Sedang Berpikir (3)


Toonka, yang tatapan matanya menggila, sedang memegang tongkat bisbol di tangannya yang mengeluarkan suara keras saat membelah udara. Cale tidak tahu dari mana dia mendapatkan benda seperti itu.

“Apakah itu kau?”

Toonka menjilati bibirnya sebelum mendekati si Paus Bungkuk. Bahkan Toonka yang tingginya hampir 2 meter tampak sangat kecil di hadapan Paus itu.

“Hehe, ini pertama kalinya aku melawan Paus.”

Toonka tampaknya tidak tahu bahwa Paus ini adalah Manusia-Hewan. DIa hanya ingin melawannya karena tampak kuat. Yang ada di kepalanya hanyalah kekuatan dan pertarungan.

Itulah sebabnya Paus Bungkuk memandang Toonka dengan tatapan merendahkan.

Cale terus berjongkok di sudut sambil memperhatikan mereka.

[Apa yang sedang kau lakukan?]

Pertanyaan penuh rasa penasaran Naga Hitam terdengar di dalam kepala Cale, tapi Cale hanya mundur ke jarak aman sebelum berjongkok.

‘Seekor udang terluka saat para paus berkelahi.’

Cale, yang lebih lemah daripada seekor udang, tidak mau terluka karena pertarungan mereka.

“Memangnya kau bisa menghajar paus sampai mati begitu saja?” 

Mata Toonka mulai berbinar. Dia lalu menendang tanah dengan ringannya. Begitu dia melakukannya, tubuhnya langsung melesat ke udara.

“Wow.”

Cale menyaksikan hal itu dengan kagum sebelum melangkah lebih jauh ke belakang.

Tongkat pemukul Toonka mulai berayun ke arah si Paus Bungkuk. Saat itulah Cale dapat melihat bagaimana seekor Paus menyeringai. Salah satu sudut bibir Paus Bungkuk itu terangkat saat mulai bergerak.

Tubuh besar sepanjang 15 m itu langsung berputar sebelum ekor besarnya menghantam ke arah Toonka. Namun, Toonka berhasil mengubah arah di udara sebelum mendarat kembali dengan selamat.

Boom!

Batu besar tempat Toonka melompat pun dihancurkan oleh ekor Paus itu.

Zrrraaaaaaaaaaaaaaaaash-

Sebuah ombak besar tercipta akibat serangan Paus itu, dan membasahi, serta seluruh pesisir pantai di sekitar.

‘Sial. Aku jadi terlihat seperti tikus yang basah kuyup karena hujan.’

Namun, Cale tetap menutup mulut. Dampak dari batu besar yang hancur itu dan Toonka yang menggila ini terlalu besar.

“Muhahahaha. Bagus, bagus sekali! Ayo sini!”

Toonka melompat-lompat agar si Paus menyerang lagi. Dia bergegas menuju ekor si Paus dan menebaskan tongkatnya ke sekali lagi. Alih-alih menghindari serangan, Paus itu justru mengangkat ekornya untuk menyerang Toonka.

Boom!

Itu bukanlah suara yang seharusnya muncul saat manusia melakukan kontak dengan Paus.

Boom.


Dengan suara keras, Toonka kembali mendarat ke tanah. Tongkat pemukul di tangannya telah hancur menjadi debu.

"Aku tahu seharusnya aku tidak menggunakan benda seperti tongkat pemukul. Bertarung paling bagus kalau menggunakan tinju! Hahahha!"

Cale mulai berpikir saat melihat orang gila ini terus bertarung.

‘Semua orang akan datang ke sini kalau terus ini.’

Cale merasa orang-orang mungkin sudah tahu telah terjadi sesuatu. Apa yang bisa dia lakukan? Apa yang bisa dia lakukan untuk menyelinap pergi dengan tenang? Cale tidak peduli apakah mereka berdua bertarung atau tidak.

Di saat itulah.

Noona! Kalau kau terus bertarung, pria dermawan itu akan terluka!”

Paus kecil itu akhirnya tiba di pulau.

Toonka langsung tersentak.

“…Paus lemah itu bicara?”

Komentar itu membuat si Paus Bungkuk mengerutkan kening dan melotot ke arah Toonka. Sebuah suara yang indah kemudian mengikutinya.

"Kau bilang adikku lemah?"

Toonka menjadi semakin terkejut saat berteriak.

"Yang ini juga bisa bicara?"

Benar-benar kacau. Cale bisa melihat bahu Toonka bergerak naik turun karena girang.

“Oho, kalian pasti Manusia-Hewan! Manusia-Hewan! Ini akan menyenangkan!”

Toonka tidak lagi tertawa terbahak-bahak. Namun, senyum di wajahnya menunjukkan bahwa dia berada di tingkat kegembiraan maksimal.

Pada saat itu, Cale dapat melihat bahwa Paus Bungkuk melirik ke arahnya. Dia lalu melihat mata Paus itu mulai bergetar.

Cale, manusia yang sedang berjongkok di tanah, bermandikan air laut dan debu batu sambil menatap Witira, si Manusia-Hewan Paus Bungkuk.

Hatinya mulai bergetar sebagai sang penjaga lautan yang melindungi makhluk-makhluk lemah.

Paseton melompat di antara mereka berdua dan langsung bersuara.

Noona, aku masih hidup.”

“Paseton.”

Si Paus Bungkuk pun mengernyitkan wajahnya. Matanya berkaca-kaca. 

Paseton melihat ke arah Toonka sebelum dengan cepat menggerakkan siripnya keluar dari air dan mengarahkannya pada Cale.

Splash. Splash.

Air memercik bersamaan dengan gerakan Paseton, dan tetesan air mengenai wajah Cale.

"Tuan ini adalah orang yang menyelamatkanku ketika sekarat karena racun duyung."

Pupil mata Paus Bungkuk yang besar itu bergetar. Paus yang kecil tersebut merapat ke pulau itu sedekat mungkin dan memeriksa Cale.

“Oh tidak, kau basah kuyup. Aku juga minta maaf atas semua debu batu ini. Aku tadinya akan mengunjungimu malam ini untuk berterima kasih.”

Cale menepis debu batu dan menjawab.

“Tidak apa-apa. Apakah kau sudah lebih baik sekarang?”

“Ya. Aku sudah hampir pulih sekarang berkat dirimu.”


Mulut si Paus Bungkuk yang gelisah itu sedikit menganga. Di saat itulah.

"Kau tidak boleh mengalihkan perhatian saat melawanku! Kau mau mati?!"

Toonka melompat ke arah si Manusia-Hewan Paus Bungkuk, Witira, dan mengayunkan tinjunya. Namun, tinjunya tidak bisa menyentuh Paus Bungkuk. Itu karena Paus tersebut menghilang.

Sssshhhhhhhhhhhhh.

Uap air memenuhi area tempat Paus Bungkuk tadi berada. Seorang wanita melangkah naik ke pulau idari dalam uap air.

Tap. Tap.

Wanita yang melangkah maju dengan tumitnya yang bersuara berdetak itu adalah Witira dalam wujud manusianya.

"Noona!"

Paseton memanggil Witira.

Cale sedikit terkejut saat itu.

‘Ini bukan sekedar di level yang membuat elf terlihat seperti cumi-cumi!’

Witira adalah wanita yang bisa dibilang luar biasa cantik. Dia begitu cantik sampai-sampai membuat para elf terlihat seperti kecoak. Sampai-sampai Cale heran bagaimana seseorang bisa amat rupawan. 

Rambut dan mata yang biru. Jika ada kontes untuk makhluk terindah di lautan, mungkin itu adalah orang yang ada di depan mata Cale saat ini.

Naga Hitam pun mulai berbicara ke dalam kepala Cale saat itu.

[… Naga bahkan lebih keren. Ketika seekor naga menjadi manusia, aku yakin mereka bahkan lebih tampan dan lebih cantik. Bentuk manusia naga mungkin yang terbaik di dunia.]


Cale sama sekali mengabaikan si Naga Hitam dan melangkah mundur. Lupakan soal cantik dan tampan, Manusia-Hewan Paus yang dimanusiakan tetap sama kuat dan ganasnya. Witira pun berkata saat Cale mulai khawatir.

“…Jangan lari. Aku tidak akan menyakitimu.”

“Kakakku adalah orang yang menepati kata-katanya.”

Paseton segera berubah dan mendekati Cale juga. Witira bisa melihat celana Paseton robek di bagian betisnya, dan dia dapat melihat bekas luka di bawahnya. Kemarahan kembali memenuhi matanya.

Toonka perlahan berjalan mendekat.

"Berhenti memperhatikan orang yang tidak berguna seperti itu. Cepat lawan aku. Itu lebih menyenangkan!"

Cale dan Toonka saling bertatapan saat itu. Toonka pun mengejek Cale.

"Sepertinya berandal ini hanya berkeliling menyelamatkan orang."

Ck. ​​Cale mendecakkan lidah saat mendengar istilah, 'berandal.' Toonka tampaknya telah membuang samaran bodohnya, 'Bob,' saat ini. Ini adalah Toonka yang sebenarnya. Tidak peduli apakah lawannya adalah seorang bangsawan atau orang kuat, dia bertindak sesuka hatinya.

Cale lebih terbiasa dengan Toonka versi ini. Itu karena karakter dalam novel itu tampak seperti jadi hidup. Tentu saja, Cale masih tidak berniat membiarkan ini berlalu begitu saja.

‘Dia baru akan mempelajarinya setelah menyesali penjualan Menara Sihir padaku di masa depan.’

Cale merasa percaya diri karena tahu tentang apa yang akan segera terjadi, tidak, apa yang Cale secara pribadi akan wujudkan di masa depan.

Samarannya sebagai Bob. Ini sebenarnya nama yang bagus untuk samaran. Itu karena dia akan menjadi beras bagi Cale di masa depan. (TL: Kata Korea untuk beras adalah Bap. Bob dan Bap dieja dengan cara sama dalam bahasa Korea.)

Akan tetapi, Naga Hitam mulai berbicara ke dalam pikiran Cale dengan marah.

[Menyelamatkan atau menolong seseorang adalah perbuatan yang mulia! Itu adalah sesuatu yang bisa dibanggakan. Dan berbicara buruk tentang orang lain adalah hal yang keterlaluan. Bocah ini separah Venion!]

…Bagaimana Naga Hitam bisa berakhir seperti ini saat naga seharusnya adalah makhluk yang hanya peduli pada dirinya sendiri? Cale mulai memikirkan apakah yang bisa membuat Naga Hitam berubah dari sikap naga yang biasanya. Dia kemudian perlahan memindahkan tubuhnya ke belakang Witira. Dia agak takut bahwa Toonka akan membunuhnya karena menjadi orang yang menyebalkan dan lemah.

“…Jangan meremehkan tindakan kepahlawanan seperti itu.”

Namun, Witira tampak marah. Cale juga menjauh dari Witira setelah mendengar apa yang dia katakan. Witira menyadari tindakan Cale dan dengan tenang berkata padanya, “Terima kasih banyak. Aku akan berterima kasih padamu dalam waktu dekat.”

Namun, amarah masih terlihat membara di matanya. Inilah wanita yang berada di garis depan dalam pertarungan melawan duyung. Dia bukan tipe yang menghindari pertempuran atau bahkan provokasi kecil.

“Oh, aku suka tatapan matamu. Apakah kau akhirnya siap bertarung?”

Toonka mulai bergerak-gerak dan menjilat bibirnya. Dia kemudian mengendurkan lengan dan memindahkan berat badan ke kaki depannya. Ini adalah posisi bertarung Toonka.

Witira pun tersenyum.

“Kau pikir aku akan bertarung melawan orang sepertimu?”

Itu adalah senyum mencemooh.

Dia lalu menciptakan sebuah bola cahaya yang terlihat cukup kuat.

Witira membuka tangan kanannya.

Splaaaaaash.

Pilar-pilar air melesat ke telapak tangannya dan sebuah cambuk air panjang muncul di tangannya. Dia mengayunkan cambuknya ke arah laut.

Cambuk ini, yang panjangnya paling tidak beberapa meter, memotong air dan menyebabkan air menjadi kacau. Witira menatap Toonka dengan tatapan dingin saat dia  berbicara.

“Lucu. Ini bukan pertempuran.”

Dia menjentikkan jarinya ke arah Toonka sambil melanjutkan.

"Ini pelajaran."

"Kau akan mengajariku? Hahaha!"

Toonka tertawa keras yang tampaknya cukup kuat untuk menyebabkan gempa bumi dan menatap Witira dengan wajah tanpa emosi.

“Kurasa aku harus merobek mulutmu itu.”

Dia lalu segera berlari menuju Witira. Begitu Toonka mulai berlari ke arahnya, Witira melambaikan tangan kiri ke arah Cale. Sebuah perisai air mengelilingi Cale dan Paseton untuk melindungi mereka.

Ctaar!

Di saat yang sama, cambuk di tangan kanannya melecut ganas pada Toonka.

Boom!

Tinju Toonka mengenai cambuk itu. Witira pun tersenyum.

“Paling tidak, rasanya akan menyenangkan memberimu pelajaran.”

“Ugh, ini bukan apa-apa!”

Witira menggerakkan cambuknya untuk melilit tubuh Toonka seperti ular dan mengangkatnya ke udara. Toonka mulai tersenyum saat dia meraih cambuk air itu dengan tangannya.

“Muahaha, pertarungan kekuatan adalah keahlianku!”

Toonka mematahkan cambuk yang seperti ular itu dengan tangannya. Hal ini membuat Witira mengangkat sebelah alisnya. Namun, Toonka masih belum sebanding dengan calon Ratu Paus ini.

Witira menjentikkan tangan kanannya dengan ringan dan cambuk itu dengan cepat menyerang tubuh Toonka.

Dampaknya membuat Toonka terbang ke hutan.

Pada saat itu.

“…Apa yang terjadi?”

Amiru Ubarr, regu investigasi, dan para kesatria muncul dari hutan. Toonka pun terbang ke arah mereka.

Mata Witira terbelalak saat dia dengan cepat melesatkan seutas air dengan tangan kirinya. Namun, Toonka bergerak terlalu cepat.

“Semuanya, buka perisai kalian!”

Amiru memutuskan bahwa tidak mungkin untuk menghindar, dan segera memerintahkan para kesatria untuk bertahan. Para kesatria dengan cepat membuka perisai mereka. Toonka melihat apa yang mereka lakukan dan berteriak ke arah mereka.

“Bertahanlah dengan benar! Tubuhku sangat kuat, jadi kalian mungkin akan terluka! Muhahahaha!”



Sepertinya para kesatria akan terluka akibat benturan ini karena mereka mengenakan pakaian pelindung dari kulit. Paseton, Manusia-Hewan Paus berdarah campuran, tengah menyaksikan semua ini ketika mendengar helaan napas dari belakangnya.

Haah, menyebalkan sekali.”

Suara itu terdengar kesal sekaligus tenang. Mata Paseton terbuka lebar saat menoleh ke arah suara itu.

Boom!

Toonka menabrak perisai-perisai itu. Namun, Toonka tidak menabrak siapa pun dan tidak ada yang terluka. Toonka berbalik dan melihat perisai perak yang tampak suci telah mengenai punggungnya. Ada juga sayap-sayap panjang yang dengan lembut melingkupinya.

“…Apa ini…”

Perisai itu perlahan berubah menjadi transparan sebelum menghilang. Untaian air Witira yang tadinya akan membentuk perisai pun menghilang ke udara. Dia berbalik dengan kaget. 

Perisai perak yang menghilang itu terhubung dengan pria yang menundukkan kepalanya sambil menghela napas lagi.

Haah.”

Cale tampak tenang saat menyisir rambutnya yang basah ke belakang. Namun, dia mengerutkan kening karena frustrasi.

Alih-alih menjadi seekor udang yang terluka dalam pertarungan antar paus, udang itu malah harus menggunakan kekuatannya saat pertarungan.


FB : https://www.facebook.com/kiminovelFP 

Donasi: https://trakteer.id/kiminovel 

Youtube: https://www.youtube.com/c/KimiNovelYT


« Previous | Index | Next  »