, tapi suara tadi sangat amat melengking.
Saat ini di
lapisan ke-24 ruang bawah tanah menara inti, kedalaman sekitar 70.620m, suara
dari gear-gearnya sedang mengeluarkan suara yang tidak menyenangkan.
Karena alasan ini,
dia terbangun. Biasanya, suara-suara seperti itu dapat dihambat menggunakan
headphone favoritnya–namun, headphone miliknya…atau malahan.,
“Mengapa…aku tidur
di tempat seperti ini?”
Dia bergumam pada
dirinya sendiri, memiringkan kepalanya.
Tubuhnya seberat
balok timah, karena dia tidur di tempat yang keras. Dia tidak terlihat seperti
orang yang baru saja tertidur sama sekali.
“Anda terbangun, Master Naoto.”
Sebuah suara yang
jelas dan indah terdengar dari belakang, menepak kepalanya yang belum
sepenuhnya sadar.
Naoto menoleh ke
belakang, dan melihat sebuah wajah bidadari yang hanya berjarak beberapa inci
darinya, dan tidak sengaja memundurkan kepalanya kembali.
Mata keemasannya
yang berkilau dan mirip batu berharga sedang menatap dirinya.
Dia adalah seorang
gadis cantik yang mempesona–tapi memiliki ekspresi sebuah obyek buatan manusia
yang sulit dibaca.
…Aku percaya kalau
ini…?
Dia berusaha untuk
membetulkan posturnya, tapi dia jatuh terguling.
Karena tekanan
yang berat tiba-tiba mendesak tubuhnya.
Tangan yang
menumpu tubuhnya tergelincir, dan dia terjatuh dari bangku
Bagian belakang
kepalanya kemudian menghantam ke ujung kokoh bangku tersebut dengan keras.
“AAAAAAAAAAAAWWWWWW!!!!
KEPALAKU TERASA SEPERTI MAU TERBELAH!!!”
Dan saat Naoto
merintih, menangkupkan kepalanya dalam penderitaan, sebuah suara yang menawan
terdengar dari atas,
“Ini adalah bentuk
senam yang baru, kan? Bentuk yang tentunya penuh gaya yang melampaui waktu.”
“Bukan begitu!
Tadi itu apa?”
“Sebuah fluktuasi
gravitasi, sepertinya. Aku pikir ini adalah kesalahan sepele pada struktur
kotanya.”
“Dasar pemerintah
sialan. Seharusnya mereka lakukan perawatannya dengan benar!”
Naoto menggerutu
sambil berdiri.
Dia membersihkan
pakaiannya, dan menghadap kearah pemilik suara indah itu.
Gadis itu duduk
dengan lututnya di atas bangku, dan Naoto diam-diam merasa gugup setelah
menyadari kalau dia sudah tidur dipaha gadis itu sampai ketika saat dia
terbangun.
“Kau dipanggil,
RyuZU…kan?”
“Ya. Saya adalah
unit pertama dari seri Initial-Y, RyuZU.”
Setelah melihatnya
menunjukkan senyuman elegan seperti itu saat dia menjawab, ingatan Naoto akhirnya
berfungsi kembali saat dia dengan cepat mengingat kembali apa yang terjadi di
malam sebelumnya.
Dan kemudian,
setelah memilah-milah apa yang telah terjadi, dia hanya bisa tertawa kosong,
“…Itu adalah malam
yang gila.”
Semuanya berjalan
seperti biasa sampai ketika dia pulang ke rumah.
Tapi setelah dia
masuk kamar mandi, sebuah meteorit jatuh, dan ternyata itu adalah sebuah paket
misterius dengan sebuah automata bidadari di dalamnya, pada akhirnya, dia memutuskan
untuk tetap berada di gedung yang akan ambruk itu dan melakukan pekerjaan
perbaikan diantara hidup dan mati.
“Ah, benar! Apa
yang terjadi pada rumahku?”
“Jika itu mengenai
rumah yang anda tinggali, Master Naoto,”
Menjawab kata-kata
Naoto, RyuZU merespon dengan sebuah tatapan.
Ada asap merah
yang membubung di tempat yang sedang dia lihat, lenyap dalam malam gelap.
“Apa itu…apartemen
yang aku tempati?”
“Ya. Ada kebakaran
dan ambruk setelahnya, oleh karena itu, kita mengungsi disini.”
Setelah
mendengarkan baik-baik, dia mendengar sirine pemadam kebakaran diantara suara
bising di kota.
Sepertinya taman
ini berjarak beberapa blok dari apartemennya; setelah menenangkan diri, dia
melihat-lihat, dan memastikan kalau taman ini familiar dengannya.
“…Haha, selamat
tinggal, rumahku…jadi sekarang aku seorang gelandangan?”
Naoto tidak bisa
mengenang ingatannya saat dia melihat tempat yang dulu menjadi rumahnya,
sekarang tidak berbeda dari sebuah tanah kosong.
“Aku juga tidak
punya uang. Apa yang harus kulakukan sekarang…”
“Mengenai itu.”
RyuZU bicara
dengan tenang,
“Saya mengambil
pakaian anda dan barang-barang berharga sebelum rumah anda benar-benar ambruk.”
“Apa?”
Mendengar
kata-katanya, mata Naoto terfokus pada benda-benda yang diletakkan di meja.
“Ohh! Dompetku,
buku tabungan dan cap bank! Dan headphone-ku!”
Dia memakai
headphone murah favoritnya tanpa ragu-ragu. Disamping benda-benda yang sudah
disebutkan sebelumnya, ada tas sekolah, seragam, sepatu kets, telepon genggam,
dan benda lainnya juga diletakkan di meja.
Sudah mengira
kalau barang-barang berharganya sudah hancur menjadi debu bersama dengan
apartemennya, Naoto memekik kegirangan melihat hal yang tidak terduga ini.
“Tolong izinkan saya untuk meminta maaf sudah membaca buku tabungan anda atas inisiatif saya
sendiri…nama anda adalah Naoto Miura…apa saya benar?’
“Eh?”
Sesaat setelah
RyuZU bertanya begitu, Naoto sadar kalau dia belum meperkenalkan dirinya
sendiri.
“Ahh…yah, iya.”
“–Kalau begitu.”
RyuZu tetap duduk
dalam posisi Seiza sambil merendahkan kepalanya dengan hormat.
“Saya berterima
kasih anda telah melakukan penyelarasan pada saya. Selain itu, walaupun saya tidak
yakin mengenai detailnya, saya meminta maaf dengan terus terang telah
menghancurkan kediaman anda, Master Naoto. Barangkali saya harus mengubur kepala
orang-orang yang bertanggung jawab mengenai hal ini di tanah dan menyuruh
mereka meminta maaf, untuk saat ini, saya…”
RyuZU itu elegan
dan kuno, tapi di saat yang sama, Naoto terpesona oleh kebencian beracun dalam
permintaan maafnya.
Spesifikasi yang
RyuZU tunjukkan setelah diperbaiki ini membingungkan.
Sesaat setelah dia
dihidupkan kembali, dia memiliki kemampuan untuk memilih keputusan untuk
mengamati sekelilingnya.
Dia memiliki
mobilitas untuk meloloskan diri bersama dengan Naoto dari gedung yang ambruk.
Dan juga, dia
bahkan berhasil mengumpulkan semua keuangannya dari gedung yang ambruk saat
Naoto kehilangan kesadaran.
Dan yang lebih
penting–permintaan maaf yang fasih itu.
“Tidak ada yang
perlu dimaafkan.”
Naoto
menggelengkan kepalanya.
“Ngomong-ngomong,
aku takjub dengan kemampuanmu, RyuZU, sampai-sampai aku ingin menangis.”
“Itu sempurna. Kalau
begitu, Apakah anda mengizinkan saya untuk mendaftarkan anda sebagai Master saya dan
melayani anda, Master Naoto?”
RyuZU mengulurkan
tangannya ke arah Naoto.
Identifikasi Master.
Ikatan antara
seorang Master dan budaknya.
“Eh…?”
Perasaan abnormal
yang mendadak ini menyebabkan Naoto merasa bimbang.
“Tidak, itu,
tunggu…”
RyuZU memiringkan
kepala kecilnya dengan skeptis,
“Kalau begitu, apa
ada hal yang membuat anda tidak nyaman? Apa ini karena saya yang tidak memiliki cacat dan
sempurna ini akan melukai harga diri anda yang mirip dengan mitokondria jika saya ada di samping anda, Master Naoto?”
–Nada bicara RyuZU
sama seperti ketika dia pertama kali diaktifkan.
Kata-katanya
ganas, namun, entah kenapa tidak berkekuatan, tidak ada rasa tidak puas yang
terbentuk di hati Naoto.
Naoto
menggelengkan kepalanya, mencegah pikirannya menjauhi topik pembicaraan, dan
menjawab,
“Bukan begitu,
RyuZU. Kau ini automata yang hebat, kan?”
‘Ya. Apakah anda
sudah mengerti?”
“Ada banyak sekali
suku cadang di tubuh kecilmu ini, fungsi dan gayamu terasa indah, kau adalah
mahakarya yang sempurna.”
“Ya, saya merasa
lega anda memiliki mata yang mengenali keindahan disamping menjadi sebuah
lubang kayu, Master Naoto.”
“Tidak peduli
jenis merek automata baru apapun, tidak akan ada yang dapat melebihi pesonamu,
RyuZU!”
“Ya, itu sudah
pasti. Tentunya, saya tidak tahu sama sekali mengenai kemampuan-kemampuan
automata terbaru, tapi jika umat manusia dapat membuat alat yang hampir
mencapai tingkatan saya, fungsi mekanis saya tidak akan berhenti selama 206 tahun
seperti yang lain.”
RyuZU menjawab
dengan percaya diri.
Kata-kata itu
menyebabkan Naoto berseru dengan kaget.
“206 tahun?
Ngomong-ngomong, memangnya kapan kau dibuat, RyuZU?”
“Sekitar 1000 tahun
yang lalu.”
“Satu milenium–?”
Kira-kira satu
milenium yang lalu.
Dengan kata
lain–dia adalah automata yang dibuat saat Bumi dilengkapi dengan gear-gear.
…Ini?
Apa ini automata
sempurna yang hanya bisa digambarkan sebagai ‘terhebat’?
–Benar, mengapa
aku tidak merasa curiga mengenai hal ini sejak awal?
Apa sebenarnya
‘dia’ ini, automata ini yang bahkan tidak bisa dibandingkan dengan automata
terbaru.
“RyuZU…apa
sebenarnya kau ini?”
“Apa, maksudnya?”
“Itu yang
membuatku penasaran! Kau jatuh dari langit! Kau super imut, dan aura ‘aku
adalah teknologi yang superior’ di sekitarmu itu!”
“Lalu?”
“Tidak,
itu…bagaimanapun juga, aku ini siswa SMA, tahu?”
“Benarkah? Karena
anda dapat memperbaiki saya, Master Naoto, saya percaya kalau anda adalah manusia
dengan ketrampilan paling ulung di dunia ini, kan?”
“Tidak tidak tidak
tidak! Bagaimana mungkin begitu? Aku hanya seorang siswa SMA biasa, bahkan
manusia gagal. Kalau dikatakan, aku ini tidak populer!”
“–Kalau begitu,
mengapa anda mengaktifkan hamba?”
Dan kemudian,
RyuZU bertanya dengan wajah penasaran.
“Yah, itu…”
Naoto tiba-tiba
sadar,
…Mengapa?
RyuZU benar? Apa
yang ingin dia lakukan setelah memperbaiki automata itu?
Dia kemudian
berhadapan dengan RyuZU lagi.
–Boneka antik ini
dibuat lebih dari 1000 tahun lalu.
Memang benar dia
memiliki keimutan, kecantikan dan kesempurnaan yang tidak bisa didekati.
…Tapi apa dia
terlalu sempurna?
Dia menunjukkan
spesifikasi yang melebihi spesifikasi automata militer sesaat setelah dia
diaktifkan, bahkan sampai batas yang membingungkan, baik itu percakapan
sebelumnya, maupun tampilan emosi. Jika itu adalah ekspresi emosi dan
percakapan sehari-hari, automata saat ini bisa melakukannya dengan baik, tapi
jelas akan memberikan kesan makhluk buatan.
Sebaliknya, RyuZU
memiliki aura manusia yang hidup.
Walaupun dia
dibuang 1000 tahun lalu, automata setingkat ini tidak mungkin dibuat oleh manusia.
Jika dia adalah boneka gadis pelayan yang dibuat oleh sebuah
perusahaan…spesifikasinya terlalu tinggi.
Bagaimana kalau
dia dibuat oleh’militer’?
Dia tidak terlihat
diproduksi masal; apa dia adalah prototipe dan sebuah senjata yang dibuat secara
rahasia?
…Tidak tidak, itu
tidak mungkin.
Walaupun dia
adalah automata militer jenis terbaru, tidak ada alasan maupun manfaat kalau
dia mengambil bentuk seorang gadis muda.
Barangkali dalam
aspek teknologi, itu masuk akal, tapi jika seorang gadis senjata generasi baru
yang mana secantik itu dirilis, tidak ada keraguan kalau kepala pengembangnya
akan melayang.
Semakin dia
berpikir mengenai hal itu, semakin dia merasa bingung.
Orang seperti apa
yang membuat automata seperti itu, dan dengan niat apa?
–Apa dia dibuat
dengan niat yang abnormal?
–Apa sebenarnya
ada sebuah rahasia mengejutkan yang tersembunyi di dalamnya?
Setelah memikirkan
hal itu, walaupun dia adalah automata yang super imut dan tidak cacat, tidak
mungkin dia bisa melakukan kontrak dalam situasi ini.
“–Jadi, begitu…”
Sepertinya RyuZU
sudah merasakan pikiran Naoto.
Dia kemudian
menarik kembali tangannya tanpa berkata-kata.
Temperamen,
ketenangan dan wajah tersenyumnya menunjukkan sebuah emosi yang terlalu
realistis.
Karena hal itu,
perubahan halus itu jelas terlihat.
“Keberadaan saya…tidak dibutuhkan.”
Sebuah ratapan, satu dari sekian perasaan kesepian dan melankolis karena dia tidak dibutuhkan
oleh siapapun.
Di saat itu,
sebuah timbangan muncul di pikiran Naoto.
Di sisi lain dia
memikirkan resiko jika gadis cantik itu akan diserang kapan saja.
Sisi mana yang
lebih berat? Mungkin itulah maksudnya?
…Baiklah kalau
begitu.
Naoto tersebyun lebar
dalam hati, dan pertama-tama, dia meletakkan RyuZU di bagian sisi kiri
timbangan.
Sesaat setelah dia
meletakkannya, timbangan itu tertekan turun, menghancurkan meja menjadi pecahan
dan menyebabkan lantai hancur berkeping-keping, menghancurkan semua
rasionalitas, keraguan, kekhawatiran, dan faktor penting lainnya di pikiran
Naoto, menghasilkan sebuah deformasi–
“AKU MINTA
MAAAAAAAAAAAAAAAAF!!!! AKU BENAR-BENAR MENGINGINKANMUUUUUUU–!!”
Naoto berlutut
dengan kecepatan cahaya.
Dan di saat itu,
dia menunjukkan niatnya yang sebenarnya.
“Aku terlalu memaksakan
diriku! Aku tidak pernah berniat untuk menyerah mengenaimu! Tidak peduli apapun
yang terjadi di masa depan, tolong terus mengurusi kehidupan panjangku mulai
saat ini!!”
Dia berteriak saat
dia berlutut, kepalanya di lantai, lengannya dianggkat setinggi mungkin.
Benar, itulah
pikirannya yang sebenarnya.
Apa perlu
dipikirkan lagi? Idiot mana yang akan membiarkan ‘harta karun’ seperti itu
pergi!
Pembuat? Pemilik
asli? Identitas RyuZU yang sebenarnya? Memangnya aku peduli mengenai hal itu!
Walaupun jika
dalangnya adalah ‘militer’ atau perusahaan lainnya; tidak ada masalah selama
aku mendapatkan RyuZU. Itu pasti!
“–Kalau begitu,
mohon izinkan saya meminjam tangan kanan anda. Selain itu, kalau bisa tolong
berdirilah?”
Naoto berdiri
seolah-olah dia tertembak, dan dengan cepat mengulurkan tangan kanannya.
Tangan RyuZU
mengambil telapak tangan Naoto.
“Kalau begitu,
permisi–*aum*”
Sensasi
mengejutkan terasa mengalir di punggung Naoto, menyebabkannya mengeluarkan
suara dengan tidak sengaja.
Lidah lembab dan
lembut Ryuzu sedang berdenyut di dalam mulutnya, menjilati jari manis Naoto
dengan lembut seolah-olah sedang memeriksanya, membalutnya, mengaduk-aduk di
dalamnya. Cairan pelumas yang disekresikan dari material lembut itu
menghasilkan gelembung, mengeluarkan suara menghirup.
Aku akan meleleh.
Pikir Naoto.
Naoto memiliki
perasaan kalau dia sedang dikonsumsi oleh mulut RyuZU untuk selama-lamanya,
mulai dari jarinya. Gadis bidadari cantik ini sedang melakukan aksi cabul
memasukkan jari Naoto ke dalam mulutnya, menyebabkan Naoto merasakan rasa
bersalah yang tidak bisa dijelaskan dan rasa senang yang tidak bisa dikatakan.
Tepat saat Naoto
hampir pingsan karena sensasi menyengat yang membakar pikirannya.
–Suara gear-gear
tak terhitung yang berputar dalam RyuZU bisa didengar.
“Nn…ahn…”
Apa ini akhir dari
identifikasinya?
Mulut RyuZU
pelan-pelan meninggalkan jari Naoto.
Mengabaikan kekosongan
pikirannya, Naoto menyentuh wajah RyuZU dengan telapak tangannya yang terbebas.
Wajahnya adalah gumpalan kehangatan dan kelembutan…
Mata RyuZU
berkaca-kaca saat dia bersandar pada tangan itu, dan di saat yang sama dia
menghembuskan napas panas,
“–Seri Initial Y
Unit 01–‘Your Slave’ RyuZU mengikrarkan kepatuhan dan loyalitas absolutnya pada Master Naoto, selalu ada disamping anda sampai gear-gear di tubuh ini rusak dan
berhenti.”
Kata-kata itu jauh
melebihi sebuah ‘Identifikasi Master’ biasa. Malahan, kata-kata itu bisa
dibandingkan dengan kata-kata sakral sebuah sumpah pernikahan, yang mana
dikatakan oleh RyuZU.
***
BAGIAN KELIMA
“Tunggu,
aku…ti-tidak…”
Saat matahari pagi
bersinar seakan menembus langit biru.
Naoto sedang terengah-engah,
kehilangan napasnya dengan memalukan di sisi ruang tangga Jembatan Kamo.
“I-Ini tidak
mungkin…RyuZU. Aku benar-benar…tidak bisa melakukan ini lagi.”
“Master Naoto, hamba
benar-benar terkesan bahwa tubuh rapuh anda dapat bertahan sampai hari ini
mengingat anda terengah-engah dari olahraga setingkat ini.”
“…Setelah, apa
yang terjadi kemarin, haa, dan mengingat aku tidak tidur sama sekali, tidak
sarapan…aku terkejut kau, memanggilku lemah…saat aku harus, berlari ke
sekolah…”
“Hamba merasa terhormat
telah menerima pujian anda.”
Sindiran yang
berhasil dia katakan setelah mengumpulkan banyak keberanian dengan mudah
ditepis.
Mereka berjarak
satu jam dari ‘apa yang awalnya’ adalah apartemen Naoto, bergerak sepanjang
Kamogawa. Kampus sekolah putih terletak di “Delta Kamogawa”, di persimpangan
antara Takanogawa dan Kamogawa
Itulah SMA Tadasunomori yang menjadi sekolah Naoto di Kyoto.
Mungkin aku
terlihat begini, tapi aku memang punya catatan kehadiran sempurna. Saat dia
berkata begitu pada RyuZU, dia diseret olehnya, berlari sampai ke sini…
Namun, waktu yang
ditunjukkan jam tangan adalah 07.12 pagi…terlalu pagi sebelum kelas dimulai
Di hadapan fakta
tersebut, Naoto berbicara pada RyuZU dengan berurai air mata,
“Ngomong-ngomong, aku
ini gelandangan, aku harusnya lebih mengkhawatirkan soal masalah seperti
mencari kasur atau makan malam daripada buru-buru pergi ke sekolah, kan?”
“Tolong tenang
saja. Hamba akan menangani semua masalah ini saat anda menghadiri kelas di
sekolah, Master Naoto. Jika kecerobohan hamba menghambat anda untuk memiliki catatan
kehadiran yang sempurna apapun alasannya, harga diri hamba juga akan hilang.”
Naoto mengangkat alisnya ke arah RyuZU,
“Kalau begitu bagaimana
jika Mastermu hampir mati karena kekurangan tidur dan kelelahan yang berlebihan?”
“Itu karena
ketidakbergunaan dan kelemahan anda, Master Naoto. Hamba tidak bertanggungjawab
mengenai kelalaian pendidikan saat waktu sebelum hamba datang.”
“Hm, walaupun
memang benar begitu…”
“Sejujurnya, itu
bukanlah urusan hamba.”
“Kau benar-benar
berterus terang!”
Naoto, setelah
mendengar kekerasan verbal seperti itu, akhirnya malah tertawa.
Setiap kata yang
disemburkan RyuZU memang ganas, tapi kata-kata itu tidak menjijikan.
–Pastinya bukan
karena aku memiliki hobi baru; Naoto bilang pada dirinya sendiri.
“…Master Naoto?”
“Ah, maaf.
Ngomong-ngomong, apa yang akan kau lakukan setelah ini? Aku hanya punya cukup
uang untuk makan bulan ini.”
“Hamba tidak pernah mengharapkan kemampuan anda, Master Naoto, jadi tenang saja. Hamba sendiri bisa
menghasilkan uang untuk tempat bernaung dan nafkah.”
RyuZU berkata
dengan santai.
Dan kemudian,
Naoto terlihat tidak senang.
“Apa kau akan
bekerja, RyuZU? Itu…”
“Anda memang
berkata beberapa hal yang aneh, Master Naoto. Tolong pikirkan dengan akal sehat
anda. Bagaimana anda mendapat uang melalui kerja keras?”
“…Ini pertama
kalinya aku mendengar logika seaneh itu.”
“Di samping itu, hamba ini milik anda, Master Naoto. Walaupun ini hanya masalah sementara, tidak
mungkin secara teori maupun fisik bagi orang-orang dengan latar belakang
sederhana untuk menggunakan uang ketika mereka tidak tahu cara mendapatkan uang
tersebut.”
“–”
…Apa ini yang
mereka sebut sebagai seorang Tsundere?
Bibir Naoto tanpa
disadari membentuk senyuman, dan dia buru-buru mengganti topiknya.
“Kalau begitu, apa
yang tepatnya ingin kau lakukan…?”
“Master Naoto,
jangan terlalu banyak bertanya mengenai hal-hal sepele. Walaupun anda jatuh dalam
hitungan, seorang elit harus terus positif setiap waktu.”
“Aku tidak ingat
pernah sehebat itu…tapi lupakan saja.”
Naoto menghela
napasnya sambil berkata begitu, dan melanjutkan.
“Sebenarnya, aku
menghabiskan 3 jam memperbaikimu kemarin, RyuZu…pikiran dan tubuhku benar-benar
kelelahan sekarang. Jika kau bisa membantu mengurus hal-hal yang menyusahkan
–-----ngomong-ngomong, ada apa?”
Naoto mengangkat
kepalanya, dan melihat RyuZU berdiri diam dengan mata terbelalak.
Setelah berpose
begitu selama 5 detik,
“…Maaf sudah
membuat anda khawatir. Hamba sengaja mengulangi kata-kata tadi 20 juta kali
di pikiran hamba agar hamba tidak salah mendengar apa yang baru saja anda katakan, Master Naoto.”
“Eh? A-Apa aku
mengatakan hal yang aneh?”
“Anda bilang kalau
anda memperbaiki diri hamba dalam 3 jam.”
“Eh, iya.
Begitulah.”
“…Bolehkah hamba
bertanya sesuatu?”
“Oh. Oke. Apa
pertanyaanmu?”
RyuZU meletakkan
tangannya di dadanya dengan elegan.
“Bolehkah anda
memberitahu hamba–jumlah total gear yang membentuk diri hamba?”
“Erm…4.207.600.008.643?”
“Tolong jawab,
berapa jumlah vibrasi regular dalam silinder utama hamba?”
“Bagian terbesar
dalam punggung, kan? Kalau tidak salah, jumlahnya 6.254.941.395.”
“…Berapa banyak
helaian jaringan syaraf artifisial di dalam pegas hamba?”
“Ada
15.945.549.846 yang langsung tersambung, dan jika menghitung jaringan yang
tersambung pada resonan-resonan, jumlahnya menjadi 62.945.634.574.578.”
“…Izinkan hamba
untuk memastikan, Master Naoto. Apakah anda sudah melihat rancangan desain hamba?”
“Belum? Memangnya
benda seperti itu ada?”
“Tidak ada.
Secara logika, harusnya tidak ada, karena itulah hamba bertanya hal ini.
Bagaimana anda bisa tahu detail-detail konstruksi hamba?”
“Mengapa?”
“Tidak mungkin
menganalisis struktur diri hamba dalam 3 jam saja menggunakan alat simulasi
kepekaan ----tidak, begitu pula dengan alat profesional. Oleh
karena itu, hamba hanya bisa berasumsi kalau anda sudah pernah melihat cetak biru
diri hamba sebelumnya.”
RyuZU bertahan dengan
pertanyaannya, dan Naoto terlihat kebingungan sambil memiringkan kepalanya.
“Tapi kau ada di
depanku saat ini, tahu? Walaupun aku tidak memeriksa semuanya satu demi satu,
aku hanya perlu mendengar untuk memahaminya, kan? Secara logika menurutku.”
RyuZU terus
menatap ke arah Naoto dengan skeptis.
“Ini pertama
kalinya hamba mendengar akal sehat seaneh itu; suara, ya?”
“Yah, kurasa bisa
dibilang sebuah skill. Pendengaranku selalu lebih baik daripada orang lain,
jadi telingaku bisa mendengar semua yang ada didalam konstruksi mesin walaupun
aku tidak melihanya secara langsung.”
“Dengan kata lain,
bahkan diri hamba sekalipun?”
“Ya, aku hanya
perlu mendengar. Tubuhmu memang indah, RyuZU. Tidak ada suku cadang berlebih di
tubuhmu, jadi aku dengan cepat tahu dimana letak kesalahannya. Ada semacam
suara bising dalam suara indah itu, dan aku merasa kesal, jadi aku mulai
memperbaikinya. Aku tidak menyesali hal ini.”
“…”
“Hm? Ada apa,
RyuZU?”
“Master Naoto.”
“Ya?”
“Master Naoto, anda mesum.”
“Ya…ha? Itu tidak
ada hubungannya dengan percakapan kita, kan?”
Naoto terkejut
dengan wajah keheranan.
“Sudah waktunya
kita berjalan.”
Saat mereka
beristirahat, jumlah siswa yang pergi menuju sekolah sudah meningkat. Mereka
menatap keduanya saat mereka menyebrangi jembatan, menggumamkan sesuatu di
sepanjang jalan.”
RyuZU menatap
mereka dengan sikap ingin tahu, dan bertanya,
“…Sepertinya
pandangan orang-orang berkumpul ke arah kita. Apa alasannya?”
“Ah, yah, mungkin
itu karena seseorang sepertiku sedang bersama denganmu.”
Naoto menjawab,
dan RyuZU mengangguk mengerti.
“Sudah tentu kalau hamba yang mirip bidadari cantik ini, hadiah dari surga, pasti akan dikagumi rakyat jelata yang sederhana dan penuh penderitaan. Tolong maafkan diri hamba sudah
menanyakan pertanyaan yang tolol seperti itu.”
“Eh, itu sedikit
benar, tapi aku juga ada disini.”
“Dengan kata lain,
rasa terpesona mereka menjadi berkali lipat karena mereka sudah menyaksikan
mutiara surga dalam diri hamba ini berdiri bersama dengan Master Naoto, orang yang
paling dibanggakan umat manusia?”
“Tidak, sebenarnya
mereka berpikir ‘mengapa orang brengsek tak berguna itu bersama dengan seorang
gadis yang super imut itu’?”
“Master Naoto, hamba
memang merasa kalau penampilan anda sangat kampungan, tapi pastinya tidak akan ada yang berubah meskipun anda dicaci maki manusia-manusia yang lebih
rendah dari semut yang merayap di tanah.”
“Akupun pasti akan menangis jika kau terus bersikap begitu.”
Naoto hampir pingsan
di tempat, tapi dia menggelengkan kepalanya,
“Pokoknya, tidak
masalah. Aku patut menerimanya, dan aku sudah terbiasa dengan itu.”
Tapi ketika
menjawab kata-katanya, RyuZU menggelengkan kepalanya dengan tidak senang.
“Tidak, itu tidak
bagus sama sekali.”
“Mengapa?”
“Karena itu tidak
masuk akal dan tidak bisa dijelaskan. Hamba tidak mengerti alasan mengapa
sekelompok orang ini menganggap anda sebagai orang yang rendahan?”
Naoto menaikkan alisnya dengan tidak percaya.
“Kalau begitu aku
ingin bertanya, seberapa tinggi kau berpikir mengenai aku ini, RyuZU?”
“Master Naoto, anda
adalah satu-satunya manusia yang dapat memulihkan hamba dari keadaan rusak.”
“Tapi bukankah itu
hanya hal yang kau lihat, RyuZU? Sebagian besar orang-orang tidak memikirkanku
seperti itu.”
“Itu karena mereka
adalah makhluk rendahan dan tidak tampan yang tidak dapat mengerti–”
“Tapi merekalah
yang membentuk masyarakat, RyuZU. Mereka yang tidak bisa dimengerti oleh semua
orang itu tidak berbeda dengan benda tidak hidup; inilah peraturan masyarakat
ini.”
…Setelah terdiam
lama, RyuZU bicara dengan tidak senang,
“Hamba mengaku kalau
dibantah oleh anda itu menjengkelkan, Master Naoto, tapi hamba juga mengakui kalau apa
yang anda katakan itu masuk akal.”
“Jadi kau mengerti.
Apa ada pertanyaan lain?”
“Maaf. Ada hal
lain lagi yang mau hamba tanyakan?”
“Hm? Apa itu?”
RyuZU memanggil
Naoto saat Naoto hampir pergi, terlihat mempertimbangkan sesuatu, dan bertanya
dengan sikap menyelidik.
“Sepertinya
makhluk yang disebut manusia itu memiliki kebiasaan aneh yaitu menggunakan daya
tarik mereka pada sejumlah besar lawan jenis sebagai simbol superioritas.”
“Aku benar-benar
ingin tahu darimana tepatnya kau mendengar hal itu; yah, lupakan saja, kau
benar. Jadi?”
“Apa itu elemen
'daya tarik’ yang biasanya dimengerti dalam kelompok anda, Master Naoto?”
“Hm? Itu topik
yang cukup jauh…”
Naoto memiringkan
kepalanya sambil berkata begitu.
“Pokoknya,
orang-orang populer itu khususnya akan mendapat opini yang tinggi. Mereka memang
dikelilingi orang-orang di sekitar mereka.”
“–Dimengerti.”
“Aku tidak terlalu
mengerti apa yang sedang terjadi, tapi aku akan pergi duluan?”
“Baiklah. Hamba akan
menemui anda lagi nanti, Master Naoto.”
Naoto pergi menuju
kampus sekolah, merasakan perasaan yang tidak bisa dijelaskan dari tatapan
RyuZU.
Dia melewati pintu
samping dimana loker sepatu berada, dan langsung pergi menuju pintu masuk
utama. Sepatu dalam ruangannya sudah lama dicuri, jadi dia hanya meminjam
sepatu dalam ruangan untuk tamu.
Dia buru-buru
pergi menuju ruang kelas saat suara langkah kaki terdengar.
Ada dengungan di
koridor saat dia mendekati kelasnya, tapi tidak ada yang menyapa Naoto saat
mereka bertemu dengannya. Jika ada perbedaan dari sebelumnya, itu adalah adanya
gelak tawa dan gumaman berkala diantara mereka.
Dia memasuki
kelas, meletakkan tasnya di bangku yang sudah dicorat-coret penuh yang sangat
disayangi olehnya, dan duduk di kursi. Itu adalah rutinitas sehari-hari Naoto
untuk berpura-pura tidur sampai bel kelas berbunyi, sebagai sarana menghabiskan
waktu.
Dia menyandarkan
tubuhnya, dan tiba-tiba mengingat kembali apa yang RyuZU katakan.
“Opini, ya…?”
Sejujurnya, dia
memang tidak tertarik.
Orang aneh yang
mencuri banyak perhatian banyak orang akan diterima hanya dengan mengatakan hal
yang benar, sedangkan orang aneh yang tidak berguna akan diperlakukan sebagai
kambing hitam.
Dia tidak berniat
untuk bersembunyi, baik itu ketidak cakapannya sendiri maupun anomalinya.
Oleh karena itu,
ini adalah sesuatu yang patut dia dapatkan. Ini menyusahkan, tapi dia tidak
bisa menyelamatkan apapun.
Dia memikirkan hal
itu sambil bersandar di meja, dan benar-benar merasa mengantuk.
…Yah, banyak hal
terjadi pagi ini, jadi kurasa ini akan terus berlanjut…
Biasanya, dia akan
terbangun setelah guru absen masuk, tapi dia akan tidur hari ini.
Dan begitulah,
Naoto bertahap jatuh dalam tidur yang dalam.
***
BAGIAN KEENAM
“–Nn..?”
Keributan aneh di kelasnya
menyebabkan Naoto terbangun.
Apa sudah waktunya
istirahat makan siang? Dia menatap jam dinding, dan melihat kalau sekarang
jam 10.46 pagi.
Dengan kata lain,
periode ketiga dimulai, dan dia hanya tidur selama 2 jam.
Apa yang sedang
mereka ributkan? Naoto mengangkat kepalanya dengan skeptis.
“Ah…ini mendadak,
tapi aku akan memperkenalkan siswa pindahan baru.”
Guru jam pelajaran
ketiga berdiri di podium bersama dengan seorang gadis.
Itu adalah gadis
cantik yang keberadaanya sendiri dapat menarik tatapan orang lain.
Dia memiliki
rambut perak murni yang lurus, kulit putih kristal, bibir tipis berwarna merah
muda, pipi berwarna merah, dan mata keemasan yang bercahaya seperti sebuah
mahkota.
Gadis cantik yang
tidak ada satupun dari umat manusia dapat membayangkannya itu menyebabkan semua
orang terpaku.
“…Sedang apa kau?”
Naoto tidak
sengaja berbicara dengan terkejut.
Gadis yang berdiri
di podium mungkin mendengarnya, karena dia mengambil satu langkah ke depan dan
melambaikan tangan kecilnya ke arahnya.
Disaat itu, kelas,
yang sudah benar-benar terpesona oleh gadis cantik yang tidak ada bandingannya
itu, mengalihkan banyak pandangan mereka menuju teman sekelas mereka yang
terkucilkan dan tidak mengesankan.
“Nama saya adalah
RyuZU Yourslave. Saya akan menjadi teman sekelas kalian semua, tapi saya tidak
tertarik untuk menghabiskan waktu apapun bersama dengan rakyat jelata, jadi
tidak masalah jika kalian tidak akrab dengan saya.”
Gadis berambut
perak itu menyapa dengan senyuman indah, dan Naoto pingsan di meja.
***
BAGIAN KETUJUH
"Hamba
berasumsi kalau ini jelas akan menunjukkan ‘daya tarik’ anda kepada kelompok
anda.”
“–Ahh…yah, iya,
kurasa. Tapi apa kau tahu istilah berlebihan?’
Naoto mengangkat
bahunya di hadapan tatapan-tatapan dari sekelilingnya.
Ada iri hati,
kebencian, rasa jijik, kedengkian…jika tatapan-tatapan itu dapat menyebabkan
luka fisik, Naoto sudah tercabik-cabik sampai habis.
“Jika pihak
lainnya adalah gadis cantik sepertimu, RyuZU, ini akan menjadi ‘mengapa orang
itu’?”
“..Ini adalah pendapat
jujur diri hamba, tapi hamba merasa mengajari sapi berjalan dengan kaki belakang
mereka itu lebih mudah daripada mencari rasionalitas pada manusia.”
“Ya, aku tidak
bisa menyangkal hal itu.”
Bagi Naoto, hari
ini sudah menjadi siksaan baginya mulai dari jam pelajaran ketiga dan
seterusnya.
RyuZU mengambil
bangku di sebelah Naoto dengan paksa, dan menempel padanya saat pelajaran
berlangsung. Saat waktu istirahat makan siang di kafetaria, RyuZU duduk dengan
posisi diagonal ‘Ah–‘ dan menyuruh Naoto menyuapinya dengan nada suara yang
monoton. Setelah itu, mereka pergi ke taman di halaman, dan dia memegang kepala
Naoto, dan memberinya sandaran dengan paksa…
Walaupun Naoto
bukanlah tipe orang yang memang peduli cara pandang orang lain padanya (jika
dia memang peduli, dia tidak akan lagi dapat memproklamirkan dirinya sendiri
sebagai orang aneh), dia tidak cukup berani untuk menyandar pada RyuZU saat
sabitan tekanan yang mengarah padanya dapat mencabik-cabik habis dirinya.
RyuZU juga
melakukan semua jenis aksi intim dengannya tanpa batasan apapun. teman
sekelasnya hanya menonton mereka berdua dari kejauhan, tidak bertanya hal-hal
yang biasa ditanyakan pada siswa pindahan. Beberapa siswa pemberani mencoba
menyapa hanya setelah sekolah selesai.
Namun…
“E-Erm, apa kau
punya waktu?”
“Ya? Apa ada yang
kamu inginkan dari saya?”
“Ah, i-iya.
Mengenai pindahanmu, seharusnya ada–”
“Tapi saya tidak
punya alasan tertentu untuk mencarimu. Permisi.”
“Kalau ada
pertanyaan apapun–eh?”
…
“Hei! RyuZU kau
benar-benar cantik!”
“Ya, saya tahu.
Lalu?”
“…Eh, tunggu dulu.
RyuZU–”
“Bisakah kamu tidak
memanggil nama saya langsung dengan pecahan otak itu? Dan tolong jangan
memanggil nama saya dengan akrab begitu dan pahami posisi –-----tidak, saya
tidak perlu mengulanginya. Itu hanya akan menghabiskan waktu saja.”
…
“Ah–Aku siswa
kelas dua…”
“Saya mengira kamu
benar-benar membenci saya, dengan sengaja datang jauh-jauh kesini dari lantai
atas dan merusak suasana hati saya. Saya meminta maaf kalau indra saya tidak
cukup sensitif untuk bisa peduli pada semut manapun, jadi tolong kembalilah.”
“Eh, tidak,
tapi–aku ini cukup pop–”
“Saya sudah bilang
untuk pergi dari hadapan saya, atau –----apa bahasa manusia itu terlalu sulit
untuk kamu mengerti?”
…
“Ah–”
“Jika kamu sudah
memikirkannya dengan matang dan sudah berencana mengatakan sesuatu yang akan
menghabiskan oksigen di Bumi, dimana banyak nyawa telah berkorban dengan mulia
untuk panas eksotermismu dan waktu saya yang tidak bisa tergantikan
---------silakan lanjutkan.”
…
Bisa dibilang
kalau tubuh orang-orang tergeletak dimana-mana.
RyuZU terus
memberikan senyuman bidadari pada Naoto setiap kali dia berbicara padanya, tapi
memasang ekspresi kaku saat bicara pada orang lain, monoton ketika berbicara,
kata-kata iblisnya menusuk orang-orang.
Dan begitulah, ada
anak laki-laki dan perempuan, lebih dari 20 orang, terkena luka yang sangat
dahsyat saat Naoto dan RyuZU meninggalkan kelas sampai saat mereka sampai di
gerbang sekolah.
***
BAGIAN KEDELAPAN
Setelah mereka keluar melalui gerbang sekolah,
Naoto dan RyuZU turun menuju Sungai Kamogawa.
Mereka pergi menuju perempatan di
Demachiyanagi, melewati pria tua yang sedang berlari dengan semangat dan para
mahasiswa yang sedang berlatih dengan instrument musiknya.
RyuZU berbalik dan melirik ke arah Naoto,
yang berjalan dengan langkah berat.
“Anda terlihat sedikit lesu, Master Naoto.”
“Eh, iya…berkat dirimu, kurasa inilah
rasanya ketika sedang gelisah…”
“Anda memang kucing penakut sampai-sampai
memikirkan tatapan-tatapan yang biasa-biasa saja -----walaupun hamba tidak
terlalu terkejut dengan hal ini.”
“Sudah cukup. aku melihat diriku dalam
alam yang baru sekarang.”
Naoto menurunkan tubuhnya dengan depresi,
dan berkata,
“–Ngomong-ngomong, aku punya pertanyaan.
Bagaimana kau bisa masuk sekolah?”
RyuZU menjawab dengan tenang mengenai
faktanya,
“Tentu saja, hamba memberikan formulir
permintaan pindah.”
“Waupun kau mengatakannya dengan sangat
reaktif, apa sangat mungkin, kau mengirimkan permintaaan pindah pagi ini, dan
menyelesaikannya hari ini juga?’
“Hamba hanya ‘mengobrol’ dengan kepala
sekolah.”
“…’Mengobrol’?”
“Tidak apa-apa jika anda tidak mengerti, Master Naoto.”
“Tidak tunggu dulu, mengapa aku punya
firasat buruk mengenai hal ini?”
“Bukan hal yang besar. Hamba hanya melakukan
beberapa pengaturan pada aksesoris di rambut hamba, dan bahkan saat hamba serius, hamba
hanya mengatakan beberapa kata saja.”
“Sebuah ancaman!? Itu ancaman, kan!?”
“Tidak. Hamba hanya menyatakan sebuah
harapan ‘kecil’ tepat setelah obrolan kami.”
“…Jadi, RyuZU, kau sudah bilang kalau kau
akan menangani tempat bernaung dan uang. Apa kau melakukannya dengan metode
kriminal…?”
“Master Naoto.”
RyuZU berbicara dengan senyuman memikat,
“Ngomong-ngomong, menurut akal sehat–
perbuatan tersebut adalah kejahatan hanya saat ketahuan, kan?”
“……Benar, aku hanya akan berpura-pura
tidak pernah mendengar apapun. Ngomong-ngomong, kau bilang kau menemukan tempat
untuk kita tinggal. Dimana?”
“Kita akan melihatnya segera. Tempatnya
adalah sebuah hotel tepat di sudut gedung itu, yang bernama ‘The Uh-huh’.”
“……RyuZU?”
Naoto tiba-tiba berhenti berjalan, dan
bertanya,
“Kalau aku ingat dengan benar, bukannya
itu adalah hotel cinta?”
Setelah mendengar keraguan Naoto, RyuZU
membelalakkan matanya,
“–Seperti yang anda bilang. Tapi agak
mengejutkan untuk mendengar hal ini dari anda, Master Naoto. Apa anda pernah
menggunakannya sebelumnya?”
“Itu tidak mungkin. Hanya orang-orang
populer di kelas saja yang sering menggunakannya ----tunggu, itu bukan
masalahnya sama sekali! Bagaimana mungkin kita bisa tinggal di sebuah hotel cinta?”
“Tapi hotel cinta ‘The Uh-huh’ itu secara
kebetulan memiliki harga paling murah di area yang kita tinggali, Kyoto.
Fasilitas untuk penghuninya paling memadai.”
“Itu bukan masalahnya! Kalau aku terlihat
berjalan keluar dari sebuah hotel cinta bersama denganmu, aku akan dikeluarkan
dari sekolah dengan segera, RyuZU.”
“…Itu benar-benar tidak bisa diterima.
Kalau begitu, hamba akan mendengar usulan alternatif anda yang lebih baik, Master
Naoto.”
RyuZU mengkerutkan dahinya, terlihat
sedikit tidak senang sambil berkata beberapa kata kasar. Tapi, Naoto memutar
otaknya dengan panik,
“…Po-Pokoknya, ayo tinggal di kafe manga
untuk malam ini!”
Naoto memegang tangan RyuZU dan berjalan
pergi.
Mereka terlambat karena pergi ke arah
hotel cinta sebelumnya, dan karena itu, kerumunan sudah berkumpul saat mereka
berjalan melalui jalanan toko belanja, hari mulai gelap secara bertahap.
Matahari sudah terbenam sepenuhnya saat
mereka akhirnya menemukan kafe manga yang cocok.
“Ini bagus. Jika kita menunggu sedikit
lebih lama, kita bisa mendapat paket malam–”
–Naoto berpaling ke arah RyuZU, dan
ekspresinya menjadi suram.
Tiga orang mengelilingi RyuZU tanpa
disadarinya.
Mereka semua adalah pemuda, mungkin sebaya
dengan mahasiswa. Orang bisa berkata kalau sekumpulan burung akan bergerombol,
karena penampilan mereka berantakan, pakaian mereka kotor, dan mereka memakai
berbagai macam aksesoris mencolok yang berdenting.
Salah satu dari mereka, preman A sedang
mencoba merayu RyuZU dengan sikap sok kenal.
“Hei hei hei! Kau ini gadis yang luar
biasa cantik ya?”
“Ya? Lalu?”
“Ahhahaha, dan kau bahkan bilang ‘Lalu’?
kau memang benda yang superior.”
“Hei hei–kau mau bermain dengan kami? Kami
akan mentraktirmu sesuatu nanti~”
Naoto dengan segera memahami apa yang
sedang terjadi.
Preman-preman ini, A, B dan C sedang
berkumpul dengan licik mencoba memburu mangsa terbaik, RyuZU.
Biasanya, dia tidak ingin terlibat dengan
orang-orang seperti itu. Dia tidak akan perhatian sedikitpun pada kedua pihak,
dan bahkan jika dia bertemu dengan mereka, dia hanya akan tertawa dengan tolol
dan pergi menjauh. Namun------
“!!”
Sensasi terbakar menyala di dalam Naoto.
Meninggikan tekanan, dia memegang tangan
RyuZU.
“Ayo pergi, RyuZU.”
“Oke.”
RyuZU juga mengangguk, siap untuk pergi
menjauh. Namun, ketiga preman itu tidak melepaskan dia begitu saja.
Dua dari mereka mengelilingi Naoto dan
RyuZU dari bagian depan, menghalangi mereka.
“Tunggu sebentar, ini pelanggaran, apa
yang kau lakukan?”
“Gadis ini akan berkencan dengan kami
nanti, tahu? Menyingkirlah, bocah.”
Preman A dan B melirik dengan cabul.
Preman terakhir, si C menatap Naoto dengan
mata merah.
“Memangnya kau ini siapa? Pacarnya?”
“Lelucon yang bagus, Taku! Itu tidak
mungkin! Pastinya!”
Trio itu tertawa, dan preman A, yang
pertama kali mendekat, mengulurkan tangannya ke arah RyuZU.
Naoto menyadari tingkahnya, dan dengan
segera menepis tangannya.
“–Aw…apa-apaan kau ini, hah!?”
Kesabaran trio itu menghilang, kemarahan
menyala di mata mereka.
Walaupun begitu, Naoto berteriak didorong
oleh emosinya,
“Diamlah, apa kalian tidak memeriksa diri
kalian dengan benar dan tahu siapa yang bisa kalian dapatkan dan tidak bisa
kalian dapatkan, dasar homosapien jadi-jadian!? Kalian hanya tidak tahu malu,
dasar sampah berjalan!”
–Apa yang sedang aku katakan saat ini?
Bagian pikirannya yang sedikit lebih
tenang sedang memperingatinya begitu.
Walaupun preman-preman ini terlihat tidak
sehat, mereka adalah 3 orang pria muda, dan dia hanyalah seorang anak laki-laki
pendek dan kurus berumur 16 tahun.
Jika ini berakhir menjadi sebuah
perkelahian, tidak peduli bagaimana dia berusaha, masa depan satu-satunya yang
menunggunya hanyalah menjadi karung pasir
Jika dia menangani hal ini dengan cara
tidak langsung, mungkin dia bisa kabur dengan selamat -----namun, dia tidak
menyesal sedikitpun.
Walaupun kejadian seperti ini terjadi
lagi, dia pasti akan melakukan hal yang sama ----tidak, dia mungkin akan
menendang pihak lainnya sekali-kali.
–Benar, jika mereka berani melakukan hal
apapun pada RyuZU,aku akan melakukan apapun untuk melindunginya–
Wajah para pria itu berubah karena marah,
berniat untuk mencengkeram Naoto.
Dan Naoto menggigit bibirnya sambil
menatap balik.
Dengan segera,
“…Master Naoto, terima kasih banyak.”
Suara yang menyegarkan bisa didengar.
“–Pemahaman hamba terhadap anda sudah
meningkat sebanyak satu derajat.”
“Eh?”
Naoto tidak sengaja bertanya balik.
Dan kemudian, keliman rok RyuZU sedikit
terbuka.
Hanya itulah yang bisa dilihat oleh mata
Naoto.
Namun, tiupan angin dan suaranya terlihat
seperti memiliki ‘sesuatu’ saat angin dan suaranya itu melaju ke depan,
terlihat seperti menyambar ketiga pria itu.
Hal ini diikuti dengan suara aneh.
Baju, celana, aksesoris, sepatu, pakaian
dalam, dan bahkan rambut para pria itu tercabik-cabik seperti ada sebuah trik
sulap yang rumit.
“–Saya benar-benar minta maaf.”
RyuZu mengangkat keliman roknya sambil
membungkuk ke arah trio pria itu, yang sekarang dalam keadaan telanjang dan
tergeletak di tanah,
“Suasana hati saya sudah tidak menyenangkan
karena sikap orang-orang kacau ini pada Master Naoto, jadi sayau mau tidak mau
mengambil tindakan. Tapi saya tidak berniat untuk merenungkan hal ini.”
“Ah, erm, ah…”
“Sebagai hadiah yang patut untuk kalian,
kalian harusnya senang karena kalian tidak pernah menyentuh Master Naoto
sedikitpun. Tidak peduli semesum apapun Master Naoto ini, saya tidak berpikir
kalau dia akan senang melihat kepala yang terpotong.”
RyuZU menunjukkan senyuman tipis di
wajahnya.
Tapi ekspresinya sedingin titik nol
absolut, seakan-akan sedang menatap lalat-lalat yang hinggap di daging busuk.
Tidak peduli segila apapun seseorang, dia
pasti akan mengerti apa yang RyuZU coba katakan dengan jelas.
Trio telanjang itu mengambil langkah
seribu seperti anjing liar, dan kegaduhannya membesar karena teriakan bisa
terdengar, bersama dengan teriakan jelas para polisi.
“…O-Oke kalau begitu, ayo pergi ke kafe
manga. Pergi keluar malam-malam itu terlalu berbahaya, RyuZU!”
Naoto terburu-buru mendorong punggung
RyuZU saat pergi menuju toko.
Dia adalah pelanggan tetap di kafe manga
ini.
Toko ini lebar dan terang, benar-benar
bersih di dalamnya. Fasilitasnya juga dirawat dengan baik, dan bar minumannya
juga memiliki pilihan yang banyak.
RyuZU berhenti, dan melihat-lihat.
“…Tempat ini lumayan, kayaknya.”
Dia mencibir tidak senang.
“Tapi hamba masih berpikir kalau lingkungan
dalam “The Uh-Huh” itu lebih baik. Master Naoto, apa anda lebih menyukai tempat
yang sempit daripada tempat nyaman yang luas?”
“Ugh, jangan bicarakan hal itu lagi.
Lupakan saja, oke?”
Keduanya mendekati area penerimaan tamu,
dan seorang pegawai pria muda berjalan keluar dari bagian dalam. Saat melihat
RyuZU untuk pertama kalinya, dia tertegun selama sesaat, tapi dengan segera
menyapanya dengan senyuman, seolah-olah mengganti suasana hatinya.
“Se-Selamat datang. Apa anda punya kartu
anggota?”
Naoto menyerahkan kartu anggotanya.
“Aku ingin paket malam.”
“Jika anda memulainya sekarang, anda harus
membayar sekitar 1 jam dengan harga biasa. Apa tidak apa-apa?”
“Tentu. Aku akan mengambilnya.”
“Terimakasih sudah menggunakan jasa kami.
Kamar seperti apa yang anda inginkan?”
Untuk sesaat, Naoto tidak tahu bagaimana
dia harus menjawab.
Dia terlihat kebingungan saat melihat map
interior yang diberikan oleh pegawai itu. Ada kamar kafetaria, kamar kotak,
kamar bisnis, kamar santai…bermacam-macam kamar, tapi mengingat kalau dua orang
harus tinggal bersama…
Saat Naoto sedang plin-plan mengenai hal
ini, RyuZU maju selangkah dari samping.
“Tolong beri kami kamar untuk pasangan.”
“Eh…?”
“Dimengerti. Kalau begitu kamar keempat.”
RyuZU mengabaikan Naoto yang sedang
terkejut, dan menyelesaikan prosedurnya dengan cepat sebelum menerima kartu dan
kwitansi.
“Tunggu RyuZU!? Apa kamar untuk pasangan
itu?”
“Bukannya itu yang anda inginkan, Master
Naoto? Hamba bisa merasakan kalau anda punya pikiran mesum tentang memeluk diri hamba
dengan penuh semangat di sudut sempit dibandingkan dengan berbaring di kamar
yang luas. Bukannya anda merasa berterimakasih untuk wawasanku ini?”
“Bukan begitu! Aku tidak pernah berpikir
begitu!”
“Menggunakan pertimbangan itu, kemudian hamba memiliki penjelasan yang cocok mengenai alasan mengapa anda menolak
memasuki hotel cinta dengan keras kepala.”
“Aku masih di bawah umur!”
“Tenang saja, Master Naoto, tidak perduli
nafsu unik apa yang anda miliki bahkan jika itu sampai membuat masyarakat tidak
menerimanya, hamba akan menerima semuanya tanpa pengecualian.”
“Aku bilang ----tidak, lupakan saja. Kalau
dipikir-pikir, ini lebih aman.”
“Ya. Sepertinya keamanan disini tidak
terlalu baik. Walaupun tidak akan ada masalah selama hamba ada disini,
menghindari bahaya itu penting.”
“Ah, iya…”
Menghindari bahaya bagi orang lain, Naoto bergumam.
–Jika beberapa idiot menggoda RyuZU di
toko, akan ada pembunuhan…!
Setelah mereka memasuki kamar yang
ditentukan, Naoto dengan segera menjatuhkan dirinya ke atas sofa.
“…La-Lama sekali…”
Tubuhnya benar-benar lesu, terasa seperti
timah
Jika ini terus berlanjut, aku akan tidur
seperti karung tanah. Tidak boleh begitu. Naoto mengambil napas dalam-dalam
untuk menguatkan dirinya, dan perlahan-lahan berdiri.
“Master Naoto, anda mau pergi kemana?”
“Aku akan menggunakan kamar mandi. Aku
tidak akan merasa nyaman tidur saat aku berkeringat begini.”
“Begitu ya. Dimengerti.”
Naoto melewati RyuZU saat RyuZU
merendahkan kepalanya, dan pergi langsung menuju kamar mandi.
Tapi sesaat setelah berjalan, dia berjalan
dan berbalik.
Dan kemudian, dia bertanya pada RyuZU,
yang sedang menatap kosong ke arahnya,
“Jadi, mengapa kau harus mengikutiku?”
“…? Anda menyuruhku untuk
menggosok punggung anda kan?”
“Aku tidak pernah bilang seperti itu!”
“Benarkah? Tapi kelihatannya anda tidak
mau jujur dengan nafsu anda sendiri, Master Naoto. Karena itu, hamba mencoba
menginterpretasi niat anda yang sebenarnya dan tersembunyi dalam kata-kata
anda.”
“Tidak apa-apa jika kau tidak mencoba
menginterpretasinya!”
“…Benarkah? Baiklah kalau begitu? Apa anda
tidak ingin hamba melepaskan pakaian anda di ruang yang sempit itu dan
memberikan pelayanan khusus dengan sabun cair dan spons?”
“…”
“Master Naoto?”
“…Tidak apa. Tidak perlu begitu. Aku akan
mandi sendiri.”
“Dimengerti. Hamba akan kembali ke kursi
hamba dan menunggu anda kembali.”
“…Ya. Sampa jumpa lagi.”
RyuZU membungkuk dan kembali ke kursinya
Setelah RyuZU benar-benar hilang dari
pandangannya, Naoto tidak sengaja jatuh berlutut.
Dia menyeka air mata di matanya, bergumam
pada dirinya sendiri,
“…Apa yang sedang kulakukan…?”
***
BAGIAN KESEMBILAN
“Wah!? Apa ini!?”
Setelah mandi, Naoto kembali ke kamar
dengan tubuh yang terasa segar, dan melihat segala macam majalah dan manga yang
menumpuk di dalam ruangan.
RyuZU, duduk di sofa, sedang menelusuri
halaman-halaman majalah dan manga dengan kecepatan yang mengkhawatirkan.
Dia berhenti membalikkan halaman untuk
beberapa saat, dan menatap ke arah Naoto.
“Selamat datang kembali, Master Naoto.”
“Ah, ya, aku kembali…apa yang sedang kau
lakukan?”
“Ini adalah bagian dari pengumpulan data.
Fungsi mekanis hamba sudah berhenti selama 206 tahun, jadi hamba merasa kalau diri hamba
perlu mengetahui pengetahuan modern sebanyak mungkin.”
“…Termasuk manga-manga itu?”
“Hiburan populer adalah unsur penting
untuk referensi.”
“Be-Begitu ya…aku lelah. Kalau begitu aku
akan tidur.”
“Nn, kalau begitu selamat malam.”
Setelah itu, RyuZU duduk dengan posisi
Seiza, menghadap Naoto.
Naoto duduk di sampingnya, dan berkata,
“RyuZU…kau tidak perlu tidur karena kau
itu automata. Bagaimana dengan pegasmu?”
“Tolong jangan khawatir. Pegas hamba
berputar kembali secara otomatis.”
“Oh, Begitu…eh, berputar otomatis?
Walaupun didalamnya ada lebih dari 4 triliun gir?’
“Ya. Lalu kenapa?”
Naoto mengambil nafas dalam-dalam, dan
mengangguk,
“–Tidak, yah. Ini aneh kalau aku tidak
bisa melakukan hal seperti itu.”
Bahkan generasi automata terbaru harus
diputar pegasnya seminggu sekali…Naoto sekali lagi menyadari spesifikasi tinggi
yang dimiliki RyuZU. Sebuah fungsi aktivasi pegas belaka tidak bisa
dibandingkan sama sekali dengan kapabilitas yang sudah dia tunjukkan sampai
saat ini…
Setelah meyakinkan dirinya sendiri
mengenai hal itu, Naoto bersandar pada lengannya sendiri, dan menutup matanya.
Dan kemudian, nada tabah RyuZU dapat
didengar.
“–Apa anda mengabaikan hamba?”
“Eh?”
Naoto tidak sengaja membuka matanya.
Dia melihat wajah sangat tidak senang
RyuZU berjarak beberapa inci darinya, and mendekat.
“Apa anda mengabaikan bantal pangkuan hamba?”
Dia menepuk pahanya sambil berkata begitu.
Naoto membelalakkan matanya, dan bertanya,
“…Benarkah?”
“Kita melakukannya saat istirahat makan
siang. Sekarang anda adalah Master hamba, Master Naoto. Apa ada hal yang membuat anda
tidak nyaman mengenai hal itu?”
“Tidak, tidak masalah sama sekali.”
Naoto menjawab dengan cepat, dan
membaringkan kepalanya dengan lembut di atas paha RyuZU.
Sensasi hangat dan lembut seakan-akan
membuatnya merasa meleleh di dalam tubuhnya, dan dia sedikit menghembuskan
nafasnya, melengkungkan tubuh kecilnya di sofa, dan setelah dia menutup
matanya, rasa kantuk menghampirinya.
“Master Naoto.”
“Hm?”
“Hamba sudah mengawasi anda hari ini.”
“Ya.”
“Izinkan hamba untuk berterus terang, anda
sungguh orang yang penuh teka-teki.”
“Mungkin. Aku tidak menyangkalnya.”
“Ya. Selain itu, hamba pikir anda terlalu
rendah hati.”
Naoto mendengus tidak senang.
“Maaf…kau sudah bertemu dengan pemilik
yang jelek ini.”
“–Memang benar kalau bersikap rendah hati
itu sangat penting…tapi…”
Naoto bersiap untuk mendengarkan baik-baik
kalimat RyuZU selanjutnya.
“…Lupakan saja. Bukan hal yang penting
-----selamat malam.”
“…Ya.”
Naoto dengan cepat tenggelam dalam tidur
yang lelap.
RyuZU membelai rambutnya dengan lembut
sambil berbisik,
“…Bagaimana tepatnya Master Naoto
melihatku?”
Tidak ada jawaban
RyuZU juga tidak berharap medapat jawaban.
Melalui observasi yang dia lakukan selama
sehari penuh, dia bisa yakin kalau Naoto hanya tertarik pada robot.
Kalau begitu, apa yang dia harapkan dari
automata tanpa bandingan ini hanyalah sebuah mesin yang luar biasa.
Tapi jika itu memang benar, mengapa dia
memperlakukannya seperti seorang gadis manusia?
“Ini, benar-benar sulit dimengerti.”
RyuZU tersenyum pahit, menurunkan
pandangannya, dan mengingat kembali perkelahian tadi.
Dia tidak bisa merasakan apakah Naoto
memperlakukannya seperti barang miliknya atau sebagai seorang gadis, tapi Naoto
memang berniat untuk melindunginya.
…Dia benar-benar menghargaiku.
Hanya hal itu yang dia yakini, dan itu
sudah cukup.
RyuZU tersenyum, tidak menunjukkan niat
jahat apapun sambil terus menyisir rambut Naoto.
***
BAGIAN KESEPULUH
Analisisnya berjalan dengan sukses.
Mereka sudah memeriksa keadaan lantai 2
dari menara utama yang memiliki 27 lantai ini.
Sayangnya, mereka belum menemukan dimana
letak masalahnya. Tapi jika mereka terus melaju dengan kecepatan ini, mereka
dapat selesai menganalisis seluruh gedung dalam 2 minggu.
Walaupun mereka sudah mendapat alasan
seperti itu -----Marie tidak bisa memaksakan dirinya untuk merasa sangat
senang.
“…Ini berjalan terlalu lancar.”
Benar, inilah bagian anehnya.
Jika mereka menjalankan pekerjaan mereka
dengan lancar, cara menyimpulkannya dengan sederhana adalah, ‘Tidak ada yang
menghambat mereka’.
Orang yang mengganggu seharusnya adalah
‘militer’.
Tentu saja, karena kesepakatan. ‘Militer’
tidak bisa menghambat mereka dengan terang-terangan, dan paling tidak akan
meminta untuk ‘membantu’; kemudian ‘Meister Guild’ akan menyatakan terima
kasihnya mengenai permintaan itu, dan menolaknya supaya bisa menyelesaikan
pekerjaan mereka dengan sukses. Namun, ‘militer’ sudah mengembangkan sebuah
ego, karena mereka sudah memelihara fungsi kota sehari-hari sebagai pengurus,
dan tidak akan memperlakukan ‘orang luar’ manapun terlalu baik setelah
mencampuri pekerjaan mereka. Mereka harus mempertahankan reputasi mereka di
hadapan penduduk kota.
Pada akhirnya, ‘militer’ akan menggunakan
informasi rahasia atau tanggungjawab sebagai perisai untuk mencampuri pekerjaan
‘Guild’. ‘Guild’ akan menyelesaikan pekerjaan mereka sambil menghindari
‘militer’.
Bagi ‘militer’, ‘Guild’ hanyalah burung
pemakan bangkai yang berharap untuk mencuri pekerjaan mereka dan mendapat
penghargaan.
Bagi ‘Guild’, ‘militer’ hanyalah sebuah
organisasi tidak kompeten yang penuh dengan udara panas.
Itulah organisasi yang sudah dihadapi oleh
Marie dan yang lainnya sampai saat ini. Namun–
“Kita hanya melihat beberapa anggota
Angkatan Teknis hari ini.”
Mereka tidak peduli.
Mereka membuat sebuah ‘permintaan’ saat
kelompok Marie tiba, dan di titik ini, ada seorang anggota Angkatan Teknis yang
berperan sebagai pengawas, menonton perbuatan mereka tanpa kata-kata.
Tapi hanya itu saja.
Setelah Marie menolak permintaan mereka
untuk membantunya, mereka mundur begitu saja. Menara inti ini, yang terletak di
jantung kota, seharusnya memiliki lebih dari seribu anggota pengurus, tapi
mereka pergi tanpa pertanyaan apapun.
Walaupun kelompok Marie tahu kalau itu hal
yang bagus, ada sesuatu yang mengerikan mengenai hal itu.
‘Guild’ tidak bisa menafsirkan tujuan
mereka.
Ada sebuah perubahan gravitasi mendadak
sebelum fajar menghilang.
‘Militer’ merespon dengan aneh.
Walaupun perubahan itu terlihat seperti
sebuah anomali tunggal yang kecil, ‘skenario terburuk’ muncul di pikiran Marie
setelah dia menghubungkan semua hal tersebut.
“Ini mungkin…mungkin memang begitu.”
“Meister Marie…”
Seorang anggota pasukan muda berbisik
padanya.
Setelah Marie memahami maksud yang
tertulis di wajahnya, dia mengangguk.
“Aku tahu. Jangan khawatir, aku sudah
bersiap-siap.”
“Kalau begitu, apa ini seperti yang sudah
diduga…?”
“Kita masih belum yakin, tapi kurasa
sesaat lagi kita akan punya hasil.”
Ekspresi Marie jelas bimbang saat dia
menjawab, dan setelah pria itu menyadari hal ini, dia berdehem dan kembali ke
posisinya.
“–Oke.”
Marie mengambil napas dalam-dalam, dan
kembali ke lorong elevator dengan melangkah secara elegan.
Pengawas Angkatan Teknis mengikutinya
tanpa berkata-kata.
Dia mungkin pengelola fasilitas ini, dan
di dada tegapnya, cocok bagi seorang tentara, menempel lencana Gazelle.
Saat mereka menunggu elevatornya, Marie
berkata pada pria itu.
“Aku berniat untuk mencari angin di luar.
Kau tidak keberatan, kan?”
“Silakan saja.”
Balasannya dingin.
Tapi Marie tidak memikirkannya, dan di
saat itu, elevatornya tiba. Dia melangkah masuk, dan menekan tombol menuju
permukaan tanah.
Timnya sedang bekerja di posisi sekitar
8.200m di bawah area kota, lantai ketiga. Walaupun menggunakan elevator yang
melaju dengan kecepatan 1km per detik, mereka akan menghabiskan waktu sekitar 8
menit untuk mencapai permukaan.
Disaat itu, Marie menatap penunjuk didalam
pintu elevator. Sesaat kemudian, sepertinya dia akhirnya tidak tahan lagi
dengan kesunyian ini dan dia berbalik dan berkata,
“Senapan itu BR-19, kan?”
Dia memulai percakapan dengan nada riang.
Dia sedang menatap pistol di pinggang pria
itu, dan pihak kedua tidak menjawab sambil terus berdiri diam. Marie juga tidak
keberatan mengenai responnya sambil terus melanjutkan.
“Senapan ini tidak menembakkan peluru
melalui perputaran gear-gear, tapi melalu kompresi dan pelepasan udara yang
bergerak cepat. Senapan ini memiliki rekoil yang lebih besar daripada
senapan-senapan sebelumnya, tapi menggunakan rekoil ini untuk memperkuat
kemampuan kompresi tembakan selanjutnya, yang menghasilkan senapan ini memiliki
kekuatan pelumpuh yang luar biasa. Senapan ini biasanya diisi dengan 7 peluru,
dan dilengkapi dengan kabel yang berfungsi untuk mencegah musuh untuk
merebutnya. Hah, bukannya ini .45? Jika kekuatan tembak adalah prioritasnya,
bukannya senapan pistol BR-SP33 akan menjadi pilihan yang lebih baik?’
Saat Marie terus mengoceh saat menjelaskan
senjata standar ‘militer’ ini, pria itu hanya bisa menunjukkan keterkejutannya
mendengar hal ini.
“Kau mengerti cukup banyak ya.”
“Ya. Keluargaku memang membuat senapan.”
“–Oh, begitu. Anda adalah Putri dari
Perusahaan Breguet.”
“Apa kau tahu? Mereka yang terlahir di
keluarga Breguet diajari detail mengenai desain dan penjualan produk. Sebagai
salah satu dari 5 Perusahaan Besar, kami menjual semua hal mulai dari ranjang
bayi sampai angkutan transportasi besar. Ini benar-benar…”
“Terdengar berat.”
“Ya. Aku menderita cukup banyak saat aku
masih muda.”
“Tapi sejujurnya, aku benar-benar tidak
mengerti maksud dibalik itu semua. Kecuali kalau kau adalah seorang pegawai,
apa hal seperti ini benar-benar perlu dipelajari oleh seorang Putri?”
Ada nada mengejek diantara kata-kata itu.
Tapi Marie tersenyum, terlihat seakan-akan
setuju dengan pria itu.
“Kau juga berpikir begitu?”
“Ya. Kurasa itu keterlaluan. Jika kau
punya waktu luang, mengapa tidak mempelajari hal-hal lain yang lebih berguna?”
“Benar. Seperti ini?”
“Hah? Ack–!!?”
Sesaat setelah pria itu berbicara, dia
sudah terkapar di lantai.
“Ah, ugh, ummm…!?”
–Dia tidak tahu sama sekali apa yang telah
terjadi padanya.
Walaupun dia adalah seorang teknisi, dia
diharuskan untuk menerima pelatihan tempur sebagai bagian dari militer. Dia
bukanlah bagian dari tim tempur sungguhan, tapi dia sudah mempelajari teknik
tempur yang dapat membuatnya menangani 2 sampai 3 preman.
Namun, dia dilumpuhkan oleh gadis berumur
16 tahun, direbut senjatanya, diinjak, dan ditodong pistol di bagian belakang
kepalanya, dia mengambil kesempatan untuk melawan balik dalam sekejap. Situasi
apa yang terjadi sebenarnya?
“Aku sudah bilang, kan? Aku sudah
diindoktrinasi dengan berbagai macam ‘detail spesifik’ produk-produk kami. Itu
termasuk dengan ‘cara menggunakannya’, kan? –Bisakah kau diam untuk sebentar
saja?
“A-Ap-Apa yang kau lakukan, dasar–aw!?”
“Hei, aku sudah bilang diam, kan, dasar
anjing?”
Marie bicara dengan nada merendahkan.
Suaranya terdengar benar-benar alami, dia
tidak bergairah maupun gugup.
Kata-kata itu, ditambah dengan perasaan
senapan yang ditodongkan pada bagian belakang kepala pria itu, mengikis
keinginannya untuk melawan.
Elevator itu sampai di permukaan.
Pintunya terbuka bersamaan dengan suara
udara yang dihabiskan. Dan yang Berdiri di depan mereka adalah seorang raksasa
besar–Halter.
Dia menengok ke dalam, dan menepuk kepala
botaknya.
Dan kemudian, dia berbicara pada pria yang
sedang diinjak Marie dengan penuh simpati.
“Kau benar-benar menderita ya. Yah, anggap
saja seperti sedang digigit seekor anjing–
“Berhenti mengoceh dan cepat masuk.”
“Baik baik. Permisi.”
Setelah Halter masuk ke dalam elevator,
dia menekan tombol untuk turun. Elevatornya sekali lagi tenggelam ke bawah
tanah, dan setelah kurang lebih 10 detik, dihentikan secara paksa.
Saat elevator itu menjadi ruangan yang
tertutup, Halter mengikat anggota gerak pria itu.
Pria itu terus memberontak di titik ini,
tapi tubuh yang terdiri dari daging dan darah itu tidak berkutik melawan cyborg
Halter, dan dia jatuh ke lantai, dikekang.
Marie menginjak kepala pria itu.
“Bagaimana kalau kita membuat jeritan di
berbagai macam tempat?”
“–Ugh…”
Pria itu masih mencoba berontak, tapi
Marie tidak menjauhkan kakinya dari kepala pria itu.
Marie menyeringai saat dia melihat pria
itu dalam keadaan ini.
“Ya ampun, sekarang apa? Kau masih berniat
berontak? Kau terlihat sangat senang mencoba berontak seperti ini, dasar
mesum.”
“Suasana hati anda terlihat sedang bagus,
Milady.”
“Aku suka melatih anjing saat aku masih
kecil. Anjing sebesar dan sekeras kepala manapun pada akhirnya akan menjadi
imut dan merengek setiap kali aku merantai mereka.”
Seperti ini–Marie berkata
sambil mencengkeram kerah pria itu, dan pria itu hanya bisa merintih saat dia
berontak dengan kepalanya yang sudah diinjak, dasinya ditarik.
“Ngomong-ngomong, apa kau membawa mainan
itu kesini, Halter?”
“Hm, aku membawanya…apa anda benar-benar
akan menggunakannya?”
Halter mengeluarkan sebuah suntikan putih
dengan segan.
Ada suatu cairan perak yang tidak
diketahui asalnya.
Setelah melihatnya, wajah pria itu berubah
menjadi ketakutan.
“Ap-apa…t-tunggu sebentar! Apa itu!? Apa
yang kau coba suntikkan padaku!?”
“Apa sebenarnya ini? Yah, tentu saja ini
serum kebenaran–”
“Ap–”
“–Seandainya begitu. Secara kebetulan kami
tidak memilikinya. Coba pikirkanlah, kami hanya warga negara biasa.”
“Warga negara biasa macam apa yang akan
bertingkah sepertimu!?”
Pria itu berteriak.
Dia mengatakan hal yang akan disetujui
sepenuh hati oleh siapapun dengan penuh derita, tapi Marie tidak menjawab
perkataannya seraya terus tersenyum lebar.
“Sebenarnya, cairan ini adalah merkuri.”
“Mer-Merkuri!?”
Mata pria itu terbelalak sambil melenguh.
“Ya. Jenis yang digunakan untuk perawatan
automata.”
“A-Apa kau, serius!? Jika kau benar-benar
menyuntikkan itu”
“Kau akan mati, kan?”
Marie menunjukkan senyuman lebar.
“Lalu? Itu bukan hal yang luar biasa,
kan?”
“…”
Wajah pria itu menjadi pucat, bibirnya
menegang, dan air mata terlihat keluar di matanya. Anggota geraknya diikat
erat, dan keringatnya mengucur deras dari mana-mana.
“Kalau begitu, mari putuskan peraturannya
sekarang, oke? Aku Tuannya, kau anjingnya. Apapun pertanyaannya, jawab
dengan gonggongan. Bagaimana? Sederhana kan?”
“Ja-Jangan berpikir kalau kau akan lolos
dari hal ini–ack!”
Marie menghentakkan kakinya dengan keras
ke wajah pria itu.
“Hei, kau harusnya menggonggong, kan?
Mengapa kau tidak mengerti perintah sesederhana itu? Apa kau sedang
mengolok-olokku?”
“Bo-Bocah sialan ini…!”
“Apa kau benar-benar memintaku untuk
menyemprot otakmu yang menyedihkan itu? Orang tolol tanpa nama masih berani
menentangku? Tahu diri, anjing kampung.”
“Sudah cukup, Milady, kita mulai keluar
dari topiknya.”
Halter menegurnya.
Dia bicara dengan nada ramah dan iba pada
pria yang sedang berurai air mata dan mimisan,
“Kau tahu, bro, Milady mungkin
menikmati hal-hal seperti ini sekarang, tapi aku berbeda. Aku hanya ingin
bertanya sesuatu. Jika kau bisa memberitahuku dengan jujur, aku akan
melepaskanmu dengan segera. Aku berjanji.”
“U…uu..”
“Ada dua hal yang ingin kutanyakan, jadi
dengarkan baik-baik? ‘Dimana tepatnya anomali itu terjadi’, dan ‘seberapa
banyak ‘militer’ memahami situasi ini’. Bisakah kau memberitahuku?”
“A-Aku tidak bisa. Aku tidak bisa
mengatakannya.”
Pria itu menatap mata Halter, dan
menggelengkan kepalanya dengan rasa takut.
“Kau tahu, bro, jangan menambah
pekerjaanku, oke?”
“Aku akan dibunuh jika aku mengatakannya!”
“Kau lebih memilih membiarkan Putri itu
bermain denganmu sampai mati?”
Halter menaikkan dagunya, dan Marie
menyiapkan suntikannya dengan gembira.
“Ini nasihat untukmu. Putri itu adalah
orang sadis sungguhan, tahu? Bangsawan perempuan yang lahir di Prancis memang
memperlakukan pria sipil sebagai anjing kampung.”
“A-Aku tidak bisa melakukannya.”
“Bro.”
“Jika aku memberitahumu, keluargaku yang
sudah keluar dari kota juga akan dibunuh oleh ‘militer’!!”
Pria itu berteriak sambil tersedu-sedu,
“Si-Sialan! Bunuh saja aku! Aku tidak akan
mengatakan apapun!”
“Hei, tenanglah bro–tidak, aku harus
memanggilmu Pak Ryoji Nijama.”
“Apa…?”
Pria itu terpaku setelah mendengar namanya
secara mendadak.
Bagaimana dia bisa tahu namaku–sesaat setelah
dia merasa ngeri, Halter tersenyum seraya memberikan sesuatu pada pria itu.
Benda itu adalah plat plastik kecil
berwarna putih.
Sebuah kartu ID.
“!?”
“Kau baru saja berkata kalau mereka sudah
‘keluar dari kota’, kan? Saat ini, hanya ada satu keluarga Nijima yang berasal
dari kota ini dan sudah pergi…kami bisa memastikan hal itu dalam 15 menit.”
“Halter, orang ini tidak berguna.
Singkirkan saja dia dan ganti ke target selanjutnya. Ah iya, jangan lupa untuk
membunuh keluarganya dalam kecelakaan atau semacamnya.”
Marie memerintah dengan sikap arogan.
Halter mengangkat bahunya, dan menempelkan
laras senjatanya di pelipis pria itu.
“Begitulah–maaf.”
“Tun-Tunggu! Aku mengerti! Aku akan
berbicara! Aku akan bilang semuanya!”
“Semuanya?”
“Tolong biarkan aku mengatakannya,
kumohon…”
“Bagus sekali.”
Marie menatap dingin ke arah pria yang
tersedu-sedu itu, dan berkata,
“Pertanyaan pertama. Dimana anomali itu
terjadi.”
“Di-Di lantai 24.”
“Lantai 24…letaknya cukup dalam. Jika aku
ingat dengan benar, kontrol gravitasi dan tekanan udara ada disana, kan?”
“I-Itu benar…ada sebuah malfungsi fatal di
pusat kendali tekanan udaranya…”
“Bagus sekali. Kau menjadi cukup menurut
-----kalau begitu, seberapa banyak yang sudah diketahui ‘militer’?”
“Y-Yah…”
“Tidak perlu bertanya, Milady.”
Halter berkata.
“Kemungkinan besar mereka sudah memahami
semuanya, dan menyerah untuk memperbaikinya sebelum hal ini. Walaupun mereka
tahu dimana semua anomalinya terjadi, mereka tidak akan memberikan informasi
apapun, dan bahkan menarik semua teknisi mereka menjauh. Pada dasarnya, itulah
yang terjadi, kan?”
Pria itu tetap diam.
Tingkahnya adalah bukti paling besar.
“Oh…Begitu ya. Dengan kata lain, pekerjaan
kami adalah menyelamatkan kota berpenduduk 20 juta orang ini yang sudah diabaikan
oleh ‘militer’.”
“Ha–”
Sesaat setelah Marie mengangguk dan
berkata begitu, pria itu tertawa kecil, dan menyeringai,
“Hahahaha! Coba saja perbaiki kalau kau
bisa.”
“–Oh, kau menjadi arogan, ya. Sekarang kau
menaikkan hidungmu setelah aku memperlakukanmu dengan lebih baik. Apa kau tidak
tahu bagaimana cara belajar? Anjing tidak berguna.”
“Ha–hahahahaha! Tidak mungkin kalian bisa
memperbaikinya!”
“Jangan samakan kami teknisi luar biasa
dengan kalian yang tidak punya kemampuan, oke?”
“Humph…aku tidak tahu sehebat apa dirimu,
tapi tidak ada waktu untuk itu semua!”
“…Apa yang kau bicarakan!?”
“Seperti yang kubilang! Kota ini akan
‘dihapus’. 42 jam lagi!”
–‘Dihapus’.
Hal ini berarti dengan
sengaja–mengambrukkan kota.
Jika kota yang memiliki malfungsi tidak
bisa diperbaiki, seluruh kota akan ditinggalkan sepenuhnya untuk mencegah
kesalahan itu mempengaruhi fungsi palent keseluruhan. Inilah yang mereka sebut
‘Triage’.”
“–Jangan bicara omong kosong disini! Jika
kalian akan mengabaikan kota ini 42 jam lagi, bagaimana mungkin kalian tidak
mengumumkan perintah evakuasi!?”
“Kami sudah melakukannya…lama sekali pada
personel yang berhubungan dengan ‘militer’ dan pemerintah.”
“!”
Halter mencengkeram kerah pria itu saat
dia menyeringai, berteriak,
“Kalian semua hanya akan menonton 20 juta
orang mati bersama dengan kota ini!?”
“Humph…kalian semua lebih tahu dari
siapapun jumlah kota yang dihapus karena kesalahan perawatan, dan kalian
bertingkah sombong begitu! Teknik-teknik yang kalian semua banggakan itu pada
dasarnya diasah melalui pengorbanan banyak orang, kan?”
“Tutup mulut menjijikanmu, dasar orang
rendahan.”
Marie menatap tajam pria itu, dan meraung,
“Benar, kami tidak maha kuasa. Bukan hanya
satu atau dua kota yang ditinggalkan karena kami tidak bisa menyelamatkan
mereka ------tapi walaupun begitu, kami akan berusaha sebaik mungkin sampai
akhir. Aku tidak merasa kalau kami bisa dibandingkan dengan orang-orang yang
memilih untuk melindungi dirinya sendiri dan mengabaikan 20 juta orang.”
“Hah! Kau berkata kalau kami tidak pernah
berusaha sebaik mungkin juga!? Bilang saja, apa alasan kau muncul disini tanpa
rasa malu? –Benar, kami berniat mengabaikan kota ini karena alasan bodoh,
kebanggan superior kami, sistemnya! Alasan mengapa kau disini juga tidak
berbeda!”
“!”
“Sekarang apa? Aku dapat jackpot? ‘Meister
Guild’? ‘Guild Teknisi tanpa Batasan’? berpura-pura memiliki wajah baik!?
Wajah-wajah itu pasti hitam jika kau mengirisnya! Mengakulah! Apa isu itu
benar!?”
“…Isu itu?”
“Jangan berlagak bodoh! Aku bicara tentang
rumor dimana kalian dengan sengaja menghancurkan sebuah Menara inti dan
bertingkah seperti kau seorang ahli! Kalian menyebabkan insiden itu di
Amsterdam 2 tahun lalu, kan!?”
“–”
Marie mengayunkan suntikannya ke bawah.
Jarum tebal dan tajam itu menusuk dada
pria itu, dan dia mengeluarkan pekikan setelah dia melihat hal itu.
“ARGGH! Si-Sialan! Kau sungguh
menyuntikkannya!? Dasar bocah gila!”
“Sepertinya kau salah paham. Biar
kuberitahu.”
Marie bicara dengan wajah suram dan
merendahkan seperti pandangan yang diberikan pada seekor semut,
“Apa niat atasan kami, dan apa yang kami
lakukan, tidak satupun akan mengubah fakta bahwa kalian semua, ‘militer’,
mengabaikan 20 juta orang. Tidak ada alasan untuk membenarkan hal itu.”
“Diam, dasar pembunuh…!”
“Selain itu, berhentilah bertingkah
cerewet dengan pikiran menjijikanmu itu. Kami pasti akan menyelamatkan kota
ini, kota yang sudah diabaikan ‘militer’ ini!”
“Ha, hahaha! Berhenti menggertak! Hanya
ada 42 jam!? Tidak mungkin kalian bisa memperbaikinya walaupun dengan ratusan
kali lipat waktu itu!”
“Pada saat itu, aku hanya akan mati
bersama dengan kota ini.”
“Apa…?”
Marie berpaling dari pria yang sedang
terengah-engah itu dan berkata pada Halter,
“Tidak ada waktu–ayo pergi.”
“Dimengerti. Apa yang akan kita lakukan
pada pria ini?”
“Lakukan saja sesuatu. Bagaimana kalau kau
melemparnya dari lantai atas dan biarkan dia mati disana?”
“Ka-Kau! Itu bukan kesepakatan kita!
Berikan penawarnya!”
“Pada akhirnya, dia hanya seekor anjing
tak berguna yang harus kita urus. Dia tidak diperlukan, kan?”
“A-Ahhh! Sial! Kau merencanakan ini dari
awal, kan!? Jenius apanya, brengsek! Matilah, dasar pelacur!”
Halter memukulnya dalam-dalam ke ulu
hatinya.
Pria itu meringis kesakitan, dan pingsan.
Marie hanya menonton belaka, dan bergumam,
“…Dia seorang Gazelle dan dia tidak bisa
membedakan antara merkuri untuk mesin dan cairan pemeliharaan nanogir? Aku
tidak bisa percaya orang seperti itu bertanggungjawab atas pemeliharaan.”
“Cairan itu memang tidak berbahaya bagi
manusia, tapi tidak ada alasan untuk menggunakannya kecuali manusia itu diubah
menjadi seorang cyborg.”
Halter membawa pria yang pingsan itu di
bahunya seraya berdiri. Dia mengaktifkan elevator yang berhenti lagi, dan bicara
pada Marie yang terlihat dingin,
“Anda baik-baik saja? Anda terlihat
kelelahan.”
“Bukan apa-apa. Ini tidak banyak.”
Marie menurunkan kepalanya sambil
menjawab.
Dia mengambil sebuah permen dari saku
mantelnya, dan memasukkannya ke dalam mulutnya.
“Mengesampingkan masalahku, Halter,
bernegosiasilah dengan Keluarga Breguet menggunakan namaku untuk melindungi
keluarga pria ini.”
“Dimengerti.”
“Selain itu, periksa apa niat ‘Meister
Guild’ mengirim kita kesini, secepat mungkin.”
“Aku akan mencobanya. Ada lagi?”
“Bisakah kau membelikanku beberapa coklat.
Coklat yang manis dengan karamel di dalamnya.”
“Hei, anda akan menjadi gendut, tahu”
“Berhent mengoceh. Belikan aku sekotak
penuh supaya aku bisa mengisi perutku.”
Marie mengunyah permennya dan mengangkat
kepalanya,
“Tidak ada waktu untuk makan siang.”
***
BAGIAN KESEBELAS
Setelah buru-buru pergi ke tempat kerja di
lantai ketiga, Marie berteriak tanpa terengah.
“Semuanya, tolong berhenti dan dengarkan
aku!”
Anggota pasukan yang sedang bekerja
mengangkat kepala mereka ke arah Marie, mencoba memahami situasinya.
Marie melihat sekilas ke arah ekspresi
semuanya, dan berkata,
“Kita sudah memastikan lokasi anomalinya!
Malfungsinya ada di jaringan tekanan udara di lantai ke-24! Semuanya harus
pergi dengan segera! Mereka yang datang duluan harus buru-buru melakukan
pengamatan!”
Para pasukan pekerja membelalakkan matanya
dengan terkejut, tapi bersiap-siap untuk pergi dengan segera. Aulanya
berdengung, dan para anggota Angkatan Teknisi yang berdiri di sudut ruangan
menunjukkan wajah kebingungan.
Kepala mekanik bernama Conrad muncul di
samping Marie tanpa ia ketahui,
“–Itu hebat, Meister Marie. Bagaimana anda
melakukannya?”
“Aku hanya membuat sebuah ‘permintaan’
tulus.”
“Oh, Begitu ya. Jangan memaksakan diri
anda terlalu banyak.”
Kepala Mekanik Conrad hanya menyeringai
dengan sikap menegur, tapi Marie tidak melanjutkan hal ini,
“Jangan bicarakan hal ini. kita harus
buru-buru ------hanya ada 42 jam lagi.”
Kata-kata itu menyebabkan tim pengamatan
berteriak,
“Apa!? Kita tidak bisa melakukan apapun
setelah 42 jam!?”
“Walaupun kami tahu dimana anomalinya
terjadi, setidaknya kami membutuhkan seminggu untuk menyelidiki detail
kesalahannya dan mencoba berbagai macam metode perbaikan!”
“Sebagai gantinya, apa kalian ingin
mengambil langkah seribu?”
Api hijau terlihat membara di mata Marie
saat dia menatap tim pasukannya.
“‘Militer’ sudah menyerah untuk
memperbaiki tempat ini, dan kota ini akan dihapus. Warga negara yang tidak
tahu sudah diabaikan.”
“Apa…!?”
“Tidak mungkin! Pasti ada sebuah
kesalahan–”
“Tidak, tunggu, mereka mungkin bisa
melakukan hal itu! Mereka itu ‘militer’!”
Kemarahan Marie sudah menular pada semua
pekerja yang hadir, dan para personil Angkatan Teknisi mengambi l langkah
seribu sesaat setelah mereka dihujani lusinan tatapan tajam.
Marie bertepuk beberapa kali, dan
berteriak,
“Jika itu benar-benar terjadi, aku akan
bertanggung jawab untuk mengumumkan evakuasi akhir. Pertama-tama kita harus
cepat-cepat. Kita tidak boleh menunggu sedetikpun mulai sekarang!”
Setelah ini, mereka bergerak dengan
kecepatan sangat cepat.
Dalam hanya 5 menit, semua perlengkapan
yang berserakan dan sejumlah besar data dokumen sudah dibawa.
Setelah pekerja terakhir pergi, Marie
sekali lagi melihat sekilas ke arah aula yang sekarang kosong, dan menghela
napas dengan keras.
Dia menyandarkan punggungnya ke dinding,
dan pelan-pelan jatuh terduduk di lantai, menyatukan lututnya sambil meletakkan
dahinya di atas lututnya.
Lengannya gemetaran.
Sensasi suntikan yang menyuntik tersisa di
tangannya.
Senasi sebuah pistol, kelembutan dari
menginjak seseorang, kata-kata dendam pria itu, semuanya
–Kupikir aku bisa melakukan semuanya.
Selama dia memberikan perintah, Halter
kemungkinan besar akan mengambil alih; inilah profesinya yang sebelumnya.
Namun, dia tidak melakukan hal itu, karena yang bisa seperti itu hanyalah kakak
perempuannya, jika kakaknya ada disini, dia akan bertindak tanpa ragu setelah
dia merasa kalau dia harus melakukannya. Itu karena dia harus mengambil
tindakan sehingga dia merasa kalau dia harus bertindak sesuai keinginannya
sendiri, setidaknya oleh tangannya sendiri.
Karena pikiran itulah dia melakukan
‘penyelidikan’ tadi–
Tapi pada akhirnya, itu semua menajdi
berantakan.
Menyuntikkan suntikan itu berlebihan
baginya.
Itu adalah tindakan tak berarti, hanya
untuk menyapu jauh rasa frustasinya. Dia hanya melakukan kekerasan ini
berdasarkan emosinya sendiri.
Itu adalah kemarahan melawan mereka yang
memiliki tanggungjawab untuk menyelamarkan 20 juta jiwa, dan yang mengabaikan
mereka.
Dan juga…
“42 jam untuk memperbaikinya–? Tidak
mungkin…kau pikir ada berapa triliun suku cadang disana?”
Itu adalah kemarahannya pada dirinya
sendiri, yang menanggung tanggung jawab yang sama dengan orang-orang itu, dan
mencoba kabur seperti mereka.
Bibirnya gemetaran.
“Oh Dewa…”
Marie tidak pernah percaya pada Dewa,
atau setidaknya, dia tidak pernah percaya pada entitas surgawi yang dibuat umat
manusia dan diberi nama. Dia selalu percaya pada rasionalitas dan pengetahuan
umat manusia.
Tapi walaupun dengan itu, dia mengalami
ilham mendadak ini, saat pikirannya mencapai batasnya, sebuah kumpulan
tautan gear-gir kecil belaka. Dia percaya bahwa pada spektrum lain jiwa dan
logika yang sangat amat sensitif, ada sebuah keberadaan luar biasa yang tidak
bisa dipahami umat manusia.
Dia pelan-pelan mengangkat kepalanya, dan
berdiri tegak.
“–Aku harus pergi…bagaimanapun juga, aku
tidak boleh membuang satu detikpun saat ini.”
Karena rahmat tadi hanya akan turun pada
mereka yang berusaha sebaik mungkin.
Dia menyeka sesuatu yang keluar dari
matanya, dan pergi menuju lantai ke-24 juga.
0 Comments
Posting Komentar