Babak Satu
Seratus Cangkir Kopi Instan
Saat aku mati, kebencian pun muncul.
Kalau aku tahu akan mati seperti ini, aku akan memesan ayam kemarin.
Aku akan mencoba buffet hotel yang tiap hari hanya pernah kulihat lewat postingan blog.
Aku seharusnya menggunakan cuti tahunanku dan pergi jalan-jalan.
Aku seharusnya berhenti kerja lembur.
Aku seharusnya keluar dari perusahaan……!
Rasanya sangat tidak adil mati sia-sia setelah bekerja dari pagi sampai malam setiap hari.
Huh? Aku merasakan keanehan setelah menggerutu dalam hati untuk waktu yang lama. Aku sudah mati, jadi kenapa kesadaranku sejernih ini? Perasaan nyaman dan lembut yang menyelimuti tubuhku seperti dengan kenyamanan selimut tempat tidur di kamarku.
Mungkin kau seharusnya melihat kelebatan kenangan seperti phantasmagoria pada saat kau mati? Memangnya phantasmagoria juga memungkinkanmu untuk merasakan tekstur dengan begitu jelas?
Terlebih lagi, aku tidak bisa tidur karena alarm handphone yang berbunyi nyaring di sebelahku. Aku menunggu phantasmagoria ini berhenti secepatnya supaya aku bisa kehilangan kesadaranku, tapi pikiranku malah jadi semakin jernih dan jelas.
“Oh, berisiknya….”
Aku akhirnya terbangun karena suara alarm itu. Aku bisa melihat ranjang, meja, dan interior kamar yang berantakan.
Aku … Aku kembali ke waktu sebelum aku mati.
***
Dikatakan bahwa kini adalah masanya para Hunter.
Hunter, manusia yang mampu mengeluarkan kekuatan yang melampaui manusia biasa lewat ‘awakening’ (terbangun/bangkit), pertama kali muncul di dunia ini sekitar 20 (+3) tahun yang lalu. Mereka mengalahkan para monster yang meluap dari dungeon di seluruh dunia dan memulihkan kedamaian umat manusia.
Dunia bersorak gembira tentang para penyelamat ini. Anak-anak lebih mendambakan menjadi Hunter daripada selebriti dan bintang olahraga. Guild Hunter terbesar, yang disebut Big 3, memiliki kapitalisasi pasar yang melampaui perusahaan besar mana pun, dan setiap pergerakan Hunter peringkat atas menjadi berita setiap hari.
Dengan menjadi seorang Hunter, kau bisa menghasilkan banyak uang dan ketenaran.
Banyak orang bermimpi menjadi seorang hunter daripada memenangkan lotere, dan institusi pendidikan dikembangkan oleh negara untuk melatih para hunter secara sistematis mencatat tingkat persaingan dengan perbandingan ribuan banding satu.
Akan tetapi, itu tidak ada hubungannya denganku.
Aku tidak terbangun, aku juga tidak berpengetahuan tentang hunter atau dungeon.
[Penyerang terselubung guild Grade-A – Guild Big 3 Guild tetap bungkam]
[Honor dari menyerang sebuah dungeon adalah 1 miliar won? ]
[Bersiaplah untuk pensiun dengan farming item legendaris! ]
Artikel-artikel itu sama sekali tidak membuatku tertarik. Aku tidak peduli siapa yang menyerang dungeon. Aku harus pergi kerja!
Perusahaan tempatku bekerja siang malam adalah sebuah tempat di mana aku bisa mendapatkan gaji bulanan. Bayaran lembur? Tentu saja tidak ada hal semacam itu. Tidak ada makan. Tidak ada cuti tahunan. Tidak ada gaji akhir pekan. Aku mengulangi kehidupan kerja lembur seperti ini setiap hari dan nyaris tidak bisa naik kereta terakhir untuk pulang.
Aku tidak beruntung hari itu. Pada saat itu, aku bekerja lembur dan dalam perjalanan mengejar kereta terakhir.
Di perjalanan.
“Ugh, Aaaargh!”
“Ada Dungeon! Seseorang, laporkan ini ke Kantor Manajemen Dungeon!”
“Nona! Hati-hati!”
Di depan stasiun kereta bawah tanah, sebuah rekahan, atau lubang pada ruang yang mengarah pada sebuah dungeon, mendadak muncul.
Saat dungeon muncul, Kantor Manajemen Dungeon memblokir akses masyarakat umum, lalu bekerja sama dengan setiap guild untuk menyerang dungeon itu. Ini karena jika bos dungeon tidak dikalahkan dalam batas waktu tertentu, dungeon break akan terjadi dan monster akan keluar dari dalam sana.
Adalah hal yang umum untuk dungeon muncul seperti ini, jadi orang-orang serentak mengungsi dan menghubungi pihak berwenang. Masalahnya adalah retakan itu terjadi di bawah kakiku. Saat menyadarinya, kakiku sudah menginjak retakan itu. Dan dalam sekejap, aku pun tersedot ke dalam dungeon.
Aku tidak ingat dengan jelas apa yang terjadi di dalam dungeon. Otakku mungkin telah menghapusnya dari ingatanku karena aku sangat ketakutan. Yang pasti adalah aku dikejar-kejar monster dan kabur.
Yang pasti, aku masuk ke dungeon sebagai orang biasa dan mati di tangan monster. Aku ingat dengan jelas kengerian saat kaki depan monster itu menusukku.
Tewas dalam dungeon dalam perjalanan pulang dari kantor. Aku tidak percaya ada kehidupan yang tidak adil seperti itu. Aku menggerutu tidak bisa menutup mataku dalam damai karena marah. Menggerutu adalah ungkapan halus, faktanya adalah aku mengeluarkan sumpah serapah kasar.
Tapi saat aku membuka mata, aku berada di atas ranjang di kamarku. Aku kembali ke masa tiga tahun yang lalu.
“Eh?”
Awalnya aku mengira sedang bermimpi, tapi kemudian aku merasa senang, dan akhirnya merasa skeptis dengan situasi ini.
Kenapa aku hidup kembali? Aku tidak pernah mendengar ada orang yang kembali ke masa lalu setelah terbunuh oleh monster dalam dungeon. Begitu pula situasi kembali ke tiga tahun yang lalu.
Apa maksudnya ini? Apa ada hal yang harus kulakukan di kehidupan yang kedua ini?
Eh, entahlah.
Apapun itu, ini adalah keuntungan besar. Mungkin Dungeon merasa kasihan atas hidupku yang menyedihkan dan memberiku satu kesempatan lagi.
Pokoknya, aku memutuskan untuk menjalani kehidupan keduaku dengan cara yang berbeda.
Selamat tinggal kehidupan sarat perbudakan yang tercekik oleh kerja lembur!
Selamat tinggal. Aku membuang semua belenggu dan hambatan dari dunia ini dan pergi menuju kebebasan!
* * *
Perlu waktu kurang dari beberapa hari untuk mengundurkan diri dan mengurus barang bawaanku.
Mungkin karena menyesalkan lolosnya sang budak, bos pun mencoba untuk mencegahku, tapi aku tetap pergi bahkan tanpa mendengarkan kata-katanya. Aku sudah sepenuhnya bertahan hidup, jadi aku tidak bisa mengabdikan masa mudaku pada perusahaan jahat seperti ini.
Tempat berikutnya yang kudatangi adalah Guild White Silver. Saat aku membuka pintu ke ruangan ketua guild, aku melihat Kwon Jiwoon sedang memeriksa dokumen-dokumen.
Saat ini barulah aku tersadar. Aku benar-benar kembali ke masa lalu.
Aku memanggilnya dengan sapaan hangat, “Oppa, lama tidak bertemu.”
“Apa?”
Kwon Jiwoon menatapku dengan tatapan seolah-olah melihat hantu.
“Kenapa tiba-tiba? Kau habis kecelakaan?”
Apa? Apa kau sadar kalau aku telah mengalami regresi waktu? Apa kau berpikir aku tidak seperti diriku yang biasanya? Apa ada tandanya di wajahku?
“Ah … Tidak, tidak ada apa-apa?”
“Aku penasaran kenapa kau tiba-tiba membuatku merinding. Kau tidak pernah memanggilku seperti itu.”
Hati penuh rasa sayangku hancur dalam sekejap.
Yeah. Aku tidak pernah melakukannya. Nada sarkas itu membuatku sadar bahwa aku telah kembali ke masa lalu.
Setelah orang tuaku meninggal saat aku masih kecil, aku tinggal bersama pamanku, dan aku tumbuh bersama sepupuku, Kwon Jiwoon. Kami tinggal terpisah sekarang, tetapi kami dulu tinggal serumah hingga kami berusia 20 tahun. Karena tidak ada saudara kandung lainnya, kami seperti satu-satunya keluarga untuk satu sama lain.
Kedengarannya seakan kami cukup akrab satu sama lain, tetapi kenyataannya tidak. Sebaliknya, hubungan kami hampir canggung.
Kwon Jiwon adalah wakil ketua Guild The White Silver dan seorang healer A-Class. Nama aliasnya adalah Eunrang. Dia adalah seorang healer yang menduduki peringkat ke-12 di negara ini dan dia sering muncul di televisi. Karena penampilannya yang menarik perhatian, dia juga sering tampil di majalah Hunter. Berkat ketenaran Kwon Jiwoon, The White Silver Guild yang lebih kecil dari Big Three jadi dikenal luas. Selain itu, sejak pamanku, sang ketua guild, menghilang beberapa tahun lalu, dia bertindak sebagai ketua guild yang sekarang.
Karena itulah, Kwon Jiwoon luar biasa sibuk. Tidak peduli seberapa dekat aku dengannya saat kami masih kecil, mau tidak mau aku merasa jauh darinya sebagai orang biasa.
“Jangan menunjukkan ketertarikan pada Hunter atau hal-hal semacamnya, dan tetaplah menjadi orang biasa.”
Itulah yang sering dikatakan Kwon Jiwoon saat kami sesekali bertemu. Apa dia pikir aku akan minta bantuannya?
Itulah sebabnya aku langsung mencari pekerjaan untuk menunjukkan bahwa aku baik-baik saja, tetapi aku tidak menyangka itu ternyata perusahaan yang jahat.
‘Kalau dipikir-pikir lagi, itu tidak ada gunanya…’
Aku memperhatikan Kwon Jiwoon yang duduk di seberang ruang tamu.
Kwon Jiwoon tampak sedikit lebih muda daripada yang kuingat. Aku sekarang berusia 23 tahun, jadi ... dia pasti berusia 25 tahun.
Karena pengaruh skill healer, rambutnya yang berubah menjadi perak terlihat sangat mencolok. Meskipun penampilannya menarik, namun ekspresinya dingin, dan matanya agak gelap. Dia tampak kelelahan.
“Kudengar kau berhenti dari pekerjaanmu.”
Dia bertanya setelah aku menatap wajahnya, tetapi tidak mengatakan apa pun untuk beberapa saat. Mungkin seseorang dari guild telah memberitahu berita tentangku.
"Beri tahu aku jika terjadi sesuatu."
Seolah-olah dia lelah, Kwon Jiwoon menghela napas pelan.
Tidak ada gunanya berbasa-basi dengan ucapan salam yang membosankan. Aku langsung membicarakan intinya, "Bukan begitu, aku hanya ingin melakukan sesuatu setelah keluar dari perusahaan."
"Apa itu?"
"Aku akan membuka kafe."
Meskipun aku berkata begitu, kurasa Kwon Jiwoon jelas akan menentangnya.
Bagaimana rasanya menjadi seorang wirausahawan? Konon katanya dari 100 orang yang memulai akan ada 99 orang yang gagal. Khususnya, pekerjaan seperti kafe dengan hambatan masuk rendah sering kali bangkrut kalau didirikan tanpa persiapan yang matang. Kalau itu Kwon Jiwoon, ada lebih dari cukup alasan-alasan untuk menentangnya.
Namun, ada alasan mengapa aku ingin membuka kafe dan bukan yang lain.
Bagaimana cara membujuknya? Saat aku memikirkan hal semacam itu, Kwon Jiwoon membuat pernyataan yang tidak terduga.
“Tentu saja? Ada tempat kosong di lantai pertama gedung guild kami. Buka saja kafe di sana.”
“...Huh? Tidak, di sana…”
“Kenapa? Kau tidak suka? Aku bisa mulai mengosongkannya besok.”
Di lantai pertama markas pusat The White Silver Guild? Tempat ini terletak di kawasan pusat kota di antara jalan-jalan yang ramai, sehingga tempat ini terkenal karena harga tanahnya yang tinggi di Seoul saat ini.
Daerah ini di mana harga rata-ratanya ₩50.000 untuk semangkuk sup, adalah tempat di mana tidak peduli berapa banyak kopi yang bisa kau jual, kau tidak akan sanggup untuk membayar sewanya. Biasanya, daerah ini hanya ada bank untuk Hunter atau toko yang menjual perlengkapan hunter yang mahal.
“Oh, kau tidak perlu khawatir soal uang sewa. Aku tidak berniat mengambil uang darimu.” Kwon Jiwoon menambahkan sambil menduga bahwa uanglah yang membuatku panik.
Aku mengibaskan tanganku dengan tergesa-gesa. Aku tidak mengiklankan bahwa diriku adalah sepupu dari wakil ketua guild, dan hanya akan beban kalau membuka toko di lokasi seperti itu. Kami tidak begitu dekat, jadi aku tidak mengerti kenapa dia tiba-tiba mengajukan usulan seperti itu.
Selain itu, aku sudah punya tempat dalam rencanaku.
“Tidak, aku sudah memutuskan lokasinya.”
“Benarkah? Di mana?”
“Di Jalan Dungeon Gate 3 Street No. 16, Jung-gu, Seoul.”
“Huh? Tempat itu….”
Kwon Jiwoon mengerutkan wajah saat mendengar alamat yang kukatakan padanya.
“Itu di depan dungeon besar?”
“Ya, aku akan membuka sebuah kafe di depan dungeon itu.”
Aku mengumumkan dengan senyum lebar.
***
Jalan Dungeon Gate 3 Street No. 16 , Jung-gu, Seoul
Dengan kata lain, itu adalah alamat yang menunjuk ke gerbang masuk Dungeon besar, Abyss, di Jung-gu, Seoul.
Dua puluh tahun yang lalu, tempat ini muncul di tengah kota Seoul dan muncullah sebuah dungeon besar. Dungeon berbentuk menara ini terus menjulang tinggi tanpa akhir, tidak seperti instance dungeon yang terbentuk dari retakan. Jika kau menyerang satu lantai, akan muncul gerbang yang mengarah ke lantai berikutnya.
Dan di depan dungeon ini juga terdapat kafe yang dulu dikelola oleh mendiang nenekku. Tentu saja, saat itu, waktu itu, tempat ini bukanlah alamat meragukan yang disebut 'Jalan Gerbang Dungeon 3', tetapi jalan pusat perbelanjaan biasa. Lingkungan sekitarnya kini telah hancur, dan meskipun berada di pusat kota Seoul, kondisinya sunyi sepi di sana.
Suasana seperti itu bisa dimengerti; tidak ada orang yang akan tinggal di depan sebuah dungeon yang penuh ketidakpastian karena sesuatu bisa saja terjadi. Yah, kecuali orang itu seperti nenekku.
Setelah munculnya dungeon besar Abyss, toko-toko di sekitarnya menerima kompensasi dari pemerintah dan merobohkan bangunan-bangunan mereka, tetapi nenekku tetap tinggal di sana. Dia tetap menjaga tokonya sampai saat dia meninggal, meskipun anak-anaknya sudah mencoba menghentikannya karena tempat tersebut berbahaya.
Itulah alasan kenapa aku memutuskan untuk membuka kafeku di sana.
Waktu masih kecil, setiap kali aku pergi ke kafe nenek sepulang sekolah, beliau selalu membuatkanku secangkir kopi panas. Rasa yang manis dan kenyamanan tempat itu tentu menjadi sebuah kenangan yang berharga.
Di kehidupanku sebelumnya, aku membiarkan kafe nenek kosong karena sibuk bekerja di sebuah perusahaan. Kenyataan itu membebani pikiranku, dan aku ingin mengembalikannya menjadi tempat yang nyaman seperti dulu.
Sebenarnya, ada juga alasan realistis bahwa hal ini tidak memerlukan banyak biaya.
Meskipun sudah tua, bangunan toko nenekku tetap utuh. Aku berpikir untuk tinggal di lantai dua toko tersebut, jadi aku tidak hanya tidak perlu membayar sewa toko, tapi juga biaya tempat tinggalku. Ini adalah tempat sempurna untuk membuka kafe dengan sedikit uang.
Alasan terakhirnya adalah karena tidak ada orang dan tempatnya tenang.
Setelah membuka kafe, kenapa aku malah mencari tempat yang tidak ada orangnya?
Benar sekali. Aku telah kembali dalam kondisi terbaik, tetapi tentu saja aku tidak ada niat untuk bekerja keras. Yang terpenting, aku ingin beristirahat. Di kafe yang nyaman dan tenang, seperti saat nenekku masih ada di sana.
Aku tidak perlu mendapat banyak pelanggan. Cukup menjual kopi kepada para hunter yang terkadang ingin masuk ke dalam dungeon itu.
Kehidupan di mana kau bekerja lebih sedikit dan beristirahat lebih banyak. Tujuanku adalah kehidupan YOLO—You Only Live Once.
***
Setelah membersihkan ruang tamu, aku menuju ke kafe nenek.
Bangunan terbengkalai ini sudah sangat tua. Aku tidak bisa melihat ke mana perginya papan nama tempat ini, dan terdengar suara berderit setiap kali pintu dibuka. Jelas bahwa ada banyak persiapan yang harus kulakukan sebelum kafe ini dapat dibuka.
Langkah pertama adalah bersih-bersih.
Butuh waktu seharian untuk menyapu dan membersihkan debu di dalam. Memang sulit, tetapi aku merasa jauh lebih nyaman daripada saat bekerja di perusahaan.
Saat lelah, aku pun secara alami tertarik pada kopi, tetapi saat ini yang ada hanyalah kopi instan. Aku memandangi sekeliling sambil menyeruput kopi instan dalam gelas kertas.
“Apa ini?”
Ada sebuah televisi berbentuk persegi di sebuah ruangan kecil di dalam toko. Apakah itu dulu dipakai nenekku?
Karena penasaran, aku melihat sekeliling. Namun, tidak ada logo perusahaan tempat televisi itu dibuat, dan tidak ada tombol untuk menyalakan dayanya.
“…Whoa!”
Di saat itulah, cahayanya menyala dan huruf-huruf bermunculan di layar.
……………………..
[Memeriksa kelayakan Anda]
[Kami telah mengkonfirmasi bahwa Anda memenuhi syarat]
[Anda akhirnya datang, wahai anak yang mewarisi darah orang yang tepat. Saya yang bertanggung jawab atas sistem ini, telah menunggu Anda…..]
Aku tidak tahu apa maksudmu. Terlalu panjang. Aku memencet tombol [SKIP].
0 Comments
Posting Komentar