Sedang Berpikir (2)
Cale tidak ingin melihat wajah senyum Toonka. Namun, Amiru dengan tenang mulai menjelaskan.
“Bob berasal dari Kerajaan Whipper. Dia berasal dari desa kecil di tepi laut dan pergi mencari ikan ketika entah bagaimana dia berakhir dengan kapal karam.”
“Benar sekali. Aku hanya menjalani hidup sederhana sebagai nelayan di desa. Hahahaha. Aku tidak tahu bagaimana aku bisa berakhir seperti ini.”
‘Apanya yang hidup sederhana, dasar bodoh.’
Benar-benar tidak bisa dipercaya. Amiru tidak tahu apa yang dipikirkan Cale, saat dia terus berbicara.
“Itulah sebabnya dia naik perahu dan membantu kami menyelidiki apa yang terjadi tadi malam.”
Mata Amiru tampak jernih saat menatap Toonka. Namun, saat Cale melihat sekeliling, ada banyak tatapan negatif ke arah Toonka juga.
Seorang penduduk desa dari Kerajaan Whipper. Tatapan mereka menunjukkan perasaan yang sebenarnya terhadap orang barbar ini. Cale melirik sekilas sebelum menatap Toonka. Pria itu pun mulai tersenyum.
“Kudengar Tuan Muda memasang perisai besar di ibu kota untuk menyelamatkan semua orang. Aku meminta Nona Muda untuk membawaku bersamanya karena kudengar kau orang yang kuat.”
Tatapan mata Toonka menajam saat itu. Cale tiba-tiba merasakan firasat buruk.
‘Ini akan berbahaya.’
Itulah sebabnya dia buru-buru menjawab dengan kalimat berikut.
“Itu sebabnya saat ini aku sedang dalam masa pemulihan.”
“… Pemulihan?”
“Ya. Itu bukan kekuatan yang hebat. Kekuatanku itu sangat lemah.”
Amiru menambahkan.
“Ya. Tuan Muda Cale menggunakan kekuatannya secara berlebihan untuk menyelamatkan semua orang. Itulah sebabnya dia menjelajahi wilayah kami sambil memulihkan diri.”
Amiru menatap Cale dengan rasa simpati, kagum, dan beberapa emosi lainnya, tetapi Toonka berbeda.
“Ah, begitu ya?”
Dia tampak kehilangan minat. Dia lalu menatap Cale dari ujung kepala sampai ujung kaki sebelum mengalihkan pandangan.
‘Bagus. Begitulah seharusnya Toonka bersikap.’
Berkorban demi orang lain? Pahlawan? Toonka tidak tertarik pada hal-hal seperti itu. Yang dia pedulikan dan terobsesi hanyalah kekuatan. Dia adalah tipe orang yang mengabaikan orang-orang di pihaknya sendiri jika mereka lemah, dan bahkan membunuhnya jika diperlukan.
Itulah sebabnya dia dipanggil sebagai seorang tiran.
“Kalau begitu, bagaimana kalau kita pergi?”
Cale mengangguk menjawab pertanyaan Amiru. Dia kemudian dapat mendengar gumaman Toonka dari samping.
“Ini aneh. Aku mencium bau orang kuat di dekat sini.”
Dia benar-benar gila. Cale mendongak ke langit-langit yang kosong.
[Aku tidak bau.]
Cale bisa mendengar suara Naga Hitam yang tak terlihat itu di kepalanya. Naluri Toonka bahkan lebih kuat daripada naluri Manusia-Hewan. Cale memutuskan bahwa dia harus berakting menjadi yang paling lemah lebih dari yang pernah dia lakukan saat berada di dekat Toonka hari ini.
***
“Saat ini kami sedang menyelidiki mengapa pusaran air itu tiba-tiba menghilang. Ayahku dan para penyihir wilayah kami juga akan segera tiba.”
Cale memandang ke arah laut yang tenang di pulau tengah dan berakting menyesuaikan diri dengan Amiru.
“Benarkah? Syukurlah. Kuharap kita akan segera tahu apa yang terjadi.”
[Kau pintar sekali berbohong.]
Cale mengabaikan ucapan Naga Hitam itu sambil menatap ke arah laut dengan tatapan tenang. Keadaannya cukup kacau. Semua nelayan desa ada di sana, begitu pula orang-orang yang datang untuk membangun pangkalan angkatan laut. Mereka semua melihat sekeliling dan berdiskusi satu sama lain. Suaranya bahkan lebih berisik karena pusaran-pusaran air lain yang masih berpusar dengan kuat di dekat sini. Cale menyaksikan semuanya dan menambahkan.
“Kuharap pusaran air yang lain juga akan secepatnya menghilang.”
[Manusia, kau berbohong lagi. Bukannya kau bilang kau akan membuat pusaran-pusaran air ini tetap ada untuk setahun lagi?]
Cale sekali lagi mengabaikan ucapan Naga Hitam. Amiru mengangguk menanggapi perkataan Cale dengan ekspresi penuh tekad.
“Ya. Kami pasti akan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dan menyingkirkan pusaran air lainnya juga. Dengan adanya kesempatan seperti itu di depan mata kami dan banyak orang yang membantu, kami harus memanfaatkan kesempatan ini sepenuhnya.”
Amiru yang penuh semangat membuat Cale merasa sedikit kasihan dan dia mulai berbicara.
“Aku yakin kau dan keluarga Ubarr pasti akan berhasil, Nona Muda Amiru.”
“…Terima kasih. Aku merasa jauh lebih baik setelah kata-kata penyemangat darimu, Tuan Muda Cale.”
Tatapan hangat Amiru mengarah ke Cale yang berdiri di sana dengan seulas senyum tenang di wajahnya. Cale menanggapinya dengan ekspresi serius.
“Aku merasa agak pusing karena sinar matahari ini, jadi bolehkah aku beristirahat sebentar di tempat yang teduh?”
Cale bisa merasakan tatapan Toonka ke arahnya dari salah satu perahu. Toonka terus sesekali melirik ke arah Cale. Dia sepertinya masih mencari sumber aroma orang kuat itu. Namun, tidak mungkin Toonka akan menemukan Naga Hitam. Itulah batas seseorang yang tidak bisa merasakan aura atau mana.
“Ah, tentu saja. Silakan beristirahat dengan tenang, karena kau masih dalam masa pemulihan. Jangan memaksakan diri.”
“Terima kasih.”
Cale dengan santai menuju hutan di pulau tengah. Amiru hanya diam memperhatikan saat dia menuju ke tempat teduh. Cale ini, yang masih melakukan apa yang seharusnya dia lakukan bahkan saat masih dalam masa pemulihan, jelas berbeda dari Cale di masa lalu. Meskipun dia mengaku sakit, dia sama sekali tidak terlihat sakit. Dia hanya tampak lelah.
“Itulah yang membuat dia luar biasa.”
Sebagai seseorang yang bermimpi untuk memimpin wilayah ini di masa depan, Amiru merasa bahwa dirinya harus bisa lebih diandalkan seperti Cale. Gairah memenuhi tatapannya yang tenang saat dia segera berjalan menuju para penyelidik untuk membantu.
Di sisi lain, Cale sedang menuju ke sisi lain pulau. Karena tidak ada seorang pun di sana, itu akan menjadi tempat yang sangat bagus untuk membuang-buang waktu.
[Bukannya kau takut dengan mayat-mayat di sana? Kau ini lemah sekaligus pengecut.]
Cale sekali lagi mengabaikan si Naga Hitam saat tiba di sisi lain pulau. Dia kemudian berhenti bergerak setelah melihat-lihat.
"Apa-apaan ini?"
[Bukan aku! Aku tidak melakukannya!]
Naga Hitam itu mati-matian menyangkal. Namun, kali ini, Cale tidak punya waktu untuk mendengarkan Naga Hitam. Dia bergegas menuju batu besar tempat mayat-mayat duyung itu berada tempo hari. Dia pun sontak berhenti begitu ia selesai mengelilinginya.
‘... Apa Paseton yang melakukannya?’
Bongkahan batu besar itu hancur berkeping-keping.
“Bagaimana bisa mayat-mayat duyung itu berakhir seperti ini……”
Mayat-mayat duyung itu berubah menjadi debu. Cale bisa tahu bahwa itu adalah mayat-mayat tersebut hanya karena dia sudah melihatnya di sini tempo hari. Orang lain pasti akan mengira itu adalah bagian dari batu besar tersebut.
Kekuatan yang luar biasa ini.
Ini jelas merupakan hasil kerja Paus.
Seorang Paus yang luar biasa marah.
Splash. Splash.
Mendadak, air mulai bergolak. Si Naga Hitam pun memperingatkan.
[Ada sesuatu yang melesat dari dasar laut. Dia bergerak sangat cepat!]
Cale mengangkat kepala dan melihat ke arah laut. Dia kemudian berjengit dan melangkah mundur.
Splaaaaash.
Sesuatu yang besar muncul ke permukaan. Itu adalah sesosok makhluk hidup yang berwarna abu-abu gelap. Kemudian, makhluk itu menatap lurus ke arah Cale.
Itu adalah seorangPaus.
Seorang Manusia-Paus Bungkuk.
Suku Paus Bungkuk dikenal sebagai penjaga lautan dan melindungi makhluk hidup yang lebih lemah. Selama bergenerasi, Raja Suku Paus adalah Manusia-Paus Bungkuk.
Boom. Boom. Boom.
Jantung Cale berdebar kencang. Tatapan mata Paus itu dipenuhi dengan niat membunuh dan pengamatan, campuran naluri dan rasionalitas. Ini adalah pertama kalinya Cale melakukan kontak mata secara langsung dengan makhluk kuat yang marah padanya. Makhluk kuat ini menatap dan memeriksa setiap aspek dari Cale.
Di saat itulah.
[Si Paus bodoh itu pasti gila!]
Suara marah Naga Hitam bergema di dalam pikiran Cale. Pada saat yang sama, kekuatan yang besar mulai menyebabkan getaran di udara. Mata Paus, yang tadinya fokus pada Cale, beralih ke arah sumber getaran.
[Beraninya kau menatap Manusia Lemahku seperti itu!]
Mana di udara mulai berfluktuasi dan air pun mulai bergejolak. Namun, Paus Bungkuk tersebut tidak bergerak sama sekali. Sebaliknya, Paus sepanjang 15 meter ini mengangkat ekor dan menghantamkannya air.
Spaaaaaaash!
Airnya bergolak dengan cepat.
Tindakan ini membuat Cale yakin bahwa ini adalah seorang Manusia-Hewan.
Boom. Boom.
Cale menenangkan jantungnya, karena Vitalitas Jantung telah menyadari bahaya tersebut dan mulai mengeluarkan kekuatannya. Perisai yang Tidak Dapat Dihancurkan juga ikut bersiap. Kekuatan kuno selalu mengutamakan nyawa pemiliknya. Mereka siap untuk beraksi kapan saja demi melindungi pemiliknya.
Cale mengalihkan kepalanya ke ruang kosong di mana mana itu berkumpul dan berniat bicara. Akan tetapi, ada suara lain yang mulai berkata.
“Aku tidak sedang mencoba bertarung denganmu.”
Suara itu seindah suara Siren dalam mitologi Yunani. Cale menoleh dan melihat Paus Bungkuk menampakkan kepalanya di atas air.
“Wow.”
Sebuah suara terkesiap keluar dari mulut Cale. Makhluk itu sangat besar dan menakutkan. Dia merasa kepala Paus itu dapat dengan mudah membunuhnya dengan sebuah senggolan ringan.
[Kenapa kau mengangkat kepala bodohmu itu? Kau bilang bahwa semua yang kau lakukan sampai sekarang bukan berniat mengundang pertengkaran? Paus lemah!]
Cale menghela napas mendengar perkataan Naga Hitam sebelum mengulurkan tangannya ke mana tersebut. Seekor naga empat tahun yang sedang marah sangatlah berbahaya.
Mana tersebut, yang kelihatan siap untuk menghancurkan apapun dan siapapun, memberi jalan untuk tangan Cale. Si Paus pun kelihatan terkejut atas hal ini.
Tangan Cale akhirnya mencapai sesuatu yang bundar. Itu adalah kepala si Naga. Cale hanya mengelus tenang kepala itu beberapa kali.
“Jangan marah. Kau akan terluka.”
Mana itu dengan cepat menghilang. Cale kemudian mendengar sebuah suara tenang.
[Aku tidak akan terluka. Aku kuat.]
“Aku tahu, aku tahu. Tapi kau masih tetap harus berhati-hati.”
Sulit untuk menenangkan anak berumur empat tahun. Akan tetapi, si Naga Hitam sepertinya paham apa yang Cale berusaha sampaikan.
[Kau yang seharusnya berhati-hati, Manusia Lemah.]
Mana tersebut menghilang sepenuhnya. Cale berbalik dan menatap ke arah Paus itu begitu mana-nya hilang. Paus tersebut perlahan menundukkan kepalanya yang besar ke arah Cale. Cale tersentak melihat ukuran kepala itu, tetapi mampu berdiri tenang. Itu karena niat membunuh telah menghilang dari tatapan si Paus.
Begitu si Paus Bungkuk menurunkan kepalanya di depan Cale, dia mulai bicara.
“Ada yang ingin kutanya—”
Di saat itulah.
Seekor Paus kecil berenang seperti menggila dari cakrawala yang jauh. Dia sedang mengarah ke mereka. Dia tampak sangat lemah dan kecil dibandingkan dengan Paus sepanjang 15 meter ini.
Paus itu segera mendekati mereka dan mulai berteriak.
“Noona, kau tidak boleh menggigit dan membunuhnya!”
Si Paus Bungkuk di depan Cale dengan cepat berbalik badan.
Splaaaaaaash!
Air laut mendebur akibat pergerakan Paus itu dan mengguyur Cale.
Akan tetapi, Cale tidak ada waktu untuk memikirkan ini. Dia memejamkan matanya.
‘Pasti ini si Paus Bungkuk itu.’
Paus kecil yang datang ke arah mereka kemungkinan besar adalah Paseton. Artinya hanya ada satu eksistensi yang akan dia panggil noona.
Putri Raja Paus saat ini dan calon Ratu Paus.
Paus yang berada di garda depan bersama Choi Han dan kru dalam pertempuran melawan duyung.
Cale bisa melihat bekas luka berbentuk X di punggung Paus Bungkuk itu.
Witira.
Ini pasti dia.
Wajah Paus besar itu mulai mengerut. Cale pun perlahan mulai bergerak mundur, karena dia tidak ingin terlibat dalam reuni Paus Bungkuk bersaudara ini.
Paus kecil itu berteriak sekali lagi.
"Dia adalah seseorang yang sama sekali tidak boleh kau bunuh!"
Naga Hitam itu kembali berbicara dalam benak Cale dengan bingung.
[Apa yang dibicarakan Paus kecil itu? Kita tidak sedang bertarung.]
Cale merasakan hal yang sama. Cale bersyukur bahwa semua orang terlalu fokus pada situasi di sisi lain pulau untuk mendengar suara Paus kecil ini. Kalau tidak, semua orang akan datang ke sini setelah mendengar teriakan Paus kecil itu.
Tidak lama lagi kedua Paus ini akan bertemu. Namun, Naga Hitam dengan santai menambahkan pada saat itu.
[Ngomong-ngomong, sekadar informasi, ada satu lagi yang akan datang.]
‘Apa? Satu lagi?’
Cale berhenti berjalan mundur dan menoleh ke arah hutan.
“Muhahahahahah. Aku menciumnya, aku bisa menciumnya!”
Seorang berandal gila yang rambut yang coklatnya tampak seperti surai singa liar itu pun muncul.
Dia adalah Toonka. Matanya tampak menggila. Dia bergegas keluar dari hutan sambil berteriak.
"Aku mencium bau seseorang yang kuat!"
Cale berjongkok begitu melihat Toonka. Berkat itu, Toonka dan Paus Bungkuk langsung saling bertatapan.
Cale merangkak menghindar sebelum si udang terluka. (TL:Ini berasal dari peribahasa Korea “saat para paus bertengkar, punggung udanglah yang patah” yang berarti tentang bagaimana orang lemah yang terlibat ketika dua orang kuat yang sedang bertarung akan terluka tanpa alasan.)
FB : https://www.facebook.com/kiminovelFP
Donasi: https://trakteer.id/kiminovel
Youtube: https://www.youtube.com/c/KimiNovelYT
0 Comments
Posting Komentar