BAB
12
KEDUA
ANGGOTA DEWAN OSIS
Setelah
itu, percakapanku dengan Pegasus-san berlanjut. Namun, sebagian besar
pembicaraannya hanyalah kisah tentang kenangan masa lalu menyenangkan dengan
ayahku.
Tidak
hanya aku tidak memiliki ketertarikan pribadi dalam apa yang dia katakan, tapi
bahkan dengan semua niat baik di dunia ini, masih akan sulit bagi siapa pun
untuk menyanjung keterampilan percakapan Pegasus-san. Dia akan tiba-tiba
merubah adegan ceritanya, atau akan mengulangi kisah yang sama lagi-dan-lagi.
Jadi, dengan perasaan tidak nyaman, aku menyerah untuk mendengarkannya dan
pura-pura tertidur di tengah-tengah ocehannya.
Aku
menghabiskan waktu sekitar satu jam dalam keadaan demikian, sampai akhirnya
kami tiba di suatu pemberhentian – yaitu suatu service station. Kami kemudian
makan siang di sana, sebelum berangkat lagi. Sekali lagi, aku hanya bisa tahan
dengan ocehan Pegasus-san selama satu jam, jadi aku memutuskan untuk
menggunakan jurus yang tadi, yaitu pura-pura tidur, dan akhirnya aku
menghabiskan perjalanan dalam mode pertapa. Setelah semua itu berakhir, kami
akhirnya tiba di tujuan, yaitu penginapan.
Itu
adalah bangunan dengan kesan yang begitu kuno; rupanya penginapan ini telah
berbisnis selama 50 tahun.
Orang
tua yang merupakan pemilik penginapan keluar untuk menemui kami dan menyambut
Pegasus san dengan sepenuh hati. Pegasus-san, bagaimanapun juga, tampak cukup
pemalu dan dia berbicara dengan senyum kecut di wajahnya.
Tampaknya,
mereka telah menggunakan penginapan ini bahkan selama periode ketika St.
Chronica hanya berisi pelajar perempuan, dan mereka datang ke sini setiap
tahunnya untuk pelatihan ski.
Mereka
menerapkan salju buatan di berbagai tempat untuk persiapan musim pembuka
sehingga semua orang bisa menggunakan lereng salju. Namun, sebagian besar
pemain ski tidak datang sejak waktu yang cukup lama.
Pada
tour ini, beberapa kelompok orang dewasa yang tinggal bersama kami tidak begitu
tertarik dengan ski, melainkan pemandian air panas.
"Nah...
berhubung sekarang kita memiliki kesempatan, mari memperkenalkan diri
masing-masing, yuk? Iya ya, aku menyadari bahwa itu agak terlambat untuk
sekarang, sehingga kau tidak perlu mengatakannya lagi. "
Akane-san
mengatakan itu terhadap grup setelah kami memasuki lobi.
"Aku
adalah wakil ketua OSIS, Ootomo Akane. Aku kelas tiga, senang bertemu kalian
semua."
"Aku
adalah ketua OSIS, Hidaka Hinata. Aku berharap kita semua bisa akrab."
"......
Sekretaris OSIS, Jinguuji Karin. Kelas 2-4."
Setelah
dia selesai, Karin menunduk dan memandang Aoi.
"A-Aku
juga? Umm... aku bendahara OSIS Yusa Aoi... a-aku minta maaf karena telah
menyebabkan banyak masalah bagi kalian tempo hari..."
Sepertinya
memori tentang dihujat oleh Sena dan Yozora setelah mencoba untuk menutup Neighbor’s
Club masih membebani pikiran Aoi, dan dia akhirnya memperkenalkan dirinya
dengan gelisah.
"K-Kemudian
sekarang giliran Neighbor’s Club!" Aku menekan suaraku.
"Aku
dipanggil Kusunouki Yukimura, aku memberi salam sekali lagi."
Yang
pertama memperkenalkan dirinya dengan sopan adalah Yukimura, yang sudah
berkenalan dengan OSIS. Bagus sekali, Yukimura!
"Aku
Takayama Maria, penasihat klub dan guru sungguhan, aku juga seorang guru!
Ahahaha! "
Maria
melanjutkannya dan memperkenalkan dirinya. Sekarang baru kusadari, dia pernah
menjadi guru sungguhan tempo hari, kan?
"G-Guru?"
Semua anggota dewan, kecuali Aoi, tampak bingung.
"...
Ah, aku dari kelas 1-4, Shiguma Rika."
Rika
memberikan pengantar sederhana dan menurunkan tatapannya.
"...Hasegawa
Kobato."
Mungkin
karena dia bisa membaca situasi, kali ini Kobato tidak memperkenalkan dirinya
sebagai Reisis Vi Felicity Sumeragi, dan dia pun menggunakan nama sebenarnya.
"Aku
Kashiwazaki Sena. Seperti yang kalian lihat, aku adalah seorang bidadari.
"
Seperti
biasa, Sena memperkenalkan dirinya dengan sok. Dia adalah satu-satunya orang
yang tidak pernah berubah.
Melihat
sikap Sena, Aoi tergagap dan membisikkan "Fugugu ......".
Permusuhannya dengan Sena jelas-jelas belum berakhir.
Dan
terakhir:
"...
Mikadzuki Yozora."
Bahkan
tanpa melihat Hinata-san secara langsung, Yozora hanya menyebutkan namanya
dengan singkat.
Hinata-san
mendesah kecil.
Seolah-olah
mencoba untuk memindahkan percakapan, Yozora berpaling dari Dewan OSIS dan
mengatakan:
"Jadi,
Niku, bagaimana tentang pembagian kamarnya?"
"Kami
sudah memesan dua kamar untuk dua orang, jadi kita hanya perlu pergi ke depan
dan memesan dua lagi, sehingga ada empat. "
"Jadi,
ada empat orang dari Dewan OSIS, Kodaka dan ketua... yang tersisa adalah..."
Jadi,
aku benar-benar akan tinggal sekamar dengan ketua...
"Tentu
saja, aku akan berbagi kamar dengan Kobato-chan!"
"Tidak!"
Setelah
menyangkal permintaan Sena dengan langsung, Kobato lari dari sisi Sena dan
menyembunyikan dirinya sendiri di balik punggung Yozora.
"Bagaimana
kalau kita mencampur Neighbor’s Club dan Dewan OSIS? Untuk memperdalam
persahabatan kita."
Akane-san
menyarankan itu.
Yozora
memasang wajah kesal dan berbisik dengan suara kecil:
...
Mengapa kita perlu untuk memperdalam persahabatan kita...
"Eh?
Apakah kau mengatakan sesuatu?"
"......
Tidak ada, sama sekali."
Yozora
bergumam.
‘Eh?
Apakah kau mengatakan sesuatu?’ dari Akane-san mirip seperti pertanyaan
favoritku dulu, yaitu suatu pertanyaan yang ditanyakan ketika kau mendengar
perkataan seseorang dengan jelas atau tidak. Dengan demikian, momen diantara si
penanya dan yang ditanya akan rusak. Tidak jelas, apakah itu dilakukan dengan
sengaja ataukah tidak. Sebagai efeknya, orang yang ditanya akan ragu-ragu untuk
mengulangi pernyataannya sebelumnya dan membiarkan semuanya berlalu begitu saja
sejatinya, ini adalah suatu pertanyaan yang digunakan untuk menyangkal
pernyataan orang lain.
"Apakah
yang lainnya juga setuju?"
"'juga',
katanya ..."
Menyadari
bahwa dirinya sedang dimanipulasi untuk memberikan persetujuan, Yozora hanya bisa
memasang ekspresi tak puas.
Rika
dan Kobato juga tampak menentangnya, tapi karena pada dasarnya mereka berdua
suka malu dengan keberadaan orang-orang asing, dan mereka merasakan pancaran
aura 'normal' dari diri Akane-san, mereka hanya bisa terus diam dan tidak
keberatan.
Aku
sungguh berpikir bahwa dia agak memaksa, tapi aku semua untuk memperdalam
persahabatan di antara dewan OSIS dan Neighbor’s Club, jadi aku tidak
mengatakan apa-apa... apapun itu, aku akan tinggal bersama dengan orang tua, jadi
akhirnya teman-teman menggunakan batu-kertas-gunting untuk memutuskan komposisi
ruangan.
Dengan
demikian, gadis-gadis memutuskan tugas ruangan dengan batu-kertas-gunting.
"Mari
kita bagi kamar menjadi 3-4-3, setelah kita selesai dengan batu-kertas-gunting."
"Akan
sangat menyenangkan bila kita akhirnya bisa sekamar, Yukkii."
"Memang,
tentu saja."
Ketika
Yukimura dan Aoi saling melempar senyuman:
"Batu
gunting kertas! Batu gunting kertas! "
Setelah
seruan Akane-san, pertempuran komposisi ruangan dimulai.
Hasil:
1
- Kashiwazaki Sena, Kusunoki Yukimura, Takayama Maria, dan Yusa Aoi.
2
- Hidaka Hinata, Ootomo Akane, dan Shiguma Rika.
3
- Mikadzuki Yozora, Hasegawa Kobato, dan Jinguuji Karin.
Yukimura
dan Aoi, Yozora dan Kobato; dengan kata lain, mereka akan menghabiskan malam
dengan bahagia, sementara Akane-san dan Hinata-san saling meledek satu sama
lain layaknya sahabat karib, "Jadi sepertinya, hubungan yang tidak
diinginkan dan tak terpisahkan kita telah ditakdirkan untuk terus berlanjut,
bahkan sampai saat ini."
Di
sisi lain, Sena tampak tak senang, tapi aku berharap dari lubuk hatiku yang
terdalam bahwa ini akan menjadi kesempatan baginya untuk memperdalam hubungan
dengan Yukimura dan Aoi.
Maria
cukup melekat pada Sena, jadi mungkin tak masalah.
Masalah
sebenarnya adalah, ada dua gadis yang keluar dari zona kenyamanan mereka; yaitu
Rika dan Karin.
"Permisi,
Jinguuji-senpai... jika kau tidak keberatan, bolehkah kita bertukar
kamar?"
Mungkin
karena tinggal dengan dua gadis dari kelas tiga dalam satu ruangan terlalu
berat baginya, Rika menawarkan pertukaran kamar dengan Karin.
Harusnya,
Karin akan menerima penawaran tersebut—atau paling tidak seperti itulah yang
kupikirkan:
"Nggak."
Setelah
menolak tawaran tanpa pertimbangan terlebih dahulu, Karin memberi Rika sekilas
lirikan dan berkata:
"Aku
Jinguuji Karin, berharap bisa akrab dengan kalian."
Setelah
itu, dia membungkuk ke arah teman sekamarnya, Yozora dan Kobato.
Keduanya
tampak ragu-ragu, tapi mereka menjawab dengan: "Ah, ya ...",
"Kukuku ......A-Aku pun setuju denganmu..."Akhirnya jadi seperti ini,
bergantian kamar bukan lagi menjadi pilihan.
Akane-san
melihat Rika berdiri di sana dalam kecemasan, jadi dia meyakinkannya:
"Shiguma
Rika-san, kan? Kau sungguh tidak harus begitu gugup. Hari ini, permasalahan
Senpai dan Kouhai tidaklah penting. Akan lebih menyenangkan jika kau bisa
bersantai sedikit. "
"Benar..."
Rika
hanya memberikan jawaban yang samar.
Dia
bukanlah tipe orang yang bisa santai jika disuruh menjadi simpel dan biasa, aku
pun sedikit khawatir.
☺
Perbincangan
Pegasus-san dengan pemilik penginapan berakhir dan kami semua menuju ke kamar
masing-mading.
Mereka
semua berada di lantai dua. Pegasus-san dan aku tinggal di kamar 203, Sena dan
kelompoknya di kamar 205, Hinata-san dan kelompoknya di kamar 206, sementara
Yozora dan kelompoknya di 207.
Ruang
tempat Pegasus dan aku tinggal adalah ruangan bergaya Jepang berukuran 10-tikar
tatami, sehingga tidak ada toilet atau kamar mandi.
"Kalau
begitu, sudah lama sejak kita terakhir kali mendapatkan kesempatan bersantai
seperti ini, jadi mari kita memanfaatkan ini sebaik-baiknya, bukankah demikian?"
Pegasus-san
mengatakan dengan ekspresi senang sembari dia membuka pintu geser kamar.
Di
sisi lain, ada balkon, dan jika kau melihat keluar dari jendela, barisan gunung
putih berdiri di kejauhan.
"Pemandangan
yang benar-benar indah, bukan?"
Ketika
aku memberikan kesanku yang jujur, Pegasus-san menjawab dengan puas 'Hmm' dan
mengangguk, kemudian ia duduk di kursi tatami dan mulai menuangkan teh.
Sambil
menuangkan teh untukku juga, aku duduk dan mulai meminumnya.
Meminum teh sambil
menatap pegunungan bersalju. Ah, betapa santai.
"Fu
... sekarang aku memikirkannya, aku ingat bahwa aku pernah sekali bepergian
bersama dengan Hayato dan teman-teman pada hotel pemandian air panas, persis
seperti ini—"
Tampaknya
dia mulai tenang, tapi sepertinya bukan itu masalahnya.
Melihat
bahwa pembicaraan tentang masa-masa indah bersama ayahku akan dimulai lagi, aku
buru-buru meneguk tehku. Tunggu sebentar,
bukankah kita sudah membicarakan kisah yang sama persis ketika di bus tadi?
"E-Permisi,
aku harus pergi ke toilet sebentar."
"Eh?
Ah, aku paham. "
Meninggalkan
Pegasus-san yang tampak agak kecewa, aku pun keluar dari ruangan.
☺
Setelah
aku selesai di kamar mandi, aku memutuskan untuk pergi ke toko di lantai
pertama untuk menghabiskan waktu luang. Ketika aku tiba di depan toko, aku bertemu
Yozora, Kobato, dan Karin.
Mereka
bertiga memakai yukata dan memegang handuk.
"Kodaka."
Yozora
kemudian melihatku dan memulai percakapan.
"Hei...
sudah mau mandi, ya?"
"Ya,
bagaimanapun juga, tidak ada yang benar-benar kami kerjakan..."
Rencana
awal dewan osis untuk hari ini seharusnya adalah 'Chillax', dan praktis,
Neighbor’s Club juga tidak punya rencana sendiri.
Melihat
fakta bahwa kami memiliki kesempatan langka, yaitu berada di suatu hotel
pemandian air panas, aku pikir, adalah hal yang normal jika kami ingin mencoba
mandi di pemandian air panas tersebut.
Pemandian
umum hotel tampaknya cukup besar, belum lagi itu adalah suatu pemandian alam
terbuka.
"Aku
paham... jadi, mungkin aku juga harus mandi."
"Begitukah...
k-kalau begitu bagaimana jika kita pergi ke pemandian campur
bersama-sama?"
Yozora
bertanya dengan nada menggoda.
Wajahnya
merah. Jika itu sangat memalukan untuk dikatakan, maka seharusnya dia menyimpan
kata-kata tersebut...
Rupanya,
di hotel ini, selain pemandian pria dan wanita normal, ada juga pemandian
campuran outdoor.
Tentu
saja, itu tidak tersedia bagi para pelajar yang sedang kursus pelatihan ski,
tapi tampaknya tidak berlaku kali ini...
Tetapi
kalau dipikir-pikir, Yozora mengatakan sesuatu seperti itu ...
"C-Cuma
bercanda! Jangan memikirkannya dengan serius, idiot!"
"A-Aku
tahu itu!”
"Hmpf!"
Yozora
berbalik dan berjalan pergi.
"Kukuku...
marilah kita pergi bersama-sama untuk menaklukkannya, Ksatriaku..."
Ditambahkan
Kobato, yang mengikuti jejak Yozora dengan terburu-buru.
Namun,
Karin adalah satu-satunya orang yang tidak berjalan mengikutinya.
"..."
Tanpa
kata dan ekspresi, Karin menatap dua gadis yang meninggalkannya itu.
"...
Bahkan, penampilannya dari belakang sungguh cantik."
Karin
tiba-tiba berkata.
"Eh?"
Saat aku bertanya sebagai balasanan, Karin berbalik, dan mulai menatapku dengan
intens.
Aku
mulai kebingungan karena mata tanpa ekspresi itu menatapku dengan tajam.
Sekretaris
OSIS, Jinguuji Karin—di antara semua anggota Dewan OSIS, gadis inilah yang
paling sulit kunilai kepribadiannya.
Dia
selalu bertindak dengan tanpa tanpa kata dan acuh tak acuh, dan jika kau
memanggilnya, sesuatu yang kau dapatkan hanyalah sorotan mata yang begitu
hampa. Bukan hanya terhadapku, sepertinya dia melakukannya pada semua orang.
Aku
punya perasaan bahwa hubungannya dengan Hinata-san atau Aoi tidaklah harmonis,
karena kedua gadis itu begitu enerjik.
"...
Umm, apakah kau membutuhkan
sesuatu?"
Aku
bertanya, karena aku merasa tingkat kecanggungan di atmosfer mencapai 9000.
Karin mengangguk sedikit.
"Hasegawa-kun,
ada sesuatu yang aku ingin kutanyakan darimu."
"Sesuatu
yang ingin kautanyakan?"
"Yozora-oneesama
itu, orang seperti apa?"
"...
Hah?"
Setelah
mendengar pertanyaan tersebut, aku hanya bisa gagal paham, Karin pun
mengulanginya.
"Yozora-oneesama
itu, orang seperti apa?"
Setelah
mendengar pertanyaan itu dua kali, aku masih tidak mengerti.
"...
kau bertanya... orang seperti apa..."
Kesanku
terhadap Yozora dari sepuluh tahun yang lalu, dan dari setengah tahun yang
lalu, keduanya terus-menerus terguncang dan kabur, jadi aku merasa tidak dapat
menjelaskan hal tersebut dengan baik.
"Mengapa
kau ingin tahu lebih banyak tentang Yozora? Bahkan, mengapa kau memanggilnya
'Onee-sama'?"
"Aku
rasa, ada campur tangan nasib."
"...
Maaf?"
Melihat
tampilan tercengang di wajahku, pipi Karin jadi sedikit memerah.
Karin
kemudian menggenggam salib di lehernya dengan kedua tangan dan mulai berbicara
dengan wajah mengantuk.
"Ketika
aku melihat Yozora-oneesama pagi ini, aku mengerti. Pada saat aku menatapnya,
aku tahu; orang ini adalah bagian lain dari jiwaku yang robek dan terpisah
ketika aku lahir. Kecantikan yang mempesona, suara menyegarkan dengan nada
meremehkan; dia bahkan berpakaian hitam seperti Lucifer si malaikat gagal—"
"Itu
hanya jersey, kau tahu?"
Tindakan
tsukkomi dariku diabaikan di tengah
jalan.
"Dengan
hanya melihat secara mendalam ke mata Yozora-oneesama, membuatku terasa seolah-olah
jiwaku ditelan seluruhnya."
"Bukankah
itu hanya imajinasimu?"
"Aku
merasa seolah-olah, aku sedang dibuahi hanya dengan mendengar suara
Yozora-oneesama."
"Seolah-olah!"
Aku
melemparkan kata-kata tsukkomi pada
Karin sekuat tenaga, yang mulai mengatakan beberapa hal keterlaluan.
"Aku
ingin melahirkan bayinya Yozora-oneesama."
"Kamu
tidak bisa."
"Aku
ingin berhubungan seks dengan Yozora-oneesama."
"Kata-katamu
menjadi lebih dan lebih lancang, oi ..."
Aku
bisa merasakan wajahku memanas.
"Pertama-tama,
aku ingin telapak kakinya meraba-raba pipiku."
"Jadi kau sudah memikirkan beberapa metode cabul
dalam berhubungan intim ..."
"Dan
kemudian—"
"Kau
tidak perlu menjelaskannya lebih jauh! Ummm, jadi seperti itu...? Kau suka
Yozora secara seksual?"
"Aku
harap, kau bisa menahan diri dari menggunakan bahasa vulgar seperti itu. Jiwa
kita diberkahi rasa cinta untuk menyukai sesama. "
Karin
sedikit cemberut sambil mengatakan itu.
...
Sekarang aku yakin akan hal itu. Dia memang orang aneh ...!
Aura
gila ini semakin meluap... kalau dipikir-pikir, ternyata gadis setenang dia
memendam aura sekotor ini...
Jadi
inilah alasan mengapa dia menolak untuk bertukar kamar dengan Rika.
"Jadi,
dia seperti apa? Ceritakan lebih banyak lagi tentang Yozora-oneesama. "
"Bahkan
jika kau bertanya kepadaku hal itu..." Aku berpikir sebentar dan berkata,
"Aku tidak benar-benar tahu banyak tentang dirinya."
Sekarang
aku sudah benar-benar mengucapkannya dalam bentuk perkataan, rasanya sedikit
kesepian.
Aku
menyadari fakta bahwa aku benar-benar tak tahu apa-apa tentang Yozora.
"Semuanya
baik-baik saja, misalnya, hal-hal seperti : sesuatu yang dia sukai atau dia
benci."
"Hal
yang dia suka... ah... dia sering membawa Pocky dan cokelat untuk dimakan, jadi
aku akan mengatakan bahwa dia suka hal semacam itu. Dia juga cukup sering minum
kopi, dan dia bilang, dia juga suka jelly kopi."
Aku
pun bermaksud untuk mengkonfirmasi semua ini sendirian, aku mengaduk-aduk memoriku
sembari memberikan jawaban.
"Cokelat...
hal itu harus diketahui. Aku benar-benar ingin menyuapi cokelat pada
Yozora-oneesama dari mulut ke mulut. "
"Dan
juga... tampaknya, dia juga suka membaca dan pergi ke bioskop."
"Hebatnya
Onee-sama, betapa cerdas hobinya. Aku sendiri juga suka membaca. Aku ingin
tahu, jenis buku macam apa yang Onee-sama sukai?"
"Siapa
tahu...? Dia selalu menempatkan cover pada buku-bukunya, dan bahkan jika kau
bertanya padanya, dia hanya akan memberikan jawaban yang tidak masuk akal atau
mengabaikanmu. Tapi ketika aku mengintipnya sesekali, buku yang dia baca
tampaknya cukup berat. Dan juga, aku pikir, dia membaca manga meskipun tidak menunjukkan
itu."
"Aku
paham... kebetulan, apakah dia suka novel Yuri?"
Karin
memberiku tatapan penuh dengan harapan.
"Yuri
eh... Aku ingin tahu apa pendapatnya tentang hal itu."
Tampaknya
dia suka sesuatu seperti BL 'Homoge Klub', tapi aku tidak yakin apa pendapatnya
tentang sesuatu yang berbau Yuri.
"Adapun
hal-hal yang dia benci..."
Hal
pertama yang datang ke pikiranku adalah Sena. Dan kemudian Hinata-san.
"Normalfags, aku kira... bagaimanapun,
dia selalu mengatakan 'Mati, mati!'.
"'Normalfags' apa maksudmu ...?"
"Itu
adalah kata tidak baku yang menggambarkan orang-orang yang hanya memenuhi kebutuhan
hidup normal mereka."
"Aku
pikir kita bisa mengatakan bahwa dia membenci dunia tidak adil ini dan dia akan
senang bila dunia ini hancur. Menabur benih kehancuran dunia ini seperti
malaikat gagal yang agunf— Ahh ♥ kau begitu keren, Onee-sama
".
Wajahnya
terpesona, Karin begitu tergila-gila padanya.
"Aku
benar-benar tidak berpikir bahwa itu adalah sesuatu yang spektakuler..."
"Terima
kasih. Kau cukup informatif. "
Dia
kembali ke mode tanpa ekspresi seperti biasa, dia pun berterima kasih kepadaku
dengan nada acuh tak acuh, dan mulai berjalan pergi.
...
Aku ingin tahu, apakah benar-benar tidak masalah membiarkan dia pergi ke kamar
mandi bersama dengan Yozora, di saat seperti ini.
"Ahem,
harap berhati-hati untuk tidak melakukan sesuatu pun yang bisa membuatmu dicap
sebagai seorang kriminal."
"Tak
perlu khawatir. Bagaimanapun, kami berdua adalah wanita. "
Tanpa
menoleh, Karin menjawab dengan acuh tak acuh.
"Bahkan
jika kalian berdua adalah perempuan, kau berencana untuk melakukan apa
...?"
"Suatu
pertukaran jiwa yang benar-benar suci, seperti itulah."
"...
Hanya untuk berjaga-jaga, walaupun kalian berdua adalah wanita, harusnya kau
tahu benar akan hal ini, memaksa dia... melakukan
hal semacam itu adalah kejahatan, kau
tahu? "
"......
Eh?"
Untuk
sesaat, sepertinya pikiran itu terlintas dalam benaknya, yaitu pikiran untuk
melakukan suatu hubungan seksual tanpa menjalin hubungan yang tepat, tapi Karin
terus berjalan pergi tanpa sepatah kata pun dan tidak melihat ke belakang.
Aku
bertanya-tanya, apakah itu benar-benar tidak masalah...?
Tapi
juga, aku tidak pernah menyadari bahwa Karin begitu bergairah.
Aku
pikir dia adalah seorang gadis yang pendiam, tetapi tampaknya dia sungguh
banyak bicara. Aku pikir dia mengucapkan banyak hal di kala itu, bahkan lebih
banyak daripada yang pernah aku dengar ketika aku masih aktif di Dewan OSIS minggu
lalu.
Tampaknya,
semua orang memang memiliki sisi kepribadian lain yang berbeda.
Aku yakin, saat ini,
aku sudah mengenal Karin lebih dalam.
☺
Aku
sedang kembali ke kamarku setelah aku berpisah dengan Karin, tapi kali ini,
adalah Hinata-san dan Akane-san yang aku temui di lorong.
Mereka
juga mengenakan yukata dan memegang handuk.
"Apakah
kalian berdua juga menuju ke pemandian?"
"Yup!
Ketika kau menginap di suatu hotel pemandian air panas, maka kau harus mencoba
pemandian air panasnya, kan?!"
Hinata-san
tersenyum hangat.
"Um,
mana Rika ...?"
Aku
menanyakan itu karena ingin tahu, dan ekspresi bermasalah muncul pada kedua
wajah mereka.
"Kami
mengajaknya untuk datang ke mata air panas bersama-sama, tetapi tampaknya dia
tidak merasa sehat, sehingga dia beristirahat di kamar untuk sementara. Tentu
saja, wajahnya tampak sedikit pucat, jadi kita memutuskan untuk pergi tanpa
dirinya."
Akane-san
menjawabnya, dan kemudian Hinata-san menambahkan:
"Yah,
kau dapat memasuki daerah air panas sebanyak yang kau inginkan. Ketika Shiguma
pikir waktunya sudah tepat, aku percaya bahwa kita akan pergi bersama-sama.
Bagaimanapun juga, cara terbaik untuk membuka hatimu kepada orang lain adalah
dengan nongkrong bersama dalam kondisi telanjang bulat, lho! Seperti Akane-san
dan aku, setiap kali kami bertengkar, kami pergi ke pemandian umum dan ngobrol
sampai mulai merasa pusing."
"Hina.
Topik itu...,"kata Akane-san, sambil terlihat agak malu.
"Bahkan
kalian berdua kadang-kadang juga bertengkar?"
"Sebenarnya
ini sering terjadi."
Akane-san
tertawa tegang.
"Meskipun
begitu, pertengkaran kami biasanya disebabkan oleh salah orang ini yang
bertingkah idiot."
Ketika
Akane-san menunjukan jarinya padanya, Hinata-san mulai ngambek seperti anak
kecil:
"Apa
yang kamu katakan? Bahkan ketika aku meminta maaf dengan jujur, Akane selalu
meributkan permasalahan sepele, jadi dialah yang salah. "
"Meskipun
menyebut 'hal sepele', tampaknya itu benar-benar tidak tercermin pada dirimu
sendiri . Maksudku, bahkan ketika aku menghubungimu tentang tour ini...."
Dia
tiba-tiba berhenti di tengah-tengah kalimat.
"...
Yah, aku kira, kami sungguh bertengkar lagi dan lagi."
Wajah
Akane-san mulai berubah menjadi merah karena malu sembari ia tersenyum kecut.
Entah
kenapa, mereka berdua mengingatkanku tentang Pegasus-san dan ayahku.
Pegasus-san tampaknya juga cukup sering mengucapkan perkataan buruk ketika dia
berbicara tentang orang tuaku.
Jika
aku tak salah ingat, Hinata-san dan Akane-san sudah saling kenal sejak sekolah
dasar.
Selain
mengetahui hal-hal yang tidak disukai satu sama lain, mereka juga cukup sering
bertengkar, tapi ketika mereka bersama-sama , kau bisa mengatakan bahwa mereka
adalah teman sejati... itulah yang aku pikir.
Sekarang
aku baru menyadarinya, dalam drama TV lama yang biasa aku tonon, ada dialog
seperti 'meskipun aku bisa menyebutkan 10 kelemahan yang kau miliki, aku masih
mencintaimu!’
... Jika aku harus
menyebutkan semua kekurangan dari anggota Neighbor’s Club, aku pikir, jumlahnya
akan lebih dari 10 kesalahan.
"Oh
ya, jadi bagaimana tentang Yozora?"
Tiba-tiba
teringat akan hal itu, dan aku pun mengubah topik pembicaraan.
"Ah,"
kata Hinata-san sambil memberikan sedikit ekspresi wajah kesusahan:
"Yah,
cukup banyak yang bisa kukatakan. Orang tua kami bercerai ketika kami masih
sangat kecil. Aku pergi dengan ayah kami, dan Yozora pergi dengan ibu kami.
"
Aku
tidak tahu harus berkata apa kepada Hinata-san, yang mulai menjelaskan segala
sesuatu tanpa ragu-ragu.
"Setelah
perceraian, kami pergi ke SD dan SMP yang berbeda. Tidak sampai SMA, kami akhirnya
bisa bertemu lagi, tapi jujur, kami saling menghindari satu sama lain... namun!
"
Setelah
Hinata-san bergumam dengan agak kesepian, dia tiba-tiba tersenyum secara
ambisius.
"Aku
tidak tahu dia sekarang sedang berada di kondisi mental macam apa, tapi
akhirnya, dia berada di suatu tempat yang bisa kugapai. Aku akan menggunakan
tour ini untuk melihat apakah Yozora dan aku bisa menjadi teman!"
"S-Semoga
berhasil! Aku akan mendukungmu."
Aku
mendukung Hinata-san yang telah menyatakan tekadnya. Adalah suatu hal yang baik
ketika kedua saudara kembali akur.
"Ah,
benar juga, Yozora sedang menuju ke mata air panas beberapa saat lalu."
"Apa
?! Ini adalah kesempatanku! Aku harus buru-buru dan pergi untuk mencuci
punggung Yozora!"
Dengan
mata penuh sukacita, Hinata-san bergegas pergi ke mata air panas.
Akane-san
mengatakan "Oh ya ampun," dan mengangkat bahunya sebelum mengikuti
Hinata-san.
"Um,
Akane-san."
Aku
memanggilnya untuk menghentikan Akane-san.
"Hm?"
"Apakah
mungkin, ketika kita menetapkan kamar, kau sengaja mencampur anggota Dewan OSIS
dan anggota Neighbor’s Club demi Hinata-san? "
"...
kau cukup tajam, ya."
Menjawab
pertanyaanku, senyum kecut muncul di wajah Akane-san.
Dari
semua orang yang aku tahu, Akane-san adalah yang paling normal, jadi aku sangat
prihatin padanya dan mencoba untuk membaca situasi ini.
Menggunakan
perkataan seperti "itu adalah kesempatan yang telah lama kami tunggu"
sebagai dalih. Meskipun fakta mengatakan bahwa mereka adalah orang yang
jelas-jelas tidak disukainya, dia mencampur dengan paksa anggota klub kami. Aku
khawatir, karena aku yakin bahwa hal ini cukup membuatnya tertekan.
"Aku
berharap bahwa Hina akan berada di kamar yang sama dengan adiknya. Meskipun
ternyata hal itu tidak terjadi, tidaklah buruk baginya untuk berteman dengan kouhai-nya."
Dan
kemudian, senyum kesepian tiba-tiba muncul di wajah Akane-san saat dia berkata,
"...
Bukannya aku selalu bisa berada di sisi Hina, kau tahu..."
"Eh?"
Aku
tidak mengerti arti dari apa yang dia katakan, tapi Akane-san memberikan senyum
lembut dan mengatakan:
"Aku
akan pergi, Hasegawa-kun."
Sambil
berbalik, ia dengan cepat menuju ke pemandian.
☺
Setelah
kembali ke kamarku, aku melihat Pegasus-san, yang sedang berbaring telungkup di
atas bantal.
Dia mungkin kelelahan
setelah lama mengemudi.
Sambil
mengatakan 'Terima kasih untuk semua kerja kerasmu' dalam pikiranku, aku
memutuskan bahwa memasuki mata air panas sementara Pegasus-san sedang tidur
adalah pilihan yang lebih baik, jadi aku meraih yukata dan handuk dari lemari.
"Un
...?"
"Geh
..."
Meskipun
aku sudah mencoba untuk membuat suara sepelan mungkin, sayangnya, Pegasus-san
terbangun.
Memegang
yukata dan handuk, pandangan kami bertemu.
"Hm?
Kodaka-kun, kau akan mandi? "
"Ah,
yaaahh... ya."
"Aku
paham, kalau begitu, aku juga ikut. Bisakah
kau tunggu sebentar? "
"...
Y-Ya ..."
...
Pada akhirnya, sepertinya aku akan pergi ke air panas bersama dengan
Pegasus-san.
Saling
mencuci punggung satu sama lain, mendengar kisah tentang hidupnya ketika dia
masih bersekolah, dan harus mendengarkan cerita berisikan kenangan dia dengan
orang tuaku (aku pernah mendengar ini semua sebelumnya) sekali lagi...
Kebetulan,
tempat pemandian umum yang luas ini tampaknya telah disewa untuk kami, dan
pemandangan pemandian outdoor ini
juga indah. Pasti akan menyenangkan jika aku bersantai di sini.
☺
Meninggalkan
Pegasus-san belakang, aku cepat-cepat keluar dari pemandian, mengenakan yukata-ku
dan mengeringkan rambutku.
Setelah
selesai di ruang ganti, aku mulai menuju ke kamarku, tapi di jalan, aku melihat
denah peta bangunan ini. Entah kenapa, mataku terpaku pada denah itu untuk
sementara waktu, dan pandanganku berhenti pada kata-kata 'Ruangan Ping-Pong'.
Hee... jadi ada kamar
Ping-Pong, ya.
Mulai
tertarik, aku pun memutuskan untuk menuju ke sana.
Di
Ruang Ping-Pong, ada sekitar 10 meja Ping-Pong, serta Sena, Yukimura, Maria,
dan Aoi.
Semua
orang ber-yukata, dan mereka semua bermain Ping-Pong, dengan Yukimura
menghadapi Aoi, dan Sena menghadapi Maria.
"Ah,
Onii-chan!"
Yang
pertama menyadari kedatanganku adalah Maria, dan memanggilku, kemudian ketiga
gadis lainnya berhenti bermain Ping-Pong dan melihat ke arahku juga.
"Terima
kasih untuk semua kerja kerasmu, Aniki," kata Yukimura.
"Kodaka, kau sudah mandi?"
Aku
mengangguk untuk membalas pertanyaan Sena.
"Ah,
kalian belum mandi?"
"Ya.
Ini adalah sesuatu yang tidak bisa kami lakukan sehari-hari, jadi kami
memutuskan untuk berkeringat sebelum mandi. "
Sena
mengatakan itu, tapi sepertinya dia tidak berkeringat sama sekali.
Namun,
Aoi, Yukimura, dan Maria memiliki keringat yang bercucuran dari dahinya, dan
rambut dan yukata mereka berantakan.
"Kau
ingin bermain juga, Kodaka? Jika gadis-gadis ini menghadapiku mereka tidak
punya peluang menang."
Pada
komentar Sena, wajah Aoi dan Yukimura menunjukkan ekspresi sedikit marah, dan
Maria membalas:
"T-Tidak
mungkin! Kali ini aku akan mengalahkan Sena dengan pasti! "
Dia
berkobar.
"Aku
baru saja keluar dari kamar mandi, jadi aku pikir aku tidak akan ikut."
"Aku
mengerti ..."
Kekecewaan
menyebar di wajah Sena, dan dia kembali ke pertandingannya dengan Maria.
Ngomong-ngomong,
Sena memegang raket shakehand,
sementara Maria menggunakan pen-holder.
"Yukkii,
mari kita melakukan beberapa pelatihan yang intensif!"
"Kedengarannya
bagus."
Aoi
dan Yukimura memulai reli mereka lagi.
Keduanya
menggunakan raket shakehand.
Apa
pun itu, aku akhirnya menonton permainan mereka.
Aku
pernah bermain Ping-Pong di gym ketika masih SMP. Meskipun aku tidak
benar-benar mahir atau buruk dalam permainan ini, bila dibandingkan dengan
seseorang seperti diriku, Maria jauh lebih terampil.
Dia
mampu bereaksi terhadap bola yang bergerak cepat, dan terus-menerus bergerak di
sekitar meja untuk mengembalikan bola dengan jangkauan yang pendek. Bola
bergerak begitu cepat sampai-sampai aku pun mengalami kesulitan mengikutinya
dengan mataku.
Terhadap
serangan-serangan sengit dari Maria, Sena tampak bosan dan dia hanya bergerak
sesedikit mungkin untuk mengembalikan volley
dari Maria. Betapa luar biasa refleks yang dia miliki...
"Fungyaa!"
"Tei!"
"Gyaa.
Kau mengenaiku lagi. "
Dengan
mudah mengembalikan smash yang Maria
kirim menggunakan semua kekuatannya, Sena mendapatkan satu poin.
Tampaknya
ini dikarenakan perbedaan ukuran tubuh yang cukup signifikan, sehingga hasilnya
juga berbeda
...
jika Maria menggunakan drive sebagai
serangan utamanya, mungkin efeknya berbeda, tetapi tampaknya dia tidak punya
kesempatan untuk menggunakan tembakan lurus.
Dan
begitupun bagi Aoi dan Yukimura, tampaknya keduanya adalah seorang amatir dalam
hal Ping-Pong.
Pertandingan
mereka sangat berbeda dari Sena dan Maria. Pergerakan bola yang mereka mainkan
jauh lebih lambat sehingga aku bisa mengikutinya dengan pandangan mataku.
Aksi
mereka tidak berlangsung lama baik, dengan salah satu dari mereka hilang awal dan
berakhir itu.
"Teei!"
"Yaa"
Meskipun
keduanya benar-benar seorang pemula, menonton mereka mengejar bola seolah-olah
hidup mereka bergantung pada itu, adalah hal yang sangat menyenangkan... namun.
Di
tengah-tengah permainan mereka, mereka tidak menyadari bahwa sabuk yukata
mereka telah longgar, dan itu menyebabkan daerah luas di sekitar dadanya
terbuka...!
Seiring
mereka membuat pergerakan yang sia-sia, setiap kali mereka mengayunkan
raketnya, sekilas pemandangan dada akan muncul dan menghilang.
Aoi
mengenakan bra olahraga sehingga itu bukan masalah. Masalah yang sebenarnya ada
di Yukimura.
Yukimura...
tidak mengenakan bra.
"Haa,
aha... nhaa!"
Pipinya
memerah, dan celana dalam aneh yang memikat miliknya juga kelihatan, Yukimura
membentangkan lengannya berkali-kali, seakan hidupnya tergantung pada itu.
Setiap
kali dia bergerak, payudaranya yang belum-cukup-indah melompat keluar di depan
mataku, itu menyebabkan suatu perasaan tertentu bergejolak di dalam diriku
secara tiba-tiba.
Aku,
yang dipaksa menonton semua pemandangan ini, hanya bisa berbalik.
"Kodaka-kun,
kau sudah mau pergi?"
"Y-Ya.
Aku merasa sedikit dingin setelah mandi. "
"Begitu
ya. Jadi, mohon bertandinglah denganku lain kali, Aniki. "
"T-Tentu!
Nanti, ketika aku cukup berminat melakukannya! "
Seolah-olah
melarikan diri dari suara manis Yukimura, aku meninggalkan ruang Ping-Pong.
0 Comments
Posting Komentar