PROLOG

Penerjemah: Hikari


“Tuan Karstedt, tamu Anda, Tuan Ferdinand telah tiba.”

Begitu menerima pemberitahuan tersebut dari salah satu pelayannya, Karstedt melangkah menuju ruang tamu. Di sana dia menemukan isteri pertamanya, Elvira, dan putera terutanya, Eckehard, terlibat dalam obrolan akrab dengan Ferdinand. Karstedt pun menyengir dengan betapa jelasnya penghormatan untuk pria tersebut; hanya sedikit bangsawan yang masih mengagumi Ferdinand setelah dia dikirim ke kuil, dan senang rasanya melihat keluarganya berada di antaranya.

“Tuan Ferdinand,” sambut Karstedt, dan Ferdinand pun berbalik. Setelah mereka bertukar salam dan sama-sama duduk, pelayan-pelayan mereka mulai mempersiapkan meja. “Aku benci harus mengganggu percakapan kalian, tapi Tuan Ferdinand dan aku perlu bicara berdua saja.”

Karstedt menerima tidak lebih dari pelototan tidak puas dari Elvira dan Eckehard, tapi ketika Ferdinand melambaikan sebelah tangan dan berkata “Ini sangat dirahasiakan”, mereka berdua langsung pergi. Cara mereka memperlakukan Ferdinand dengan lebih hormat daripada dirinya pasti akan membuat Karstedt frustrasi apabila dia tidak telah terbiasa dengan hal tersebut.

Begitu anggur dan makanan telah disajikan di atas meja, pelayan-pelayan mereka pun pergi, meninggalkan Karstedt dan Ferdinand sendirian di dalam ruangan. Hanya begitu pintu tertutup rapat barulah Karstedt merasa santai, beralih ke nada bicara kasual yang biasa dia gunakan dengan teman lamanya.

“Maaf membuatmu datang ke rumahku dan bukannya ke kastil, Ferdinand. Keadaannya tidak begitu bagus di sana.”

Karstedt mengangkat gelas peraknya dan menyesap seteguk untuk menunjukkan bahwa itu tidak diracun, kemudian mempersilakan Ferdinand, yang dengan segera mengangkat gelas ke bibirnya dan meneguknya juga. Mulutnya berkerut mengiyakan, menunjukkan bahwa anggur tersebut sesuai seleranya.

“Aku sudah membayangkannya. Ibu Shikza menyebabkan keributan dan mengeluhkan pada semua orang yang akan mendengarkannya, bukan begitu? Kepala Uskup sendiri sudah mengamuk gara-gara hal itu.” Ferdinand memang benar, membuat Karstedt tidak ada pilihan selain tersenyum miris.

Sepuluh hari yang lalu ketika misi standar pembasmian trombe, Karstedt—kapten dari Ordo Kesatria—telah menugaskan Shikza dan Damuel untuk menjaga calon suster biru. Mereka memiliki lebih sedikit mana daripada kesatria lainnya yang hadir, dan tidak satu pun dari mereka berdua yang pernah secara langsung berpengalaman dalam membasmi trombe. Untuk alasan inilah, Karstedt berpiir mereka akan lebih baik bertugas jauh dari pertempuran, menjaga orang-orang dari kuil.

Akan tetapi, mereka telah mencelakakan orang yang seharusnya mereka jaga dan menyebabkan pertumbuhan trombe kedua yang hanya bisa digambarkan sebagai kegagalan yang membahayakan. Karena hal inilah, mereka berdua menjadi tahanan rumah di barak kesatria sampai hukuman mereka ditetapkan. Shikza, meski demikian, telah menghubungi keluarganya dengan harapan pengurangan hukuman, dan ibunya sedang memohon-mohon bantuan dari siapa saja yang memiliki kekuatan yang mau mendengarkan.

“Kelihatannya dia bahkan meratap di hadapan Nyonya Veronica, dan karena itulah kurasa akan lebih baik kalau aku saja yang mengembalikan alat itu menggantikanmu,” kata Karstedt, sambil menunjuk pada kotak yang berisi peralatan sihir yang Ferdinand bawa.

“Benar sekali, terima kasih. Aku lebih memilih untuk tidak bertemu dengannya kalau bisa.”

Kotsk itu, yang hanya bisa dibuka oleh archduke atau seseorang yang mendapat otorisasi langsung dari archduke, menyimpan alat sihir yang membuat seseorang bisa mengintip ke dalam ingatan orang lain. Benda itu dipinjamkan pada Ferdinand sehingga dia bisa melihat apakah si rakyat-jelata-berjubah-biru yang menunjukkan jumlah mana yang luar biasa besar di Ritual Penyembuhan adalah sebuah ancaman potensial bagi Ehrenfest—ataukah sebuah peluang.

Si calon suster berjubah biru itu memiliki rambut yang serupa dengan langit malam seakan dia telah menerima berkah dari Dewa Kegelapan sejak lahir, dan wajah cantiknya semakin ditegaskan dengan dua mata keemasan bagaikan bulan. Tapi yang paling menarik perhatian adalah tubuh kecilnya, yang sedikit kurang berkembang sampai rasanya sulit untuk percaya bahwa dia cukup umur untuk dibaptis.

Tapi kontras dengan penampilannya yang kekanak-kanakan, dia meledakkan begitu banyak mana sampai membuat orang tertegun bingung. Dia tidak menunjukkan sedikit pun tanda-tanda keletihan setelah mengisi kembali tanah yang telah terkuras, dan jelas terlihat hanya dengan sekilas bahwa dia memiliki sangat jauh lebih banyak mana daripada Shikza, yang memiliki mana tidak lebih banyak daripada seorang bangsawan kelas rendah meskipun dia adalah bangsawan kelas menengah, dan hanya diizinkan untuk meninggalkan kuil hanya karena negara sedang mengalami kelangkaan mana.

Itu bukanlah jumlah mana yang umumnya dimiliki seorang calon suster. Sebenarnya berapa banyak mana yang akan dia miliki ketika semakin bertumbuh besar dan dewasa?

Karstedt sendiri tidak pernah melakukan ritual tersebut, bahkan dia juga tidak pernah menyentuh sebuah instrumen suci, jadi sulit baginya untuk menilai berapa banyak mana yang si calon suster itu miliki sebenarnya. Tapi itu cukup abnormal sampai Ferdinand segera mengajukan permohonan formal pada archduke untuk menentukan apakah anak itu adalah sebuah ancaman, dan archduke pun memberinya izin untuk menggunakan alat penyelidik-ingatan.

“...Jadi, bagaimana hasilnya?” tanya Karstedt sambil mengambil kotak itu.

Ini hal yang langka untuk dilihat, Ferdinand sama sekali tidak berusaha menyembunyikan ekspresi meringis ketika dia mengusap kedua pelipisnya. “Dia sama sekali tidak memiliki niat jahat atau tipu daya dalam dirinya. Pikirannya tidak ada hal lain selain buku—sangat melelahkan.”

Begitulah yang dia katakan dengan ekspresi jelas-jelas kesal, tapi Karstedt bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang berbeda dari dirinya. Ferdinand sepertinya penuh semangat dan ekspresif, mungkin untuk pertama kalinya sejak kematian ayahnya, ketika dia berkata, “Aku sudah lelah menahan tekanan dari orang-orang di sekelilingku. Aku tidak lagi peduli dengan apa yang terjadi di dunia ini,” sebelum akhirnya menyerah atas segalanya dan masuk ke kuil dengan ekspresi seperti orang mati.

“Sebenarnya,” Ferdinand melanjutkan, “Myne adalah seorang anak yang memiliki ingatan sebagai seorang bangsawan kelas tinggi di dunia lain. Terlepas dari usianya di sini, dia mempunyai ingatan kehidupan sebelumnya sebagai seorang dewasa.”

“Hah? Apa katamu?”

Laporan Ferdinand tentang Myne begitu aneh di luar dugaan sampai membuat Karstedt meragukan telinganya. Bahkan tanpa berpikir, dia meminta Ferdinand mengulanginya lagi, dan dia pun melakukannya. Karstdedt tidak memperkirakan akan ada kekeliruan apapun mengingat alat tersebut secara khusus diperuntukkan untuk menghilangkah semua keraguan, tapi laporannya tetap saja sangat sulit untuk dipercaya.

“Aku, uh... aku tidak tahu harus berkata apa. Itu tidak masuk akal.” Karstedt berhasil memaksakan diri untuk merespon, dan Ferdinand mengangguk menyetujui.

“Bahkan aku merasa itu tidak masuk akal, dan aku melihat dunia dalam ingatannya. Aku ragu ada banyak orang yang akan mempercayainya, tapi itulah yang sebenarnya. Tindakan Myne yang luar biasa adalah hasil dari hidup di kota kelas bawah meskipun mempertahankan ingatannya saat hidup di dunia lain. Akan tetapi, dia tidak memiliki niat jahat atau buruk terhadap kota. Jika kita bisa menggunakan ingatannya untuk kebaikan Ehrenfest, dia akan menjadi keuntungan besar bagi kita. Tapi mengingat dia hanya memikirkan buku, perlu bagi orang-orang di sekitarnya untuk memandunya agar dia bisa berguna.”

Yang paling membuat Karstedt tertarik bukanlah kisah konyol tentang Myne yang pernah hidup di dunia lain, yang mana masih tidak bisa dia percayai, tapi lebih tentang bagaimana bisa Ferdinand lebih banyak bicara. Meskipun telah menyinkronisasi pikiran dengan orang lain untuk secara paksa mengamati ingatan orang itu, dia di luar dugaan sama sekali tidak terlihat tidak senang.

“Kau sepertinya cukup menyukai dia, kurasa.”

“Siapa yang kau bicarakan?”

“Siapa lagi kalau bukan si calon suster berjubah biru bernama Myne?”

Karstedt mengetahui dengan sangat baik pentingnya seorang calon suster pada saat-saat ini di mana terdapat kekurangan mana dan bangsawan, tapi Ferdinand menunjukkan perhatian pada anak bernama Myne ini lebih banyak daripada yang diperkirakan akan dia berikan pada seorang anak jelata. Ferdinand bahkan memperbolehkan dia menaiki highbeastnya, memutuskan membawa tidak hanya satu tapi dua pelayan, menunjukkan sikap terlalu melindungi yang luar biasa dengan menugaskan dua pengawal untuk anak itu sementara dia menunggu upacaranya dilaksanakan, dan bahkan memberikan dia cincin dan ramuan buatannya sendiri.

Tapi lebih daripada itu semua, dia telah menyatakan bahwa anak itu berada di bawah perlindungannya di depan semua kesatria. Karstedt dapat mengingat betapa terkejutnya dia saat hal itu terjadi, tidak pernah mengira Ferdinand akan mengatakan hal semacam itu.

Pengamatan Karstedt membuat Ferdinand meringis dengan rasa tidak senang yang terlihat jelas. “Aku tidak menyukai dia atau semacamnya. Dia hanya memiliki nilai.”

“Oh?”

Saat Ferdinand mulai mendiskusikan bagaimana melimpahnya mana anak itu dan kemampuan matematikanya yang luar biasa berguna di kuil, ditambah lagi sering munculnya penemuan-penemuan, Karstedt merasakan dorongan untuk bertanya apa bedanya dengan mengatakan dia mulai menyukai anak itu. Tapi dia dengan sengaja tetap bungkam, Ferdinand memiliki kecenderungan untuk menyembunyikan hal-hal yang penting baginya atau sebaliknya menjauhkan diri, dan kecenderungan itu semakin menguat sejak dia bergabung dengan kuil

...Ferdinand, dengan semua sifat kaku dan keras kepalanya itu, akhirnya menemukan seseorang untuk disukai. Tidak perlu menggodanya tentang hal itu dan berisiko merusakkan semuanya—itulah kesimpulan yang Karstedt ambil. Mengenal Ferdinand sejak dia masih muda dan dengan demikian tahu betapa rentannya dia untuk menyabotase diri sendiri, Karstedt sadar bahwa ada banyak hal yang sebaiknya dia waspadai. 

“Dia menunjukkan jumlah mana yang luar biasa pada semua orang,” Karstedt memulai. “Rumor telah menyebar seperti kobaran api liar di seluruh Area Bangwasan dengan Ordo Kesatria pada pusatnya. Myne sekarang akan berada dalam bahaya yang lebih besar daripada sebelumnya.”

“Tidak diragukan lagi. Mananya lebih luar biasa daripada yang telah kuperkirakan. Walaupun aku mengatakan bahwa dia berada di bawah perlindunganku, aku pada akhirnya tidak lebih dari sekedar seorang pendeta. Para bangsawan yang mengincar mana akan memburunya, dan suatu hari dia akan berada dalam bahaya. Mustahil untuk mengatakan apakah aku akan bisa mencegah semua usaha mereka.” Ferdinand berbicara terang-terangan, wajahnya tanpa ekspresi seperti biasa. Hanya ada sangat sedikit orang yang bisa mengetahui bahwa dia sebenarnya sedang memperlihatkan ekspresi seseorang yang sedang amat frustrasi dengan ketidakberdayaannya.

“Apa yang akan kau lakukan kalau begitu?”

“Aku akan memintamu untuk mengadopsi Myne,” pinta Ferdinand, yang mana membuat Karstedt membelalakkan mata dengan kaget. Sebagai seorang kapten Ordo Kesatria, Karstedt adalah seorang bangsawan kelas atas. Dengan mengusulkan dia untuk mengadopsi Myne, Ferdinand secara halus mengindikasikan bahwa dia setidaknya memiliki mana setara seorang bangsawan kelas atas.

“Semakin cepat dia diadopsi oleh seorang bangsawan maka akan lebih baik,” Ferdinand melanjutkan. “Dia memiliki jauh terlalu banyak mana untuk disimpan hanya sebagai seorang suster. Itu artinya dia akan perlu belajar mengendalikan mananya di Akademi Kerajaan, tapi sebagai seseorang yang berasal dari kuil, aku tidak akan dapat mendukungnya kenaikannya ke dalam lingkungan kebangsawanan. Hanya sedikit yang bisa kupercayai untuk melindunginya dari bahaya yang mengintai.”

Karstedt mempertimbangkan usulan tersebut. Siapa yang bisa Ferdinand percayai untuk memperlakukan Myne dengan baik walaupun dia berasal dari keturunan rakyat jelata, dan memberikannya didikan yang sesuai bagi seseorang yang memiliki mana sebanyak dirinya? Sejauh yang dia tahu, tidak ada orang lain selain dia dan keluarganya.

“Aku berniat untuk mendidik Myne sehingga dia terbukti tidak akan mempermalukan keluargamu. Terlebih lagi, Myne memiliki cukup bakat untuk secara finansial menopang dirinya sendiri, dan akan kupastikan bahwa kau tidak akan merasa terbeban saat mengadopsinya.”

“Benar-benar hal yang langka bagimu untuk begitu perhatian dengan orang lain,” renung Karstedt

Ferdinand menurunkan pandangan. Dia bersandar lebih jauh di kursinya dan terdiam, jari-jemarinya yang panjang saling bertautan ketika dia memikirkan apa yang harus dikatakan. Kemudian, dia perlahan mulai bicara.

“Sebagai seorang rakyat jelata, mustahil untuk memperkirakan apa yang akan terjadi padanya tanpa sekutu yang kuat untuk mendukungnya. Aku tidak ingin ada lagi orang yang mengalami apa yang pernah kualami. Hanya itu.”

Mungkin itu belum semuanya. Tapi setidaknya, Ferdinand mengatakan yang sejujurnya, berbicara dari dalam hatinya tanpa ada niatan untuk memperdaya. Karstedt, yang mengetahui dengan baik masa lalu Ferdinand yang menyakitkan, menghela napas dan menatap ke luar jendela.

“...Aku bersedia untuk mengadopsinya, tapi ada orang yang akan mencari-cari kesalahan denganmu karena meminta bantuanku lebih dulu daripada siapa pun, bukan begitu?”

Ferdinand bisa menerika siapa yang Karstedt maksudkan. Ekspresinya menjadi gelap dan dia mengetuk-ngetuk pelipisnya sambil berkata “Haruskah semua orang begitu sulit untuk dihadapi...?”

Ada sangat sedikit orang yang bisa tahu bahwa bahwa ekspresinya yang terlihat menggelap itu sebenarnya adalah tanda bahwa dia cukup tenang. Karstedt sekali lagi tersenyum simpul terhadap betapa sulitnya Ferdinand untuk dimengerti.

---o0o---

TL Note : Hola! Welcome to my pilot novel. Knp kusebut 'pilot novel'? Krena sprti namanya ini proyek rintisan sambil memastikan apakah bkln dilanjut atau hanya skedar teaser nantinya. Lalu, untuk jilidnya, sengaja kuambil dri jilid 6 krna melanjutkan dri sesi anime yg mengambil dri jilid 1-5. Kalau memang semangat membully-ku ini bisa trus berkobar (abaikan prnyataan ini), jilid sebelum ini ada kmungkinan bkln digarap jg krn ada bbrapa perbedaan yg lmyn antara anime dan novelnya. Misalnya saja, adegan saat Ferdinand "melihat" Urano (Myne) mandi yg tdk ada d animenya 😁

Ok, that's all. Jngn lupa berikan komen kesan klian stelah membaca di web ataupun FP agar kmi bisa tahu respon kalian. Itu lmyn menyemangati dripada skedar nanya "kpn lnjut lgi?" atau "ditunggu lnjutannya"....😓 Sorry jdi agak ngeluh...but, well~ bgitulah. Ahahaha~ 😅😁 So, see u next time 👋❄️



Sebelumnya | Daftar Isi | Selanjutnya